Huda Dalam Bahaya?! : PART 3 - FULL STORY - ANICRAFT SERIES - Chapter = Selamatkan Tuan Putri

2
0
Deskripsi

NOTE PENTING : Cerita Pendek Anicraft ini adalah “Filler”, dimana tidak offcial masuk ke cerita “Anicraft Series”
Tapi karakter2 dan berbagai Cerita penting disini akan tetap terhubung di “Anicraft Series”

Timeline Cerita : Sesudah Anicraft Movie. Sebelum Anicraft Series

Part 1 Disini
Part 2 Disini

“Hah… hah…” Huda berlari di hutan itu. Terlihat dua sosok mengikutinya dari belakang, dia pun bersembunyi dibalik pohon yang cukup besar untuk persembunyiannya. Dia terlihat ketakutan setelah memberi serangan...

FULL STORY – ANICRAFT SERIES
PART 3 : Huda dalam bahaya?!
Character by Romansyah, Azuya Surya, Blanemist, Hudacho, dkk.
Story : Amalia Farissa Devy

Hari mulai pagi, namun matahari masih bersembunyi dibalik awan. Para anggota Anicraft yang lain masih berada di lapangan yang luas bersama ketiga prajurit yang berteman dengan mereka. Terlihat Blane, Eben dan Humba khawatir Azuya dan Pride yang masih tidak sadarkan diri, sedangkan Roman dan Lydia berusaha mengecek keadaan mereka.

“Apakah mereka akan baik-baik saja?” Tanya Humba ragu.

“Hah, untung saja Pride hanya terbentur. Walaupun serangan angin yang diberikan Azuya kuat, namun untung saja jarak pohon yang ditabrak Pride cukup dekat dengan posisinya. Jadi kemungkinan dia hanya tidak sadarkan diri sementara.” Jelas Roman setelah meng-scan kondisi Pride dihadapannya.

“Hah, aku lega mendengarnya.” Gumam Humba pelan.

“Roman, bagaimana dengan Azuya?” Tanya Blane agak ragu. Roman mencoba meng-scan dan memeriksa Azuya sebentar. Lydia ikut mencari tahu dengan memegang pergelangan tangan Azuya untuk mencari tahu denyut jantungnya. Namun, tiba-tiba dia merasa aneh sesaat baru menyentuh tangan Azuya.

“Hah?” Gumam Lydia pelan.

“Ada apa, Lydia? Ada masalah?” Roman menoleh kepadanya.

“Kenapa… suhunya seperti tidak stabil? Panas dan dingin bercampur,” jelasnya pelan. Dia kembali memegang tangan Azuya untuk mencari detak jantungnya. Dia terkejut setelah merasakan detak jantung Azuya. “Dan… detak jantungnya lambat sekali. Tidak normal seperti orang pada umumnya.” Lanjutnya sambil meletakkan kembali tangan Azuya.

“Apa? Panas dan dingin bercampur? Bagaimana bisa?” Tanya Eben kebingungan.

“A-aku tidak tahu, aku baru pertama kali mengetahui hal ini. Apakah…” Lydia menoleh ke arah pedang elemen Azuya yang disenderkan disebuah batang kayu  yang berada tepat dibelakangnya. “… apakah ini sebab kekuatan dari pedangnya?”

Semuanya terdiam mendengar hal itu. Terlihat Eben yang terkejut mendengar itu.

“M-maaf, ini salahku. Sepatutnya aku tidak menyerangnya tadi,” katanya sambil menunduk. Blane yang mengerti tentang kondisinya, memegang pundak kanannya, “Tidak, jangan salahkan dirimu. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk menangani Azuya.” Blane sedikit tersenyum bekat dukungannya itu.

“Hah?! Gawat!” Tiba-tiba, raut wajah Romansyah mendadak khawatir.

“Ada apa, Roman?!” Blane pun bertanya.

“Kondisi Azuya bisa seperti ini karena dia menggunakan tiga elemen sekaligus dalam satu waktu dari pedangnya.” Jelasnya sambil melihat hasil dari scaning miliknya barusan. “Azuya belum terbiasa berganti-ganti elemen secepat itu, terlebih lagi dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk membuat angin puyuh tadi.” Lanjutnya. Semuanya mendengarkan hal itu secara seksama.

“Untung saja dia tidak menggunakan kekuatan airnya…” Roman menggantung kalimatnya tersebut. Eben heran dengan itu. “M-memang kenapa dengan kekuatan airnya?”

“Pastinya,… itu akan jauh lebih buruk dari sebelumnya.” Jawab Roman ragu. Eben terdiam setelah mendengarnya.

“Apakah dia akan baik-baik saja?” Tanya Humba.

“Dia harus banyak istirahat, karena keadaannya saat ini sangat lemah. Jangan sampai dia mengeluarkan elemen airnya, kalau tidak suhu tubuhnya akan jadi seperti ini lagi.” Roman menekankan kata ‘lagi’ di kalimatnya.

“Syukurlah kalau begitu,” Blane lega soal itu.

“Untuk sekarang, kita perlu pertanyakan soal Huda. Kenapa dia belum kembali kesini?” Kata Eben kebingungan. Yang lain juga heran karena Huda yang terpental jauh masih belum kembali.

“Hmm.. Roman, coba kamu scan daerah sini. Mungkin saja dia terpental terlalu jauh, terjebak di bebatuan mungkin.” ujar Blane sambil menoleh kepada Roman.

“Oke.” Romansyah pun menggunakan kacamatanya untuk mendeteksi keberadaan Huda, namun hasilnya nihil. Huda tidak berada di daerah tersebut. “Tidak, aku tidak mendeteksinya di area ini.” 

GROOOMM!!!

“AAHH!” Semua terkejut ketika tanah yang dipijaknya bergetar dengan keras, bagai ada sebuah gempa bumi yang menerpa mereka. Mereka jatuh ke tanah akibat getaran tersebut, lalu mencoba diam untuk menenangkan diri. Beberapa detik kemudian, getaran itu menghilang.

“Getaran apa ini? Nampaknya dekat sekali dengan kita,” gumam Humba sambil bangun dari posisi duduknya.

“Sepertinya dari arah sana!” Blane menunjuk kearah hutan lain yang tidak jauh dari mereka. Untuk memastikan hal itu, Roman pun menaiki hovervoard-nya dan naik untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi. Setelah ia zoom daerah tersebut dengan kacamatanya, terlihat beberapa benda melayang di udara seperti batang pohon dan bebatuan besar. Setelah itu, Roman kembali menurunkan ketinggian hoverboard tersebut dan memberitahu yang lain.

“Aku mendeteksi area yang semua objek-objeknya melayang di udara, kemungkinan besar itu karena ulah Huda. Kita harus bergegas kesana untuk membantunya!” ujar Roman sambil mengadahkan tangan ke arah Blane. Blane menerima uluran tangannya.

“Jadi tunggu apa lagi? Ayo, kita harus cepat!” Blane pun ikut naik ke atas hoverboard milik Roman. 

“Eben, Humba, kalian ikuti kita dari belakang ya!”

“Sementara kamu, Lydia, tolong jaga Pride dan Azuya sebentar. Kami tidak akan lama,” ujar Roman kepada Lydia sambil tersenyum. Gadis itu mengangguk. Setelah itu, Roman, Humba, Blane dan Eben pergi meninggalkan Lydia untuk menolong Huda dihutan tersebut.

Terlihat Brice dan Alta berusaha bergerak maju di udara, namun sulit karena mereka mencoba menjaga keseimbangan dengan baik. Sedangkan Huda masih terlihat tidak sadarkan diri dan ikut melayang di  udara. Brice yang tahu ini adalah peluangnya untuk menghabisi Huda pun mendorong bebatuan besar yang berada disampingnya menuju ke Huda. Namun rencanannya gagal ketika ada dua batu besar yang melindungi Huda dan menghalangi jalan batu yang didorong Brice itu. Sehingga, mereka saling bertubrukan dan terdiam di udara.

“Cis!” keluh Brice pelan.

Namun dia tidak menyerah, dia mencari objek terdekat di sekitarnya. Ada sebuah ranting kayu yang lumayan tebal, lalu dia mengambil ranting tersebut. Dia mengambil ancang-ancang, lalu melemparnya lagi kepada Huda. Terlihat ranting tersebut terlempar dengan kecepatan penuh, sehingga dapat menghancurkan batu-batu yang menghalangi serangan Brice sebelumnya. Namun kekuatan levitation milik Huda kembali keluar dan semakin kuat, sehingga ranting yang seharusnya sudah berada dihadapan Huda terkena efek itu dan berhenti.

“Hmm… Alta! Bantu aku untuk mendekati Huda!” Ujar Brice yang menegur Alta yang tak jauh dibelakangnya. Alta mengangguk, lalu mencari cara untuk mendekati Brice.

Terlihat batang kayu yang dekat dengan telapak kakinya mendekat, lalu Alta menapakkan kakinya disana. Dia mengambil ancang-ancang, lalu terdorong jauh karena hentakan kakinya yang begitu kuat sehingga batang yang dipijaknya patah terbelah dua. Sementara Brice mencoba memutari tubuhnya, sehingga kepalanya bisa menghadap kepada Alta. 

Ketika rekannya itu sampai, dia mengarahkan telapak kakinya kepada Brice. Begitu juga sebaliknya, Alta pun mencoba memberikan tenaga yang kuat untuk mendorong Brice kepada Huda. Dan akhirnya, Brice terdorong dengan kuat menuju ke Huda. Brice pun siap memberikan posisi menyerang kepada anak berkekuatan shulker tersebut dengan pedangnya. Tiba-tiba…

.. pip… pip... Cannon 30%  Laser Plasma diaktifkan!

“TEMBAK!”

ZZIIIINNGG!!

“Argh!” Brice terkena sebuah laser plasma kebiruan dari arah lain. Dia terdorong cukup jauh, namun masih berada dalam wilayah yang terkena efek levitation tersebut. Dia menoleh darimana arah serangan itu berada. Ternyata Roman dan Blane berada tepat diatasnya sedang terbang dengan hoverboard. Blane yang terkejut melihat keadaan Huda, dia dengan cepat melompat turun untuk menangkap Huda. 

Dan.. Hap! Ia membawa Huda mendarat ke tanah dengan sempurna karena dibantu clone ungu milik Blane, lalu menghilang. Karena dibawa ke daratan, efek levitation milik Huda pun memudar dan menghilang. Semua objek yang terkena dampak efek tersebut jatuh ke tanah. Begitu juga dengan Brice dan Alta yang sebelumnya ikut terangkat di udara, akhirnya mendarat ke tanah.

“Hah.. hah…” Brice terlihat terkapar ditanah. Dia memegang perutnya yang kesakitan. Alta datang kepadanya, dan terkejut melihatnya. “Cis! Baru terkena serangan itu kamu terluka? Ayolah,” Alta terlihat sedikit kecewa. Brice pun mencoba bangun dan berdiri dihadapannya.

“Dia menyerangku dari belakang. Tidak akan ku maafkan.” Gerutunya kesal sambil mengarahkan ujung pedangnya kepada Roman.

“Huda! Bangunlah!” keluh Blane sambil menatap khawatir Huda yang terbaring di tanah. Namun ia tidak mendapat respon apapun dari Huda, sehingga dia mencoba mencari tahu apa yang membuat temannya itu tak sadarkan diri. Setelah dicek keadaannya, ia melihat ada luka yang cukup serius di punggungnya. Karena itu, Blane geram dan berencana untuk menyerang Alta yang tak jauh darinya.

“Beraninya kalian melakukan ini kepada Huda!” Terlihat Blane mengeluarkan satu clone berwarna ungu untuk menjaga Huda, lalu dia mengeluarkan tongkatnya sambil bergidik marah. Alta yang melihat itu malah tersenyum sinis dan memberikan tanda untuk menyuruh Blane menyerangnya lebih dulu. Roman terkejut dengan hal itu.

“Blane! Jangan terbawa emosi!” Roman memperingati Blane, namun ia tidak menghiraukan hal tersebut dan berlari ke arah Alta. 

Roman yang khawatir tentang itu, mencoba mendekati Blane. Namun…

“Kamu milikku!” Dengan cepat Brice telah berada dihadapannya dan memulai serangannya, untung saja Roman dapat menghindari serangan tersebut dengan hoverboard miliknya. Glek! Roman menelan ludah. “Gawat! Nampaknya dia mempunyai kecepatan yang luar biasa. Cepat sekali dia dari bawah sana, menuju ke atas sini.” Gumamnya pelan.

“Hiyaaa!!” Blane memberikan serangan menggunakan tongkatnya, lalu berganti Alta yang mencoba meninjunya dari depan. Namun tinjuan tersebut berhasil dihindari, walaupun efeknya begitu kuat sehingga serangan itu meretakkan tanah dibawahnya setelah meleset.

Lalu, Blane kembali menyerangnya dengan mengangkat kakinya, lalu menendangnya dengan keras. Namun itu tidak memberikan dampak apapun kepada Alta. Terlihat Alta masih berdiam diri dengan tangan kanan yang menahan tendangan Blane. “Hah! Ini saja kemampuanmu?” Alta pun berbalik menyerangnya dengan mengangkat tangan kirinya yang tadinya untuk menyerang Blane. Dia pun meninju Blane sehingga dia terdorong cukup jauh darinya.

Blane pun mencoba menyerangnya lagi. Dia melompat tinggi diatas Alta dengan bantuan tongkatnya, lalu bersiap memberikan posisi yang tepat untuk mendarat diatas Alta. Dia memanfaatkan situasi tersebut untuk berputar dan menendang kepala pria besar itu. Namun, sekali lagi serangannya tidak memberikan dampak apapun kepada Alta itu. Dia tersenyum sinis kepadanya, lalu memegang kedua kakinya dengan kuat. Mata Blane terbelalak, terkejut dengan situasi tersebut. Dengan cepat, Alta membanting tubuhnya ke tanah. Setelah itu, dia bersiap untuk menginjak Blane. 

Dengan cepat, clone kedua Blane yang bermata merah muncul dihadapannya, lalu menendangnya cukup jauh untuk memberikan jarak antara Blane dan Alta. Lalu dengan cepat Blane menghampiri Alta, lalu menyerang dengan kencang menggunakan tongkatnya. Disusul oleh clone merahnya, dia menendang Alta dari belakang. Karena muak, Alta menangkis serangan mereka, lalu mengambil pedang besar dari punggungnya.

“MAJULAH, BOCAH!” Katanya geram.

Blane pun maju dengan clone miliknya. Mereka bersiap dengan serangan masing-masing. Alta terlihat seperti memegang pedangnya dengan kuat, dan membuat efek seperti penyerangan tidak langsung. Lalu dia mengayunkan pedangnya dan seketika muncul tekanan yang membuat efek berbentuk sabit yang melesat dengan cepat menuju Blane dan clone merahnya. 

“Hah!”

Blane yang terkejut pun mencoba melompat dari serangan tersebut dengan tongkatnya. Namun efek serangan itu membuat getaran yang kuat pada tongkatnya, sehingga tidak bisa berdiri kokoh dan membuatnya terpental jauh. Tekanan tersebut membuatnya terbentur ke pohon, bahkan hingga pohon itu juga ikut tumbang dibuatnya. Clone merahnya pun ikut terpental dan menghilang karena efek tersebut. Clone ungu yang sedang menemani Huda pun menidurkan Huda di tanah dan langsung melindunginya dari hentakan itu. Seketika tubuhnya terbelah dua, dan sosoknya menghilang dihadapan Huda. 

Terlihat kondisi temannya yang masih tidak sadarkan diri, Blane khawatir dengan itu. “Huda… Ah!” 

Blane yang tiarap ditanah mencoba bangun, namun punggungnya begitu nyeri karena hentakannya yang langsung menabrak batang pohon keras. Dia pun mencoba merangkak perlahan, mencoba mengambil tongkat yang tertancap di tanah dan tak jauh darinya. Sedangkan Alta perlahan melangkah menuju Blane dengan tersenyum puas.

“BLANE!!” Mata Roman membulat ketika berada diatas hoverboard. Dia melihat kondisi Blane yang mulai sekarat. Roman yang berusaha terbang menuju Blane, tiba-tiba sekali lagi dihalangi oleh Brice yang muncul dihadapannya. Dia mengayunkan pedangnya, dan kembali dielak oleh Roman.

“Jangan hiraukan pertarungan mereka! Lawanmu adalah aku!” Kata Brice angkuh sambil berdiri diatas pohon.

Roman pun mencoba meng-scanning daerah yang ditempatinya, lalu terbang rendah menuju daratan. Brice yang mengetahui hal tersebut ikut terjun ke bawah dan berlari menyusul Roman dari belakang. Roman yang masih terbang mengeluarkan 8 Arrow Man miliknya, dan memberikan posisi yang tepat untuk melemparkannya kepada Brice.

“MANRROWS!!” Roman melempar satu persatu panah miliknya itu ke arah Brice.

“Heh!” Brice mencoba mengelak dengan mudah dan memotong beberapa panah tersebut menjadi dua dengan pedangnya. Roman yang tak kenal kata menyerah, akhirnya mengeluarkan 1 pak Arrow Man itu dan dimasukkan kedalam cannon miliknya. Dia pun bersiap menargetkan panah-panahnya itu kepada Brice.

“Tembakan 100 Panah!! Hiyaaah!” Roman pun mengeluarkan panah-panah tersebut dalam satu kali tembakan, dan melesat menuju Brice. 

Brice pun mencoba menangkis serangan tersebut dengan tekhnik pedang yang dimilikinya. “Seribu Belahan Pelindung!!” Dalam satu kali serangan, terdapat ratusan serangan yang membuat semua panah yang ditembak Roman hancur berkeping-keping. Namun setelah efek tangkisan tersebut selesai, terlihat satu Arrow Man yang melesat disampingnya dengan warna berbeda. Ternyata itu adalah Arrow Man  yang sudah disiapkan Roman dengan mode explosion, dan akhirnya meledak dihadapan Brice. Roman yang memiliki waktu peluang untuk membantu Blane pun terbang melesat menuju Alta. Dia kembali mengaktifkan cannon miliknya dan memulai serangan.

Cannon 35% Laser Plasma diaktifkan!

“TEMBAK!!” Perintah Roman dengan mengarahkan cannon­-nya ke arah Alta.

ZZIIIIIIINGG!! Terlihat laser berwarna kebiruan melesat dan menembak Alta yang berada dibawahnya. Dia pun tertembak dan menabrak 2 pohon dibelakangnya karena laser tersebut hingga tumbang. Setelah itu, Roman menghampiri Huda yang masih pingsan, lalu mengangkatnya ke atas hoverboard. Sementara itu, dia pun berlari menghampiri Blane yang masih terbaring di tanah.

“Kamu tidak apa-apa, Blane?” Roman mencoba membantu Blane berdiri.

“Ah… tidak apa-apa. Punggungku hanya terbentur ke pohon.” Katanya pelan. Dia melihat Huda berada dibelakangnya, berada diatas hoverboard milik Roman. “Huda… apakah dia—“

“Dia tidak apa-apa. Sepertinya, clone-mu berhasil melindunginya dari serangan Alta.” Ujar Roman pelan. Namun, Roman menoleh karena melihat Alta yang berdiri tegak setelah serangan lasernya barusan. Roman terkejut bukan main.

“Mu-mustahil… seharusnya dia terluka parah setelah terkena serangan tersebut.” Gumamnya pelan.

Dari arah lain, ditengah-tengah asap yang ditimbulkan ledakan Arrow Man milik Roman, muncul Brice yang menatapnya geram. Terlihat aura gelap terpancar dari dirinya. “Bukannya sudah aku bilang untuk tidak mengajukan perhatianmu kepada yang lain, ya?”

“Brice…” Roman panik dengan hal tersebut. Dengan cepat, Brice berlari dengan kecepatan penuh, sehingga dalam beberapa detik sudah berada di depannya dan sudah bersiap untuk menebasnya. 

Roman yang tidak siap dengan serangan itu, menangkis serangannya dengan cannon miliknya yang menutupi tubuhnya. Namun beberapa serangan musuhnya itu berhasil melukai kaki kiri dan tangan Roman yang memegang cannon tersebut. Brice yang mau mengakhiri pertarungan tersebut pun mengeluarkan serangan selanjutnya. “Serangan Seribu Tusukan! Hiyaa!”

“Hah!” Mata Roman mengecil ketika melihat Brice mencoba mengeluarkan jurus selanjutnya. Dengan cepat ia mengeluarkan shield hologram untuk menangkis dan melindunginya dari serangan tersebut. 

Tsk! Tsk! Tsk! Tsk!

Terdengar jelas suara tusukan yang ditimbulkan serangan Brice tersebut. Dalam ,,,sekejap durability dari shield Roman yang sebelumnya 100%, turun drastis menjadi 6%. Roman yang semakin panik karena kesempatannya hampir habis, mau tidak mau mengeluarkan teknik Back Lash. Sehingga energi yang ditimbulkan membuat shield tersebut pecah dan Brice terdorong mundur.

Setelah serangan itu selesai, Roman mengecek sisa durability-nya yang kini tersisa 1%. Mau tidak mau, dia melangkah mundur dengan tergopoh-gopoh, berusaha melindungi Blane dan Huda yang masih sekarat. “Saatnya mengakhiri semua ini!” Brice yang tidak puas dengan itu, berlari menuju Roman dan bersiap menyerangnya kembali. Roman yang pasrah pun menutup matanya, berharap ada seseorang yang datang membantu.

Set… Brak!

Roman yang mendengar suara tersebut, perlahan membuka matanya. Terlihat ada seseorang yang melindunginya dengan tameng miliknya. Matanya pun terperangah ketika Humba menahan serangan Brice yang hampir merenggut nyawanya.

“Humba…” Roman menatap Humba antusias.

“Tenang Roman, kami akan melindungimu.” Kata Humba sambil menahan serangan itu dengan kuat. 

Roman tidak sadar bahwa Blane dan Huda dalam bahaya, terlihat Alta melayangkan pedangnya menuju mereka berdua. Tiba-tiba Eben datang dari atas pohon dan menendang pedang itu ke arah lain. Lalu, dia menarik pedang itu dengan pancingannya dan melempar balik ke arah Alta.

Alta yang tahu hal tersebut pun langsung menghindar, namun terlalu lambat sehingga dia sedikit terluka karena serangan pedangnya sendiri. Humba yang tidak ingin berlama-lama untuk menahan serangan Brice pun mendorong serangannya itu, lalu menendang Brice hingga dia menabrak pohon dibelakangnya. Humba pun membawa Roman untuk menghampiri Blane dan Huda. Eben yang turun dari pohon pun juga ikut menghampiri mereka berempat.

“Kita harus mundur sebelum mereka menyerang kita lebih parah dari sebelumnya.” Ujar Roman pelan.

Semua mengangguk setuju. Eben pun merangkul Roman untuk membawanya pergi dari tempat itu. Begitu juga dengan Humba yang merangkul Blane, disusul Huda yang masih terbaring diatas hoverboard Roman. Lalu mereka pergi menjauhi Brice dan Alta.

“Hah… hah… hah…” Mereka berlari cukup jauh dari jangkauan Brice dan Alta, sehingga membuat mereka berlima kelelahan. Akhirnya mereka bersembunyi dibalik semak-semak untuk sementara. Humba membantu Roman untuk duduk di tanah. Lalu, mengambil perban yang dia bawa untuk jaga-jaga.

“Kenapa kita mundur? Bukannya kita bisa menang jika kalian berdua datang?” tanya Blane bingung.

“Jangan terlalu gegabah, Blane. Kaki Roman sedang terluka, dia tidak bisa berdiri dengan tegak sekarang.” Jelas Humba sambil menutup luka Roman dengan perban miliknya secara perlahan. “Kamu pun juga seharusnya tidak banyak bergerak.” Lanjutnya dengan tatapan datar.

“A-aku baik-baik saja kok—aahh!” Blane mencoba berdiri, namun kembali meringis kesakitan sambil memegang punggungnya yang nyeri.

“Aduh…” keluh Blane pelan.

“Heh, kamu memang menantang maut, ya.” Humba geleng-geleng kepala. Blane hanya menggaruk kepalanya karena malu. Namun, mereka terusik ketika terdengar beberapa kali bunyi dentuman keras dari jauh. Mereka mulai ketakutan. “JANGAN MENCOBA BERSEMBUNYI! KELUAR KALIAN!” Suara teriakan seseorang pun terdengar dari jarak yang jauh.

“Eben! Kamu melihat apa-apa tidak diatas sana?” Seru Humba sambil menoleh ke atas. Terlihat Eben sedang mengawasi daerah tersebut dari atas pohon.

“Hah! Brice dan Alta datang ke arah kita, Humba!” Teriak Eben dari atas. Dia melihat Alta memotong pohon-pohon yang menghalangi jalan mereka berdua. Brice pun begitu, dia memotong pohon yang berada di depannya sekejap mata. Eben pun turun dari atas pohon untuk menemui mereka berempat dengan pancingannya. “Kita harus pergi lebih jauh dari mereka! Kalau tidak, mereka akan mengejar mereka terus menerus.” Namun, Roman langsung menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan apa yang dikatakan Eben. “Tidak.”

“Jika kita mundur sekarang, akan jauh lebih menyusahkan lagi. Azuya, Pride, dan Lydia akan dalam bahaya juga…” jelasnya pelan sambil mencoba untuk berdiri. Dia memegang batang pohon, namun karena rasa sakit yang ditimbulkan dari luka di kakinya tersebut dia jatuh ke tanah.

“Arkh!” Roman mengaduh kesakitan sambil memegang kakinya yang terluka. Humba mengulurkan tangannya untuk membantu Roman untuk kembali duduk. “Jangan terlalu dipaksakan, Roman. Istirahat saja dulu,” Humba menatapnya iba.

“Tapi—“

“KALIAN TIDAK BISA BERSEMBUNYI DARI KAMI, BOCAH TENGIK!”

Teriakan Alta kembali terdengar oleh gendang telinga mereka cukup dekat. Karena keadaan mereka yang terdesak, Roman mencari cara untuk membuat Alta dan Brice tidak bisa menyerang teman-temannya lagi. Dia mengeluarkan beberapa alat dan redstone miliknya. Teman-temannya yang menatapnya keheranan.

“Aku punya ide.” Katanya sambil menunjukkan alat-alatnya kepada yang lain. “Tapi… aku butuh bantuan kalian,” kata Roman sambil tersenyum heroik. 

Terlihat Alta dan Brice sudah sangat dekat dengan mereka. Dua sosok itu menoleh ke segala arah untuk mencari Roman dan teman-temannya. Namun, tidak ada satupun yang terlihat oleh mereka.

“Hehe.. kalian bersembunyi dimana, hah?” Alta tertawa penasaran.

“Jangan bermain-main, Alta. Bisa jadi mereka berada disekitar sini. Menatap kita berdua sambil bersembunyi dibalik…” Ucapan Brice terhenti ketika menoleh ke arah semak-semak, yang sebelumnya dia tidak tahu dipakai oleh Roman dan teman-temannya untuk bersembunyi. Lalu dengan cepat, dia menebas semak-semak tersebut untuk melihat apa yang ada dibaliknya. Namun, hasilnya nihil. Dia tidak mendapati mereka berlima.

“Ceh, sepertinya mereka menghilang lagi.” Gumamnya pelan.

“Heh, siapa bilang?” 

Brice dan Alta menoleh setelah mendengar suara tersebut. Terlihat Eben berada dibelakang mereka sambil menggantung terbalik di pohon. “Kalian mencari kami untuk apa? Kami tidak ada urusannya, kan, dengan kalian berdua?” Tanya Eben sambil berpura-pura polos dihadapan mereka berdua. 

Namun karena kesal, Brice memotong tali pancingnya yang digunakan Eben untuk menggantung. “Aduh!” Eben terjatuh ke tanah dengan posisi terbaring, lalu mencoba bangun.

Set! Brice mengarahkan ujung pedangnya ke leher Eben, dan pastinya itu membuat anak tersebut sedikit panik dan terdiam ditempat.

“Beritahu kami dimana teman-temanmu berada, setelah itu kami akan melepaskanmu dengan baik-baik.” Ucap Brice dihadapannya. Eben mencoba menenangkan dirinya. “Woah, woah, woah… santai saja. Kalau bicara dengan seseorang jangan seperti itu, oke?” Eben mencoba menurunkan ujung pedang Brice dengan jari telunjuknya. 

“Baiklah, aku akan memberitahu kalian. Tapi jangan bunuh aku, oke?” Eben menunjukkan wajah kepastiannya kepada mereka. Alta yang geram melihatnya pun membentaknya. “Sudah! Katakan saja, jangan cerewet!”

“Oke, oke…” Eben pun bersiap bicara kepada mereka berdua. Dia menghela nafas dan berkata, “… mereka ada dibelakang kalian.”

Alta yang baru saja berbalik, terlihat sebuah tongkat terbang melesat cepat di depannya. Dengan cepat, dia menahan tongkat itu dengan pedang miliknya. Namun dia tidak bertahan lama, karena didepannya muncul clone milik Blane yang bermata merah dan menendang perutnya dengan kuat. Karena kesal, Alta membelah clone itu.

Pooft! Clone yang menyerangnya hilang menjadi asap, lalu secara tiba-tiba Blane yang asli muncul dihadapannya dengan posisi lurus untuk menendangnya. Buak! Blane sukses menendang Alta yang mundur hingga berjarak 10 blok darinya. Alta yang mencoba mengenali sosok didepannya, menatapnya kesal.

“Kamu lagi, bocah!!” Alta mengayunkan pedangnya lagi, namun dapat dielak oleh Blane. Kemudian Blane melompat lagi dengan bantuan tongkatnya, lalu mengeluarkan dua clone miliknya. Mereka pun menendang Alta secara bersamaan, sehingga dia terdorong jauh sekitar 20 blok dari mereka bertiga. Alta terjatuh karena tendangan tersebut.

Brice yang melihat hal itu pun langsung menghampiri Blane dengan kecepatan penuh. Baru saja dia memberikan posisi menyerang tepat dibelakang Blane, tiba-tiba tubuhnya tertarik ke atas oleh sesuatu. Ternyata Eben menariknya dari atas pohon dan melemparnya ke udara. Brice tersadar bahwa Humba sudah bersiap dengan tameng miliknya diatas pohon. Dia melompat, dan mendorong tubuh Brice secara kencang dengan bantuan tameng tersebut.

BRUAK! Brice terhempas ke tanah, terlihat Alta sudah berada disampingnya sambil menahan sakit di perutnya. Brice yang mencoba bangun, tidak sempat karena Roman yang berada diatas pohon menggesel lever disampingnya. Seketika tanah dibawah Brice dan Alta bergetar dan terjatuh kebawah. Setelah itu, Roman menggeser lever-nya kembali dan seketika lubang tersebut kembali tertutup rapat dengan tanah.

“Woah, kita berhasil!” Blane senangnya bukan main. Roman tersenyum kepadanya, lalu turun dari pohon menggunakan tangga yang dibuatnya.

“Hemm… rasanya seperti sebentar saja mengalahkan mereka.” Ujar Eben sambil turun dari pohon dengan pancingannya yang baru.

“Humba, kamu boleh turun sekara—“

GROOOMM!!

“Hah?!” Roman terkejut setelah merasakan tanah yang sebelumnya menutup lubang yang dimasuki Brice dan Alta bergemuruh. Mereka yang mengetahui hal tersebut langsung membuat posisi bersiap dengan serangan yang akan datang menghampiri. BOOM!! Tanah tersebut hancur ketika sosok besar meninjunya dari dalam. Terlihat Alta yang melompat ke atas pohon, lalu bersiap melompat ke Humba yang masih berada di atas pohon.

“Humba awas!!” Teriak Eben dari bawah.

Humba yang tidak bersiap untuk itu, langsung melindungi tubuhnya dengan tameng besinya tersebut. BRAAK! Namun karena dorongan Alta yang begitu kuat, Humba terdorong jauh dan terguling ditanah. Humba terbaring ditanah sambil meringis kesakitan.

“Humba!!” Blane pun mencoba menghampiri Humba, namun dengan cepat Brice menghalanginya, lalu menyikut perutnya dengan kencang. Blane pun ikut terluka karena serangan tersebut. Roman dan Eben yang mencoba untuk melindungi teman-temannya, terutama Huda, akhirnya bertindak. Roman memprogram hoverboard-nya untuk membawa Huda lebih tinggi dan jauh dari jangkauan mereka. Lalu mencoba mengeluarkan cannon miliknya untuk menembak mereka berdua. Namun sialnya cannon tersebut mengalami kerusakan akibat serangan Brice sebelumnya.

“Sial!” gerutu Roman sambil kelihatan panik. Mau tidak mau, dia mengeluarkan beberapa Arrow Man yang tersisa, lalu dilemparkan kepada Alta. Brice yang tahu langsung menebas panah-panah tersebut tanpa sisa. Dan selanjutnya, Brice melompat pohon demi pohon, dan melesat ke arah Huda yang masih pingsan di hoverboard.

“Dia mau menyerang Huda?!” Eben pun sigap naik ke atas pohon, lalu mengeluarkan pancingannya. Kail pancingnya tepat tersangkut baju Brice, lalu Eben menariknya ke bawah untuk memastikan dia tidak mendekati Huda. Brice terlempar ke tanah, lalu kembali bangun. “Berani-beraninya kamu menarikku seperti ini!”

“Alta, mari kita habisi mereka semua dengan satu serangan kita!” Seru Brice geram.

“Baiklah!” Alta mengerti dengan apa yang dikatakan rekannya itu. Brice dan Alta saling membelakangi masing-masing, lalu membuat posisi ancang-ancang untuk mengayunkan pedangnya. Namun sebelum itu, mereka seperti mengeluarkan energi tersembunyi yang sedang dikumpulkan oleh mereka. Roman yang mengetahui hal tersebut langsung memperingati Eben diatas pohon.

“Eben! Kita harus melindungi Humba dan Blane. Nampaknya mereka akan menyerang kita dengan kekuatan penuh!” Seru Roman sambil berlari menuju Humba dan Blane. Eben mengangguk dan ikut menghampiri dua temannya itu. 

Namun ketika mereka sudah hampir dekat, Brice dan Alta mengeluarkan energi yang mereka kumpulkan dengan menghentakkan kedua pedang mereka. Terlihat 2 efek tekanan berbentuk lingkaran muncul dan meluas. Dan serangan out mengenai Roman dan Eben yang tengah berlari, sehingga mereka terlontar jauh hingga menabrak sebuah pohon hingga tumbang.

Ya… mereka dalam bahaya.

Terlihat Brice dan Alta melangkah menuju mereka, semakin lama semakin dekat. Roman yang tiarap mencoba bangkit, tidak kuat karena hentakan sebelumnya yang bwgitu kuat membuat energinya terkuras habis. Lalu, dia mencoba meraih tangan Eben yang tak jauh darinya. Namun apa daya, tubuhnya benar-benar kesakitan sepenuhnya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa.

Brice dan Alta semakin depan, namun tiba-tiba berhenti karena ada seseorang yang menghalangi dan membelakangi Roman. Dia menatap tajam dua penjahat tersebut. Roman yang penasaran dengan sosok itu, mencoba mendangahkan kepalanya. Terlihat sosok yang dikenalinya mengeluarkan pedang dari punggungnya.

“Kalau kalian ingin menghabisi mereka, langkahi aku dulu.” Ujar Pride sambil menatap mereka garang.

To be continue…

Part 4 libur 1 minggu :D jadi minggu depan gak akan ada Cerita Anicraft Full story terlebih dahulu.
Karena Amalia sedang berada diluar kota. Terima kasih

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Brice - Desain Karakter Animasi Anicraft Series
2
0
Brice - Karakter Penjahat Di Animasi Anicraft SeriesKalian sudah mungkin sudah tahu gimana kekuatan brice, kekuatan nya, bahkan sifat nya di Cerita Bersambung Anicraft Full Story Disini saya sudah selesai membuat karakter desainnya, Tinggi nya normal dengan rata2 karakter minecraft ku yang lain yaitu 172 itu bahkan udah di bilang tinggi sih, tapi karena Alta Dan Cobalt lebih tinggi dari nya, jadi kelihatan Brice lah yang pendek dan kecil. tapi Brice keren dalam hal yang mereka berdua tidak miliki. Seperti Rambut nya, Bentuk Gagang Pedang nya, baju nya, selendang, tali pinggang, dan jubah nya, so cool xDBerikut susunan hal2 yang ada di Brice dari Termudah hingga tersusah.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan