
“Jika tanpa dirimu, aku hilang,…”
Noel menemukan cinta dalam menemukan sederatan kejadian ganjil. Sukar ia ceritakan ke siapapun. Kini ia dilanda kebingungan, apakah sosok Marsha itu nyata. Atau, itu hanya…
…selama ini, dirinya tengah berfantasi, kah?
“Marsha, jika Tuhan memberikan aku umur panjang, akan aku luangkan waktu seumur hidup aku hanya demi kamu. Kamu di mana, Marsha? Haruskah aku ke ujung dunia hanya demi menemukan kamu?”
*****
Ingat Toyota, Ingat Ajie Su
0813-8354-2951

Kelihatannya ia laki-laki baik-baik
Padahal aku hanya perempuan brengsek
yang baru saja patah hati
Kelewat sayang dengan dia
Padahal aku tak tahu menahu
tentang keberadaannya
Hey, Noel,
I love you so much!
Tertulis di sebuah diary. Marsha memang tipe perempuan yang senang melampiaskan isi hatinya (apa lagi yang sulit diungkapkan) ke dalam sebuah buku dengan kaver bergambar Rapunzel, yang disebut buku harian. Dalam buku harian itu, Marsha menuliskan sebuah iseng. Entahlah, karena sejak remaja, Marsha kurang begitu mengetahui apakah bentuk seperti ini bisa disebut sebagai puisi atau tidak.
Marsha tersenyum-senyum sendiri di dalam kamarnya, yang mana AC sudah dinyalakan. Ia langsung memeluk boneka pandanya, yang dari tadi berada di dekatnya. Ia menyenandungkan sebuah lagu. Dalam benaknya, terbayang sosok laki-laki yang ia kenal di dalam mimpi.
Desis Marsha, “Siapa, yah, cowok itu? Emang nggak seganteng cowok brengsek itu. Tapi, lumayanlah. Keren juga. Kalau nggak salah, namanya Noel.”
Marsha kembali mengingat peristiwa di dalam mimpi tempo lalu. Ia dan Noel tengah berada di atas perahu. Noel yang mendayung. Marsha memperhatikan setiap lekuk tubuh Noel. Marsha tersipu malu. Kepalanya tertunduk saat Noel membelai ujung-ujung rambutnya. Sentuhan lembut Noel di pipi Marsha, itu membuat Marsha melupakan laki-laki brengsek yang sudah mengkhianati cinta dan kepercayaannya. Marsha sangat terbuai. Lebih terbuai lagi, saat Noel berkata, “Marsha, cahaya hatiku,…”
Baru saat itu,… ah, Marsha benar-benar tersadar bahwa Noel satu-satunya laki-laki yang berkata dirinya adalah sebuah cahaya hati. Marsha sendiri merasa ia tidak suci-suci amat. Saat kelas 11, Marsha pernah mencoba rokok (yang sebetulnya bukan karena keinginan hati Marsha, namun karena terdesak situasi). Di usia-usia SMP, Marsha pernah iseng mencoba minuman alkohol kaleng dan mencicipi anggur merah. Saat kuliah, ia lebih sering menitipkan absen daripada masuk ke ruang asli. Masa yang seperti itukah sebuah cahaya hati?
Marsha cekikikan. Gumam Marsha, Noel, Noel, kamu ada-ada aja. Andai kamu tahu seberapa brengsek aku. Aku nggak sesuci yang kamu bilang.
Walau hanya di alam mimpi, Marsha benar-benar jatuh cinta dengan Noel. Sekonyong-konyong Marsha teringat judul buku yang pernah ia baca. Kalau tak salah, itu berjudul “Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta melalui Mimpi”. Sinopsisnya seperti ini yang tertulis di Goodreads.
“Mimpi itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap dan basah oleh keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas ia sudah jatuh cinta kepada lelaki itu.”
Marsha tertawa lagi. Mengapa begitu mirip? Mengapa harus ada kebetulan? Apakah ini yang namanya konspirasi alam semesta? Sayangnya, di mimpinya, yang menjadi pembeda dari bukunya Eka Kurniawan tersebut, Noel tidak menuntun anjing kampung. Marsha sering hanya berdua bersama Noel. Di atas danau, di dalam kafe, dan di sebuah restoran mewah.
Entah mengapa Marsha ingin sekali mendengarkan salah satu lagu Letto. Yang berjudul “Permintaan Hati”.
Terbuai, aku hilang
Terjatuh aku dalam keindahan penantian
Terucap keraguan hati yang bimbang
Yang terhalang kepastian cinta
Tanpa sadar Marsha menyenandungkan lagu Letto tersebut. Sepertinya perempuan berambut panjang dan berkulit putih itu sangat menghayati lagunya. Sepertinya Marsha sangat memahami apa makna demi makna lagu yang baru saja ia nyanyikan.
Marsha ingat laki-laki di mimpinya itu sering menyanyikan lagu “Permintaan Hati” tersebut. Tak bisa dibilang merdu, namun Marsha amat merasakan Noel menyanyikan lagu itu dengan penuh perasaan. Apakah Noel sungguh jatuh hati ke Marsha? Apakah diperbolehkan saling jatuh hati di dalam mimpi? Apakah ini bisa disebut pengalaman cinta, padahal hanya sebuah mimpi?
Marsha terkekeh-kekeh, “Emang boleh sejatuh-cinta ini ke cowok yang aku kenal di mimpi? Boleh apa kangen sama seseorang yang belum pernah aku temui di dunia nyata? Apa ini benar-benar cinta?”
Kembali Marsha memeluk boneka pandanya. Sontak kedua mata Marsha menyipit. Pipi-pipinya menggembul begitu saja. Semburat merah muda mewarna pipi-pipi tembam Marsha. Marsha merasa antara boneka panda ini dan Noel, itu tak jauh berbeda. Jika rasa rindu memuncak, pasti Marsha selalu memeluk boneka pandanya.
“Eh, kayaknya cowok itu demen banget sama lagu-lagunya Letto. Kenapa, yah? Emang sih, lirik lagu-lagunya syahdu gitu. Aku demen banget sama cowok romantis.” kata Marsha mencubit pipi si boneka panda.
Marsha kembali membuka buku hariannya. Tulisnya sebagai berikut.
Tuhan,
apa ini cinta?
Bolehkah ini
menyukai laki-laki yang aku belum pernah temui?
Aku belum pernah sesayang ini
Namun, cintakah ini?
Apa ini cintakah?
Bolehkah juga?
Selesai Marsha menulis. Entahlah, Marsha kurang yakin apa yang tadi ia tulis adalah sebuah puisi. Bahkan Marsha belum bisa membedakan mana gurindam, mana pantun. Baginya setiap yang berujung bunyinya sama atau identik, itu adalah pantun. Marsha hanya asal tulis. Tanpa pernah mengetahui apa yang ia tulis bisa disebut sebagai puisi pula.
Marsha mengulangi lagu Letto tadi. Permintaan Hati. Itulah judulnya. Di telinga Marsha, itu terdengar sebagai permintaan hati Noel. Apakah Noel ingin memohon Marsha agar bisa menjadi kekasih Marsha?
Sekejap Marsha memejamkan mata, sekejap itu pula Marsha membayangkan wajah Noel. Di benaknya, ia seperti melihat Noel tengah menuliskan sesuatu di atas selembar kertas. Marsha beringsut dan mengintip. Marsha kembali merona. Sebab, inilah yang Noel tulis.
“Marsha, cahaya hatiku, aku hanya mau minta maaf. Maafkan aku yang belum bisa memberikan yang terbaik. Tapi, menurut aku, kamu itu sudah cukup baik untuk aku. Aku yang merasa tidak layak untuk kamu. Marsha, sekali lagi, maafkan aku yang belum bisa memenuhi ekspektasi kamu.”
Marsha mengikik. Tenang saja, karena Noel tampaknya tak tahu ada Marsha di dekatnya. Jauh, namun terasa dekat. Dekat, tapi masih jauh sebenarnya.
Ujar Marsha, “Emang aku pacar kamu, Noel? Kamu aja belum pernah nyatain langsung ke aku. But, whatever, yang penting itu bisa bikin kamu bahagia. Always be happy, Noel. Mungkin kamu itu juga cahaya hati aku.”
Sekonyong-konyong sepertinya Noel tersentak. Ia menoleh ke arah Marsha berdiri. Noel dan Marsha seperti sedang bertatapan.
Lalu, Noel balik arah. Ia mengernyitkan dahi. Kelihatannya ia tadi seperti sedang mengecup bibir seseorang. Padahal, hanya ada seorang Noel di dalam ruangan ini. Aneh, Noel makin mengerutkan keningnya.
Samar-samar Marsha seperti mendengar desahan hati Noel, yang berkata, “I love you so much, Marsha, cahaya hatiku. Entah di mana, entah bagaimana kabarmu sekarang. Aku rindu kamu. Marsha, apa boleh aku menganggap kamu itu pacar aku?"
Marsha balas dengan cara berbisik di samping telinga Noel, “I love you, too, Noel,”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
