Azuya VS Pride : PART 2 - FULL STORY - ANICRAFT SERIES - Chapter = Selamatkan Tuan Putri

2
0
Deskripsi

NOTE PENTING : Cerita Pendek Anicraft ini adalah “Filler”, dimana tidak offcial masuk ke cerita “Anicraft Series”
Tapi karakter2 dan berbagai Cerita penting disini akan tetap terhubung di “Anicraft Series”

Timeline Cerita : Sesudah Anicraft Movie. Sebelum Anicraft Series

Cerita Part 1 Disini

Hari sudah pagi, namun langit masih gelap karena matahari belum menampakkan wajahnya. Begitu pula dengan Roman dan teman-temannya yang masih tertidur lelap. Hutan yang dipenuhi oleh suara jangkrik dan sungai yang...

FULL STORY – ANICRAFT SERIES
PART 2 : Azuya VS Pride
Character by Romansyah, Azuya Surya, Blanemist, Hudacho, dkk.
Story : Amalia Farissa Devy

“Mmmhhm…” Roman terbangun dari tidurnya karena mendengar suara keributan yang tak jauh di dalam hutan itu. Dia terkejut setelah melihat sebuah ledakan kecil yang tak jauh dari perkemahan mereka. Lalu ia semakin dibuat bingung karena Azuya dan Pride tidak ada ditempatnya. Akhirnya ia bangkit dan membangunkan yang lain.

“Semuanya! Bangun!”

Dengan sigap, anggota Anicraft yang lain, Lydia dan Humba terbangun dari tidurnya. Huda yang sedang menguap, menatap Roman bingung. “Roman? Ada apa?” tanya ia kebingungan.

“Ada perkelahian yang tak jauh dari perkemahan ini. Ayo kita selidiki, siapa tahu kita menemukan dua buronan kemarin!” Ujar Roman. Semua mengangguk, kecuali Humba yang merasa janggal akan sesuatu. “Di.. dimana Azuya dan Pride—“

GROOMM! Belum selesai kalimat Humba diucapkan, tiba-tiba muncul getaran kecil dari tanah yang dipijak oleh mereka. Mereka sedikit ketakutan karena hal itu. Blane yang tidak heran seperti tahu apa yang terjadi. “Tunggu… gempa ini seperti bukan gempa biasa.”

“Sepertinya ini efek dari serangan pedang elemen dari Azuya!” Huda juga mengiyakan perkataan Blane.

“Wah, jangan-jangan Pride dengan Azuya ada disana!” Eben mendadak panik.

“Iya. Ayo cepat!” Roman pun mengajak mereka lebih dulu, disusul oleh yang lain dibelakangnya. Namun perjalanan mereka sedikit terhambat karena beberapa mob zombie dan skeleton mulai datang menyerang mereka. Roman mencoba melindungi yang lain dari serangan panah skeleton menggunakan shield hologram miliknya.

“Hah, merusak suasana saja.” Blane mengeluarkan tongkat miliknya, lalu menyerang mob-mob itu. 

“Apa yang harus kita lakukan?” Eben bertanya kepada Roman.

“Ya, mau tidak mau, kita harus melawan mob-mob ini dulu.” Kata Roman sambil mengeluarkan ArrowMan ditangannya. Begitu juga dengan Humba dan Lydia yang sudah siap dengan senjatanya masing-masing. Blane pun sudah menyiapkan tongkat miliknya.

“Huda! Eben! Kamu pergi ke Azuya dan Pride! Kami akan menyusul setelah mengurus mob-mob ini.” Tutur Roman disahuti anggukan Huda dan Eben.

SREET!! Kaki Pride bergesek ditanah, menahan serangan pedang Azuya yang berada di depannya. Dia pun menangkis dan menyerangnya kembali, namun Azuya dapat menghindar dan kembali melontarkan kekuatan angin dari pedangnya tersebut. Pride yang agak sedikit kelelahan, mau tidak mau harus bersembunyi dibalik pohon-pohon hutan yang cukup tinggi. 

“Heh, sekarang kamu takut?” Azuya menaruh pedangnya dipundaknya, lalu tersenyum puas.

“Cis! Curang namanya kalau kamu menggunakan elemen seperti itu!” kata Pride kesal. Dia sedikit mengintip ke Azuya, namun kembali bersembunyi setelah Azuya melontakan beberapa bola api yang keluar dari pedang Azuya dan meledak dibatang pohon tempat persembunyiannya.

“Hahaha, bilang saja kalau kamu memang takut dan tidak cukup kuat melawanku!” Azuya kembali angkuh dihadapannya. Pride yang semakin kesal dengan itu menggerutu karena mendengarnya. Lalu, dia mempunyai sebuah ide licik yang akan ia lakukan setelah ini. Dia pun keluar dari tempat persembunyian, lalu melangkah menuju Azuya.

“Oh? Kamu keluar untuk apa? Bukannya kamu takut dengan seranganku tadi?” tanya Azuya sambil menatapnya remeh. Pride yang berada beberapa meter darinya berhenti melangkah, dan menatapnya licik.

Heh, siapa bilang aku takut?

Pride mengambil ancang-ancang, dan berlari dengan mengayunkan pedangnya, Azuya kembali mengelak namun kembali diserang oleh Pride. Azuya kembali menahan serangannya itu, dan membalasnya dengan tebasan pedangnya. Namun tampa anak itu sadari, Pride mengambil pisau kecil dari bahunya dan menangkis serangannya tersebut.

“Hah?” Azuya terkejut karena Pride kini mempunyai dua senjata.

Azuya sedikit menjauh karena hal tersebut. Lalu kembali berlari untuk menyerang Pride. Namun pertarungan itu berangsur cepat ketika Pride menyerang dia berkali-kali menggunakan kedua senjatanya. Pertarungan semakin sengit, sehingga ketika Azuya mengayunkan pedangnya dari atas, Pride mengelak dan menahan pedangnya yang akhirnya menancap kedalam tanah menggunakan kakinya. Karena kini Azuya tidak memiliki apa-apa, dia menjauh darinya.

“Hei, itu curang!” Gerutu Azuya kesal.

“Jika kamu berbuat curang, maka aku balas juga dengan hal yang sama.” Kata Pride sambil menyimpan pisau kecilnya ke kantung yang berada dibahu kanannya. Lalu, dia mengambil pedang milik Azuya dan menatapnya sejenak. “Ternyata kamu tidak sekuat yang aku kira,”

“Apa?!” Azuya semakin geram.

“Bagaimana cara menggunakan kekuatan di pedang ini?” Tanya dia sambil menatapnya remeh. Azuya membentaknya kemudian. “Tidak ada gunanya! Cuma aku saja yang bisa menggunakan kekuatan elemen di pedang itu!”

“Oh. Baiklah kalau begitu,” Tiba-tiba, Pride memegang pedang miliknya dan Azuya di kedua tangannya. “Kini aku akan sangat mudah mengalahkanmu jika kamu tidak memiliki kekuatan apapun.”

Dengan cepat, Pride melompat ke arahnya, lalu memulai serangannya kembali. Bertubi-tubi Azuya mengelak dari serangannya. Ia mundur selangkah demi selangkah, nampak ia begitu kewalahan karena serangan Pride yang berkali-kali dilontarkan olehnya. Azuya tidak menyadari bahwa sebuah pohon mengahalangi jalannya, sehingga dia tertahan di bawah pohon. 

Dengan cepat Pride mengeluarkan pisau kecilnya, lalu melemparnya ke arah Azuya. Pisau itu tertancap di jubah Azuya dengan kuat, dan kini ia tersangkut disana. Azuya yang berusaha melepas pisau itu, menyadari bahwa Pride mengayunkan pedang kepadanya. Azuya merunduk untuk menghindari serangan itu.

“Saatnya aku akhiri pertarungan ini.” Mata Azuya terbelalak ketika serangan yang spontan muncul dari Pride menggunakan pedang elemen miliknya. Serangan yang sangat lurus dengan pandangan Azuya itu berhasil ditahan oleh Azuya dengan kedua telapak tangannya. Tapi Pride yang masih tidak puas menyerangnya kembali melayangkan pedangnya ke Azuya. Mau tidak mau, Azuya pun mengaktifkan kekuatan angin di pedangnya, sehingga Pride terdorong agak jauh darinya.

“SUDAH CUKUP!!” Azuya marah besar. 

Pride yang tidak menghiraukan hal tersebut, kembali melayangkan serangannya kepada Azuya. Namun Azuya mengeluarkan kekuatan anginnya dan kembali mendorong Pride jauh darinya. Hembusan angin begitu terasa, mengelilingi Azuya yang berapi-api. Daun-daun yang terhembus angin pun menjadi sasaran awal dari kemarahan Azuya. Terlihat Azuya mengayunkan pedangnya, sehingga daun-daun tersebut terbelah menjadi dua.

“BIAR AKU YANG MENGAKHIRI PERTARUNGAN INI DAN KAMU!!”

“Hiyaah!” Roman melempar ArrowMan miliknya sehingga beberapa mob zombie dihadapannya tewas seketika. Lydia dan Humba menyerang para skeleton yang terus memanah mereka tak henti. 

“Hah.. hah… semakin lama kita menyerang mereka,… bukannya semakin banyak mob yang ter-spawn?” tanya Blane kelelahan. Romansyah mengangguk.

“Iya, tapi… tidak mungkin sebanyak ini!” Celetuk Humba sambil menyerang zombie-zombie dengan pedangnya. Mereka semakin kewalahan karena semakin banyak mob yang datang. Roman pun mencari ide supaya mereka semua bisa keluar dari keadaan yang terdesak tersebut, dia mengaktifkan kacamatanya kembali.

“AKTIFKAN HOVERBOARD!” Seru Roman sambil memberikan posisi melompat yang tepat. Seketika hoverboard yang berada di punggung Roman berubah bentuk dan terbang menuju langit. Roman pun melompat dan mendarat tepat diatas hoverboard tersebut. Dia segera mendarat, lalu mengeluarkan canon laser-nya, lalu menembak penuh para zombie dan skeleton disekitar Humba dan Lydia.

“Woah… apa itu, Roman?” Blane terkagum-kagum melihatnya.

“Ini hoverboard buatanku.” Jawab Roman sambil menghulurkan tangannya ke Blane. “Ayo, Blane! Cepat naik!” Dengan cepat, salah satu rekan Anicraftnya itu menerima uluran tangannya, dan bergegas naik ke atas hoverboard. “Humba! Lydia! Aku akan bantu dari atas!” kata Roman sambil menjalankan hoverboard di atas mereka.

“Biar aku yang akan menembak mob-mob yang menghalangi jalan kalian!”

Humba dan Lydia mengiyakan seruannya itu, lalu berlari sesuai arah yang ditentukan oleh Roman. Roman kembali menembakkan mob-mob yang menghalangi jalan kedua prajurit tersebut dengan canon miliknya. Dan akhirnya, mereka bisa melewati pertarungan sengit tersebut sehingga mereka pergi ke satu tujuan, yaitu ke tempat Huda dan Eben berada.

“Huda, kamu dimana? Apakah kamu sudah menemukan Azuya dan Pride?” Roman menghubungi Huda yang kini posisinya berbeda darinya sekarang.

“Belum, kami belum menemukan mereka—“

“Huda! Lihat! Itu Azuya dan Pride!” Eben memotong perkataan Huda, yang membuat perhatiannya tertuju kepada Eben. “Hah?! Dimana?!”

“Itu mereka!” Kata Eben sambil menunjuk Azuya yang sedang bertarung dengan Pride dari semak-semak. “Tapi… kenapa Azuya nampak kesal dengan Pride? Apa yang terjadi dengan mereka?” Tanya Eben kebingungan. Huda juga terkejut melihat beberapa pohon yang diserang oleh Azuya rubuh seketika.

“Roman! Kamu harus segera kesini! Nampaknya ada masalah dengan Azuya dan Pride!” Ujar Huda khawatir dalam panggilan Roman.

“Baiklah!” Roman menutup panggilan tersebut, lalu kembali fokus ke jalannya.

“Semuanya, kita harus cepat menuju Huda dan Eben!” Seru Roman dari atas. Humba dan Lydia yang berlari dibawahnya mengangguk dan mempercepat langkahnya. “Blane, pegangan yang kuat, ya!” dengan cepat, Roman mempercepat laju hoverboard tersebut, sehingga Blane tersentak dan berpegangan pada Roman dengan kuat.

“Waaaaahhh!! Romaaan! Pelan-pelaann!” celetuk Blane ketakutan.

Dengan bantuan kekuatannya, Azuya berlari sekencang angin yang berhembus, lalu menyerang Pride berkali-kali dengan kekuatan penuh. Pride yang terus-terusan menangkis dan mengelak dari serangannya itu semakin kewalahan. Dia mencoba lari, namun dia terhempas karena serangan jarak jauh yang dibuat oleh Azuya.

Pride pun mencoba bersembunyi dibalik pohon, namun karena kekuatan pedang Azuya yang begitu kuat, pohon itu terbelah dua dan tidak dapat menyembunyikan tubuhnya sekarang. Potongan pohon itu tiba-tiba tumbang ke arah Azuya, dan dengan sigap Azuya kembali memotong bagian pohon itu menjadi dua.

Setelah itu, Azuya kehilangan jejak Pride. Dia menoleh ke segala arah, dan terkejut melihat Pride melompat dan sudah berada diatasnya dengan pedang zirahnya. Namun dengan mudah Azuya mengarahkan ujung pedangnya, dan memberikan hempasan angin yang cukup kencang, sehingga Pride terlontar ke udara.

Serangan itu belum selesai, Azuya melempar beberapa cakra udara yang diketahui oleh Pride. Dengan sigap Pride mengelak dan mendarat sempurna ke atas tanah. Lalu kembali bersembunyi dibalik pohon lain.

“Kenapa? Tidak terlalu kuat sekarang, hah?!” Teriak Azuya dengan wajah geramnya. Pride yang terlihat nafasnya begitu dalam karena lelah bertarung itu pun sedikit mengintip. Terlihat Azuya mendekati persembunyiannya, lalu mengangkat pedangnya yang dipenuhi energi dari kekuatan angin. “Azuya!” Namun ia terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya.

“Apa yang kamu lakukan?” terlihat Eben berjalan dari kejauhan disusul oleh Huda dibelakangnya.

“Eben? Huda?” Amarah Azuya sedikit mereda karena kedatangan mereka.

Huda terkejut melihat beberapa pohon yang rubuh dan juga terbelah menjadi beberapa bagian. Namun mereka tersentak ketika Pride berlari meninggalkan mereka bertiga. Dengan sigap, Azuya membuat dinding tanah untuk mencegahnya pergi dari tempat mereka bertarung.

“Pride?” Eben menyapanya, namun Pride hanya diam.

“Heh, kenapa? Kamu takut?!” Azuya menatapnya sinis, lalu mau mendekati Pride dengan berapi-api.

“Eehh, kenapa sih?” Huda menarik tangannya, hingga Azuya tidak jadi melangkah. Azuya melepas genggaman Huda. Dia masih menatap Pride tajam, sehingga Eben semakin bingung. “Jadi kalian bertengkar?” Huda mengangkat salah satu alisnya.

“Ba-bagaimana kalian tahu?” Azuya terkejut mendengarnya.

“Selama kamu bertarung dengan Pride, kami mengintipmu dari semak-semak disana. Hanya saja, kami tidak mau mengganggumu.” Jelas Huda.

“Tapi… kenapa? Dia kan teman kita.” Eben mengiyakan perkataan Huda.

“Teman macam apa yang meremehkan kemampuan temannya sendiri?!” Bentak Azuya sambil menatap Pride sinis.

“Kamu pun juga sama!” Pride membela diri. Azuya semakin berapi-api, terlihat pedangnya mengeluarkan kekuatan anginnya kembali. “Sudah, kalian jangan bertengkar.” Eben mencoba meleraikan mereka berdua, namun mereka masih berperang mulut. 

“Jika saja kamu tidak ada saat itu, kami sudah mendapatkan kedua buronan itu—“

“AKU SUDAH BILANG ITU TIDAK SENGAJAAAA!!”

BWOOSSHH!! Kekuatan angin yang muncul dari pedangnya lumayan kuat sehingga semua yang berada di dekatnya terhempas ke tanah. Eben mencoba bangun dari serangan barusan. Beberapa detik kemudian, Roman dan Blane datang dengan hoverboard milik Roman. Sedangkan Humba dan Lydia berlari menyusul mereka berdua.

“Eben! Huda!” Blane melompat dari hoverboard Roman, dan membantu Huda dan Eben berdiri.

“Azuya! Apa yang kamu lakukan?” Roman terkejut melihatnya.

“Pride!” Lydia dan Humba menghampiri Pride yang mencoba bangun, namun kelelahan setelah bertarung. Namun, Pride tidak sadar bahwa Azuya mencoba kembali menyerangnya dengan beberapa cakra udara. Dengan sigap, Roman melindungi Pride dengan shield hologram miliknya.

“Azuya! Sudah cukup! Kamu sudah gila, kah?!” Bentak Blane kesal.

“Dia meremehkanku! AKU BENCI ORANG SEPERTI DIA!!” Mata Azuya membulat, terlihat ia semakin naik darah. Dia kembali mengangkat pedangnya yang dia pegang dengan erat. 

“Azuya! Tenangkan dirimu! Kita bisa bicarakan ini baik-baik.” Ucap Roman panik.

Namun Azuya tidak mendengar omongan Roman tersebut. Dia mengeluarkan kekuatan tanah, lalu mengangkat blok blok tanah di dekatnya. Dengan sigap, dia mengarahkan pedangnya kembali ke Pride, sehingga blok blok tersebut mengarah kepada Pride. Humba memdorongnya dan menyuruh rekannya itu untuk menunduk, sehingga serangan itu berhasil mereka hindari. Lalu mereka berdua kembali berdiri.

“Tidak ada yang boleh campur tangan. Ini urusanku dengan dia!” Azuya menancapkan pedangnya ke tanah, dan mengurung semua orang disana, kecuali Pride. Entah Azuya tidak tahu tentang hal ini, tetapi dia lupa untuk mengurung Eben yang masih kesakitan karena hembusan angina dari Azuya sebelumnya.

“Hah!” Pride terkejut setelah melihat serangan kembali dilontarkan oleh Azuya dengan blok-blok tanahnya. Namun dengan cepat, Eben menarik satu demi satu blok-blok tersebut dengan pancingannya. Dan akhirnya, tidak ada satu serangan pun yang mengenai Pride.

“Kamu tidak apa-apa, Pride?” tanya Eben sambil membelakangi Pride. Dia hanya mengangguk kecil, karena energinya terkuras habis setelah bertarung dengan Azuya. “Berlindunglah di suatu tempat, biar aku yang mengatasi ini.” Ujar Eben sambil membuat posisinya tepat untuk melindungi Pride.

“Kenapa kamu melindungi dia?!” Bentak Azuya setelah melihat tindakan Eben.

“Azuya! Hentikan semua ini, atau semua akan dalam bahaya!” Teriak Eben sambil menatapnya khawatir. Pride pun mencoba mencari tempat persembunyian, sehingga dirinya selamat dari Azuya.

“AKU TIDAK MAU!!” Karena kemarahannya, Azuya pun mengeluarkan kekuatan apinya, yang dimana keadaan mereka semua dalam bahaya karena posisi mereka yang berada di tengah-tengah hutan. 

Azuya pun mengeluarkan beberapa bola api, dan dilemparkan ke Eben. Dengan cepat Eben menghindar dengan bergelantungan di atas pepohonan yang lumayan tinggi di hutan tersebut. Namun dia tidak menyadari dampak serangan Azuya membuat hutan tersebut mulai terbakar.

“Hah! Azuya, berhenti! Hutan ini mulai terbakar!!” Kata Eben sambil menghindari serangan Azuya.

“TIDAK AKAN SELAGI AKU BISA MENGHABISIMU!!” Geram Azuya lalu kembali melempar bola-bola apinya kepada Eben.

Eben yang makin panik dengan kondisi hutan disekitarnya pun mencari cara untuk menghentikan Azuya. Dia melihat pedang Azuya yang berubah kemerahan karena kekuatan apinya, dan berpikir harus memadamkan kekuatannya tersebut. Mau tidak mau, dia harus melawan Azuya yang sedang berapi-api dihadapannya.

Dengan cepat, dia mengeluarkan ember berisi air, dan dilemparkan ke arah Azuya. Namun karena Azuya tahu maksud darinya, dia langsung mengeluarkan kekuatan anginnya, lalu menghempaskan ember berisi air itu ke udara. Karena kesal, Eben menarik ember tersebut kembali ke arah Azuya. Di waktu yang sama, Azuya melempar bola api ke arah ember tersebut, dan terbuatlah kabut yang membuat pandangannya kabur.

Pride yang sudah mulai terisi lagi energinya, berusaha untuk menyerang kembali Azuya. Akhirnya dia maju dan menyerang Azuya dengan pisau kecilnya, sehingga lengan Azuya jadi tergores sedikit. Karena terkejut, Azuya mendorong Pride dengan kencang menggunakan kekuatan tanahnya, sehingga dia terhempas ke pohon. Lalu muncul Huda yang ternyata bisa keluar dari kurungan tanah tersebut. Ternyata Roman menggunakan canon lasernya untuk menghancurkan dinding tanah yang dibuat oleh Azuya.

Huda yang berencana untuk menyerang Azuya pun menembakkan bola sulfir kearahnya, namun dengan sigap Azuya melempar balik dengan hembusan angina yang dibuatnya sehingga serangan Huda berbalik ke arahnya. Huda yang melayang tersebut tidak merasa takut karena ia bisa mengatur posisinya dengan mudah.

Azuya yang marah melihat tindakan mereka akhirnya mengeluarkan elemen anginnya dengan berkekuatan penuh, sehingga terbuatlah angin puyuh yang menghembuskan mereka semua dan pohon-pohon disekitarnya. Huda yang masih berada di udara akhirnya terhempas sangat jauh dari mereka semua, sehingga lokasinya kini tidak diketahui oleh yang lain. Roman pun berusaha menahan serangan Azuya yang sangat kuat itu dengan shield miliknya.

“Aaahh… hah… hah…”

Beberapa detik kemudian, terlihat Azuya yang berada didalam angin puyuh tersebut begitu kelelahan karena mengeluarkan seluruh kekuatannya. Angin puyuh yang dibuatnya mereda, dan terlihat Azuya yang jatuh dari langit karena kelelahan.

“Azuyaa!” Roman pun menerbangkan hoverboard miliknya ke Azuya dengan waktu yang tepat, sehingga Azuya pingsan setelah serangan tersebut. Dengan perlahan, hoverboard Roman menurunkan Azuya hingga sampai ke daratan.

Perangkap tanah yang mengurung yang lain runtuh seketika karena keadaan Azuya yang tidak sadarkan diri. Hutan yang sebelumnya terbakar pun padam seketika karena kekuatan apinya yang sudah tidak aktif. Lydia dan Humba segera menolong Pride yang ternyata tidak sadarkan diri setelah terhantuk ke batang pohon sebelumnya.

“Akhirnya, Azuya sudah berhenti menggunakan kekuatannya.” Blane lega melihatnya.

“Dia kelelahan karena mengeluarkan seluruh kekuatannya. Sekarang dia tidak sadarkan diri, jadi kita tunggu sampai ia bangun.” Kata Roman sambil menatap ragu Azuya yang masih terbaring diatas hoverboard-nya. Yang lain hanya mengangguk.

“Mari aku bantu, untung saja aku membawa beberapa obat yang cukup banyak untuk kita semua,” Lydia menyodorkan beberapa posion health kepada anggota Anicraft yang lain.

“Tunggu?” Eben merasa ada yang janggal. Semuanya menatapnya bingung. “Kenapa, Eben? Ada masalah?” Tanya Blane bingung.

“Hu.. Huda mana? Kenapa dia tidak terlihat sama sekali?!”

“Erkhh…” Huda terbangun di suatu tempat. Dia mengelus kepalanya yang sakit akibat benturan yang cukup kuat dari kekuatan Azuya. Dia menoleh ke sekitar, nampak hutan yang dia tempati berbeda dari hutan sebelumnya. “Di.. dimana aku?” gumam Huda heran. “Kamu tersesat?”

Huda yang tidak asing dengan suara tersebut menoleh perlahan. Dibelakangnya terlihat Brice dan Alta yang menatapnya sinis. Memori tentang pertarungan kemarin masih lengket dan berputar dikepala mereka.

“Ka-kalian?!” Huda terkejut melihatnya.

“Heh, sekarang tidak ada yang bisa menolongmu lagi…” Brice dan Alta mendekatinya perlahan, sehingga Huda tersentak bahwa ada dinding yang menghalangi jalannya dibelakang. Dia yang terpojok mencoba menyerang mereka berdua menggunakan bola sulfirnya. Namun, dengan mudah Alta menghancurkan serangannya itu. Huda semakin takut dibuatnya.

“Hehe, ini saja kemampuanmu?” Kata Alta sambil menodongkan pedangnya ke arah Huda. Kini ia tidak dapat berbuat apa-apa, selain menunggu bala bantuan datang.

To Be Continue…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Karakter Terfavorit - Anicraft Mini Comic #1
5
0
Jadi ini adalah comic Spesial 100+ Pendukung di Karya Karsa ku :D Art By : Rainmelf Mini Comic Anicraft Kalian Bisa vote Untuk Karakter Favorit Selanjutnya Disini Atau bisa klik di bawah ini https://forms.gle/xaQwaEyo7SHL87fn7
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan