
Cerita Jelangkung 2 ini adalah lanjutan dari cerita Jelangkung “Teror Satu Desa”.
Alangkah baiknya, kalian baca dulu Jelangkung “Teror Satu Desa” disini secara gratis.
https://karyakarsa.com/catatanyohanes/jelangkung-48708
“Gus, besok jadi ya”, tanya Narji.
Obrolan di sebuah tongkrongan semakin memanas, karena Narji yang menganggap Agus penakut, langsung ditepis oleh Agus sendiri.
“Oke, siapa takut!”, jawab Agus.
Singkat cerita pagi hari Narji langsung menemui Toni yang ketika itu masih dirumahnya. Narji mengajak Toni untuk membuat lagi boneka jelangkung, karena boneka yang kemarin sudah tidak tau lagi ada dimana.
——
Setelah boneka jelangkung jadi, mereka dikagetkan dengan kedatangan Agus dan Toro.
“Wehh serius amat buat persiapan nanti malam”, kata Toro.
“Iya dong, tuh buat nantangin nyalinya Agus”, jawab Narji dengan mimik meledek Agus.
“Jangan sembarangan kamu, liat saja nanti”, kata Agus.
Setelah itu mereka pulang kembali kerumah masing - masing. Dan boneka jelangkung yang menakutkan itu ditaruh dibalik semak - semak oleh Narji.
“Biar tidak kelihatan orang”, kata Narji.
Singkat cerita, malam hari pun tiba.
Narji yang sudah mempersiapkan dirinya langsung datang kerumah Toni.
“Pak Lek..., Toni ada ?”, sapa Narji sekaligus bertanya kepada Ayah Toni.
“Ohh kamu ji, ada le.. Mau kemana le..”, jawab Ayah Toni.
“Gak ada Pak Lek.. mau main”, jawab Narji.
Ayah Toni akhirnya masuk kedalam rumahnya sembari memanggil - manggil Toni, tidak lama dari itu Toni keluar.
“Kamu ji”, kata Toni basa - basi.
“Udah ayokk... keburu malam Ton”, ajak Narji.
“Jangan keras - keras ji, nanti bapak dengar”, kata Toni sambil menurunkan nada bicaranya.
“Ohh... maaf, yaudah makanya buruan”, jawab Narji yang juga menurunkan nada bicaranya.
Akhirnya mereka bergegas berangkat ke tengah sawah tempat biasanya.
Narji dan Toni telah sampai, namun Toro dan Agus belum keliatan batang hidungnya.
“Lama sekali Agus dan Toro”, kata Narji.
“Sabar... masih jam berapa ini”, jawab Toni.
“Pukul 10 kurang seperempat nih Ton”, ucap Narji sambil terus menengok kesana kemari.
Tak lama dari itu, Agus dan Toro muncul dari kejauhan, berjalan sambil membawa boneka jelangkung yang ditenteng Agus ditangan kirinya.
Disusul Toro yang membawa tas plastik berisi kapur dan keperluan lainnya.
“Itu dia datang Ton”, ucap Narji sambil menunjuk kearah Agus dan Toro.
Toni mengangguk lalu mengambil papan tulis yang biasa mereka taruh dibalik pohon mangga didekat tempatnya bermain jelangkung.
Agus dan Toro datang, semua keperluan sudah siap. Dan acara pun dimulai.
Boneka jelangkung dipegang oleh Narji, dan mantra mulai dibacakan bersama - sama.
Melihat belum ada reaksi pada boneka jelangkungnya, mereka kembali membacakan mantra tersebut berulang - ulang.
“Jelangkung.. jelangkung.. disini ada pesta, datang tak diundang, pulang tak diantar”, serentak mereka membacakan mantra pertama disusul mantra kedua menggunakan bahasa jawa.
Reaksi boneka jelangkung pun sudah mulai terlihat ketika mantra jawa mulai dilantunkan.
“Ji gerak ji”, kata Toro.
Agus yang awalnya menunduk langsung mendongakkan kepalanya melihat kearah boneka jelangkung itu.
Lalu, Agus menoleh kearah Toro seakan memberi kode untuk mulai menanyakan sesuatu kepada jelangkung tersebut.
“Siapa yang ada didalam jelangkung ini”, tanya Toro.
Gerakkan jelangkung itu mulai mendekati papan tulis, meskipun masih dalam peganggan Narji, namun Narji tidak bisa mengendalikan gerakannya. Huruf per huruf mulai dituliskan.
“S A LIM”, kata yang dituliskan pada papan tulis oleh jelangkung tersebut.
“Oh salim...”, kata Toro.
“Darimana asalmu”, tanya Agus.
“W E TA N” atau dalam bahasa Indonesia artinya “TIMUR”.
“Ehh... kamu ini arwah gentayangan ya?”, tanya Toro lagi.
“Iya”, jelangkung tersebut menjawab singkat melalui tulisannya di papan tulis.
Toni yang sibuk menghapus tulisan yang ada dipapan tulis pun juga ingin bertanya.
“Kenapa kamu bisa bergentayangan?”, tanya Toni.
Lalu, gerakkan jelangkung itu semakin menjadi, sembari jelangkung itu menuliskan kata lagi, “PESUGIHAN”.
“Dia itu korban tumbal pesugihan Ton”, kata Agus.
“Ahh.. bukan Gus, dia itu pelaku pesugihan”, kata Toni menepis omongan Agus.
Perdebatan terus berlanjut antar keduanya, hingga Toro menengahi dengan bertanya, “nomer togel besok yang keluar berapa?”, tanya Toro.
Sontak semuanya pun tertawa, Namun tidak dengan Narji karena gerakkan jelangkung itu yang semakin kuat membuat Narji kuwalahan mengikuti arah gerakkan dari jelangkung itu.
“6 8”, kata jelangkung tersebut.
Makin menjadi - jadi tertawa mereka ketika tau jelangkung itu memberikan dua angka nomer togel yang diminta Toro.
“Oke besok saya beli”, ucap Toro sambil menoleh kearah Agus dan Toni.
Sedangkan Agus dan Toni hanya tertawa mendengarnya.
Sambil terus tertawa, Toni menyuruh Agus untuk bertanya lagi, lalu Agus pun bertanya,
“Kamu cewek apa cowok?”, kata Agus sembari terus tertawa.
“Ya... jelas cowok toh Gus, namanya saja Salim”, kata Toni sambil terus tertawa.
Mendengar pertanyaan Agus yang nyeleneh membuat Toro tertawa semakin kecang sambil memegangi perutnya.
Narji pun demikian, sesekali tertawa meskipun tangannya sibuk mengendalikan jelangkung itu.
Alih - alih menjawab pertanyaan Agus, tiba - tiba arwah salim yang ada di jelangkung itu pun hilang.
Gerakkan yang tadinya cepat pun perlahan - lahan melambat lalu hilang.
“Hilang ji?”, tanya Agus sambil sesekali masih tertawa.
“Iya hilang Gus, kamu sih tanyanya gak bener”, kata Narji.
“Cemen ya jelangkungnya”, kata Agus kepada Narji, dan Narji pun mengangguk sambil memberikan gestur mengejek.
Bukannya berhenti, mereka malah mencoba memainkannya lagi, meskipun kali ini boneka dipegang oleh Agus.
Mantra mulai dibacakan kembali, perlahan boneka jelangkung bergerak.
Mantra terus dibacakan, hingga membuat jelangkung bergerak cepat sebagai tanda adanya arwah yang masuk kedalam jelangkung tersebut.
Melihat jelangkung sudah terisi arwah, Toni langsung bertanya kepada arwah di jelangkung tersebut.
“Kamu siapa?”, tanya Toni.
Jelangkung tersebut langsung mengendalikan tangan Agus, dan menuliskan suatu kalimat.
“KORBAN KECELAKAAN”.
“Ohhh.... kecelakaan yang kemarin di dekat Pantai Bentar itu?”, tanya Toro yang tiba - tiba nyeletuk.
Jelangkung itu kembali bergerak menuliskan huruf per huruf,
“BUKAN”.
Toni yang tugasnya juga menghapus papan tulis setiap kali jelangkung itu selesai menuliskan kata - kata kuwalahan, karena banyak sekali yang ditanyakan oleh teman - temannya.
Namun, tiba - tiba mereka dikagetkan dengan permintaan aneh dari arwah korban kecelakaan itu, dimana dia meminta 4 pemuda itu untuk mencarikan bagian tubuh dia yang hilang saat terjadi kecelakaan.
Tak khayal mereka semua bingung harus mencari dimana, hingga mereka mengungkapkan ketidak sanggupannya mencari bagian tubuh yang hilang.
Lalu, Narji menyuruh arwah di jelangkung itu untuk keluar dan kembali pulang ke tempat asalnya.
“Kamu pulang saja dari pada bikin ribet”, kata Narji.
“BACA AL FATEHAH”.
Jelangkung itu menuliskan kata - kata diluar dugaan mereka. Arwah itu menulis kata Al-Fatehah.
“Ini maksutnya, apa kita disuruh baca Al-Fatehah Ji?”, tanya Toro.
Narji mengangguk sembari membenarkan posisi duduknya menjadi bersila.
Narji memimpin teman - temannya membaca Al-Fatehah, hingga perlahan gerakan jelangkung itu memelan dan berhenti.
“Sudah hilang ji”, kata Agus yang memegang boneka jelangkung tersebut.
Narji mengangguk dan menyuruh Agus meletakkan boneka itu, lalu Narji menyuruh mereka semua untuk beristirahat.
“Selesai Ji?”, tanya Toni.
“Sebentar sabar dulu”, jawab Narji.
“Ya... gini doang ji, lemah kamu”, saut Agus dengan gestur mengejek Narji.
Mendengar omongan Agus, rasa capek yang ada didalam tubuh Narji seakan menghilang.
“Ayo”, kata Narji sembari mengambil boneka jelangkung dan dikasihkan ke Agus.
Agus mengambilnya dan permainan kembali dimulai.
“Baca yang keras”, kata Narji.
Semua membacakan mantra - mantra seperti biasa, hingga dilanjut mantra - mantra jawa dimana hanya Narji yang tau mantra tersebut.
Tanda - tanda jelangkung itu sudah kemasukan arwah sudah terlihat.
Jelangkung itu mulai bergerak.
Gerakan jelangkung itu menjadi lebih cepat dari sebelumnya, semakin cepat dan membuat Agus terjatuh ke belakang.
Bukannya menolong, mereka pun malah menertawakan Agus. Sedangkan boneka jelangkung itu masih terus kesana kemari dalam genggaman Agus.
“Tolongin woyy”, kata Agus.
Sambil terus tertawa Toni dan Toro pun membangunkan Agus.
Melihat Agus yang sudah duduk kembali, Narji langsung bertanya,
“Ini siapa?”, tanya Narji.
“SUSIATI”, kata jelangkung itu melalui tulisan di papan tulis yang mereka sediakan.
Sontak semua pun terdiam, suasana yang awalnya ramai karena tawa dari mereka pun seketika menjadi hening.
Saling menoleh diantara mereka.
“Susi.. susi...”, kata Toni berbisik kepada Toro yang ada didepannya sambil menaik - naikkan kepalanya.
“Ji kenapa bisa datang lagi?”, tanya Toro berbisik kepada Narji.
Saat Narji akan menjawab, tiba - tiba jelangkung itu menuliskan sesuatu di papan tulis yang membuat fokus Narji teralihkan ke papan tulis.
“KALIAN UNDANG SAYA” lalu dibawah tulisan itu Susi kembali menuliskan kata - kata “SAYA DATANG”.
Setelah membaca kata yang telah dituliskan di papan tulis, Narji menoleh kearah Toni dan Toro sembari memberikan kode apa yang harus mereka lakukan.
Toni menenangkan Narji, lalu berkata pada jelangkung tersebut, “Bukan kamu yang kami undang, kamu bisa kembali”.
“TIDAK”, jelangkung itu langsung menjawab pertanyaan Toni.
Sontak semuanya kaget. Dengan gelagat ketakutan Agus bilang, “Cok gimana ini, aku buang saja ya”.
“Iya buang saja bonekanya Gus, lalu kita lari”, jawab Narji.
Mendengar omongan Narji, Agus langsung berusaha membuang boneka tersebut, Namun tidak seperti yang mereka bayangkan. Tangan Agus tidak mudah membuang boneka tersebut.
“Ndak bisa Ji... tanganku dikendalikan Susi”, kata Agus.
Lalu jelangkung tersebut kembali menuliskan kata - kata.
“PULANGKAN SAYA”.
Setelah membaca tulisan itu, Toni langsung menoleh kearah Toro, begitupun sebaliknya.
Mereka hanya saling memberikan kode.
Karena melihat raut wajah Agus yang ketakutan. Membuat Narji langsung mengambil alih pegangan boneka jelangkung itu.
Setelah terambil alih jelangkung tersebut, Agus terjatuh karena kelelahan.
Kali ini jelangkung tersebut berada di genggaman Narji, alih - alih dapat membuangnya, malah jelangkung tersebut kembali menuliskan kata - kata,
“KALIAN TIDAK KAPOK”.
“KALIAN HARUS MATI”.
Melihat kalimat yang tertulis di papan tulis itu membuat Toni dan Toro ketakutan, begitu pula Agus yang kini sudah dalam posisi duduk.
Agus menoleh ke arah Toro, lalu memberikan sebuah kode.
Setelah itu Agus langsung lari meninggalkan Narji, disusul Toro dan Toni.
“Woyyy cuk... jangan ditinggal”, teriak Narji.
Narji terus berusaha membuang jelangkung itu sambil terus membaca mantra - mantra mengeluarkan arwah.
Bukannya terbuang, jelangkung itu kembali menuliskan kata - kata menimpali tulisan yang lain.
“MATILAH SEPERTI SAYA”.
Setelah mata Narji melirik kearah tulisan itu, detak jatungnya menjadi lebih cepat dari sebelumnya.
Detak jantungnya berdetak tak karuan.
“Lari ji, kakimu masih bisa dikendalikan kan?”, teriak Agus kepada Narji.
Mendengar perkataan Agus, membuat Narji tersadar. Langsung saja dia berdiri dan lari ke arah temannya.
“Buang itu jelangkungnya, jangan dibawa ji”, kata Agus sambil teriak.
“Iyaa ini”, jawab Narji.
Mereka lari kembali pulang melewati jalan setapak, namun tangan Narji masih tetap memegang jelangkung itu.
Terus lari, meskipun jelangkung itu terus kesana kemari mengendalikan tangan Narji.
“Kemana ini Ji?”, tanya Toni yang berada dibarisan paling depan.
“Kerumah Ton”, teriak Narji dari barisan paling belakang.
Mendengar jawaban dari Narji, lari Toni semakin cepat begitu juga yang lain, hingga saat berada di persimpangan jalan.
Toni hampir menabrak Mbah To, namun naas buat Agus, dia langsung menabrak tubuh Mbah To hingga terjatuh, disusul Toro dan Narji.
Tanpa sadar arwah Susi yang berada di dalam jelangkung itu pergi.
Sambil marah, Mbah To bertanya kepada Narji.
“Apa yang kamu pegang itu Ji?”, tanya Mbah To.
“Aaa eee aaaa”, jawab Narji gugup sambil tangannya terus memegang boneka itu.
“Jadi kalian yang suka mengundang arwah - arwah itu”, kata Mbah To marah kepada mereka.
—TAMAT—
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
