Penolong Misterius : PART 6 - FULL STORY - ANICRAFT SERIES - Chapter = Selamatkan Tuan Putri

1
21
Deskripsi

NOTE PENTING : Cerita Pendek Anicraft ini adalah “Filler”, dimana tidak offcial masuk ke cerita “Anicraft Series”
Tapi karakter2 dan berbagai Cerita penting disini akan tetap terhubung di “Anicraft Series”

Timeline Cerita : Sesudah Anicraft Movie. Sebelum Anicraft Series

Baca Part 1 Disini
Baca Part 2 Disini
Baca Part 3 Disini
Baca Part 4 Disini
Baca Part 5 Disini 

Dalam gelap, terlihat seorang gadis dengan gaun biru mudanya berjalan kesana kemari sambil memegang tangannya yang sedikit kedinginan....

FULL STORY – ANICRAFT SERIES
PART 6 : Penolong Misterius
Character by Romansyah, Azuya Surya, Blanemist, Hudacho, dkk.
Story : Amalia Farissa Devy

“Baiklah, Azuya. Sekarang, dengarkan aku.”

Terlihat kelima anggota Anicraft tengah menghangatkan dirinya didepan api unggun yang tengah berkobar. Semua menatap serius Azuya, sedangkan dia kebingungan dengan hal itu. Beberapa saat hening, lalu Roman kembali berucap. “Untuk kedepan nya, kamu tak boleh menggunakan ketiga elemen mu dalam waktu bersamaan.” Jelas Roman.

“Hah, kenapa?” Azuya berdiri dihadapannya.

“Yang aku lawan, kan, tak bisa dikalahkan menggunakan 1 elemen saja!” lanjutnya sambil protes. Roman mencoba menenangkan Azuya yang tidak setuju dengan ucapannya. “Dengarkan aku dulu,” katanya pelan. Azuya pun kembali duduk mencoba menahan amarahnya.

“Jadi, ketika kamu menggunakan ketiga elemen dalam berturut turut dalam waktu singkat, suhu tubuh mu tak bisa stabil dari kekuatan pedangmu itu.” Lanjut Roman.

“Maksudnya?” Azuya masih tidak mengerti.

“Maksudnya, jika kamu menggunakan kekuatan api, itu akan membuat tubuhmu panas. Dan jika kamu berganti angin, akan menyejukan tubuhmu dalam seketika.” Eben mencoba membantu Roman menjelaskan masalah yang tengah menimpa Azuya. 

“Mungkin menurutmu, angin dan api memang bagus satu sama lain. Tapi kalau kamu terus berganti elemen dalam waktu singkat, kamu akan pingsan seperti tadi. Dan lebih parahnya lagi, suatu saat kamu tak bisa menggunakan kekuatanmu lagi.” Kata Roman mengangguk.

“Hah, benarkah?!” Azuya terkejut mendengarnya.

“Iya. Jadi kami sarankan, kalau kamu mau menggunakan elemen-elemen tersebut, usahakan kamu buat waktu saat pergantian elemen tersebut.” Huda menyenggol bahu Azuya yang tengah diam. “Ehm… contohnya?” Azuya belum yakin untuk melakukan itu.

“Begini, jika kamu ingin menggunakan elemen api dan berganti menjadi angin, kamu harus menunggu dulu. Setidaknya 30 detik, lalu kamu bisa berganti menjadi angin. Dengan begitu, tubuhmu bisa beradaptasi dengan perubahan itu.” Jelas Eben disusul anggukan Roman. “Masing-masing elemen mempunyai batas waktu yang berbeda-beda.” Roman menunjukkan hasil scanning tentang pedang Azuya, lalu ditampilkan dalam bentuk hologram data di depan Azuya.

Data itu menunjukkan :

Angin ke Tanah  ð kapan saja.

Api ke Angin  ð 30 detik (begitu juga sebaliknya)

Api ke Tanah  ð 20 detik (begitu juga sebaliknya)

Api ke Air  ð ± 1 menit (minimal)

“Tunggu… apa?!” Azuya terkejut begitu melihat data pergantian elemen Airnya dengan waktu yang cukup lama. “Kenapa elemen air begitu lama pergantiannya?” Blane pun menjitak kepala Azuya, “Karena air itu lebih dingin! Gimana sih?” gerutunya pelan. 

Azuya pun mengelus kepalanya yang kesakitan. “Hmm… cukup sulit bagiku untuk melakukan pertukaran itu,” kata Azuya pelan. Roman mengangkat kedua bahunya, “Yaa… kamu tidak ada pilihan lain, selain menggunakan cara itu. Kamu harus bisa berlatih sampai tubuhmu benar-benar terbiasa dengan pergantian elemen itu.”

“Oh? Jadi kalau sudah terbiasa, pindah-pindah secara langsung tidak apa-apa, kan?” Azuya kembali berdiri dan mengambil pedangnya. “Seperti ini?”

BWOOSHH!! Azuya langsung mencoba menggunakan kekuatan apinya, lalu berganti dengan kekuatan angin secara singkat. Dalam sekejap, api yang ia buat membesar karena kekuatan angin tersebut. “Aw!” Bahkan pedang yang ia gunakan tiba-tiba terasa panas sekali, sehingga Azuya jatuhkan ke tanah.

“Tuhkan, kami bilang apa, Azuya!” Omel Huda kepada anak dengan sifat keras kepalanya itu. Pelakunya hanya menggaruk-garuk kepala karena malu. “Ah, maaf. Hehe,”

“Aaaaahh!!”

“Eh?” Azuya menoleh ketika Blane berteriak sambil berlari-lari kesana kemari. Mereka semua menatapnya bingung. “Eh? Blane kenapa?” Tanya Huda yang ikut kebingungan. Ternyata, karena kobaran api yang dihasilkan dari pedang Azuya, membuat hembusan api yang mengenai Blane. (Yaa… kalian sudah tahu nasibnya sekarang :v)

“Aaaa! Tolong! Panaaas!!” Blane langsung mengeluarkan dua clone-nya untuk memadamkan apinya. Hanya saja, mereka tidak terlihat memadamkan api, melainkan malah memukul Blane. “Aduh, kok aku malah dipukulin, sih? Sakit tahu!” gerutunya sambil menahan sakit dari pukulan clone-clone beserta api yang masih ‘membakar’ dirinya.

“Matikan apinya! Bukan dipu—“

BYUUURR~

Psshh… Akhirnya api tersebut berhasil dipadamkan setelah Huda menolongnya dengan melemparkan ember berisi air kepada mereka bertiga. Karena kesal, Blane menjitak kedua clone tersebut. “Dasar clone kurang ajar…” katanya geram. Karena ketakutan, kedua clone-nya langsung menghilang dihadapannya. Semua sedikit tertawa dan terhibur melihatnya. 

“Ini juga! Kamu gak dengar apa yang dikatakan Roman. Dasar keras kepala!” Blane mendorong Azuya. Anak yang terdorong mundur itu sedikit marah karena tindakannya itu. “Kenapa? Memangnya salah?” tanya Azuya yang tampaknya memancing amarah Blane.

“Iya, lah! Menggunakan kekuatan tanpa kontrol, kan bahaya!” gerutu Blane kesal.

“Oh, ya? Lalu, bagaimana denganmu? Tidak bisa mengkontrol bayangan milik sendiri…” ucap Azuya dengan nada menjengkelkan. Keduanya saling bertatapan tajam dengan amarah di kedua wajah mereka. 

“Hah, mulai lagi~” Huda dan Roman menatap mereka berdua datar.

“Ayolah, ini sudah malam. Kalian mau ribut apa lagi, sih?” Eben mencoba meleraikan mereka berdua. Namun keduanya seperti tidak menggubris omongan Eben, dan Roman hanya bisa menggeleng kepala karena kelakuan kedua temannya itu. Blane yang kesal pun mengambil tongkatnya, lalu siap dengan posisi menyerangnya kepada Azuya.

