
Update setiap rabu dan sabtu
Kabut pagi menyelimuti kaca gedung Spazio Tower ketika Irwan melangkah keluar dari taksi, kerah kemeja putihnya ditarik tak nyaman. Matanya tertumbuk pada sosok di balik meja satpam, pria muda berpostur tegap dengan seragam krem lengan pendek yang memperlihatkan lengan berotot. Celana coklat gelapnya membalut pinggul kekar bak atlet lapangan. Ini satpam apa binaragawan? batinnya, jari tanpa sadar merapikan dasi yang sudah sempurna.
Pria itu menoleh, name tag di dada kirinya berkilau RIZKY. "Selamat pagi, Pak. Boleh saya cek ID card-nya?" suaranya dalam namun ramah, tangan bersarung putih terulur.
Irwan mengangguk kaku, mengeluarkan kartu identitas dari dompet kulit. Dari balik kacamata, matanya menyapu seluruh tubuh Rizky. Kumis tipis yang rapi di atas bibir berona merah muda, sepatu boots coklat mengkilap meski terinjak genangan air hujan. Semuanya terlihat terlalu sempurna untuk seorang satpam baru.
"Terima kasih, Pak Irwan," Rizky mengembalikan ID card sambil menyebut namanya dengan intonasi sempurna, persis seperti rekaman audio. "Hari ini hujan, hati-hati licin di lobby." Senyum profesionalnya tak berlebihan, tapi cukup membuat keringat dingin mengalir di tengkuk Irwan.
Di lift, Irwan menatap pantulan dirinya di kaca. Suaranya kayak penyiar radio, fikirnya, jari tanpa sadar meraba leher sendiri yang tiba-tiba terasa gatal. Saat lift terbuka di lantai 3, telinganya masih menangkap gema kata "Pak Irwan" yang diucapkan Rizky tadi, seolah ada magnet di cara pria itu melafalkan namanya.
Sepanjang pagi, rutinitas kantor berubah jadi tontonan tak kasat mata. Dari balik jendela kantornya di lantai 3, Irwan menyaksikan Rizky membantu office boy membawa kardus. Otot lengannya mengencang saat mengangkat koper besar, seragam kremnya meregang di punggung setiap kali membungkuk. Ini salah kostum, harusnya dia jadi model suplemen nge-gym, gerutunya dalam hati sambil menggigit pulpen sampai berbunyi krak!
Saat jam istirahat, nasib mempertemukan mereka lagi di depan mesin kopi.
"Permisi, Pak." Rizky tiba-tiba muncul di sampingnya, aroma sabun batangan murah bercampur keringat segar memenuhi ruang sempit. “Kebetulan saya sedang patroli, ada keluhan keamanan?”
Irwan nyedot kopinya terlalu kencang sampai lidah terbakar. “Tidak. Cuma... aduh kopi.”
"Mesin di lantai 3 kopinya lebih enak, Pak." Dia berbisik sambil mengedipkan mata seolah memberikan kode rahasia.
Sebelum Irwan sempat menjawab, Rizky sudah berlalu membantu wanita berkursi roda. Dari belakang, noda keringat di bahu seragam kremnya membentuk pola seperti peta tak beraturan. Irwan menelan ludah, matanya tak lepas dari otot betis Rizky yang berdenyut saat mendorong kursi.
***
Petang hari, hujan kembali mengguyur. Irwan terpaku di bawah kanopi parkiran sambil menunggu taksi online. Dari kejauhan, Rizky terlihat sedang mengatur lalu lintas kendaraan dengan gerakan tangan penuh wibawa.
"Pak! Rem tangan mobilnya belum ditarik!" teriak Rizky pada supir taksi yang ceroboh. Tubuhnya bergerak lincah menghalangi mobil yang mulai meluncur. Tangan kekarnya menahan bemper mobil seperti pahlawan super, seragam kremnya menempel basah di dada bidang.
Saat Rizky menoleh, mata mereka bertemu sepersekian detik. Irwan cepat-cepat membenamkan wajah ke smartphone, jari gemetar menekan tombol refresh aplikasi pemesanan taksi.
“Permisi, Pak.”
Irwan tercekat. Rizky berdiri satu meter di depannya, hujan membuat seragam kremnya transparan di bagian perut. "Payung pinjaman, Pak," ujarnya sambil mengulurkan payung lipat oranye. “Taksi online biasanya lama saat hujan begini.”
Irwan menerima payung dengan gemetar. “Terima kasih, Mas...”
"Rizky, Pak." Jarinya mengetuk name tag di dada. "Saya baru tiga hari di sini. Kalau ada apa-apa, langsung panggil ya." Senyumnya kali ini berbeda. Lebih hangat dari sekadar formalitas, mata hitamnya menyipit seperti tahu rahasia yang tak terucap.
Sepanjang perjalanan pulang, bayangan Rizky menari di kaca spion. Di lampu merah, Irwan tanpa sadar menulis inisial "R" di embun jendela. Lalu buru-buru menghapusnya dengan panik saat motor berpapasan.
Besok harus bawa payung sendiri, tekadnya, sementara tangan masih mengingat sensasi sarung tangan Rizky yang basah menyentuh jemarinya.
Di pos satpam, Rizky mencoret-coret nama di buku patroli. Matanya tertumbuk pada tulisan "Irwan Setyawan - CFO; Lantai 3" yang dia lingkari tadi pagi. Senyum tipis mengembang di wajahnya sambil mengunyah permen kopi.
***
Empat hari telah berlalu sejak pertemuan di lobi. Kabut hujan pagi berganti terik siang ketika Irwan melangkah ke kantin, matanya langsung tertuju pada seragam krem lengan pendek di suduk ruangan. Rizky sedang asyik mencampur nasi dengan sambal, wajahnya memerah kepedasan sambil sesekali mengipasi mulut dengan tangan.
"Boleh gabung, Mas?" Irwan berdiri di belakang Rizky, nampan di tangannya berisi seporsi nasi campur yang nyaris miring.
Rizky menoleh, senyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. "Wah, Pak Irwan mau makan bareng saya? Nanti dikira saya cari muka buat naik gaji, lho!" Candanya renyah, tapi tangannya sudah gesit menggeser kursi plastik kosong, mempersilakan Irwan untuk duduk.
Irwan duduk dengan kaku, menghindari tatapan ke arah lengan Rizky yang berotot. “Aku cuma... lihat kursi kosong.”
"Proteinnya kurang nih, Pak." Rizky mengambil sendok plastik, menumpuk dua potong tempe goreng ke piring Irwan. Kuah soto tumpah sedikit di tepi piring, tapi tangannya cepat membersihkannya dengan tisu. “Biar kuat kerja sampe sore. Katanya ada rapat penting jam tiga?”
Irwan mengernyit. “Kamu tahu jadwal rapatku?”
"Lha, jadwal patroli saya kan harus tahu semua aktivitas di gedung." Rizky menyendok nasi ke mulut, matanya sesekali mengawasi sekeliling. “Termasuk jam rapat bos-bos. Biar bisa antisipasi kalau ada apa-apa.”
Sepanjang makan siang, Rizky bercerita tentang pelatihan satpamnya yang kacau. "Pas latihan evakuasi, saya malah salah masuk kamar mandi wanita!" tawanya, tangan menirukan gerakan membuka pintu. “Terus waktu patroli malam, teriak Halt! Siapa di situ? ternyata cuma kucing liar yang ngejar tikus di parkiran!”
Irwan nyaris tersedak air mineral. “Dasar kamu…"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
