Episode : Ada Dewa Basket di Lapangan Itu

2
0
Deskripsi

“Aku masih bingung. Orang itu ada atau tidak, sebenarnya?” ucap Gio yang masih gugup dan pucat. 

*****

Jangan lupa untuk membaca The Little Adventure of Nuel

*****

Cari brownies dan kue basah yang super DEP SEDEP? 

Bisa ke Kuppu Snack di 0812-4715-4969.

Aku lelah. Pusing juga. Jenuh, iya. Yang jelas, aku butuh melakukan sesuatu untuk menyegarkan otak ini. Ujian sekolah berhasil dilalui dengan baik. Aku rasa begitu, dan semoga bisa lulus. Lalu, aku berhasil diterima di kampus itu dengan baik. 

Kenapa harus kampus itu? Menurut desas-desus yang aku dengar, tim basket kampus itu lumayan disegani. Pihak kampus pun sering memberikan beasiswa kepada atlet-atlet basket berprestasi. Kemungkinan besar kita masuk ke dalam tim nasional basket cukup tinggi pula. Beberapa bulan yang lalu, kakak kelas aku terpilih sebagai kontingen tim nasional basket yang akan berlaga di Asian Games tahun ini. Itulah kenapa aku ingin bisa diterima di kampus itu. Bisa mendapatkan beasiswa, lalu ada kemungkinan pula aku dilirik oleh pelatih tim nasional basket. 

Aku tersenyum lebar. Lumayan juga. Dari tadi aku berhasil memasukkan bola ke dalam ring sebanyak sepuluh kali. Dua-tiga kali peluang malah aku lakukan dari jarak yang agak jauh. Tak heran, aku selalu menjadi langganan tim basket sekolah aku. Saat aku masih kelas 11, aku pernah mengantarkan tim basket sekolah aku menjadi runner-up di turnamen basket antar sekolah se-kecamatan. 

Aku coba mendribel bola dari tengah lapangan, lalu melakukan lemparan ke arah ring. Segera aku mulai bergerak ke tengah lapangan. 

Duk, duk, duk. 

Oke, aku sudah berada di tengah lapangan. Aku siap solo run ke arah ring. 

Sekonyong-konyong aku melihat ada beberapa orang menuju lapangan komplek ini. Kurang lebih aku hitung-hitung ada sepuluh orang. Mereka semua mengenakan seragam. Kubaca nama yang tertera di bagian depan seragam mereka: ‘Rajawali Terbang’. Itu, kan, salah satu tim favorit aku. Tim Rajawali Terbang sedang bagus-bagusnya di divisi dua liga basket nasional. Akan promosi, jika konsisten penampilannya. 

Salah seorang pemain menghampiri kami. Kata si botak ke aku, “Eh, maaf, yah, lapangannya kami pakai dulu. Tadi sudah minta izin juga.”

Aku agak kecewa mendengarnya. Biar bagaimanapun aku yang sudah lebih dulu di lapangan ini. Apa tidak bisa bermain bersama? Begini-begini aku juga atlet basket juga, walau masih amatir. 

“Maaf, yah, main basketnya di tempat lain aja, bisa, kan?” ujar si botak dengan ekspresi memohon-mohon, tersenyum. 

“Main bareng aja, gimana?” tawarku, yang masih belum rela meninggalkan lapangan basket ini. Lapangan basket ini yang paling dekat ke rumah aku. Hanya sekitar lima belas menit, aku menempuhnya. Tadi saja aku berjalan kaki dari rumah ke lapangan sambil mendribel bola. 

Si botak tertawa. Teman-temannya ikut tertawa terbahak-bahak. Aku bingung apa yang lucu. Apa mereka meremehkan aku ini? Ingin aku berteriak sekali lagi, begini-gini aku pemain yang sangat bisa diandalkan di tim basket sekolah. Lemparanku begitu akurat. Nyaris seratus persen selalu masuk mau dari jarak mana dan berapapun. 

“Woy, dia bilang apa?” tanya temannya yang sedang duduk di pinggir lapangan dan menyiramkan air ke atas kepala. 

“Ngelunjak, biasa,” seru si botak. “Nggak tahu diri dia. Masa mau ikut main bareng kita? Dia nggak tahu apa, siapa kita?”

Temannya itu langsung menghampiri aku dan berseru, “Temen gue, kan, udah minta izin baik-baik, nih. Yah, jangan nyolot, dong.”

“Siapa yang nyolot?” tantang aku sambil masih memegang bola basket kepunyaan aku yang penuh dengan tempelan klub-klub basket NBA. LA Lakers adalah klub NBA favorit aku. Aku menyukai LA Lakers karena mendiang Kobe Bryant, yang merupakan pebasket favorit aku. 

“Lah, apa salahnya sih main bareng? Gue juga bisa main basket. Sama kayak kalian. Bedanya, lu semua udah semi-pro. Sementara, gue masih main basket untuk kepentingan tim basket sekolah. Tapi, asal lu tahu, nih. Gue pemain andalan di tim basket sekolah.” ujarku sok sekali. Seharusnya aku mengalah saja. Buat apa pamer kehebatan di momen yang sebetulnya bukan ajang resmi. Apa hebatnya menantang tim semi-pro saat lagi sparring atau latihan? 

Temannya yang tadi menyiramkan air ke atas kepala, menertawakan. “Minggir, yah, Dek. Kakak-kakak ini mau latihan.”

Eh, si botak ini malah dengan brengseknya merebut bola basket milikku dan melemparkannya ke luar lapangan. Teriaknya, “Kalo kita bilang minggir, yah, minggir. Kita juga udah sewa ini lapangan, dan kita berhak pake lapangan ini secara pribadi tanpa diganggu orang-orang luar yang nggak berkepentingan.”

Aku mendengus dan berjalan cepat menuju arah di mana bola basket aku dilemparkan. Di saat itulah, tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang mengenakan kaus basket dengan logo LA Lakers dan nama punggung Kobe Bryant. Kelihatannya laki-laki ini sebaya dengan aku, dan sepertinya ia mau menantang gerombolan dari tim Rajawali Terbang. 

Benar saja, laki-laki ini sudah menghampiri si botak dan berkata, “Yah, gue tahu kalian udah bayar mahal lapangan ini. Tapi, apa salahnya main bareng? Lagian cowok ini juga bisa main basket. Tadi gue lihat lemparannya masuk terus.”

Si botak tertawa. “Nggak usah nyolot. Lagian, nggak sepadan kita-kita yang dari tim divisi dua liga basket nasional nantangin pemain tarkam.”

“Gimana kalo kita tanding? Dua lawan dua aja?” tantang si laki-laki misterius dengan seragam basket Kobe Bryant tersebut. “Lo pilih dua di antara tim kalian. Sementara gue sama cowok yang kalian lecehin ini. Gimana? Berani nggak?”

Si botak tertawa dan berseru ke arah teman-temannya yang lain. “Gimana, nih, Bre? Ditantang sama bocah kita-kita? Terima nggak, nih?” 

Seseorang dari mereka yang mengenakan topi menghampiri. “Ya, udahlah, terima aja. Daripada mereka berdua ngebacot, nanti kita bakal jadi bahan omongan di mana-mana. Ketahuan pelatih dan manajemen klub, bisa berabe, kan?”

“Oke, gue terima,” Si botak dan dua temannya menyingkir ke arah pinggir lapangan. 

Sepertinya tim Rajawali Terbang sedang memilih dua pemain yang akan beradu tanding dengan aku dan si laki-laki berseragam LA Lakers. Tak perlu waktu lama, sudah terpilih dua orang. Aku mendongakkan kepala. Kedua pemain yang mereka pilih, tinggi-tinggi. Apa bisa menang? Tinggi mereka berdua mungkin di atas 180 cm. Sementara aku hanya 169 cm. 

“Udah, tenang aja, kita pasti menang.” ucap si laki-laki misterius coba memotivasi aku. 

Pertandingan dimulai. Hanya setengah babak. Lumayan seru. Ini pengalaman pertama aku beradu tanding dengan pemain semi-pro. Laki-laki misterius ini juga lumayan jago bermain basket. Dia bisa mengimbangi permainan aku. Tak terasa tim aku berhasil mengungguli Rajawali Terbang dengan skor 15-8.

Aku ingin berkenalan lebih lanjut dengan si laki-laki misterius. Barangkali dia anggota klub basket apa begitu. Lumayan untuk aku bisa segera memulai karir sebagai pemain basket. Dia bilang tinggal di Blok AE Nomor 17. 

“Gue tinggal di sana. Besok mampir aja ke sana. Nanti kita sparring lagi, oke?” katanya tersenyum. 

Besoknya, setelah selesai mengikuti les di sebuah bimbingan belajar, aku bergegas menuju Blok AE Nomor 17. Rumahnya mewah juga untuk ukuran rumah-rumah di perumahan cluster. Tanpa pikir panjang, aku menekan bel. Seorang perempuan yang mungkin pembantu rumah tangga menghampiri aku. 

“Mau cari siapa, yah, Mas?” tanya si perempuan yang mengenakan kaus kedodoran. 

“Mau ketemu Theo,” jawabku sambil memeluk bola basket. “Orangnya ada di rumah, kan?”

Aku bingung kenapa si perempuan kaget. Wajahnya terlihat panik. Apa ada yang salah dengan pertanyaan aku? Dia tidak sedang mengerjai aku, kan? 

“M-mau cari siapa?” tanya si perempuan itu yang makin pucat. Tampak dahinya berkeringat. 

“Ini rumahnya Theo, kan? Theo--” Aku coba mengingat nama lengkap yang ia sebutkan kemarin. “--Theo Lazuardi?”

Perempuan ini hanya mengangguk takut-takut. Lalu, hening. Si perempuan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu, yang meninggalkan aku yang masih terus bertanya-tanya. Hampir lima menit kemudian, dia keluar bersama dengan seorang ibu yang sepertinya sudah berusia di atas lima puluh. 

“K-kamu siapanya Theo?” tanya si ibu yang sama paniknya. 

“Temennya, Tante. Kemarin Theo udah janji mau main basket bareng saya. Apa Theo ada di rumah?” jawabku sopan. Aku masih bingung sebetulnya apa yang sedang terjadi di sini. 

“Kamu ketemu Theo di mana?” tanya si ibu, yang mungkin ibunya Theo. 

Sebelum aku menjawab, si perempuan berkaus kedodoran itu langsung berkata, "Mas, nggak salah orang? Yakin yang kamu temui itu adik saya, Theo? Soalnya Theo sudah meninggal lima tahun yang lalu.”

Kedua mataku terbelalak. Benarkah informasi yang aku terima? Lantas, siapakah yang bermain bersama aku kemarin? 

Si ibu lalu mengajak aku masuk ke dalam rumah. Ia dan si perempuan berpakaian kedodoran menunjukkan foto laki-laki bernama Theo dan berwajah sama dengan Theo yang bermain dengan aku kemarin siang. Aku langsung keringat dingin. Kedua tangan mengepal erat. Jantungku berdebar-debar. 

Ini apa yang sebenarnya sedang terjadi? Masa aku bermain basket dengan arwah orang meninggal? 

Informasi terakhir yang aku dapatkan, Theo meninggal karena kecelakaan bermotor saat hendak pergi latihan. Namanya bahkan sempat masuk ke dalam rooster tim nasional basket. Pantas saja, permainan Theo luar biasa. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya #133 The Little Adventure of Nuel : Mak, Aku Lupa Bayar Bakso!
1
0
Cerita ini bagian dari novel online “The Little Adventure of Nuel.Biar makin menikmati, baca saja dulu chapter- chapter sebelumnya. Per tanggal 23 April 2023, kaver “The Little Adventure of Nuel berubah. Dan, setiap chapter akan konsisten menggunakan kaver barunya. Perubahan kaver untuk kali kedua pada tanggal 25 Juli 2023.*****Aku--melalui IN's Online Shop--ikut memasarkan Minyak Kutus-Kutus dan air beroksigen Oxy Water. Call my online shop in Instagram @_inonlineshop_ dan 0877-9175-6320.Jika ada yang mau membantuku secara finansial, kalian bisa mentransfer nominal yang kalian inginkan ke BRI 708901018369532 atas nama Immanuel Lubis.Author seperti aku juga butuh uang untuk menyambung nyawa. Dan, mulai tanggal 29 Mei 2023, aku memutuskan untuk menggratiskan novel ini. Bacanya gratis! *****
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan