Bala Bantuan Datang! : PART 4 - FULL STORY - ANICRAFT SERIES - Chapter = Selamatkan Tuan Putri

2
0
Deskripsi

NOTE PENTING : Cerita Pendek Anicraft ini adalah “Filler”, dimana tidak offcial masuk ke cerita “Anicraft Series”
Tapi karakter2 dan berbagai Cerita penting disini akan tetap terhubung di “Anicraft Series”

Timeline Cerita : Sesudah Anicraft Movie. Sebelum Anicraft Series

Baca Part 1 Disini
Baca Part 2 Disini
Baca Part 3 Disini

Oke sebelum memulai Cerita minggu ini, saya mohon maaf telat 2 hari, dikarena kan banyak terjadi masalah, dari masalah lampu dan lain2, semoga kedepannya bisa tepat waktu seperti...

FULL STORY – ANICRAFT SERIES
PART 4 : Bala Bantuan Datang!
Character by Romansyah, Azuya Surya, Blanemist, Hudacho, dkk.
Story : Amalia Farissa Devy

“Kalau kalian ingin menghabisi mereka, langkahi aku dulu.” Ujar Pride angkuh dihadapan mereka.

“Oh, ternyata pahlawan sudah datang...” Brice yang tengah mengangkat pedangnya disenderkan dibahu kanannya. Dia menatap remeh Pride.

“Ahahaha! Kamu berani menantang kami? Lihatlah teman-temanmu.” Alta tertawa melihat keberanian Pride dihadapan mereka. Prajurit itu menoleh kepada Roman dibelakangnya, tampak dia tidak mampu bergerak karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh Brice dan Alta sebelumnya.

“Oh, kalian meremehkanku?” Pride kembali menoleh, menatap mereka berdua. Dengan perlahan, ia mengangkat pedangnya dan mengarahkan ujung pedang itu kepada dua buronan itu. “Aku akan pastikan kalian menyesal mengatakan hal itu.” Katanya dingin.

“Heh, menarik.” Brice semakin menyukai sikapnya. Dia menurunkan pedangnya, lalu melangkah perlahan menuju saingannya itu.

“Alta! Biarkan aku menikmati yang satu ini sendirian,” 

“Hehe, baiklah!” Alta melangkah mundur, menjauhi area pertarungan mereka. Dia duduk dibawah pohon untuk menikmati pertunjukkan di depannya. Terlihat Brice dan Pride sudah siap dengan posisi terbaik mereka untuk bersiap memulai pertarungan.

“Roman, mundurlah! Aku butuh ruang untuk menghabisi para brengsek ini.” Ujar Pride disusul oleh anggukan Roman. Anak ahli redstone itu mencoba bangun dan merangkul Eben yang setengah-tidak sadarkan diri. Lalu menjauh dari tempat itu. Kini hanya ada Brice dan Pride yang saling bertatapan.

“Mari kita lihat seberapa hebatnya dirimu melawanku!” Brice tersenyum sinis kepadanya.

“Heh, jangan harap kamu bisa menang!” Pride mengambil ancang-ancang, lalu menutup matanya. Seketika aura disekitarnya menjadi kehitaman, menarik perhatian Brice didepannya. Tiba-tiba, Pride pun membuka matanya.

Teknik Pedang Elang!

Pride langsung melompat tinggi, dan jatuh ke arah Brice dengan membawa serangan pedang miliknya. Brice dengan cepat menangkis serangan Pride, sehingga mereka berdua beradu pedang. Pride yang belum menginjakkan kakinya ke tanah pun mencoba mengerahkan tenaganya untuk mendorong pedangnya lebih keras, sehingga tanah yang dipijak oleh Brice hancur seketika.

“Heh!” Pride tersenyum. Dia menaruh kakinya di atas pedang Brice untuk tumpuannya melompat, lalu berputar dan mulai kembali menyerang saingannya itu. Brice yang sadar karena hal itu langsung menggerakkan pedangnya dan menangkis serangan putaran Pride tersebut. Namun dia tidak menyadari bahwa kaki Pride yang masih berada diudara melesat pesat menuju perutnya, sehingga sukses menendangnya tidak terlalu jauh.

“Erkh!” Brice mencoba menahan rasa sakit di perutnya. Pride yang turun dari udara, dengan sigap membuat posisi merunduk untuk kembali melompat dan menyerang Brice.

“Aku belum selesai!”

Brice terkejut ketika Pride melesat cepat menuju ke arahnya dan memberikan serangan dari udara. Brice yang belum siap kembali menahan serangannya, namun kemudian Pride menendang tangannya supaya tangkisan itu tidak bertahan lama. Lalu dengan cepat dia memutar kakinya searah jarum jam, sehingga kaki Brice tersandung karena ulahnya. “Saatnya!”

Pride mengangkat pedangnya, lalu menghunuskan pedangnya tegak lurus kepada Brice.  Pedang runcingnya yang begitu tajam siap untuk menusuk perut Brice. “Tusukan Elang!!”

Jleb! Bwoosh!

Pride terkejut setelah pedang runcingnya mengenai perut Brice, sosoknya malah menghilang menjadi debu. Setelah disadari, Brice rupanya sudah berada dibelakangnya. Barusan yang ia serang adalah teknik dari Brice yang bisa membuat sosok bayangannya sendiri.

“Heh, lumayan juga kamu.” Katanya sambil menyeringai.

“Sekarang, giliranku!” Brice berlari memutari Pride dan seketika membuat banyak bayangan yang serupa dengannya. Pride sedikit kebingungan karena teknik yang dikeluarkan oleh Brice. Setelah itu, Brice mengeluarkan jurus yang dikeluarkannya. “Serangan Bayang!

Secara bergantian, para bayangan yang menyerupai Brice saling bergantian menyerang Pride dengan cepat. Prajurit itu sedikit terpojok, mau tidak mau dia harus menghilangkan para bayangan itu dari hadapannya. Dia pun melompat.

Hop Eagle!

GROOMM! Tanah yang ditinju olehnya tiba-tiba bergerak membentuk gelombang kecil yang menyebar disekitarnya, sehingga beberapa bayangan yang dihasilkan Brice hilang dihadapannya. Pride yang tak kenal lelah itu kembali menyerang Brice, begitu juga sebaliknya dengan Brice. Terdengar jelas decitan pedang disetiap hentakan pedang mereka.

Pride mencoba menendangnya kembali, namun Brice mengelak mundur karena tahu hal tersebut. Brice kembali mengeluarkan jurus bayangnya, lalu menghasilkan tiga bayangan yang seiras dengannya. Tiga bayangan itu berlari dan melompat ke arah Pride.

Azuya tiba-tiba membuka matanya, melihat langit biru yang berada diatasnya. Setelah itu, dia mencoba bangun dari posisi tidurnya, namun sedikit terhenti karena dia merasakan sedikit nyeri diseluruh tubuhnya. Lydia yang sadar Azuya bangun langsung menghampirinya dengan cepat. “Azuya!” Anak yang ahli pedang elemen itu menoleh karena dipanggil oleh Lydia. Prajurit wanita tersebut menyentuh dahi Azuya untuk mengetahui suhu tubuh Azuya, dan ternyata suhunya telah kembali normal.

“Ah! Syukurlah kamu sudah baikan,” Lydia tersenyum lega.

Azuya sedikit terdiam mendengar hal itu. Dia mengingat kejadian sebelumnya, yang menimpa teman-temannya. Dia tertunduk. “Maaf soal itu—“

“Tidak perlu minta maaf... Pride memang begitu kalau ada saingan barunya.” Lydia sedikit memalingkan wajahnya, lalu kembali menatapnya. “Saat ini kamu perlu istirahat. Roman bilang kalau kamu tidak boleh melakukan apapun sekarang,” Lanjutnya sambil tersenyum tipis.

Namun Azuya sedikit keheranan, karena kini hanya mereka berdua ditempat itu. Dia sama sekali tidak melihat yang lain, seperti anggota Anicraft maupun dua teman Lydia yang lain. 

“Kemana yang lain? Kenapa mereka meninggalkan kita berdua disini?”

Pertanyaan itu membuat Lydia sedikit terdiam, tidak mau memberitahu yang sebenarnya. Dia takut bahwa Azuya akan pergi menyelamatkan mereka dengan keadaannya yang masih belum baikan dari segi fisik maupun mentalnya. Azuya curiga dengannya. “Lydia? Apa yang kamu sembunyikan… dariku?”

Lydia masih ragu untuk memberitahu Azuya, sedangkan anak itu semakin curiga dibuatnya. “Mereka… pergi mencari Huda, tapi masih belum kembali.”

“Sudah kuduga itu!” 

“Akh!” Mendadak dia mencoba bangun, tapi rasa nyeri masih terasa disekujur tubuhnya sehingga dia terjatuh ke tanah. Lydia mencoba membantunya. Azuya memegang pundak kirinya. Dia tidak terlalu yakin akan menolong yang lain dengan keadaannya yang masih lemah. “Sudah kubilang, kamu perlu istirahat, Azuya!” Lydia miris melihat keadaanya. Azuya sedikit menunduk dihadapannya. 

“Tapi… aku ingin menolong teman-temanku. Aku tidak mau sesuatu terjadi kepada mereka,” Desah Azuya pelan.

Lydia yang merasa iba melihat sifat ambisius Azuya, mencoba berpikir sesuatu. Dia bangkit dan mengambil tas miliknya. Lalu, Lydia kembali menghampiri Azuya dengan membawa sebuah botol berisi cairan merah muda didalamnya. Kini anak itu dibuat bingung olehnya. Lydia hanya tersenyum dan yakin dengan keputusannya.

Aku tidak akan menghalangi seseorang yang ingin melindungi teman-temannya.” Azuya antusias dengan perkataanya, lalu menerima botol yang diberikan Lydia itu.

Pride kembali menyerang beberapa bayangan yang dibuat oleh Brice. Kini terlihat 10 bayangan menyerangnya dengan serentak, namun dengan mudahnya Pride menangkisnya, lalu menghancurkan mereka semua dengan ayunan pedangnya yang begitu kuat. Kemudian, Pride dan Brice kembali beradu pedang ditempat dan keduanya tersentak jauh. Kini dia bisa mengimbangi kecepatan Brice, walaupun jurus-jurusnya tidak sebanding dengan rivalnya tersebut.

“Hiyaa!” Pride mencoba menebas Brice, dan dengan cepat Brice mengelak. Dia mengeluarkan teknik seribu tusukan bayang miliknya kepada prajurit elit tersebut. Namun Pride sukses menangkis serangannya satu demi satu dengan kecepatan yang luar biasa. 

Hop Eagle!!

Pride kembali melompat dan memberi tinjuan yang keras ke tanah, sehingga bebatuan yang berada dibawahnya terhempas naik dihadapannya. Lalu dengan cepai ia menendang bebatuan tersebut menuju Brice. Karena terkejut, dia segera mengeluarkan jurusnya kembali untuk melindungi dirinya. “Seribu Belahan Pelindung!” Dalam sekejap beberapa batu yang menghampirinya hancur berkeping-keping. Namun Brice tidak menyadari bahwa Pride telah berada dihadapannya dengan pedang panjangnya.

Tusukan Elang!” Pride melesat begitu cepat. Brice yang terkejut hanya bisa memalingkan wajahnya, berharap serangan itu tidak menimpanya.

SLAANG!

Bwooshhh…

Sebuah decitan pedang terdengar, sehingga Brice perlahan melihatnya. Terlihat Alta muncul dari balik kepulan debu tanah, yang tercipta karena kecepatan serangan Pride sebelumnya. Alta yang tengah menahan pedang Pride, menangkis serangannya. Sehingga, kini Pride terdorong mundur dibuatnya.

“Aku tidak bisa menahannya lagi! Aku sangat ingin melawanmu sekarang!” ucap Alta geram kepadanya.

“Hergh! Kalau kamu tidak melindunginya barusan, aku bisa menghabisinya sekarang!!” Gerutu Pride semakin kesal dibuatnya. Namun dia terkejut setelah Brice telah muncul disamping kanannya dan bersiap menyerang. Dengan cepat ia menghindar, tapi Alta ikut menyerang dengan pedang besar dari punggungnya. Pride pun menahan serangannya, namun karena tenaga Alta yang jauh lebih kuat, semakin lama dia sedikit kewalahan untuk menahan dorongan Alta tersebut. 

Karena ada peluang, Alta mengelakkan pedang Pride dari hadapannya. BUAK! Tangan kanannya yang kosong pun bersedia meninju Pride di depannya, sehingga prajurit elit itu terguling dan jatuh tersungkur tak jauh darinya.

“Uhuk, uhuk…” Pride terbatuk-batuk setelah perutnya ditinju sangat keras oleh Alta. Dia kesulitan bangun karena rasa nyeri yang begitu menyakitkan dari perutnya. “Pride..?” Humba terkejut melihat rekan lamanya tergeletak ditanah. Dia menghampirinya, lalu membantunya untuk bangun. Karena geram dengan apa yang dilakukan Alta, Humba bangun sambil mengangkat tameng miliknya. Dia melindungi Pride yang masih meringis kesakitan dibelakangnya.

“Humba? Kamu… jangan melawannya,” Pride mencoba membela. “Biar aku yang tangani—“

“Tidak! Mereka terlalu kuat. Kamu tidak akan bisa melawan mereka, walau dengan teknik rahasiamu sekalipun,” tegas Humba pelan.

Pride sedikit terdiam mendengar hal itu. Namun waktu istirahat mereka hanya sebentar, ketika Alta datang menghampiri mereka berdua. Pride secara terpaksa mencoba berdiri, dan kembali menangkis serangan Alta. Tetapi, dia tidak meyakini bahwa Alta akan menendang perutnya, sehingga dia terhempas kembali ke tanah.

“Pride!!” Mata Humba membulat ketika melihat kondisi Pride yang hampir sekarat. Rekannya itu kembali terbatuk-batuk sambil memegang perutnya.

Humba yang geram karena perbuatan Alta semakin menjadi-jadi, akhirnya maju untuk gilirannya yang kedua. Alta yang merasa tertantang, memberikan kode kepada Humba untuk menyerangnya duluan. Humba pun mengangkat tamengnya, lalu berlari kearahnya dengan kecepatan penuh. Alta pun memukul keras tameng miliknya, sehingga Humba terhempas jauh ke belakang. Humba tersungkur dibuatnya.

“Ugh…” Desah Humba pelan.

Pride melihat tameng milik Humba jatuh di depannya. Dia segera melindungi Humba sebelum serangan selanjutnya datang menimpa mereka. Dan yang benar saja, Brice datang menghampiri mereka dengan pedang runcingnya. “Hasil dari pertarungan ini sudah selesai! Hiyaa!” Brice melompat dan bersiap untuk menyerang mereka berdua.

 Set! Set!

“Hah?!” Brice menghindar ketika ada beberapa serangan panah muncul dari saampingnya, lalu memotong panah-panah itu ketika ada serangan berikutnya. Pride menoleh untuk mencari tahu siapa yang menolong mereka saat ini. Matanya terperangah ketika Lydia baru saja memanah Brice untuk melindunginya dan Humba.

“Cih! Bala bantuan datang lagi rupanya,” gerutu Brice pelan.

Namun belum selesai sampai disitu, Alta yang ikut tertarik perhatian dengan adanya lawan baru dihadapannya. “Heh, perempuan mana boleh bertarung dengannya. Sini denganku saja!” katanya sambil berlari ke arah Lydia. Prajurit wanita itu pun kembali mengeluarkan anak panahnya, lalu kembali memanah berkali-kali ke arah Alta. Dengan mudah Alta menangkis semua serangannya. Lydia pun menembaknya dengan tiga panah sekaligus, namun masih dapat dielak dan ditangkis oleh Alta. Tanpa disadari, Alta sudah berada dihadapannya dan siap menyerang Lydia.

“Dorongan Angin!!”

WUUUSHH!!

Terkejut bukan main, Alta sigap menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berpegangan sekuat mungkin. Hembusan angin yang begitu kencang menerpa tubuhnya secara spontan, namun Alta dapat bertahan setelah serangan itu menghilang. Terlihat Azuya sedang membenarkan posisinya setelah mengayunkan pedang. “Aku belum selesai!!”

“Dorongan Angin Berganda!!” Azuya kembali mengeluarkan kekuatan anginnya. Alta yang tidak siap akhirnya terhembus jauh ke belakang.

Brice pun berlari, melancarkan serangan pedang kepada Azuya. Tanpa basa-basi, Azuya pun mengeluarkan jurus selanjutnya. “Sabit Angin!!” Setelah diayunkan pedangnya, muncul sebuah hembusan angin berbentuk sabit melesat menuju Brice. Dengan cepat Brice melompat untuk menghindar dari serangan tersebut. Namun dia terkejut setelah Azuya telah berada didepannya tiba-tiba. “Hiyaa!” Azuya meluncurkan teknik dorongan anginnya kepada Brice sehingga dia terbanting ke tanah.

“Lydia! Kamu selamatkan yang lainnya! Biar aku yang hadapi mereka sekarang,” ujar Azuya disusul anggukan Lydia. Dengan cepat, dia merangkul Humba dan mencoba membantu Pride. Namun, ajakan tersebut ditolak Pride karena suatu hal.

“Kamu duluan saja dengan Humba, biar aku yang menghabisi mereka bersama Azuya disini.” Katanya pelan.

Karena terburu-buru, Lydia hanya bisa pasrah dan akhirnya hanya membawa Humba di rangkulannya. Dia pergi menuju anggota Anicraft yang lainnya yang masih bersebunyi. Terlihat Roman membantu Humba duduk ditanah.

“Tunggu,… dimana Pride?” tanya Roman keheranan.

“Dia bersih keras ingin menghabisi dua buronan itu bersama Azuya.” Kata Lydia pelan.

Pride melangkah menuju Azuya, sambil membawa pedang dan tameng milik Humba sebelumnya. Azuya terkejut ketika Pride muncul disampingnya. “Pride? Kamu lebih baik istirahat. Biar aku yang menangani ini semua.”

“Tidak.” Pride menggeleng. Azuya heran dibuatnya. “Kamu ingin bertarung dengan mereka lagi? Dengan kondisimu sekarang?” Azuya mencoba meyakinkan Pride, namun ia kembali menggeleng.

“Aku tahu ini terdengar aneh, tapi kali ini kita berdua yang akan menghadapinya.” Kata Pride tanpa menoleh sedikitpun ke arah Azuya. Anak itu terkejut, dan dia tertawa kecil mendengar itu. Dia kembali menghadap kedepan. “Heh, terserah kamu saja.”

Alta bangun dari posisi jatuhnya, terlihat wajahnya begitu kesal setelah mendapat serangan dari Azuya. Dengan cepat dia membuat ancang-ancang untuk melempar pedang besarnya. Dan… wuzzhh! Pedang itu melesat bak kilat menyambar. Bahkan tanah yang dipijak Alta retak karena tenaganya yang begitu kuat ketika melempar pedangnya itu. “Dorongan Angin Berganda!!” Azuya mengayunkan pedangnya dua kali, dan kembali tercipta hembusan angin yang begitu kuat melawan arah pedang tersebut. Tapi serangan itu terlihat tidak mempan, sesaat pedang Alta menembus serangannya dan kembali melesat menuju Azuya. 

“Hah?!” Azuya terkejut. Lalu dia bersiap mengeluarkan teknik dorongan anginnya dengan kecepatan tiga kali lipat, namun Pride menghalanginya. Pride menangkis serangan Alta dengan tamengnya. Karena dorongan yang cukup kuat, ketika tameng dan pedang Alta saling berlawanan, membuat tenaga yang cukup kuat sehingga tameng Pride terlepas dari genggamannya. Tameng itu terjatuh tepat di depan Alta yang tak jauh dari mereka.

“Woah…” Azuya terperangah melihat hal itu.

“Seharusnya tameng itu tidak cukup kuat untuk melawan dorongan pedang Alta. Namun karena berkat serangan anginmu, dapat memperlambat kecepatan pedang tersebut ketika sampai dekat dengan kita.” Jelas Pride. Azuya tersenyum penasaran. “Jadi?”

Pride membalas senyum heroiknya.

Kita singkirkan yang besar lebih dulu.

Azuya puas mendengar perkataannya. Dia sudah siap dengan pedang putihnya. “Sama seperti yang kuinginkan!” Mereka berdua bersiap untuk bertarung bersama. Azuya kembali mengeluarkan kekuatan anginnya dari ujung pedang, lalu ia arahkan ke langit. Terlihat Pride melayang diudara menggunakan kekuatan anginnya, sambil bersiap untuk menyerang Alta dibawahnya. Keduanya berseru.

“Dorongan Elang Angin!”

Terlihat Pride meluncur dengan pesat dari langit, memberikan efek percikan berbentuk elang dibelakangnya. Alta yang melihat Pride ingin menyerangnya dengan sigap mengambil tameng dibawahnya. Serangan itu berhasil ditahan olehnya, lalu dengan cepat dia mengelakkan serangan itu supaya ada peluang untuk menyerang balik Pride. Tapi, ternyata rencananya tidak terjadi karena Pride sudah berada di depannya sambil membuat ancang-ancang.

“Tusukan Pedang Angin!!” 

Bwooshh!! Alta kembali terhempas ke belakang. Dia terjatuh ke tanah, lalu mencoba bangun kembali. Namun, dia terlihat kesakitan ketika memegang armor kanannya yang terlihat berlubang. Beberapa tetes darah berjatuhan ke tanah.

“Mu-mustahil! Alta tidak pernah terluka oleh serangan apapun!” Brice terkejut melihatnya.

“Cis! Bocah kurang ajar!” 

Alta bergidik marah. Perlahan dia mengambil pedang besarnya yang sebelumnya jatuh di depannya, lalu membuat tekanan energi dari genggamannya. Dan sesaat ia mengayunkannya, muncul hentakan yang sangat kuat sehingga membentuk sabit besar berwarna kebiruan yang menyebar luar ke sekitar Alta. Brice yang terkejut melihat itu mencoba lompat untuk menghindari serangan tersebut.

Triple Wind Slash!!” Azuya mengeluarkan serangan sabitnya sebanyak tiga kali, untuk mengimbangi serangan tersebut. Namun serangan Alta malah membuat serangannya terbelah. Dia semakin panik karena sabit itu juga akan menghantam Anicraft dan yang lainnya.

“Pelindung Bola Angin!” Azuya menancapkan pedangnya ke tanah, sehingga terbentuklah pelindung besar dari kekuatan anginnya. Pelindung berbentuk setengah lingkaran itu cukup untuk melindungi Anicraft dan juga 3 prajurit tersebut. Serangan Alta pun datang, dan saling bergesekan dengan pelindung angin tersebut. Gesekan itu menimbulkan beberapa goresan dibatang pepohonan disekitaran serangan tersebut.

Azuya mengerahkan seluruh tenaganya untuk mempertahankan pelindung angin tersebut. Dia cukup kuat menggenggam pedangnya yang masih tertancap ditanah. Namun ternyata sabit kebiruan itu dapat bertahan dan membuat Azuya kelelahan untuk mempertahankan pelindung tersebut. Dan alhasil, Azuya terlepas genggamannya karena energinya hampir terkuras habis.

Sabit itu kembali melesat ke arah Azuya, sehingga membuatnya panik. Pride pun datang menghalangi Azuya, lalu menutupinya dengan tameng miliknya. Serangan itu datang dan menghantam tameng Pride. Terlihat semakin lama tamengnya semakin retak dibuatnya. Mau tidak mau, Pride mendorong serangan itu sehingga tamengnya hancur seketika. Dia berganti menggunakan pedang miliknya. Semakin lama serangan itu semakin menghilang, dan akhirnya hancur oleh dorongan Pride. Tapi karena itu, kini pedang Pride terbelah menjadi dua.

“Tidak mungkin dia bisa menghancurkan serangan mematikan Alta. Hanya Cobalt yang bisa melakukan itu…” gumam Brice pelan.

Pride terkejut pedangnya kini tidak bisa digunakan. Namun Azuya mempunyai ide cemerlang supaya Pride tetap bertarung bersamanya. Dia mengeluarkan kekuatan anginnya, lalu kekuatan itu bersatu dengan pedang Pride sehingga terbentuk ujung pedang yang baru.

“Kali ini, mari kita habisi dia.” Azuya kembali tersenyum heroik. Pride mengangguk setuju.

“Ugh…” Alta masih memegang pundak kanannya yang terluka. Brice datang kepadanya. Dia menatap luka tusuk yang diterima oleh Alta. Namun dia tersenyum sinis, karena dia merencanakan sesuatu dibalik sakunya. “Heh… jangan khawatir. Mereka akan mendapat hasilnya yang akan sangat buruk.” Katanya sambil tersenyum sinis kepada Pride dan Azuya. Alta mengangguk, dan tanpa rasa ragu dia kembali maju ke depan untuk melawan mereka berdua.

“Ayo, Azuya!” Pride berlari ke arah Alta, namun disusul Azuya yang terbang menggunakan kekuatan anginnya. Terlihat Pride pun mulai menyerang Alta dengan pedang barunya. Alta menangkis serangan demi serangan, lalu mendorong Pride menjauh darinya. Azuya mengeluarkan teknik dorongan anginnya sehingga Alta kembali terlempar. 

“Bosan dengan angin? Bagaimana dengan… api?!” Terlihat pedang Azuya berubah kemerahan dan mengeluarkan percikan api. Dengan cepat ia membuat beberapa bola api, lalu dia mengarahkan pedangnya menuju Alta. “Rasakan! Bola Api!!”

Beberapa bola api terhempas menuju Alta, sehingga ia menangkis serangan demi serangan itu. Namun setiap bola yang ditangkisnya meledak begitu saja dihadapannya, sehingga Alta kembali terjatuh.

Dan disaat Alta mencoba bangun, momentum emas Pride dan Azuya pun terjadi.

“Tusukan Pedang Angin!!” Pride kembali melesat menuju Alta, namun kini jauh lebih cepat dibanding sebelumnya. Alta mencoba menahan serangan Pride dengan pedang besarnya, sehingga mereka berdua kini beradu pedang.

“SEKARANG, BRICE!” Alta berteriak.

Brice muncul dihadapannya, lalu melempar sebuah panah kebiruan kepada Pride. Mata Azuya mengecil ketika dia mengenal panah yang digunakan oleh Brice tersebut. Pride yang terkena serangannya, meringis kesakitan karena aliran listrik yang menyengat tubuhnya. Beberapa lama kemudian, Pride tumbang dihadapannya.

Alta dan Brice menjauh dari Pride supaya tidak terkena efek listrik tersebut. Azuya menghampiri Pride terkapar tidak berdaya ditanah. Dia mengambil panah yang sebelumnya berenergi listrik di dalamnya. Dia sangat mengenal jenis panah tersebut.

“Ini Arrow Man milik Roman…” Azuya tidak bisa berkata.

Ya, panah itu merupakan Arrow Man milik Roman yang telah dimodifikasi. Namun yang herannya, kenapa panah itu bisa berada di tangan Brice. Pride yang mencoba bangun pun duduk di depannya.

“Bagaimana bisa kamu punya benda itu?!” tanya dia geram.

“Heh,” Brice tersenyum sinis kepada mereka.

• Flashback On •

Roman dan Eben terhempas karena serangan combo milik Alta dan Brice. Tanpa disadari beberapa panah milik Roman jatuh berserakan di tanah. Brice yang melihat itu, langsung menyimpan beberapa panah yang menurutnya akan berguna untuk melawan mereka nanti.

“Heh, bagus…” katanya puas.

Dia menatap Roman yang tengah mencoba meraih tangan Eben disampingnya. Namun terlihat dia tidak mampu berbuat apa-apa disana.

• Flashback Off •

“Lebih baik kalian menyerah, atau aku akan melakukan ini kepada kalian…” Brice membuat ancang-ancang sambil memperlihatkan panah yang akan dilempar olehnya. Terlihat panah tersebut berwarna kemerahan, sehingga mereka berdua terkejut karena jenis panah tersebut.

“Itu kan..?!” Mata Azuya membulat, mengingat panah jenis itu akan berakibat ledakan besar jika mengenai mereka berdua. Dia bergegas melindungi Pride, sebelum akhirnya Brice melempar panah tersebut dengan kecepatan luar biasa. Azuya pun kembali membuat pelindung angin, sehingga dia dan Pride dapat terhindar dari serangan itu. 

BLAAR!! 

Panah tersebut meledak sesaat bersentuhan dengan pelindung Azuya. Dia menciptakan ledakan yang begitu besar, sehingga percikan api dari ledakan tersebut menyebar dimana-mana. Azuya terlihat keadaannya mulai melemah, karena sebelumnya dia berganti kekuatan dengan cepat. Dia terengah-engah ketika melihat hutan tersebut mulai termakan kobaran api dimana-mana.

“Aku harus memadamkan apinya… atau semuanya akan terbakar…” katanya pelan. Pedangnya kini berubah kebiruan, namun terlihat Azuya yang semakin lama semakin melemah. Roman yang tahu persis kondisi Azuya saat ini terkejut melihat perbuatan Azuya, mencoba mencegahnya sambil berteriak.

“AZUYA, JANGAN!!”

“Ughh… ah..” Azuya yang tidak kuat menopang berat tubuhnya akhirnya jatuh tersungkur. Tubuhnya lemas tidak berdaya, karena suhu badannya yang kembali berubah-ubah. Pride yang kaget dengan hal yang dialami Azuya, dia bergegas menuju Azuya.

“Azuya, kamu kenapa—ah!” Pride terkejut sesaat mau menyentuh tangan Azuya. Tangannya kini begitu panas dia rasakan. Dia kebingungan karena tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia menoleh ke beberapa titik api yang dekat darinya.

“Apa mungkin ini karena efek api-api tersebut?” gumamnya pelan. Pride bangun, lalu mencoba memadamkan api-api tersebut menggunakan kakinya. 

“Usaha yang sia-sia…” Brice dan Alta yang memiliki peluang untuk menyerang Azuya pun membentangkan pedang mereka masing-masing. Mereka bersiap memberikan serangan mematikan yang pernah menerpa Roman dan Eben sebelumnya. Pride yang baru sadar Azuya sedikit jauh darinya terkejut ketika dua penjahat itu melepaskan ayunan pedangnya, sehingga terbentuklah sabit hitam yang melesat menuju Azuya.

Cannon 50% Tembakan Laser Plasma!

Roman yang tidak pamrih pun bangkit dan melindungi Azuya. Mau tidak mau, cannon-nya yang rusak harus ia gunakan untuk menyerang Brice dan Alta. Dia pun membidik serangan Brice dan Alta sebelumnya. “Tembak!”

Laser yang dikeluarkan cannon tersebut pun melesat begitu cepat dan membelah serangannya. Namun permasalahan barunya kini muncul ketika cannon tersebut sulit dikendalikan oleh Roman karena kekuatannya yang begitu kuat. Pohon demi pohon terbelah karena dilewati oleh laser tersebut. Brice dan Alta pun menunduk ketika laser Roman melewati mereka di atas kepala. Mereka ingin menyerang balik, namun sesuatu menahan mereka. Tubuh mereka tiba-tiba tertarik hingga meninggalkan hutan tersebut, sehingga tidak diketahui oleh Roman.

Roman yang masih mencoba menahan cannon-nya yang tidak terkendali mencoba bertahan. Tak lama, Roman yang lelah pun terdorong karena serangannya sendiri, dan menabrak sebuah pohon dibelakangnya hingga tumbang. Serangan itu otomatis berhenti ketika peringatan terdengar dari kacamata Roman.

Peringatan! Cannon mengalami kerusakan total! Mohon untuk tidak mengaktifkannya sebelum pemulihan dimulai…

“Erkh…” Roman yang terbaring ditanah tidak dapat melakukan apa-apa. Dia mencoba menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.

“Ro… Roman…” Azuya yang masih sadarkan diri menadahkan tangannya, berusaha memberi panggilan kepada Roman, namun tidak dihiraukan olehnya. Seketika penglihatan Azuya mulai memudar dan semua berubah menjadi gelap.

BRAAK! 

Alta dan Brice keluar dari portal hitam tersebut dan terdampar disuatu tempat yang gelap. Nampak seseorang berdiri di depan mereka sambil memberikan ekspresi kecewa kepada mereka.

“TIDAK BERGUNA! Melawan mereka saja kalian tidak bisa!”

“Tu-tuan?” Mereka terkejut melihat orang bermata satu itu membentak mereka berdua. Brice dan Alta bangun, lalu menunduk kepadanya.

“Kenapa tuan menarik kami kesini? Padahal mereka hampir berhasil kami kalahkan!” ujar Alta kesal.

“Harusnya kalian yang berterima kasih karena aku menolong kalian dari serangan tersebut!” Pria tersebut membelakangi mereka. Brice menatap dia takut. Terlihat sosok itu terkena cahaya dari pantulan petir yang berkecamuk diluar tempat itu. Nada beratnya seakan-akan membuat bulu kudu mereka merinding seketika.

“Lain kali saja jika kalian ingin menyerang mereka. Biar aku sendiri yang akan menghabisi mereka semua. Satu, demi satu…”  -Cobalt-

◇ To be continue… ◇

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Rasa Bersalah : PART 5 - FULL STORY - ANICRAFT SERIES - Chapter = Selamatkan Tuan Putri
4
2
NOTE PENTING : Cerita Pendek Anicraft ini adalah “Filler”, dimana tidak offcial masuk ke cerita “Anicraft Series” Tapi karakter2 dan berbagai Cerita penting disini akan tetap terhubung di “Anicraft Series”Timeline Cerita : Sesudah Anicraft Movie. Sebelum Anicraft SeriesBaca Part 1 Disini Baca Part 2 Disini Baca Part 3 Disini Baca Part 4 DisiniMata Azuya perlahan terbuka, penglihatannya semakin lama semakin jelas. Dia berada di sebuah tempat yang dipenuhi kobaran api. Beberapa orang dengan tampilan prajurit, terluka dimana-mana. Azuya semakin terkejut karena tahu bahwa ia kini berada disebuah lingkungan istana.“A-apa yang terjadi disini?” gumamnya pelan. Azuya bangkit dan berdiri, lalu kembali melihat ke sekitar untuk memperjelas apa yang dilihatnya. Api berkobar dimana-mana.“HAHAHAHAHAHA!”“Hah?” Azuya menoleh ke suara tersebut. Dari balik asap yang tebal karena kobaran api, muncul seseorang sebaya dengannya dengan tatapan seram. Dia berjalan perlahan menuju Azuya. Tawanya yang menggelegar bergema di setiap dinding istana tersebut.“Siapa kamu?! Apakah kamu yang melakukan ini?!” Tanya Azuya geram. Namun sosok itu hanya terdiam sambil tersenyum sinis. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Azuya.“Beraninya kamu menyerang istana ini! Tidak akan ku maafkan!!” Azuya berlari kepadanya, lalu mengayunkan pedangnya untuk melontarkan dorongan anginnya kepada orang itu. Namun dia masih terdiam ditempat, merasa bahwa efek serangan Azuya tidak berpengaruh kepadanya. “Cuma itu saja?” katanya angkuh.Karena semakin geram, Azuya kembali maju kepadanya secepat angin. Dia menyerang, dan terjadi adu pedang antara Azuya dengan sosok itu. Pedang Azuya ditarik olehnya, lalu dia memutar pedang miliknya untuk menyerang Azuya. Anak berpedang elemen itu dengan cepat menangkis serangannya. Namun karena hentakan tersebut cukup kuat, Azuya terpelanting mundur ke belakang.‘Apa?! Aneh sekali… padahal aku sudah menangkis serangan kecilnya. Namun, seperti ada energi yang mampu mendorongku sejauh ini..’ gumam Azuya dalam hati.“Heh, biar aku selesaikan saja pertarungan ini…”Sosok itu mengangkat tangannya, lalu telapak tangannya mengarah ke arah Azuya. Tiba-tiba tubuh Azuya seperti ditahan oleh sesuatu sehingga membuatnya sulit untuk bergerak. Tubuhnya terangkat ke udara ketika sosok itu mengangkat tangannya lebih tinggi. Lalu secara cepat, Azuya tertarik menuju kepadanya, sedangkan orang yang menatapnya sinis sudah siap mengarahkan pedangnya tepat lurus kearah Azuya. Dan… JLEB!“Akh!” Mata Azuya membulat ketika pedang yang cukup besar tersebut tepat menembus dada kirinya.. Sosok itu tertawa dengan puas sehingga suaranya kembali menakuti pikirannya. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan