
Kabut pagi masih menggantung di antara gedung-gedung Surabaya ketika Irwan melangkah masuk ke ruang rapat lantai 3. Kemeja putihnya sudah sedikit kusut di bagian lengan, bekas genggaman tangan yang terlalu kencang memegang laporan audit. Di ujung meja, Ryan dari divisi keuangan baru cabang Magelang — karyawan yang baru di mutasi dari cabang Bandung — sedang asyik memutar-mutar pulpen, senyum kecut mengembang di wajahnya yang terlalu percaya diri.
“Laporan kuartalan divisi Surabaya lagi-lagi molor, Pak Irwan?” Ryan menyambar dokumen di depan Irwan, suaranya dikeraskan hingga kepala Pak Mukhlis yang sedang sibuk dengan tabletnya menoleh. “Jangan-jangan waktunya habis buat war di MLBB sama satpam kesayangan?” Tawa kecilnya menusuk, diikuti pandangan menyebar ke sekeliling meja.
Irwan menelan ludah, jari tanpa sadar meremas lengan kursi. Dari balik kacamata, matanya menatap angka-angka di layar proyektor yang tiba-tiba terasa seperti hieroglif. “Ini… ada kendala teknis di sistem,” jawabnya datar, tapi telinganya sudah memerah.
Di balik pintu kaca berbayang tirai, Rizky berhenti mid-step saat patroli. Telinganya menangkap suara Ryan yang nyaring. “Dasar CFO lembek…” bisik Ryan pada Andi yang duduk di sebelahnya, cukup keras untuk didengar Rizky.
Kaki Rizky berbalik arah, tubuhnya menempel di dinding dekat pintu. Dari celah tirai, matanya menyapu postur Irwan yang membungkuk, kemeja putihnya menekuk di punggung seperti kertas yang dihancurkan. Jantungnya berdebar tak karuan — bukan karena takut, tapi marah. “Lha ini arek Magelang kok sok jago, berani-beraninya ngatain Bebebku?”
Tanpa sadar, tangannya mengepal erat HT di pinggang. Di layar proyektor, presentasi Irwan berganti slide dengan lambat, seolah mencerminkan kecepatan pikirannya yang sedang dikoyak rasa malu. Ryan menyeringai puas, sementara Rizky mengunyah dalam-dalam permen kopi di saku — rasa pahitnya jadi pengingat “Siap-siap kamu yo Ryan, bakal tak bikin ngerasain lebih malu dari ini.”
Keesokan harinya, lobi Spazio Tower pagi itu riuh oleh derap sepatu dan dering telepon. Rizky berdiri di dekat mesin kopi, cangkir bertuliskan Security's Fuel di tangannya. Matanya menyipit mengawasi Ryan yang sedang asyik scroll ponsel sambil berjalan ke lift. "Nah, ini dia target pasar," gumamnya, jari mengatur sudut langkah.
Dengan gerakan teatrikal, Rizky berpura-pura tersandung keset lobby. Tangannya "tak sengaja" mengayun, menumpahkan kopi hitam pekat ke celana chino Ryan. Cairan hangat mengalir dari pinggang hingga ke betis, membentuk pola seperti peta kekacauan.
"Duh, Pak Ryan! Maaf, tadi saya liat kupu-kupu warna ungu terbang lewat jendela!" Rizky berseru polos, wajahnya memelas tapi mata berbinar nakal. Tangannya gesit mengusap noda pakai tisu, justru memperlebar cakaran kopi di kain.
Ryan melompat kaget, suaranya melengking: "Apa-apaan ini?! Kopi atau air got, hah?!" Matanya melotot ke Rizky yang sudah mundur dua langkah, pose siap salto jika perlu kabur.
Di balik pot tanaman hias, Andi menutupi tawa dengan dokumen. Pak Mukhlis yang sedang lewat menggeleng: "Sudahlah, namanya juga satpam baru. Masih belajar liatin kupu-kupu, bukan maling," sindirnya sambil menepuk bahu Ryan.
"Ini celana mahal, tau?! Nggak bisa dicuci sembarangan!" gerutu Ryan, jari menunjuk-nunjuk Rizky yang sudah berpura-pura sibuk angkat jemari ke security post.
"Saya janji besok anterin ke laundry khusus, Pak! Yang pake parfum bunga-bunga kayak baju nenek saya!" Rizky berteriak dari kejauhan, suaranya menggema di lobby hingga resepsionis tertawa terbahak.
Ryan menghela napas dalam-dalam, celana cokelatnya kini bermotif abstrak modern art. Di sudut mata, Irwan yang baru turun lift menyembunyikan senyum di balik laporan audit. Rizky mengedipkan mata padanya, seolah berkata: "Round satu buat kita, Bebeb."
Sepuluh menit setelah insiden kopi, Ryan menggerutu menuju pantry untuk mengelap celananya. Laptop ThinkPad-nya tertinggal di meja kerja, layar masih menyala dengan spreadsheet keuangan yang terbuka. Rizky, yang sedang pura-pura security check di area cubicle, menyambar kesempatan. "Waktunya update wallpaper nih," batinnya, jari sudah menari di touchpad.
Dengan gesit, ia mengunduh foto-foto Irwan dari folder rahasia di ponselnya yang dia edit di saat nganggur. Dua ketukan jari, dan wajah Irwan kini bersinar bak superhero dengan mahkota glitter, latar belakang dua buah matahari dengan glare menyala terang, dan tulisan merah menyala: "CFO GANTENG SIAP SELAMATKAN KUARTAL INI!"
"Ini baru seni yang bermanfaat," Rizky menyeringai, mengatur wallpaper agar berganti setiap 30 detik dengan variasi meme lain: Irwan berkostum Power Ranger, Irwan berdansa dengan kalkulator raksasa, hingga Mas Al dari sinetron Ikatan Cinta yang berwajah Irwan berhadap-hadapan mesra dengan Andin.
Saat Ryan kembali — masih memegang tisu basah dan wajah masam — seluruh cubicle mendadak riuh. "APA INI?!" teriaknya saat membuka laptop. Suara tertawa meletus dari staf-staf sekitar yang melihat layarnya. Andi nyemprotkan kopi dari hidung, sementara Pak Mukhlis berdehem keras untuk menutupi tawa.
"RIZKYYY!!! LU BERANI MAIN-MAIN SAMA LAPTOP GUE?!" Ryan menatap ke arah jendela luar ruangan tepat berdirinya Rizky, wajah merah padam.
Rizky pura-pura kaget, tangan di dada seperti aktor sinetron. "Lho, kok saya? Tadi saya lagi patroli parkiran, Pak! Masa iya ada hacker pake seragam satpam begini?" Ucapannya diiringi gelak tawa Mbak Nia dari meja sebelah, yang sudah mengabadikan wallpaper itu lewat Instagram Story.
Di balik pintu ruang kantornya, Irwan mengintip lewat celah jendela. Bibirnya bergetar menahan tawa saat melihat foto dirinya berkostum Power Ranger di layar Ryan. "Dasar Rizky... tapi editan Mas Al itu keterlaluan," gumamnya, jari mengetuk pintu sambil berpura-pura marah.
Ryan menutup laptop dengan kasar, tapi tak sadar latar belakang desktop-nya sudah jadi bahan forward grup WhatsApp kantor. Pesan dari Koh Hadi, suami Ce Anita di grup "Keuangan" berdering: "Ryan, kapan-kapan boleh tuh template presentasi pakai tema superhero. Wkwkwk."
***
Ruang rapat lantai 8 penuh dengan ketegangan saat Ryan membuka presentasi. Layar proyektor menampilkan slide bertajuk "Strategi Ekspansi Magelang", tapi semua mata tertuju pada mouse-nya yang tiba-tiba mengeluarkan suara "Duttt!" keras setiap diklik.
"Apa lagi ini?!" Ryan menggeram, wajah pucat saat klik kedua menghasilkan suara kentut panjang disertai decak "Broottt!". Andi memeluk perut tertahan tawa, sementara Pak Mukhlis mengernyitkan daging di antara alisnya.
"Mohon fokus, Ryan," tegur Pak Mukhlis, tapi suaranya terpotong efek "Preeettt!" saat Ryan tegas menekan klik tombol next.
Di belakang ruangan, Rizky bersandar di dinding dengan kacamata hitamnya yang reflektif. Jarinya memencet remote kecil di saku — hadiah dari teman teknisi yang iseng. "Wah, trik ajaran dia nggak ngecewain," batinnya, menyaksikan Ryan berkeringat bak ketiban sial.
"Sistem error, Pak! Ini pasti virus dari file tidak jelas!" Ryan berteriak panik saat slide beralih ke foto Irwan berkostum Power Ranger dengan efek suara "Go go Power Rangers!".
Irwan yang duduk di ujung meja bangkit, wajahnya serius tapi suara gemetar: "Izinkan saya bantu, Pak Ryan." Tangannya cepat menyambungkan laptopnya sendiri, tapi tak bisa menahan senyum saat melihat Ryan tersandung kabel dan nyaris menjatuhkan proyektor.
"Cukup!" Pak Mukhlis menepuk meja diiringi suara kentut terakhir yang melengking. "Presentasi ini jadi bahan stand-up comedy, Ryan! Ulangi 1 jam lagi dengan perangkat yang bener!"
Rizky menyelinap keluar sambil menyimpan remote, bisiknya menggema di koridor: "Lapor, Pak! Virusnya sudah saya karantina di tong sampah!" Suara tawa para sekretaris di meja depan menjadi musik kemenangannya.
***
Matahari sore menyapu parkiran Spazio Tower dengan cahaya jingga ketika Rizky menyandar di motor CBR-nya, helm tergantung di stang. Matanya mengintip Ryan yang sedang mengutuk-ngutuk sambil memuat dokumen ke mobil. "Aman, Pak?" Sapanya, melangkah mendekat dengan senyum lebar.
"Eh Pak Ryan! Tadi saya liat di CCTV, ada siluet samar kayak kuntilanak lagi otak atik laptop Bapak. Hati-hati, takutnya dia masih ngikut!"
Ryan menoleh, wajahnya masih merah sisa emosi. "Dasar satpam gendeng! Gara-gara lo, gue jadi bahan candaan orang se-gedung!"
Rizky mengangkat bahu, wajah polos. "Lho kok jadi saya? Saya kan nggak ngapa-ngapain, tadi cuma bantu siap-siapin peralatan buat presentasi!" Tangannya menyodorkan kotak kue kecil bertulis "Maison Pierre Boulangerie & Cafe". "Ini ganti rugi celana. Tapi jangan dimakan sambil ngerjain laporan, nanti keuangan makin kacau!"
Ryan membuka kotak dengan curiga. Di dalamnya, kue red velvet dengan hiasan frosting gambar karakter Power Ranger.
"Dih... Kreatif banget sih lo," gerutunya, tapi sudut bibirnya berkedut menahan senyum. "Lain kali kalo gangguin orang pake cara yang nggak bikin gue harus ke laundry!"
Dari kejauhan, Irwan muncul dengan tas laptop di bahu. "Ki, kita pulang yuk. Besok ada patroli pagi, kan?" panggilnya, mata berbinar menatap Rizky yang sudah melompat ke motor.
"Siap, Pak! Nanti saya jemput pake lampu rotator biar nggak telat!" Rizky melambai ke Ryan, motor meraung meninggalkan parkiran.
Ryan menghela napas, jari mengetuk kue sambil bergumam: "Dasar duo gila..." Tapi saat menggigit kue, ia tak bisa menyangkal, rasa red velvet-nya perfect, dan meme Power Ranger itu... agak keren juga.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
