Istri Ustadz Part 1 - 2

30
2
Deskripsi

Ustadz ; Baik secara agama? Imam sempurna?  Semua pepesan kosong bagi Dwi. Agama hanyalah dagangan untuk mencari nafkah. Pada kenyataannya tak dipraktikkan dalam berumah tangga. Itu yang Dwi rasakan sebagai istri pertama Ustad Danang sekaligus pelayan bagi istri kedua suaminya
 


Dwi telah selesai berbelanja. Tak banyak yang bisa Ia beli dengan uang lima puluh ribu. Hanya sekilo ayam, sayuran dan tempe untuk Ia masak. 


Mungkin kalau hanya putrinya yang Ia beri makan, belanjaannya cukup banyak. Tapi...

Bab 1 : Derita Istri Pertama

Dulu awal 2000an lomba dakwah di tingkat daerah dan di televisi mulai rutin di adakan. Menghasilkan ustad ustad muda yang langsung melejit dan di kenal masyarakat umum. Salah satunya Danang, ketua remaja mesjid di komplek yang waktu itu telah lulus kuliah jurusan manajemen dakwah.


Danang sudah menunjukkan ketertarikan pada Dwi sejak mereka masih satu SMA. Tapi Dwi menanggapi biasa. Dwi tak berencana membalas ketertarikan Danang. Ia tak berpikir berjodoh dengan tetangga dekat rumah. Ia tak mau punya mertua yang rumahnya berdekatan. Khawatir kalau ada masalah mertua akan langsung tahu.


Namun itu saat remaja. Saat Danang belum menarik perhatian orang tuanya. Danang yang menang lomba dakwah di televisi dan sekota Bogor membuat orang tua dwi kagum. Kebetulan Danang juga sering ke rumah. Jadilah Ayah dan Ibunya mendesak untuk membalas perasaan Danang.


“Dimana lagi kamu dapat suami yang taat agama. Hanya Danang yang menurut bapak paling pantas jadi imammu.” Itu kata Bapak.


Dan sekarang, lima belas tahun sudah mereka menikah. Kepantasan itu belum Ia lihat. Ustad? Baik secara agama? Imam sempurna? Semua pepesan kosong yang Dwi lihat. Agama hanyalah dagangan untuk mencari nafkah. Pada kenyataannya tak dipraktikkan dalam berumah tangga.


Danang menikah lagi tanpa izin, membawa istri kedua kerumah. Melukai perasaannya dan Saskia. Lebih parahnya Ia dan putrinya lebih mirip pembantu sejak istri kedua masuk dalam kehidupan mereka. Ia yang memasak, mencuci pakaian dan menyetrika. Saskia yang menyapu, mengepel rumah dan mencuci piring. Istri kedua hanya makan, tidur dan menemani anak dan suaminya. Benar benar letih hati dan tenaga.
Dwi ingin bercerai, namun Ia tahu orang tuanya pasti murka. Semua orang diluar hanya tahu Danang baik dan adil terhadap dua istrinya. Kenyataannya?

 

“Bi, Saskia butuh hape baru. yang ini nggak bisa buat Google Meet sama Google Class.” Kia mengeluhkan. Pekan pertama Juli Ia sudah mulai kelas online. Semester genap kemarin Ia naik percobaan karena banyak tertinggal tugas. Kendalanya di ponsel yang harus instal uninstal Google Meet dan Google Class bergantian. Sementara tugas terhapus dari Google Class kalau sudah lewat jam pelajaran.


Hape yang Kia gunakan hanya samsung J1 yang ramnya satu. Tak cukup untuk banyak aplikasi. Padahal Ia butuh WA kelas, Google Meet, dan mengerjakan tugas di Google Class.


“Kan kamu tahu Abi udah sepi panggilan dakwah sejak pandemic. Darimana lagi Abi bisa beli hape baru buat kamu.”


“Tapi Ibu kedua baru Abi beliin.” Saskia protes.


“Dia istri Abi. Lha kamu anak. istri gimanapun harus diprioritaskan.”


Dwi menelan saliva. Ia beranjak dari meja makan dan menyusul Kia yang berlari ke kamar. Ia memeluk Kia.


“Maafin Ibu.”


“Bukan salah Ibu.” Kia terisak.


“Ibu minta maaf nggak bisa beliin hape buat kamu belajar.”


“Nggak pa pa. Kia ke sekolah aja. Kali ada kelas offline.” Mereka bertangisan. sementara Danang suaminya tak sedikitpun berempati. Dwi benar benar merasakan kepedihan.


Ustad, orang baik, orang suci. Itu semua bullshit.

 


Bab 2 : Pilu

Kia mengenakan seragam SMP-nya pagi itu. Dwi percaya saja ketika putrinya bilang ikut kelas offline. Ia tak berpikir, pandemic dan angka covid di kota Bogor meningkat. Tak mungkin ada kelas offline sampai waktu yang di tentukan.
Dwi pergi ke pasar. Ia benar benar harus bijak saat membeli. Tidak hasil laut. Harga hasil laut cukup mahal. Tak cukup dengan uang lima puluh ribu. Cumi sekilo enam puluh ribu, udang tujuh puluh ribu. Tak terjangkau jika melihat uang belanja yang diberikan Danang pas pasan.


Dwi hanya mendatangi pedagang langganan. Pedagang yang tak terlalu mahal harga jualannya. Hanya butuh setengah jam Ia membeli bahan bahan masakan sebelum melangkah pulang.
Tadinya Ia berencana lewat jalan tercepat. Tapi Ia sedang enggan pulang. Tak ada Saskia di rumah. Ia hanya akan jadi kambing congek melihat kemesraan Danang dan istri keduanya di sofa depan.


Balita mereka biasa bangun siang. Danang dan istrinya leluasa berpelukan dan berciuman di depannya sementara Ia merapikan rumah. Benar benar neraka. Benar benar ustad gila. Agama hanya topeng, formalitas, bukan sesuatu yang diyakini. Benar salah, baik buruk, dosa atau tidak, semua halal bagi Danang.

“Iya saya di depan toko roti.” suara Kia memecah lamunannya di jalan.


Kia dan mobil yang berhenti di depannya. Seorang pria paruh baya membukakan pintu untuknya. Seketika dwi tersadar, anaknya berniat menjual diri.


“Apa yang kamu lakukan?” 


“Kia butuh hape buat kelas online.”
Pengakuan Kia meremuk redamkan hatinya. Ia Ibu yang tak bisa membahagiakan putrinya. Bahkan untuk penunjang belajar Ia tak bisa mengusahakan.


“Kalau nggak jual diri gimana Kia bisa ikut kelas online?! Uang Abi cuma cukup buat Ibu kedua dan anaknya!”
Ledakan emosi Kia, kekalutannya karena tak bisa berbuat apapun membuatnya melakukan hal yang tak pernah Ia lakukan sebelumnya.


PLAK! Tangan Dwi melayang menampar putrinya.


“Ibu akan belikan sekarang. Ikut Ibu pulang sekarang.” Dwi tak tahu bagaimana caranya. Pokoknya ia akan mengusahakannya sekarang juga. Ini tugasnya sebagai ibu. Ia tak akan membiarkan putrinya jatuh ke lembah hitam demi sebuah ponsel.

 

Novel ini berlatar   2021

 

post-image-652de2469e81c.jpg

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Istri Ustadz Part 3- 4
23
0
“Jadi apa yang harus saya kerjakan?” Dwi
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan