If It's You || Chapter 6 Pertemuan Tidak Disengaja

2
0
Deskripsi

“Aku janji, aku akan datang setiap satu tahun sekali. Saat liburan tahun baru.” Itu merupakan kalimat yang selalu tersimpan di sisi lain ingatanku.

Bimo Saputra adalah sosok yang mengatakan kalimat tersebut. Membuat diriku selalu terikat dengan dirinya. Sekeras apapun hati dan pikiran ini ingin melupa, semua kenangan indah yang bercampur bersama kesedihan terus bermunculan.

Hanya satu yang ingin ku lakukan, mengakhiri semua dengan cepat. Akan tetapi, bahkan mencarinya tidak menghasilkan apa pun. Aku hanya dapat menunggu dan menunggu.

Chapter 6 Pertemuan Tidak Disengaja


 

Hari-hari kujalani seperti biasa, tidak ada kejadian yang menarik. Seperti sekarang yang tengah memasak untuk makan siang. Tidak memerlukan waktu lama untuk memasak, aku dan Laras tengah duduk bersama menyantap makan siang.

"Apa kamu udah menghubungi Bimo?" tanya Laras di tengah-tengah santap makan siang.

"Tidak, aku tidak mengirim pesan apa pun. Kenapa?" Aku bertanya balik.

"Apa kamu tidak penasaran? Kenapa dia menghilang selama 2 Minggu ini? Bahkan, dia sama sekali tidak menghubungimu. Apa kamu merasa gengsi?" Laras bertanya dengan beruntun.

"Aku tidak penasaran sama sekali, aku juga tidak tahu. Mungkin dia sedang sibuk, emang dia harus mengurusiku setiap detik. Dia juga sibuk dengan pekerjaannya, aku tidak gengsi atau semacamnya. Jika aku kirim pesan, aku harus kirim pesan apa?" tanyaku lagi.

"Ah, aku lupa kalau kamu itu kan kurang suka basa-basi. Aku yang salah karena bertanya," ucap Laras.

Kami melanjutkan makan siang dan sibuk dengan ponsel masing-masing. Dengan sesekali mengunyah, aku pun memiliki keinginan untuk mengirim pesan, tetapi ku urungkan niat itu. Saat aku akan menaruh ponsel, pesan masuk terdengar dan tertera nama Bimo. Ku buka pesan tersebut dan mulai saling berbalas satu sama lain.

Saat tengah fokus membalas pesan, Laras mendekatiku dan mengintip. Tidak hanya sebatas itu, Laras juga mengambil ponselku dan membalas semua pesan dari Bimo. Meski berkali-kali aku memintanya untuk mengembalikan ponsel, Laras tidak memberikannya, dia sangat kuat. Aku yang menyerah, hanya duduk dan melanjutkan santap makan siang. Beberapa detik kemudian, Laras mengembalikannya dengan senyuman yang mencurigakan.

Wajah ini sudah sangat kesal dengan balasan pesan di ponsel. Aku hela napas sebelum membalasnya, tetapi ku urungkan niat karena mungkin itu akan menyakiti hati Bimo dan terpaksa mengikuti isi pesan tersebut. Yang dimana berisi ajakan untuk makan malam.

Sepanjang aku mengetik cerita di laptop, Laras sibuk dengan melihat-lihat pakaian di lemariku. Mengoceh tentang pakaian yang kumiliki karena tidak ada feminimnya sama sekali. Meski seperti itu, aku punya satu gaun yang dikenakan saat pernikahan teman. Dan itu satu-satunya gaun yang kumiliki.

"Selama ini, apa hanya gaun ini yang kamu beli?" tanya Laras.

"Hmm, ya. Hanya itu yang ku punya," jawabku dengan tetap fokus mengetik.

"Apa kamu akan pergi makan malam hanya dengan menggunakan kaos dan celana panjang?" Laras kembali bertanya dengan kesal.

"Hmm, ya. Kenapa? Apa itu salah? Dia juga tidak apa-apa jika aku berpakaian seperti itu, kenapa kamu yang ribet?" tanyaku dengan santai.

"Ha, tidak bisa begini. Aku akan pilihkan gaun punyaku, kamu harus terlihat anggun dan menawan." Laras terus mengoceh sendiri dan memilih gaun untuk aku.

Tiga puluh menit telah berlalu, Laras memintaku untuk mencoba beberapa gaun pilihannya. Terdapat lima gaun berbeda warna dan setelah memikirkannya dengan keras. Laras memutuskan agar aku mengenakan gaun berwarna hitam yang panjangnya 3cm di bawah lutut, berlengan panjang, dan memiliki manik-manik berbentuk kupu-kupu beserta bunga.

Semuanya tidak berhenti di situ, dia bahkan menyuruhku untuk mengenakan lulur, masker wajah, dan bebersih lebih awal. Padahal jam baru menunjukkan pukul 15:30 WIB. Dengan tidak dapat menolak ku turuti semua ucapan Laras, hingga dua jam berlalu dan kini tengah mendapatkan Service make up dan rambut panjangku.

Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 18:30 WIB. Persiapan diri untuk makan malam telah selesai dan Laras hanya menampakkan wajah takjub. Bahkan dia memintaku untuk berpose dan mengambil beberapa foto, hingga ketukan pintu terdengar.

Tanpa berbasa-basi, kami meninggalkan kontrakan tempatku tinggal. Sepanjang perjalanan, aku hanya duduk diam hingga mobil ini berhenti di depan sebuah restoran mewah. Kami keluar dan duduk di meja dekat jendela yang sepertinya Bimo telah memesan tempat terlebih dahulu.

Aku membuka buku menu dengan tulisan berbahasa Inggris, memilih makanan dan minuman. Setelah pelayan itu pergi, aku hanya menundukkan kepala karena sadar akan tatapan Bimo. Aku tidak berani menatap Bimo, dikarenakan malu.

"Kamu cantik dengan gaun itu," ucap Bimo.

"Ah, ini bukan punyaku. Laras meminjamkannya kepadaku, kamu juga cocok dengan jas itu." Balasku dengan memujinya kembali dan tidak lagi menundukkan kepala.

Setelahnya kami kembali terdiam hingga pelayan datang dan menaruh pesanan dengan rapih di meja. Di saat kami akan mulai menyantap, suara seorang laki-laki tertangkap memanggilku. Aku terkejut saat mantan pacarku menyapa dengan tersenyum dan bersama perempuan berbeda dari yang terakhir aku lihat.

"Sepertinya kamu sudah bisa move on dariku," ucapnya dengan nada mengejek.

"Ya, tentu aku harus cepat melupakan orang tukang selingkuh. Kamu sendiri, sudah ada berapa perempuan yang diajak menjadi selingkuhan?" tanyaku dengan kesal. Tentu itu membuat wajahnya terkejut dengan pertanyaanku dan pergi begitu saja.

"Maaf, dia mantanku dan kami putus satu tahun yang lalu karena dia selingkuh." Tanpa ditanya aku menjelaskan dengan singkat kepada Bimo.

Bimo yang mendengar penuturan ku hanya mengangguk paham dan kami melanjutkan acara makan malam dengan mengobrol. Setelah acara makan malam usai, kami bergegas pulang tanpa melakukan kegiatan lain. Saat pintu kontrakan terbuka, Laras menarikku cepat dan memberikan begitu banyak pertanyaan.

"Kami hanya makan dan mengobrol tentang kesukaan, tidak yang disukai, dan sedikit mengenang masa lalu. Hanya sebatas itu," ucapku.

"Yakin hanya itu? Terus, kamu tidak tanya alasan dia tidak menghubungimu?" tanya Laras lagi.

"Dia sibuk dengan pekerjaan, sudah ya. Aku lelah dan mau tidur." Aku bergegas membersihkan diri, meninggalkan Laras dan tidur.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
If It's You
Selanjutnya Happiness Of A Family || Chapter 3 Bertemu Dengannya
2
0
Ananda Yuda memiliki impian yang besar, tetapi dia harus merelakan semuanya untuk keluarga. Dia membantu sang ayah dalam membiayai hidup keluarga karena banyak hal yang mempengaruhi, seperti kakak pertama memutuskan untuk meneruskan hubungan ke jenjang pernikahan. Kakak kedua baru saja lulus dari universitas sehingga belum mendapatkan kerja, kedua adiknya masih di bangku sekolah, hingga suatu hari, Yuda bertemu seseorang perempuan yang dikenalnya di masa lalu. Dengan tulus membantu Yuda dalam menggapai impiannya. Akankah hubungan Yuda dan sang perempuan hanya sebatas teman? Ataukah mereka dapat lebih dari teman.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan