GILANG DAN SHANIA BAB 3

3
0
Deskripsi

SHANIA'S POV

Tahun 2022

 

"Shania! Mangan sik!" Teriakan Ama terdengar dari ruang makan.

Aku yang baru saja keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah. Aku langsung melangkah ke meja makan. "Masak apa Ama hari ini?" tanyaku sambil duduk dan melihat piring-piring yang sudah siap di meja.

"Angsio hibien (gurame asam manis) ambek sayur sawi asin. Makan, mangan sik," jawab Ama sambil menyendok sepotong besar daging gurame ke dalam piringku, nggak lupa sayur sawi asin kesukaanku. 

"Makan yang banyak. Badan lu kurus bener, tinggal tulang sama dosa." Ama menambah nasiku. 

"Aduh, Ama. Jangan banyak-banyak. Beratku udah naik," cegahku. 

"Halah, naik berapa sih? Liat tulang pipi lu udah nonjol. Coba lu jalan dekat anjing, bakalan dikejar, dikira tulang berjalan."

"Lima puluh kilo aku sekarang, Ama," keluhku. "Gendut ini."

"Gocap kok gendut?" Ama berdecak. "Tinggi lu ceng pek go (165 cm) ada kan?"

"Ada sih."

"Nah, yang ideal itu 55 kilo. Jangan kurus-kurus, nanti lu susah punya anak. Nanti Ama masakin ayam pek cam ke kesukaan lu biar makan lu lahap."

Baru saja aku mau mulai makan, Ama sudah menanyakan calon menantu kesayangannya. 

"Kenapa si Kenneth sudah lama nggak datang ke sini?" tanya Ama, pakai logat Suroboyoan yang kental.

Aduh, obrolan soal Kenneth betulan bikin nggak selera. Aku cuma angkat bahu. "Nggak tahu, Ama, dia sibuk kali," jawabku santai, walaupun sebenernya nggak peduli-peduli amat. 

Ama menatap aku tajam, langsung melirikku galak. "Ojo ngono lu (Jangan begitu kamu). Lu harus cepet rabi (menikah)cepat hamil biar punya anak shio naga. Shio lu macan, bagus sama naga," kata Ama serius. 

Aku nyengir, terus jawab, "Ama, aku udah nggak percaya sama takhayul-takhayul gitu." Aku berharap Ama berhenti ngomongin soal itu. "Lagian Kenneth anjing, ciong (tidak cocok) sama naga."

Tapi, Ama malah makin ngomel. "Lu ini ngelawan terus kalau dikasih tahu Ama. Apa tadi lu bilang? Takhayul? Lu lihat Ama, shio ayam, elemennya api. Ama diramal bakal sukses kalau buka usaha yang ada hubungan sama api. Makanya Ama buat lapis legit, buka toko cuma jualan lapis legit. Lu lihat lapis legit Ama, sudah 50 tahun, orang-orang pada nyari-nyari. Ama bisa kuliahin lu sama cece lu, dari jualan lapis legit." Ama nggak berhenti ngomel soal lapis legitnya. Aku udah hafal banget, tiap kali topiknya pindah ke lapis legit, Ama bisa ngomong panjang lebar. "Lu tau sendiri, papa lu gak pernah sekalipun kirim duit, udah keenakan rabi lagi, punya istri muda. Ama nih... Ama yang sekolahin, yang kuliahin lu sama cece lu sampai sarjana." Ama menepuk-nepuk dadanya emosi. 

Aku cuma bisa angguk-angguk aja sambil makan. Mungkin memang nggak seharusnya aku membantah omongan orang yang paling berjasa dalam hidupku setelah papaku minggat dengan pelakor dan mamaku menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa. 

Ceceku sudah menikah dengan pengusaha batu bara kaya raya, pindah ke perumahan elite. Cece memang kurang akur dengan Ama. Balik lagi, menurut Ama karena ceceku shio kelinci. Makanya ciong sama Ama. Walaupun demikian, Ama selalu sayang cece. Yah, walaupun nggak diungkapkan secara blak-blakan.

Pas Ama masih ngomel, ponselku bergetar. Aku langsung ambil ponsel dari kantong celana dan melihat siapa yang mengirim pesan. Mbak Rossa. 

[Mbak Rossa 19.36: Jangan lupa besok beli kue ulang tahun Pak Gilang ya.]

Ternyata Pak Gilang besok ulang tahun. Aku buru-buru membalas. 

[Shania 19.37: Iya, mbak. Makasih udah ngingetin.]

Baru saja selesai balas pesan, Ama langsung ngelirik aku dengan tatapan tajam.

"Ama lagi ngomong, mata lu malah pendirangan ning ndi-ndi (jelalatan ke mana-mana). Yo opo seh?" omel Ama. 

Aku langsung menaruh ponsel di meja dan senyum kaku. "Ama, ini ada kerjaan. Biasa, Mbak Rossa." 

Ama masih lanjut mengomel, tapi aku nggak terlalu dengerin. Yang ada di pikiranku sekarang cuma satu: Pak Gilang. Besok adalah ulang tahunnya, aku akan mencari kue ulang tahun yang mungkin dia suka. 

 

***


Satu loyang tiramisu cake berada di jok di sampingku. Seharian tadi aku sibuk mengurus nasabah prioritas lain sehingga Pak Gilang terlupakan. Aku sempat berpikir akan mengirim kue ulang tahun untuknya besok saja. Namun Bu Hanifah dan Mbak Rossa sepakat agar aku mengantar malam ini juga supaya dia tidak kecewa. 

Aku sempat mengirimkan pesan pada Pak Gilang, bertanya ke mana harus kuantar cake ini. Katanya aku diminta datang ke rumahnya. 

Di sinilah aku sekarang, di depan  pagar sebuah rumah megah di salah satu perumahan mewah Jakarta Selatan. Pernah melihat rumah orang kaya di sinetron? Rumah Pak Gilang mirip seperti itu. 

Kulirik jam di ponsel. Sudah pukul 9 malam, tapi rumah Pak Gilang tampak ramai. Mobil elegan berharga minimal 1 miliar berjejer di depan rumahnya. Aku turun dari mobil dengan canggung, membawa kotak cake menuju ke dalam rumah. 

Musik menghentak langsung menyambut setibanya aku di ruang tamu yang super luas. Pak Gilang mengadakan pesta ulang tahun. Tamunya hampir semuanya laki-laki. Ada beberapa perempuan, tapi nggak banyak. Suara tawa dan obrolan beradu dengan melodi band lawas, Linkin Park. 

Aku celingukan mencari Pak Gilang, tapi nggak kutemukan. Sekarang sudah malam. Aku nggak suka lembur karena nggak dibayar kantor. Kuambil ponsel lalu mengirimkan pesan pada Pak Gilang bahwa kuenya kuletakkan di meja yang penuh tumpukan kado. Namun nggak sampai satu menit kemudian, dia membalas. 

[Gilang Ahmad - NasPri 21.22:

Tolong bawa kuenya ke kamar saya di lantai 2. Kamar pertama dekat tangga.]

Dengan terpaksa, aku menerobos kerumunan manusia yang tengah asyik bergoyang. Banyak mata melihatku menaiki tangga, tapi nggak satu pun mencegah. 

Lantai dua nggak kalah besar dari lantai satu. Namun di sini hanya ada peralatan gym dan balkon. Satu-satunya pintu yang terlihat adalah pintu sebuah kamar dekat tangga. Ini pasti kamar Pak Gilang. Aku mengetuknya. 

"Pak," kataku seraya mengetuk pintu. Namun nggak ada jawaban. "Pak Gilang?"

Nekat, aku membuka pintu itu. Yang kulihat kemudian adalah kamar tidur yang sangat luas. Modern tapi tetap terlihat elegan dengan ranjang king size. Kamar ini kosong dan sunyi. Aku melangkah ke dalam, ke dekat ranjang. 

"Pak Gilang?" panggilku keras. "Saya taruh di sini ya, dekat tempat tidur."

Perlahan kudengar pintu lain terbuka, lalu sosok yang kutunggu keluar dari sana. Pak Gilang keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah, bulir air menetes dari ujung rambutnya, jatuh ke dadanya yang bidang. 

Pak Gilang berjalan perlahan. Sepotong handuk putih melilit pinggangnya. Tubuhnya yang atletis terpampang di depanku. Aku menelan ludah. Sejak kapan pria berkulit sawo matang kelihatan menarik dan... Sexy

"Shania, kamu datang? Saya kira kamu lupa ulang tahun saya."

Aku tersenyum canggung sementara dia semakin dekat. 

"PA dilarang keras melupakan ulang tahun nasabah prioritas," kataku berdusta. 

"Masa?" tanya Pak Gilang, jaraknya begitu dekat denganku. Napasnya yang harum membelai kulit wajahku. 

Aku hanya bisa mengangguk. Inginku bergerak, tapi kakiku membeku. Telunjuk Pak Gilang membelai pipiku. Seharusnya aku lari atau berteriak minta tolong, tapi layaknya orang tersihir, aku malah memejamkan mata. 

"Apa kamu tahu kenapa saya minta PA saya diganti dari Rossa ke kamu?" tanya Pak Gilang, tangannya mulai menyusuri bibirku. 

Aku menggeleng, sekali lagi berdusta. Jantungku berdegup semakin keras. 

"Karena saya suka kamu, Shania. Saya lihat kamu waktu datang ke Bank Mulia sekitar enam bulan yang lalu. Sejak saat itu saya nggak bisa melupakan kamu."

Tangan Pak Gilang mulai berada di tempat yang nggak semestinya. asih banyak waktu bagiku untuk mencegahnya berbuat lebih jauh, tapi aku diam saja. 

"Boleh saya minta satu hadiah ulang tahun dari kamu?" tanya Pak Gilang. 

"Ya?" bisikku. 

"Kamu."

Next… GILANG DAN SHANIA Bab 4-7 klik link 

https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/cumbuan-mantan-bab-4-7

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya GILANG DAN SHANIA BAB 4-7
2
0
GILANG DAN SHANIA BAB 1https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/cumbuan-mantanGILANG DAN SHANIA BAB 2https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/cumbuan-mantan-bab-2GILANG DAN SHANIA BAB 3https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/cumbuan-mantan-bab-3
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan