MY ALTER EGO (2)

1
0
Deskripsi

Seorang gadis dengan kepribadian ganda

Dua puluh empat jam sebelumnya, diskotek.

Di antara hingar bingar suara musik, terlihat Sarah duduk sendirian sembari menyesap alkohol dari gelas kecil. Beberapa menit lalu ia memesan Mocktail, minuman dengan kadar alkohol paling rendah. Segila apapun, Sarah masih memikirkan tubuh Maya. Tadi saja sebelum keluar, ia memilih baju dan make up paling sederhana. Ya, walau hasil akhirnya tetap mencolok. Apa boleh buat, Sarah suka warna terang ketimbang nude. Lipstik menyala dan leher dress yang rendah. Rambutpun selalu dicurly panjang lalu disemprot agar wangi. Sekilas mata, ia terlihat seperti wanita urakan. Tapi di saat yang sama terkesan galak dan susah didekati.

"Boleh duduk?" seorang laki-laki dengan gaya modis mendekati Sarah.

Umurnya mungkin sekitar dua puluh lima, masih muda. Rambut ditata sedemikian rupa agar terlihat menarik. Tapi Sarah menatapnya dengan biasa, tidak peduli. Ini sudah ketiga kalinya ia didekati. Yang pertama pamer kunci mobil F*rari. Yang kedua kunci apartemen mewah dan kali terakhir adalah wajah. Semua memuakkan dengan cara berbeda.

"Aku sedang menunggu pacarku," sahut Sarah dingin. Ia melengos sembari menyesapi isi gelasnya.

Tujuan utama Sarah ke diskotek bukan untuk mencari pasangan atau menikmati hentakan musik. Gadis itu hanya penasaran dengan tempat hiburan malam. Ternyata, suasananya tidak seasyik bayangan. Isi diskotek hanya laki-laki hidung belang dan wanita gatal. Lagipula waktu dua jamnya akan habis sebentar lagi jadi ia akan segera pergi setelah minuman di gelasnya kosong. Maya tidak boleh sakit lantaran kurang istirahat.

Namun sialnya laki-laki itu terlihat tidak suka dengan penolakan Sarah. Wajah yang semula cengengesan, berubah masam. Sejak masuk hingga duduk di tempatnya, ia tahu kalau sudah ada dua lelaki yang ditolak. Alasannya masih sama, yaitu menunggu pacar. Jelas sebuah kebohongan. Sepuluh menit telat saja sudah sibuk telepon. Sedang Sarah terlihat baik-baik saja walau setengah jam lebih duduk sendirian.

"Aku tahu kamu bohong, kan?" Laki-laki itu akhirnya duduk tanpa permisi. ia terlihat kesal, tapi masih memaksakan sebuah senyuman di bibir. Ini diskotek, bukan tempat perempuan baik-baik. Kalau tidak mau berbaur, lebih baik tidak masuk tadi.

"Oke, aku memang bohong. Tapi sebentar lagi aku harus pulang, sudah hampir lewat jam malam," kata Sarah masih dengan ketenangannya. Ia tidak boleh terpancing hanya karena satu laki-laki tidak penting. Lagipula mau sendirian atau berdua, itu urusannya.

"Minum sebentar denganku. Seteguk." Ia memberi isyarat pada temannya dari jauh agar membawakan sebotol alkohol.

Sarah tahu itu bukan ajakan normal. Terlalu berbahaya menerima minuman dari pria asing di tempat hiburan malam. Ia sendirian, tidak akan ada yang melindungi kalau mabuk dan tidak sadarkan diri. Tapi kalau menolak, jelas tidak mungkin. Pria itu terlihat punya perangai buruk. Gampang emosi karena harga dirinya tinggi.

"Minumlah, habiskan. Setelah itu kamu boleh pulang." Ia menyeringai, menggeserkan gelas kecil berisi alkohol ke arah Sarah. Cairan bening itu kelihatannya soft, tapi kalau alkoholnya tinggi tenggorokan bisa langsung kering.

Itu pemaksaan, tapi mau minta tolong pada siapa? Selain terlalu bingar, Sarah yakin tidak akan ada yang peduli satu sama lain. Itu adalah konsekuensi masuk ke diskotek. Memangsa atau siap dimangsa. Sayang, Sarah terlalu gegabah dan sok dewasa.

"Aku tidak boleh minum. Hari ini aku sedang mengikuti pacarku. Dia berselingkuh dan aku butuh bukti untuk putus." Sarah langsung beromong kosong. Bagaimanapun, ia harus mengalihkan perhatian pria itu. "Biasanya aku juga minum, tapi tidak hari ini," ucap Sarah lagi, kali ini lebih meyakinkan.

Bualan Sarah rupanya mempan. Laki-laki itu memakan kebohongan dalam sekali kedipan.

"Di mana? Aku akan menghajarnya untukmu," katanya sengaja bersikap sok.

Sarah terpaku sebentar lalu pura-pura memeriksa sekeliling. "Aku belum melihatnya, tapi kata temanku malam ini dia ada di sini."

"Hei, kamu tidak sedang menipuku, kan?" tanyanya kembali curiga. Buaya seperti dirinya sulit dikelabui.

"Tidak," kata Sarah pelan.

"Kalau begitu aku akan menemanimu." Laki-laki itu mengambil rokok mint dari dalam sakunya.

Sarah menggerutu dalam hati. Sungguh merepotkan bertemu orang keras kepala. Kalau begini, mana bisa ia pulang tepat waktu? Bisa-bisa Maya kurang istirahat nanti.

Sarah melihat sekeliling, mencari orang yang dianggapnya pas untuk dijadikan pelarian. Ia harus menemukan pria yang tengah duduk sendirian agar permasalahannya tidak melebar.

Setelah sekian menit mencari, ekor mata Sarah menangkap sosok pria yang tengah duduk di pojokan. Mejanya kosong dan ia sibuk bermain ponsel. Berbeda dengan kebanyakan orang, pria itu nampak tidak peduli dengan sekitar.

Sarah menghembuskan napas panjang kemudian berdiri dari kursinya,"aku menemukan pacarku," ucap gadis itu dengan sedikit gemetar.

"Mana?" lelaki itu ikut menoleh, tapi masih pada tempat duduknya, tidak ikut.

Sesampainya di meja pria tadi, Sarah langsung bertanya,"sendirian?" ujarnya mengepalkan tangan.

Pria itu mendongak,"iya, aku sendirian," gumamnya heran. Wajahnya cukup tampan dengan bingkai rahang dan tulang pipi yang menggaris tajam. Tapi berhubung Sarah belum pernah tertarik dengan laki-laki, ia tidak peduli.

"Tolong aku, pria di sana mengangguku. Biarkan aku duduk denganmu." Sarah mengatakannya sambil mengarahkan ekor matanya ke samping.

Pria itu menoleh ke belakang punggung Sarah lalu melihat ada pria yang dimaksud. "duduklah, lalu bayar aku."

"Ha?" decih Sarah tidak yakin. Suara musik kadang menenggelamkan suara lain.

"Tidak ada sesuatu yang gratis, kan?" ia menaikkan alis tebalnya licik.

Mungkin ini yang dimaksud keluar dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau. Sarah marah dengan dirinya sendiri karena penasaran dengan tempat seperti ini. Tidak ada orang baik yang menenggak alkohol di tempat remang dan berisik.

"Aku akan membayarmu nanti," ucap Sarah menghembuskan napas kesal.

Sarah tiba-tiba berdiri lalu tanpa pikir panjang melayangkan sebuah tamparan. Ya, tamparan yang kencang hingga pria asing di depannya itu melotot lebar. Tubuhnya terdorong ke belakang dan tangannya menyentuh pipi.

"Kita putus," seru Sarah keras, berusaha mengalahkan hentakan musik di antara mereka.

Pria di depannya mengerang kecil, tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Tanpa alasan jelas, ia dilukai. Tapi akhir dari adegan gila itu lebih buruk lagi. Sarah pergi begitu saja, meninggalkan pria yang ia tampar tanpa sepatah kata maaf.

Orang di sekeliling mereka tentu saja salah paham. Mengira kalau ada pasangan yang bertengkar. Memang itulah yang dicari Sarah untuk melarikan diri dari sana. Hebatnya, ia bisa.

Tapi siapa sangka? Kalau dua pria tadi akan mempengaruhi kehidupan Maya di masa depa ? Yang ditamparnya tadi adalah Ramon, seorang dosen muda di fakultasnya. Sedang pria pemaksa itu bernama Viktor, bad boy galak yang populer karena ketampanan dan kekayaannya.

Riasan, baju dan tingkah Sarah memang berbeda jauh dengan Maya. Tapi fisik tetap sama, kan? Orang awam tidak menyebutnya sebagai alter ego, tapi gadis munafik bermuka dua.

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Yasmine 1
0
0
Yasmine sadar kalau dia mengalami gangguan disosiatif saat umur sembilan belas tahun. Tepat beberapa bulan setelah ibunya meninggal karena dibunuh ayahnya. Jiwanya terguncang hingga mengalami krisis kepribadian. Masuk ke unit gangguan mental puluhan kali dalam setahun dan harus dirawat dokter jiwa selama berkala untuk beberapa tahun. Hartanya banyak, tapi tidak memiliki siapapun. Hanya kerabat dari pihak ayah yang pura-pura peduli tapi kemudian pergi.Di usia dua puluh lima tahun. Yasmine dinyatakan sembuh. Ia bisa keluar dari rumah sakit dan mulai meneruskan bisnis orangtuanya lagi. Dulu saat dia masih sakit, saudara ayahnya yang memimpin. Kini sudah saatnya mengambil hak milik.Tapi tentu saja hal itu tidak mudah. Belum lagi Yasmine harus memenuhi persyaratan untuk menjadi pemimpin baru.Yasmine harus menikah untuk membuktikan kalau ia sudah benar-benar sembuh dari gangguan disosiatifnya. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan