Episode: 100 Hari setelah Dia Pergi

2
0
Deskripsi

“Dia memang sudah pergi, namun aku merasa dia masih ada di sekitar aku. Padahal dia hanya seorang pacar.”

*****

Ada serial baru: “Marsha Cahaya Hati

*****

Sedia aneka macam keripik

Juga, sedia Christmas Hampers

Kuppu Snack

0812-4715-4969

Walau 'ku tahu 

kau tak pernah anggap 'ku ada

Seorang perempuan yang cukup cantik duduk di salah satu bangku di sebuah coffee shop. Ia tak langsung meminum pesanannya, kopi Vietnam. Hanya mengaduk-aduk dengan sebuah sedotan. Perempuan itu lalu menghela napas. Kepalanya menengadah ke atas. 

Harus perempuan itu akui desain interior di kafe ini cukup ciamik. Pemiliknya--yang temannya sejak kuliah--jago mendesain. Lampu gantung yang cantik, yang mengingatkan dirinya akan kebudayaan Tionghoa. Pandangan si perempuan beralih ke salah satu pigura. Tulisannya sangat mencolok matanya. Tertulis seperti:

“Aku adalah aksara tanpa makna dan kamu adalah metafora yang fana. Layaknya bagaskara dan bentala, kita adalah dua atma yang tidak diizinkan semesta.”

Kata-kata yang sangat bagus. Si perempuan meragu temannya itu yang menciptakan kata-kata cantik tersebut. Lagi pula temannya itu bukan lulusan Sastra Indonesia. Hanya seorang lulusan Desain Komunikasi Visual yang banting setir menjadi seorang pengusaha. 

Si perempuan tertawa tanpa suara. Ia pun mulai menitikkan air mata. Tertawa sekaligus menangis. Di saat seperti itu, tangannya lincah mengambil gawai dari dalam tas bertuliskan LV. Ia mengetikkan sesuatu di kolom pencarian mesin pencari. Ia penasaran dengan kata ‘bagaskara’. Tertulis begini di salah satu pencarian. 

Definisi/arti kata 'baskara' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah n matahari.

Di pencarian berikutnya, ‘bagaskara’ berarti ‘matahari yang bersinar’. Sekonyong-konyong si perempuan seperti teringat sesuatu. Dulu sekali ada seorang laki-laki yang sering menyapanya dengan sebutan ‘sunshine’. Si perempuan baru sadar, antara 'bagaskara' dan ‘sunshine’, keduanya memiliki arti yang kurang lebih sama. Sama-sama berarti ‘matahari yang bersinar'. 

Si perempuan tersedu sedan. Ia mengambil selembar tisu dan mengelap kedua lubang hidungnya. Ia menyebut-nyebut nama seorang laki-laki. Mungkin itu nama kekasihnya. Apakah si perempuan baru saja putus cinta? 

‘Ku tak pernah anggap ’ku ada

'Ku tak bisa menggapaimu

Tak 'kan pernah bisa 

Walau sudah letih aku

Tak mungkin lepas lagi

Si perempuan makin terisak-isak. Ia lalu mengambil selembar tisu lagi. Isaknya, “Iman, kenapa kamu harus pergi?”

Iman adalah nama pacar si perempuan. Bukan, bukan karena diputuskan tali kasih antara si perempuan dan Iman. Iman meninggal seratus hari yang lalu. Karena kanker otak. Setelah bertahan hampir tiga tahun, Iman tak kuasa untuk menolak pinangan malaikat maut. Pinangan malaikat maut lebih berharga nan bermakna daripada rencana Iman untuk meminang perempuan ini. 

Perempuan itu menyenandungkan lirik lagu dari Utopia tersebut. “Ku tak pernah anggap ’ku ada. 'Ku tak bisa menggapaimu,…"

Ia bernyanyi sembari membiarkan bulir-bulir air mata makin membasahi pipi. Sesekali ia masih saja menyebut nama ‘Iman’. Kedua matanya lalu menerawang ke arah foto Iman yang masih ia simpan di dalam dompetnya. Setiap kenangan demi kenangan bersama Iman menyeruak di dalam otak si perempuan. 

Si perempuan tak sadar kali ini menjadi obyek perhatian para pengunjung kafe. Bahkan, ada yang mendesis, “Orang gila, yah. Nangis sendiri. Ketawa sendiri.”

Ia menengok ke arah seseorang yang mempertanyakan kewarasannya. Hanya untuk memberikan senyuman terbaik kepada laki-laki berseragam safari tersebut. Si laki-laki safari agak takut dan langsung sok minta maaf. Mungkin agar si perempuan tak menyerang si laki-laki safari. Padahal si laki-laki safari tak diapa-apakan. Si perempuan malah tersenyum dan segera mengemasi barang-barangnya. Si perempuan berjalan menuju meja kasir yang sekaligus meja barista. 

“Berapa?” tanya si perempuan sembari menghapus air mata dengan selembar tisu. Tersenyum. 

Si kasir menjawab dengan penuh takut-takut. “T-tujuh puluh lima ribu rupiah,”

Si perempuan menyerahkan selembar rupiah berwarna merah. Dua menit kemudian, ia mendapatkan kembali kembaliannya. Ia berkata (yang sebelum meninggalkan kafe tersebut), “Makasih,”

“S-semoga puas dengan layanan kafe kami. Ditunggu kedatangannya yang berikutnya." kata si kasir yang coba mempertahankan keramah-tamahannya. Itu sikap yang sangat penting agar kafe itu terus menerus dikunjungi oleh khalayak. 

Selanjutnya, si perempuan menghampiri sedannya. Ia tersentak. Samar-samar ia seperti melihat sosok yang ia kenal. Sosok itu muncul di kaca spion sedan. Ia main berseru dan menoleh ke arah belakang, “Iman!”

Tukang parkir yang kebetulan melintas, beringsut ke arah perempuan tersebut. Sembari cengar-cengir, si tukang parkir berkata, “Ada apa, Mbak?”

Si perempuan menggeleng, “Nggak, saya kira pacar saya,”

Si tukang parkir tertawa terkekeh-kekeh, “Kebetulan, nama saya Iman juga. Apa kita jodoh, Mbak? Saya nggak keberatan punya pacar orang gedongan.”

Si perempuan tertawa kecut, lalu masuk ke dalam sedan. Di dalam sedan, si perempuan memasang lagu yang makin mempertajam rasa kesedihannya. 

You gave me roses and I left them there to die

So this me swallowin' my pride

Standin' in front of you sayin' 

I'm sorry for that night

Sembari sesenggukan, si perempuan menggaskan sedannya. 

*****

Di sebuah taman pemakaman umum. Ada banyak batu nisan. Dari antara batu-batu nisan tersebut, ada sebuah batu nisan yang dikelilingi orang-orang. Kelihatannya orang-orang ini memiliki hubungan dengan jenazah yang dikubur di bawah batu nisan ini. Mereka menundukkan kepala dan mengucapkan doa. Mungkin agar arwah si empunya makam baik-baik saja di dunia orang mati. Mereka sungguh percaya seseorang masih akan tetap hidup, walau raga sudah kehilangan fungsi. 

Seorang ibu berkata ke seorang laki-laki yang sepertinya masih remaja. “Dias,”

“Hmmm,…” Yang namanya Dias menggumam. 

“Siapa itu nama pacarnya Iman?” tanya si ibu yang belum bisa menghapus air matanya. 

“Kak Grace, Ma.” jawab Dias tersenyum. 

“Iya, itu si Grace, ada menghubungi kau sejak si Iman meninggal?” tanya si ibu. 

Dias menggeleng. “Nggak ada aku dihubungi dia, Ma.”

“Terakhir Mama ingat, si Grace cuma ada waktu Iman menjalani kemoterapi. Sehabis itu, si Grace itu malah nggak muncul waktu Iman mau diberangkatkan. Benar, tidak, perempuan itu sayang sama Iman? Tak tampak batang hidungnya waktu kebaktian atau waktu mau penguburannya.” tutur si ibu menggeleng-gelengkan kepala, gemas. 

Dias menggeleng pelan. “Aku udah ngabarin Kak Grace agar dateng. Tapi, chat aku cuma dibaca aja.”

Yang lain menimpali, seorang perempuan berusia mahasiswi, “Kak Grace pasti punya alasan kuat, Ma. Nggak mungkin Kak Grace tega main pindah ke lain hati begitu saja, Ma. Aku percaya Kak Grace itu benar-benar cinta sama Bang Iman. Lagian, kalau Mama meragukan cintanya, arwah Bang Iman bisa sedih, Ma.”

“Yah, kalau benar-benar cinta, pacar macam apa yang nggak datang waktu pasangannya meninggal. Iman dan Grace itu nggak lagi berantam, kan?”

Tak semua dianugerahi kemampuan bisa melihat sosok yang sudah tak memiliki roh. Mereka semua tidak sadar arwah Iman sedang berada di sekitar mereka. Iman berjalan mengikuti keluarga kandungnya yang menuju mobil minibus berwarna perak. 

Tanpa tersenyum, arwah (atau hantu) Iman mendesah, “Grace masih sayang, kok, Ma, sama aku. Aku dan Grace belum putus, Ma. Kami nggak lagi berantem. Grace juga pasti punya alasan kuat kenapa nggak dateng. Nggak apa-apa, kalau Grace nggak bisa hadir waktu penguburan aku.”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PART 5: Aku Rindu Marsha
2
0
“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya… …selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah? “Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”*****SECB PEDULI: Bersama Membumikan LiterasiInstagram @sukmaeq_cafebook
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan