Eternal Sunshine 6 : Dia bilang masih ingin memperjuangkan cintamu.

11
7
Deskripsi

Melalui sudut mata, Yahiko menatap pria asing yang dibawa Hinata ke kedai malam ini. "Siapa?"

Masih terus mengunyah makan malamnya, Hinata menunjuk Sai dengan sumpit ditangannya. "Dia?"

Yahiko menatap pria asing itu sekilas lantas mengangguk.

"Calon suamiku."

Yahiko hanya terkekeh ringan mendengar jawaban konyol dari Hinata, kemudian mengalihkan atensi pada pria asing yang tak bergeming sedikitpun atas ucapan asal dari gadis cantik itu.

"Saya pemilik kedai ini, Irie Yahiko. Senang bertemu dengan anda."...

Story by : HinataLight8

Rate : M

Genre: Hurt, Healing, Fluffy, Friendship, Romance, Harem.

Diclaimer: All Characters of Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.

This story is mine.

Warning: All Typo(s), Out Of Chara, If you dislike this story, please turn back with peace. No flames with barbarian's words, Be Nice for critic, Typo and others. Thank you.


 

_________________________________________

 

---****---

 

"Naruto, sebelum kita mengakhirinya disini. Bolehkah aku bertanya satu hal padamu?"

"Aku penasaran tentang bagaimana aku terlihat dimatamu ?"

"....."

"Saat kita bertemu lagi, aku pastikan aku bukan Hinata yang pernah mencintaimu. Saat kita tidak sengaja bertemu pandang aku pastikan tidak lagi memiliki debar dimataku. Aku akan biasa-biasa saja, sebab setelah melangkahkan kaki dari sini cerita cintaku telah benar-benar usai."

.

.

.

Hinata tersentak ketika Yahiko menepuk ringan bahunya. "Apa?"

"Kau melamun." Yahiko kembali melanjutkan kegiatan memasak dibalik meja counter yang diduduki gadis itu.

"Hanya sedikit mengingat pertemuanku dengannya." Ucapnya santai sambil meminum segelas ocha hangat.

"Hahhh.... dia ternyata sangat menyebalkan." Gadis itu membuang nafas jengah.

"Kenapa aku baru menyadarinya?"

Hinata mulai bergumam dan mengumpati dirinya dan orang itu. "Ckk... dasar bodoh."

Mungkin karena telah berhasil mengenyahkan cinta, entah bagaimana dimata Hinata mantan kekasihnya itu terlihat sangat menyebalkan.

Naruto, pria itu bahkan tak memberi jawaban atas satu pertanyaan terakhir yang diajukannya sebelum perpisahan tadi siang.

Indra pendengaran Yahiko menajam saat mendengar umpatan Hinata. Ia jelas tahu orang yang saat ini tengah menjadi bahan umpatan gadis cantik itu. "Kau menyesal ?"

"Hm... aku juga kesal karena kau lagi-lagi benar." Hinata mendumal sembari memperhatikan Yahiko yang sibuk memasak pesanan makan malamnya.

"Sial... empat tahunku terbuang sia-sia." Kali ini Hinata mendegus disertai tawa mengejek, kentara sekali menyesali kisah cintanya.

Benar, penyesalan itu bukan datang karena Hinata melakukan hal yang salah. Namun karena Hinata melakukan hal yang terbaik untuk orang yang salah. Karena hal itu Hinata sampai melupakan rasa bahagia dan bersahabat dengan luka.

Yahiko hanya menanggapi sekilas dengan anggukan kepala, kedua tangan dan matanya fokus memasak.

Senyum Hinata terpatri dengan sendirinya, dia menyukai dimana pembicaraan dengan Yahiko terjalin.
Pria itu seperti mempunyai tombol otomatis untuk tahu kapan waktunya berbicara dan kapan waktunya mendengar.

Sepuluh menit kemudian dua menu lezat tersaji dimeja counter untuk dua orang pengunjung terakhir kedai malam ini, Hinata dan seorang pria yang duduk disebelahnya.

Pria itu datang bersamaan dan duduk disebelah Hinata, mendengar jelas perbincangan, namun tak bersuara satu katapun dari awal kedatangan hingga makan malam tersaji didepan matanya.

Melalui sudut mata, Yahiko menatap pria asing yang dibawa Hinata ke kedai malam ini. "Siapa?"

Masih terus mengunyah makan malamnya, Hinata menunjuk Sai dengan sumpit ditangannya. "Dia?"

Yahiko menatap pria asing itu sekilas lantas mengangguk.

"Calon suamiku."

Yahiko hanya terkekeh ringan mendengar jawaban konyol dari Hinata, kemudian mengalihkan atensi pada pria asing yang tak bergeming sedikitpun atas ucapan asal dari gadis cantik itu.

"Saya pemilik kedai ini, Irie Yahiko. Senang bertemu dengan anda." Memberikan sapaan dengan senyum kecil.

"Saya sekretaris Nona Hinata, Shimura Sai." Wajahnya tanpa ekspresi.

Jawaban itu serta merta membuat Hinata meradang. Bukan, bukan karena Sai yang membantah ucapan soal perkataan calon suami, melainkan karena Sai dengan mudah menjawab Yahiko hanya dalam satu pertanyaan.

"Aku kira Kak Sai bisu." Hinata merengut kesal pada sekretaris tampan itu.

Bagaimana tidak? Diluar konteks pekerjaan, Hinata perlu bekerja keras untuk sekedar mendapat jawaban Ya dan Tidak dari Sai. Selebihnya Hinata hanya mendapat jawaban berupa anggukan kepala dari pria itu.

Yahiko memperhatikan interaksi keduanya, satu hal yang Ia tangkap malam ini, Yahiko meyakini Hinata akan terlibat kisah yang unik dengan Shimura Sai, sekretarisnya.

.

.

.

'Aku mencintai Hinata.' Satu pernyataan tak terduga dari Gaara berhasil membuat telinga Naruto berdenging hingga mampu menenggelamkan hiruk pikuk keramaian club malam tempat mereka berkumpul malam ini.

Naruto terdiam.

Sewajarnya Naruto seharusnya turut merasa senang atas pengakuan Gaara. Tapi sesuatu terasa tidak benar, direlung terdalam sesungguhnya Naruto tidak merasa benar-benar senang.

Naruto justru kebingungan Apa? Sejak Kapan? Mengapa Dia? Bagaimana bisa? semua pertanyaan itu hanya berkutat dipikirannya.

Lain halnya dengan Sasuke dan Shikamaru, meski ikut terdiam namun jelas keduanya tidak menunjukkan keterkejutan atas pengakuan Gaara.

"Aku sudah lama menahan perasaan ini, itu karena kau sahabatku Naruto." Gaara melanjutkan. "Karena kau sudah memilih Sakura, aku akan mengejar Hinata."

"Sejak kapan?" akhirnya satu pertanyaan lolos dari bibir Naruto.

"Sebelum kau mengenalnya." Sepintas kenangan gadis kecil melintas dibenak Gaara, senyumnya terbit. "Waktu itu---"

Dert...dert....dert....

Seketika senyum Gaara merekah bagai bunga di musim semi setelah membaca isi pesan masuk pada telepon genggamnya.

Dia bangkit dari sofa lalu menepuk bahu Naruto. "Aku akan menjelaskannya nanti."

Gaara lantas pergi dari tempat itu dengan melambaikan tangan disertai wajah ceria pada ketiga sahabatnya.

"Kalian mengetahuinya?" Naruto masih menatap kepergiaan Gaara hingga punggung pria itu tak terlihat.

Tak ada sahutan dari Shikamaru maupun Sasuke. Kini, Naruto menatap penuh keduanya menuntut jawaban. "Sejak kapan?"

"Sudah lama." Shikamaru yang menjawab. Ia menyalakan rokok ditangannya, namun beberapa detik kemudian mematikan rokoknya kembali. "Aku pergi. Ada sidang besok pagi."

Sebelum beranjak pergi, Shikamaru menyempatkan diri memberi sedikit masukan pada Naruto.

"Kau sudah menolak Hinata dan memilih Sakura. Ku harap sebagaimana Sasuke menerima hubunganmu dengan Sakura, kau juga bisa menerima jika Gaara menjalin hubungan dengan Hinata."

"Kapan aku bilang tidak menerimanya?" Naruto tersentak, sedikit tersinggung perihal Shikamaru menunduhnya dengan sembarang.

Naruto menyakinkan diri, hanya kaget dengan perasaan Gaara terhadap Hinata yang baru diketahuinya.

Shikamaru tampak cuek dengan jawaban Naruto. "Aku pergi."

Saat ini hanya tersisa dirinya dan Sasuke. "Kau juga mengetahuinya?"

Sasuke hanya mengangkat kedua bahu, lalu mengisi kembali alkohol dalam gelas es yang kosong. Sepertinya malam ini Sasuke ingin mabuk.

Keheningan tercipta cukup lama diantara keduanya. Hubungan Naruto dan Sasuke bukan hanya sekedar persahabatan, ada hal yang lebih rumit dan membingungkan.

Naruto dan Sasuke adalah jenis lelaki brengsek yang mencampakkan wanita demi mencapai tujuannya.

Sasuke mencampakkan Sakura dan menikahi Karin sepupu Naruto demi mengukuhkan posisinya sebagai pewaris.

Begitu juga dengan Naruto yang mencampakkan Hinata teman baik Sasuke demi bersama Sakura, mantan kekasih Sasuke.

Lima gelas penuh brendy sudah diteguk habis Sasuke, matanya kini sedikit memerah. "Naruto..." dia mulai meracau.

"Kau mabuk?" Naruto mendengus, padahal Ia sudah meminum alkohol lebih banyak dari Sasuke, entah berapa gelas sudah ditenggak namun mabuk tak kunjung datang padanya.

"Aku tidak mabuk, Sialan...." Jelas pria Uchiha ini mabuk berat.

"Naruto, aku ingin memberi tahu satu rahasia padamu...hikk....."

"Apa ?" Naruto tetap menanggapi celotehan sahabatnya yang mabuk.

"Tidak jadi he....he...hikk.... Hinata akan membunuhku jika dia tahu aku memberitahukan hal ini padamu."

Punggung Naruto menegak mendengar nama mantan kekasihnya terucap ringan dari bibir Sasuke, seolah keduanya benar-benar dekat.

"Tapi.... aku akan tetap mengatakannya sebagai hadiah perpisahan bagi kalian. Aku pernah melamar Hinata..."

Genggaman pada gelas ditangannya mengerat, Naruto kini menatap tajam Sasuke. Sebelumnya Gaara, sekarang Sasuke berhasil memberikan kejutan besar padanya secara bergantian.

"Hinata menolakku. Hahhh... dia bilang masih ingin memperjuangkan cintamu. Si bodoh itu, padahal aku sudah memperingatinya bahwa kau akan mencampakkannya begitu aku melepas Sakura."

Sasuke menyeringai ditengah mabuknya. "Lihat... apa yang ku katakan benar bukan? Kau mencampakkan Hinata begitu saja kan Naruto ha...ha...ha...hikk.... teman ku yang malang."

Sekali lagi sesuatu terasa salah, Naruto merasa senang mendengar Hinata menolak Sasuke. Tapi setelahnya hal itu justru mengusiknya, "Kau mencintai Hinata?"

"Tidak. Kurasa tidak..." jawaban jujur dari seorang pria mabuk.

"Lalu kenapa kau melamarnya ?"

"Entahlah... hanya saja aku merasa bisa menjalani hidup bersamanya, Hinata adalah teman yang baik."

"Seharusnya kau melakukan itu pada Sakura ?"

Sasuke mencibir. "Kau aneh, kenapa aku harus melakukan itu pada Sakura ?"

"Karna dia kekasihmu, wanita yang kau cintai. Dia yang seharusnya kau lamar, bukan Hinata."

Naruto mendesis marah, entah kemarahannya pada Sasuke bersumber dari Sakura atau Hinata.

"Ahhh... karena itu." Sasuke kemudian menatap Naruto tanpa sedikitpun gurat bersalah di wajahnya.

"Aku memang menyukai Sakura, tapi tidak sampai pada taraf memiliki keyakinan hidup bersamanya."

Pria mabuk itu terkekeh. "Selama ini aku bertahan karena perjanjian dengan Hinata, dia membantuku menjadi pewaris dan aku membalas budinya dengan tetap bersama dengan Sakura."

"KAU!!!" Naruto mencengkram kerah baju Sasuke. "BRENGSEKK!!!"

Sasuke nampak acuh, alkohol lebih menguasai kepalanya. "Pada akhirnya itu menguntungkan bagimu kan Naruto ?"

"Sekarang Sakura sudah mencintaimu, kalian bahkan telah menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai, bukankah begitu ?"

Pria mabuk itu kembali meneruskan ocehannya.

"Semua sudah jelas, disini Hinata yang paling menyedihkan diantara kita berempat. My stupid partner in crime yang menyedihkan itu membuang waktunya sia-sia hanya untuk mengemis cinta dari pria murahan sepertimu."

.

.

.

"Apa aku harus benar-benar melakukan ini Sai?" bahu Hinata merosot.

"Semua pihak telah menandatangi kontrak. Anda juga telah menyetujuinya."

Bagaimanapun percaya dirinya seorang Hyuga Hinata saat ini, dia tetaplah gadis yang benci menjadi sorotan.

Namun sepertinya hal itu tak bisa lagi dihindari, Hinata akan menjadi model iklan mini series untuk peluncuran merk 'Hikari's Living&Style'.

Hinata sangat mencintai mendiang Ibunya, sebentar lagi Ia akan mewujudkan impian wanita yang melahirkannya itu dengan 'Hikari's Living&Style'.

Sejak dulu Ibunya berkeinginan membuat jenis usaha ritel yang bergerak di bidang penjualan produk kebutuhan rumah tangga, seperti furniture dan aksesoris.

Yang menjadi masalah disini adalah, impian mendiang Ibunya yang menginginkan Sabaku Gaara menjadi model iklan jika suatu saat 'Hikari's Living&Style' benar-benar terealisasi.

Hyuga Hikari mengidolakan Gaara sejak pria itu menjadi penyanyi cilik.

Sampai detik ini pun Hinata masih mengingat jelas hal memalukan yang Ia lakukan pada Gaara, bagaimana dulu ketika berusia empat belas tahun Ia nekat menguntit Gaara sampai ruang ganti hanya demi mendapatkan tandatangan di album baru Gaara sebagai hadiah ulang tahun Ibunya.

Namun begitu, hal memalukan itu tidak pernah Hinata sesali, Hinata justru sangat bahagia. Sebab album itu adalah hadiah ulang tahun terakhir yang membuat Ibunya tersenyum sebelum akhirnya Tuhan menjemput Ibunya.

Lalu bagaimana bisa Hinata berakhir menjadi model dalam iklan series Hikari's Living&Style ?

Itu karena syarat yang diajukan Sabaku Gaara untuk menerima kontrak menjadi Brand Ambasador Hikari's Living&Style adalah dengan menjadikan Hinata sebagai model dalam iklan ritel produk rumah tangga tersebut.

"Apa anda mengenalnya ?"

"Siapa? Sabaka Gaara?" Hinata menggeleng.

"Tidak secara personal. Aku hanya tau kami pernah satu almamater di sekolah menegah atas, tapi kudengar dia hampir tidak pernah datang ke sekolah karena pekerjaannya."

Sai tak lagi bertanya, kini matanya berpusat pada layar 10'inch digenggaman.

Onix Sai meneliti dengan cermat profil Sabaku Gaara, lalu memasukkan data pria itu dalam folder khusus pada tabetPC yang ada ditangannya.

.

.

.

.

.

to be continued.....

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Commitment 41 : Rencana baru, Jebakan ?
10
1
Selama acara Workshop berlangsung Hinata tidak menyadari bahwa dirinya tengah di awasi oleh sepasang mata penuh kebencian.Kejadian itu begitu cepat, saat Hinata baru saja keluar dari restroom, seseorang yang telah membuntutinya dari arah belakang menyuntikkan sebuah cairan tepat pada pembuluh vena bagian leher.Sesuatu yang aneh dirasakan Hinata, suhu tubuh tidak teratur, badan terasa gerah dan resah.Seorang pria mendekatinya. Nona, anda baik-baik saja?Mata Hinata tidak bisa berfokus dan kehilangan konsetrasi, sentuhan pria asing di permukaan kulit tangan memberikan rangsangan gairah seksual pada tubuhnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan