
LANGGAR TANAH TULAH
Part 2 - Tamu di Tengah Malam
Spoiler :
"… menjalari dadaku.
“Jangan ya, Le.. tadi bapakmu dikasi tahu sama warga, katanya ada yang nemuin mayat di langgar.”
“Mayat warga desa?”
“Bukan, tapi kondisinya benar-benar nggak karuan. Bapak dan warga desa masih berusaha mengejar pembuang mayat itu. Kemungkinan pelakunya belum keluar dari desa..”
Mendengar hal itu saat itu juga aku bergidik ngeri. Aku tak lagi mencari tahu dan memilih untuk berusaha tidur. Tapi rasa penasaranku membuat mataku...
LANGGAR TANAH TULAH
21
9
3
Berlanjut
-PATI 1995-LANGGAR TANAH TULAHProlog :“Asih! Pulang! Sudah Maghrib!” Teriak seorang ibu yang memanggil anaknya untuk segera pulang sebelum matahari terbenam. “Iyo, Bu. Sebentar! Aku panggil Didit dulu!” Teriak Asih yang menyempatkan diri untuk memanggil teman mainnya yang sedari tadi bermain petak umpet bersamanya. Asih berteriak memanggil nama Didit, namun tak ada jawaban. Asih mengira Didit masih bersembunyi karena menganggap permainan belum selesai. “Dit! Ayo pulang! Aku sudah dipanggil ibu!” Teriak Asih. Walau begitu, sama sekali tidak ada jawaban dari Didit. Asih terus mencari ke kebun hingga lapangan, namun tidak menemukan Didit. Ia pun memutuskan untuk pulang mengira Didit sudah pulang lebih dulu karena disuruh orang tuanya. Namun sebelum sempat untuk kembali, Asih melihat sesuatu yang tidak biasa ia lihat. Ada seseorang di sebuah langgar yang sudah lama tidak digunakan untuk beribadah. Ia mendekat dan melihat Didit berada di sana. “Dit! Ngapain kamu disana, Dit! Kan ndak oleh dolan mrono!” Teriak Asih sambil segera menghampiri Didit untuk mengajaknya keluar. Saat itu langit sudah memerah. Ia melihat langgar yang sudah tua itu benar benar sudah rapuh seolah bisa hancur kapan saja. Ia melihat Didit berdiri di sana menatap langit-langit ruangan kecil yang sangat rapuh itu. Wajah Didit pucat. Ia menoleh ke arah asih dengan tubuh gemetar. “Tolong aku, Asih…” Mendengar itu, Asih mendekat dan melihat langit-langit langgar. Saat itu seketika asih terjatuh dengan tubuh yang lemas. “Dit.. i—itu apa, Dit!” Ucap Asih gemetar. Ia melihat mayat-mayat dengan sisa kafan merayap di langit-langit bangunan itu. Didit terlihat ketakutan dan menangis, Asih baru sadar ada makhluk serupa yang mencengkeram kaki Didit dan menggigitinya. “Dit! Lari, Dit!” Teriak Asih. Asih benar-benar ketakutan, tubuhnya gemetar. Namun di ujung ketakutannya itu tiba-tiba ia mendengar langkah seseorang. “Asih?! Ngapain di sini? Kan nggak boleh main di sini?” Asih menoleh dan mendapati Didit ada di belakangnya. Ia kembali menoleh ke arah langgar itu, dan ia tak melihat apapun selain bangunan tua yang sudah tak terurus. “Dit? Ka—kamu?” Asih masih terlihat bingung. “Mukamu pucet banget. Ngeliat apaan?” Didit yang curiga menatap ke arah langgar itu. Saat itu aku berusaha untuk berdiri dan buru-buru mengajak Didit meninggalkan tempat itu. “Wis, Dit! Mulih cepet!” Perintahku. “Kamu ngeliat yang aneh-aneh ya?” Asih hanya mengangguk tanpa berani berkata apapun. Sepertinya Didit juga merasakan perasaan yang tidak nyaman sehingga tidak berani bertanya macam-macam. Saat sudah cukup jauh, Didit masih sesekali menoleh ke arah langgar yang sudah hampir tak terlihat dari mata kami. “Eyangku pernah main ke desa ini, dia ngeliat langgar itu dan langsung merinding. Katanya jangan dekat-dekat ke langgar itu kalau malam. Katanya itu bukan tempat untuk manusia lagi…” ***
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Langgar Tanah Tulah
Selanjutnya
Perang Tanah Danyang Part 2 - Ratu
11
4
PERANG TANAH DANYANG Part 2 - RatuSpoiler :Samar-samar suara gemeretak di kamar terdengar dari benda-benda yang berada di sekitarku. Tapi, aku masih terus tertidur dengan gelisah. Sebuah mimpi yang aneh tiba-tiba mengusik tidurku. “Cahyo! Kami salah! Masalah terbesar ada di alam manusia!” Tiba-tiba aku melihat Danan di mimpi yang seolah begitu nyata. Terlihat Danan, Paklek, Mas Jagad dan beberapa wujud yang tak dapat kulihat dengan jelas tengah berlari di alam yang penuh dengah kekacauan itu. “Danan? Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa berbicara padaku dari sana?!” Aku masih tak bisa menilai apa yang terjadi. Namun kekuatan dalam mimpi itu bahkan kurasakan di sekitar tubuhku. “Pusaka-pusaka sakti mandraguna berserakan di tempat ini. Aku menggunakan koco benggolo untuk menyampaikan ini padamu! Dengar baik-baik, Jul! Perang Para Danyang terjadi karena pengkhianatan mereka yang diberkahi semesta! Hentikan mereka!” Krakk!!! Suara cermin yang pecah terdengar bersama hilangnya penglihatan di mimpiku. Aku terbangun bersama benda-benda yang berjatuhan di sekitarku. Samar-samar aku pun mendengar sisa suara raungan wanasura yang ikut merasakan kekuatan itu. “Danan…? Paklek…?”…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan