
Update setiap rabu dan sabtu
Laili menyeruput teh hangat di ruang tamu, matanya tak lepas dari layar ponsel. Di sebelahnya, ibu sibuk melipat baju sambil sesekali melirik ke arahnya. "Dari tadi hapean mulu, Li! Tangan tuh mending buat bantuin ibu sini lipetin baju," omel ibu, suaranya nyaring memecah kesunyian sore. Laili menghela napas, meletakkan ponsel di atas tumpukan baju yang sudah rapi.
"Iya, Bu. Sebentar," jawabnya sambil buru-buru menyelesaikan scroll-an terakhir. Foto Akmal di Instagram menyita perhatiannya, panorama Bromo yang megah dengan dua cangkir kopi di atas batu.
“Pagi di Bromo, dinginnya bikin melek!”
Caption itu sederhana, tapi detailnya membuat jantung Laili berdebar. Di sudut foto, bayangan lengan berotot samar terlihat. Satu cangkir kopi masih mengepulkan asap tipis. "Ini pasti ada orang lain!" bisiknya dalam hati. Tanpa sadar, jarinya mengepal, zoom in foto sampai layar bergetar.
“Aduh!" Terlalu bersemangat, jempolnya terjepit di antara layar dan kuku telunjuk. Ibu langsung menoleh, wajahnya berkerut. "Dasar! Bener-bener ni anak main hape aja terus, awas aja ntar tuh jari putus, baru tau rasa!" Laili cuma menyeringit, menyembunyikan ponsel di balik bantal sofa sambil pura-pura membantu melipat baju.
---
Malam itu, Laili mengunci diri di kamar. Ponsel di tangan, ia buka profil Andrean pakai akun fake @susi_susanti99 akun bekas stalking mantan pacarnya dulu jauh sebelum Lukas. Foto terbaru Andrean, pose flexing di gym dengan caption "Post-holiday detox". "Kaaannn… Beneran dia!" Laili hampir teriak, tapi cepat-cepat menutup mulut saat dengar langkah ibu di lorong.
Tok-tok!
"Li! Malam-malam ngapain belum tidur? Listrik mahal, tau!" teriak ibu dari balik pintu.
“Lagi belajar, Bu! Ada tugas kantor!" bohongnya sambil buru-buru panik unlike foto Andrean yang tak sengaja ia like.
Tak puas, ia putar video di highlight "Liburan" Akmal. Kabut tebal, tapi di balik desir angin, ada tawa laki-laki parau. “Kayak suaranya Andrean?" Buru-buru Laili pasang earphone, untuk memastikan, kupingnya ditekan sampai merah.
Kreek!
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. "Kamu dengerin apa sih? Kok ada suara cowok? Jangan-jangan..." Ibu berdiri di ambang pintu, mata berbinar curiga mendengar suara dari luar kamar Laili.
“Ibu! Ini... podcast motivasi!" Laili cepat-cepat mencabut earphone. “Dari kantor, Bu. Buat naikin produktivitas!”
Ibu menyipitkan mata. "Hmm. Tapi kok suaranya kayak orang mesum? Awas aja kamu aneh-aneh!”
---
Keesokan harinya, Laili menyergap Rudi di kantin saat jam istirahat. "Lo liat Akmal beli jaket gunung kemarin? Warna apa?" tanyanya dengan nada mirip interogator.
Rudi menyendok sambal ke piring. “Item. Kenapa sih? Akmal kan bukan pacar lo.”
"Ihhh… dia kan udah kayak abang gue sendiri!” Laili membanting sendok. “Abang gue liburan sama orang aneh, gue wajib tau!”
Rudi cengar-cengir. "Lo aja itu mah yang kepo."
Laili merah padam. "Tau ah… nggak adik lo, Rud!” Tangannya "tak sengaja" menumpahkan es teh ke celana Rudi. "Aduh, gue salah ambil gelas!" Rudi terlonjak, sementara Laili kabur sambil terkekeh.
---
Sepulang kerja, Laili menyalakan motor lagi menuju ke kontrakan Akmal. "Bu, aku mau ke kontrakan bang Akmal, mau pinjam buku catatan jadwal shift! Buat laporan kantor!" teriaknya ke ibu yang sedang menyapu teras.
"Jangan lupa bawa oleh-oleh!" Jawab ibunya setengah berteriak, suaranya menusuk. “Dodolnya masih di lemari, nggak dimakan-diumpetin. Mending kamu putusin aja tuh cowok! Agamanya beda, masa depan ntar bakal susah!”
Laili cemberut. Lagi-lagi soal agama. "Ibu ini kolot banget sih!" gerutunya dalam hati, tapi tak berani protes.
Sesampainya di kontrakan Akmal, matanya langsung jelalatan. “Li, kamu ngapain ngubek-ngubek sofa?" tanya Akmal yang baru keluar dari kamar mandi, rambut masih basah.
"Eh... nyari koin jatuh kesela sofa, Bang. Buat bayar parkir!” Laili pura-pura menggaruk-garuk bantalan. Tiba-tiba, sesuatu jatuh dari tumpukan baju diatas sofa, kaos oblong hitam bertuliskan "Gym Beast". Ukurannya XL, jelas bukan milik Akmal.
"Iiiih…!!" Laili terpelanting mundur. “Itu... itu kaos siapa?!”
Akmal buru-buru menyambar kaos itu. "Tetangga! Tadi nitip jemuran." Pipinya memerah sambil buru-buru menyembunyikanya ke dalam lemari.
"Oooh... tetangga Abang anak gym ya?" Laili menyipitkan mata, sambil diam-diam memotret tiket bus Malang-Bekasi yang tersembul di bawah meja.
Cekrek! Suara shutter kamera berderit keras, lupa di silent.
“Li, itu suara apa?”
"Eh... anu… aku kentut!" Laili loncat ke pintu. “Dah, bukunya nggak jadi minjem!”
---
Pulang ke rumah, Laili mengunci diri di kamar. Di hadapannya, layar laptop penuh dengan tab foto Akmal di Bromo, profil Andrean, bahkan artikel "Cara Deteksi Pasangan Selingkuh". Tapi tiba-tiba...
Tok-tok!
“Li! Kamar mandi banjir! Ayo bantu ibu pel!”
“Sebentar, Bu! Lagi penting!”
Tok-tok-tok!
"Cepetan! Airnya udah masuk ke dapur!"
Laili mengeluh, sembari buru-buru sembunyikan laptop di bawah bantal. Tapi ibu sudah masuk kamar. “Lama amat? Lagi ngapain, hah?”
“Lagi... download resep masakan, Bu! Buat arisan besok!”
Ibu menyeringai. “Halah pret… orang biasanya ibu yang masak”
---
Malam itu, Laili menatap foto Bromo di ponsel. Dua cangkir kopi. Bayangan lengan. Suara yang masih menjadi tanda tanya. Semua mengarah ke Andrean. Tapi saat matanya beralih ke hadiah dodol dari Lukas di rak, yang masih terbungkus rapi ia tertegun.
“Abang bohong. Tapi aku juga bohong sama Lukas. Kacau deh.”
Dia simpan semua bukti di folder rahasia bernama "Resep Rendang", lalu buka chat Lukas. Jarinya menari di atas keyboard
"Kita perlu..." Tapi dihapus lagi.
Di ruang tamu, ibu teriak: “Laili! Dodolnya mau dimakan apa nggak? Nanti keburu kadaluwarsa!"
“Bu, dodolnya buat arisan aja!" jawab Laili, sambil memandang foto Akmal lagi. "Dasar Abang, bohongnya nggak jago," bisiknya, lalu ketik komentar di foto itu:
"Dingin ya Bang? Jangan lupa minum jahe!"
Sent.
---
Keesokan pagi, Laili duduk di teras rumah sambil menyeruput kopi susu. Jari-jarinya asyik scroll hashtag #Bromo di Instagram. "Apa ini ya?!" pikirnya saat melihat akun travel influencer dengan foto yang mirip Andrean. Tanpa pikir panjang, ia kirim DM: "Kamu temen Akmal ya?"
Balasan datang cepat: "Ciee yang kepo." Laili meringis. “Salah orang lagi!”
Di dalam rumah, ibu tiba-tiba berteriak: “Li! Ini foto cowok ganteng di laptop kamu siapa? Kok ada tulisan Gym Beast?”
Laili nyaris tersedak kopi. “Itu... influencer, Bu! Mau aku tagih endorse!”
“Endorse apaan? Kamu jangan-jangan mau pacaran sama model kayak gini?!" suara ibu makin tinggi. “Udah sama Lukas aja nggak jelas, mau cari yang lain? Agamanya sama nggak?!"
“Nggak, Bu! Bisnis!" Laili buru-buru menyambar laptop dan menutupnya.
---
Siang itu dikantor, status WhatsApp-nya yang hanya berupa teks "Bromo dingin, tapi hati lebih dingin” cuma di lihat oleh tukang nasi goreng langganannya. Tapi ibu, dengan radar keponya yang tajam, langsung menelepon, "Kamu sakit? Kok hati dingin? Di jahatin sama Lukas?! Kan Ibu bilang apa? Cari yang se-agama, ngeyel!"
Laili mengeluh. “Nggak, Bu! Itu cuma lirik lagu!”
Di kamarnya, ia menatap dodol pemberian Lukas yang masih terbungkus rapi. “Aku nggak bisa marah sama Abang. Aku sendiri sama keadaanku nggak berani ngelawan Ibu."
Malam merambat pelan. Laili hapus riwayat pencarian tentang Andrean, lalu buka chat Lukas. Jarinya mengetik
"Beb, besok kita ketemuan, ya? Ada yang mau diomongin”
Tapi sebelum sempat mengirim, ibu mengetuk pintu “Li! Sholat Isya’ dulu, jangan cuma ngurusin cowok mulu!”
Laili menghela napas. Sent. Pesan itu terkirim.
---
Di balik tirai kamar, Laili menatap langit malam. Dua rahasia menggantung, hubungan Akmal yang disembunyikan, dan hubungannya sendiri yang dipersulit ibu. Tapi malam ini, ia memilih diam. "Ah, daripada jadi antagonis kayak di sinetron..." lamunnya.
Di luar, ibu masih mengomel soal dodol yang mau dimakan atau tidak. Laili tersenyum kecil, menyadari bahwa hidupnya memang penuh dengan drama, baik di dalam maupun di luar rumah.
"Mungkin, semua ini hanya bagian dari perjalanan," gumamnya pelan, sambil menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit melalui jendela kamar.
Dengan tekad baru, Laili berjanji untuk menghadapi semua tantangan yang ada, baik dari keluarganya maupun dari perasaannya sendiri. “Aku pasti bakalan nemuin cara untuk bikin semuanya clear," fikirnya, sambil meraih ponsel dan membuka lagi hasil investigasi foto-foto liburan Akmal yang iya makin yakin pasti bersama Andrean.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