“Sini maju! Kamu yang sekarang tidak bisa mengalahkanku kali ini!” kata Blane marah.

“Hoho, aku dengan satu elemen saja bisa mengalahkanmu, tahu!” Remeh Azuya sambil memegang pedangnya.

“Cis! Kita lihat saja!”

•ᴥ•

Blane mengeluarkan satu clone, lalu menyuruh clone-nya untuk menyerang Azuya secara cepat. Clone itu berlari, dan melompat ke arah Azuya dengan posisi siap meninju. Azuya mengayunkan pedangnya, lalu muncul hembusan angin yang cukup kuat sehingga clone Blane terhempas cukup jauh. Blane memegang tangan clone-nya untuk bertahan dari hembusan itu. Ketika anginnya berhenti, Blane melempar clone kembali, namun dua kali jauh lebih kuat. Clone itu melesat cepat ke Azuya, dan karena terkejut Azuya kembali mengayunkan pedangnya.

BUUSSHHH!!  Hembusan angin yang kencang menerpa benda-benda disekitar. Begitu juga dengan clone milik Blane, dia kembali terhempas kencang dan menabrak salah satu tenda milik mereka dan menghilang. Ternyata, itu tenda milik Huda yang ambruk karena ditindih clone.

“Aaaahhh… tendaku~” Kata Huda lemas. Dia bangun, dan mengomeli dua temannya yang saling berkelahi itu. “Kalian ini gimana sih?! Aku bangun tendanya lama tahu!”

“Yaa, kami tidak perduli.” Kata Azuya dan Blane secara bersamaan. Huda semakin kesal, “DASAR KALIAN YAA!” Huda melempar dua bola shulker kepada mereka berdua. Karena mengetahui hal tersebut, Azuya dan Blane pun menyerang bola-bola shulker yang melesat kepada mereka. Namun ketika mereka menghancurkannya, mereka malah melayang akibat ledakan bola shulker itu. Sepertinya Huda mengaktifkan kekuatan levitation di dalam bola-bola itu.

“A.. apa?!” pekik Azuya dan Blane.

“Hahahahaha… dengan ini kalian tidak bisa kemana-mana.” Huda berkacak pinggang dihadapan mereka. “Woi, apa-apaan ini? Kamu kan tidak terlibat pertarungan!” kata Azuya kesal. Dia mencoba menggerakan tubuhnya dengan mengeluarkan elemen anginnya, namun hal itu sia-sia karena dia masih melayang di udara. Blane juga yang niatnya mengeluarkan clone lagi untuk membantunya bergerak, tapi clone-nya juga malah ikut melayang bersamanya.

“Yaa mau bagaimana lagi, kalian ngehancurin tendaku, sih.” Huda mengangkat kedua bahunya.

“Sudahlah, kalian ini!” Eben datang tiba-tiba. “Bisakah kalian santai sejenak? Tadi siang kita baru saja sekarat, dan kalian ingin bertarung lagi?” tegasnya dengan nada agak serius. Semua terdiam karena hal itu.

“Kalian tidak lihat keadaan Roman sekarang? Kalian ingin dia terluka lagi?”

“Aduh—“

“Eh?!” Eben menoleh, dan melihat Roman tersungkur kesakitan karena luka ditangannya kembali sakit ia rasakan. Huda, Azuya, dan Blane terkejut melihat hal itu. Eben mencoba membantunya untuk kembali bangun, tapi Roman menggeleng. “A-aku tidak apa-apa. Jangan khawatir.” Katanya sambil mencoba untuk bangun.

“Hah… maafkan aku soal tadi, Roman.” Azuya sedikit memalingkan wajahnya. Tapi Roman hanya tersenyum dan mengangguk kepadanya.

“Baiklah, supaya suasananya tidak tegang lagi bagaimana kalau…” Huda menembakkan bola shulkernya kembali, namun kini kepada Eben. Seketika bola shulkernya meledak dihadapan Eben, dan akhirnya ia juga ikut melayang. “E-eh? Kok aku ditembak juga, sih? Salahku apa?” gerutunya pelan.

“Hehe, aku takut diserang kamu.” Kata Huda sambil cekikikan.

“Apa hubungannyaaa? Daritadi aku juga gak nyerang kamu, kok.” Ujar Eben datar.

“Hahaha, kalian ini.” Roman tertawa melihat hal itu. Lalu dia berjalan menjauh, dan duduk di rerumputan hijau yang basah. Dia membaringkan tubuhnya disana. Huda heran dengan itu, sementara yang lain protes karena mereka masih dibuat melayang oleh Huda.

“Huda! Turunin, dong! Capek, nih!”

“Iya, iya. Sabarlah,” Huda menurunkan mereka bertiga. Setelah itu, dia melangkah menuju tempat Roman. Terlihat temannya itu termenung sambil menatap ke langit. “Ada apa, Roman?” tanya Huda yang sedikit membuat Roman terkejut. Dia menggelengkan kepalanya, “Tidak apa-apa. Hanya saja…”

Dia kembali menatap langit yang luas, dipenuhi oleh ribuan bintang diatasnya. Huda pun ikut duduk disampingnya sambil mendengarkan. “Aku penasaran dimana Pride, Humba, dan Lydia saat ini. Aku merindukan mereka.” Kata Roman dengan senyum tipisnya. Huda yang mendengarnya juga mengangguk setuju.

“Aku juga rindu mereka. Coba saja… mereka tidak memaksakan diri untuk mencari sang putri. Pasti mereka masih disini,” ucap Huda sambil memeluk kedua kakinya. Dia sedikit sedih mendengar hal itu. “Padahal, aku ingin mengobrol bersama mereka lebih banyak.” Lanjut Huda pelan. Roman tersenyum kecut mendengar hal itu. Dia menghela nafas, dan membenarkan posisi tidurnya diatas rumput.

“Aku harap mereka baik-baik saja…”

•ᴥ•

Keesokan harinya, di sore hari, terlihat dua orang berjalan di pinggir pantai sambil menatap jejak yang ditinggali oleh seseorang. Salah satunya menatap teliti jejak sepatu tersebut yang mengarah ke atas gunung yang cukup tinggi. Dia tersenyum remeh. “Sia-sia kamu lari, tuan putri.” Gumam Brice pelan.

“Dilihat dari jejaknya, sepertinya dia ke kaki gunung ini.” Katanya sambil menunjuk ke bukit.

Alta, sang rekannya, melihat bukit itu. “Heh, menantang sekali tuan putri ini. Oke! Tidak masalah~” dia mendekati Brice, dan bersiap di posisi sambil mengadahkan kedua telapak tangannya di atas tanah. Posisinya sedikit jongkok dihadapannya. “Seperti biasa bukan?”

Brice mengangguk, lalu meletakkan salah satu kakinya diatas telapak tangan Alta. Dengan sigap, Alta mengangkat tangannya bersamaan dan mendorong kuat Brice ke udara. Brice melompat dan memegang dahan pohon yang berada di area tertinggi tersebut. Setelah itu, dia turun ke tanah dan menoleh ke Alta yang berada di bawah.

“Bagus! Sisanya, kamu bisa sendiri kan?” teriak Brice dari atas.

“Yaa! Biarkan aku mengumpulkan energiku dulu supaya bisa naik ke atas sana!”

“Baiklah—“

Set! 

“Hah?” Brice menoleh ke belakang. Dia merasa ada sesuatu yang lewat dibelakangnya, namun setelah ia cari tidak ada siapapun disana. Karena merasa tidak ada sesuatu yang lewat disana, Brice pun kembali melihat kondisi rekannya. Alta pun bersiap mengambil ancang-ancang, dan… BOOM! Tanah yang dipijak Alta sebelumnya hancur karena tekanan energi yang dibuat olehnya. Dia pun melompat ke atas, dan akhirnya mendarat dengan mulus disamping Brice.

“Tidak ada yang bisa melakukan hal itu selain kamu, Alta. Luar biasa!” puji Brice disampingnya. Alta hanya tersenyum senang mendengarnya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan sambil mengikuti jejak kaki di depan mereka. Beberapa saat kemudian, Alta dan Brice melihat sebuah jurang kecil di hadapan mereka. “Wow, lihat pemandangannya! Indah bukan?” Alta terkesima sesaat menatap daerah yang mereka pijaki cukup tinggi, sehingga mereka dapat melihat pemandangan hutan dibawahnya.

“Jangan main-main, Alta! Kita harus mencari gadis itu!” tegas Brice tajam.

“Hahaha, oke.”

Brice menoleh ke sekitar. Nampak ada sebuah batu besar yang menghiasi di dekat ujung jurang itu. Brice tampak heran, karena dia melihat jejak kaki itu mengarah ke batu tersebut. Dia menatap batu itu dengan tajam.

•ᴥ•

Sebelumnya…

“Ba-bagaimana mereka bisa ada disini? Kenapa mereka sangat cepat sekali datang kesini?!” 

Sang putri yang ternyata tengah berlari semakin ketakutan. Dia mencoba untuk tidak ketahuan dua orang tersebut dan mencari tempat persembunyian. Namun jalan yang terjal membuat dia sedikit kelelahan. Padahal Brice dan Alta semakin dekat dengan dirinya, walaupun mereka berdua belum menyadari keberadaan sang putri disana. Dia melihat dari kejauhan istana yang ia tuju masih cukup jauh untuk dicakupi. 

“Apakah aku coba lari saja ke istana? Ta-tapi… mereka semakin mendekat,” sang putri mulai panik. Dia melihat ke sekitar, dan melihat sebuah batu besar yang mungkin cukup untuk menutupi tubuhnya dengan aman. Dia segera mengendap-endap dan berhasil bersembunyi dibalik batu itu.

“Hah… baiklah… aku hanya perlu menunggu mereka pergi, lalu aku akan melanjutkan perjalanan ke istana.” Gumamnya pelan. 

Dia mendengar langkahan kaki, menandakan Brice dan Alta telah dekat dengannya. Dia mendengar mereka saling bercakap-cakap sambil berhenti. Namun sesaat, keheningan datang menerpa. Sang putri ketakutan, jantungnya berdegup sangat kencang. Akhirnya dengan keberanian yang cukup, ia mencoba sedikit mengintip dari balik batu tersebut. Tidak ada siapapun disana, dia menganggap bahwa Brice dan Alta telah pergi darinya. Dia kembali bersembunyi.

“Hah… syukurlah—“

Sring! BRAAK!

Tiba-tiba batu dibelakangnya hancur terbelah dua, dan disaat bersamaan terlihat Brice dengan posisinya yang baru saja membelah batu tersebut dengan pedang runcingnya. Sang putri terkejut dan mundur perlahan. Langkah demi langkah dibalap oleh Brice dihadapannya.

“Sudah puas jalan-jalannya, tuan putri?” Brice menatap remeh sang putri.

Sang putri yang semakin lama mundur, terhenti ketika tubuhnya menabrak sesuatu dibelakangnya. Ternyata, Alta telah mencegatnya dari belakang. Dengan sigap pria besar itu menggenggam tangannya cukup kuat, sehingga sang putri tidak bisa kemana-mana.

“Aku mohon kamu jangan kabur lagi, tuan putri. Mencarimu hanya menghabiskan waktu kami saja.” Ujar Alta sambil tersenyum kepadanya. Gadis itu mencoba melepaskan genggamannya, namun sia-sia karena cukup kuat sehingga pergelangan tangannya sedikit memerah. “Aahh!! Lepaskan aku!” Gadis itu meronta-ronta kesakitan, lalu memukul tubuh besar Alta. 

“Ahh… sakiiit… hehe, lucu sekali kamu, tuan putri.” Alta memasang wajah meremehkan kepada sang putri itu.

“Lepaskan dia!!”

Ketiganya terkejut mendengar suara itu. Nampak seseorang yang tak jauh dari mereka memegang sebuah pedang besi yang terlilit oleh sebuah tali. Nampak tampilannya yang serba hitam membuat Brice dan Alta tidak ragu lagi oleh sosok itu. Orang itu mengacungkan pedangnya kepada Alta. “Heh, kalau tidak, bagaimana?” Tanya Alta dengan senyum penasarannya.

“Kalau tidak…” orang itu bersiap untuk mengambil ancang-ancang. Dan akhirnya bersiap untuk melompat.

“… KALIAN AKAN MENYESALINYA!”

Sosok itu melompat ke arah Alta dan siap mengayunkan pedangnya secara vertikal. Alta dengan sigap mengambil pedang besarnya, lalu menangkis serangan tersebut. Tapi tanpa disadari, sosok itu berputar dan bertujuan untuk menyerang tangan Alta, Alta yang menggenggam erat tangan sang putri langsung melepaskan genggamannya ke tuan putri, sehingga sang putri berjalan menjauh dan berada dibelakang sosok itu.

“Kamu... Rasanya aku pernah bertemu denganmu sebelumnya. siapa kamu?!" Tanya Brice dengan nada amarah. 

“Hmmm.. mungkin..” Jawab Sosok itu singkat

“Kamu… apakah kamu yang menyelamatkanku di penjara? Siapa Namamu” tanya sang putri.

Rangga. Itu namaku,” ujar sosok itu sambil membelakangi dirinya.

“Tenang saja, tuan putri. Aku akan menghalangi jalan mereka, kamu langsung pergi saja ke istana! Sekarang!” lanjutnya sambil menoleh sedikit kepada tuan putri. Gadis itu mengangguk kuat dan segera berlari menjauh dari mereka. Brice dan Alta bersiap dengan senjata mereka, begitu juga dengan Rangga. Nampak mereka saling bertatapan, dan bersiap kapan saja untuk menyerang.

“Rangga ya....  Jangan menghalangi Jalan kami atau kamu akan terluka!.” Alta Mengarahkan Pedangnya kearah Rangga.

“Hmm, aku tidak ingat bertemu denganmu.” Ucap Rangga kepada Alta.

“Kalau begitu , mari kita lihat berapa lama kamu bisa bertahan dari kami berdua!” Brice Memegang pedangnya sambil menatapnya penuh amarah. 

Sing! Brice mengayunkan pedangnya, menandakan sudah bersiap untuk memulai pertarungan. Begitu pula dengan Alta, dengan cepat ia memegang erat pedang besarnya yang dua sisinya begitu tajam. 

Dua lawan satu. Siapakah yang akan menang?

To be continue…

¤ Someone is typing… ¤

Assalamualaikum semua! Penulis disini! Gimana nih puasanya? Lancar?

Sorry kalau kalian menunggu lamaaaa banget untuk part yang satu ini. Aku tahu kalian ingin tahu sekali kelanjutan cerita ini, tapi aku sebagai penulis disini bukan hanya sekedar penulis. Aku masih kelas 2 SMA, dan pastinya aku gak lepas dari yang namanya tugas. Apalagi sedang masa pandemik begini, tugasnya numpuk gak karuan dan mau nangis rasanya. (T^T)

Semoga kalian mengerti dengan kondisiku saat ini. Love yall~J

Wassalamualaikum!

¤ Salam dari penulis, Amalia Farissa Devy ¤

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Hasil Vote - Anicraft Mini Comic #3
2
7
Anicraft Mini Comic Part 1 Anicraft Mini Comic Part 2 Art Comic Kali ini di buat oleh RainMelf Thank you Guys Support nya. Stay Safe <3
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan