
Tak sengaja jatuh hingga kian keruh. Bagaikan bertaruh. Jika tak bisa luluh. Biarlah waktu membawa rasa ku luruh.
Sinopsis: Persahabatan 5 tahun ini membawa Nara tak sengaja jatuh luluh pada Miko sejak pertemuan pertama mereka ketika SMP. Nara percaya cinta pertama memang tak akan mungkin. Bukan ingin bertahan di situasi ini namun keadaan yang yang tak membiarkan Nara mudah untuk menyerah. Miko tidak hanya mengisi hatinya namun juga dunia nya. Tahun kelima rasa itu telah di simpan rapi bertopeng persahabatan mereka. Hingga dimana Nara menemukan jalan menyerah tanpa menjauh dan membiarkan rasa itu luruh.
Luruh
-----------------------------------------------------
Chapter 1: Tak Terduga
Hai nama ku Nara bicara soal hadir nya cinta emang gak bisa di tebak, Ibarat ibu-ibu naik motor yang sent kiri tapi belok kanan atau kayak tebak tebakan cak Lontong yang selalu ga ada logika. Bentar ini cak Lontong apa Agnes Monika. Balik ke topik cerita, ini kisah ku dengan miko cinta pertama ku.
Pertemuan kita yang terduga dimulai pada 3 tahun yang lalu berawal dari beli indomie di katin sekolah. sembari menunggu mie nya matang, tak lama datang lah bocah laki laki teraneh yang pernah ku lihat. Iya dia miko si paling hairstylish katanya. Rasa nya mau ngakak sekeras-keras nya, rambut kok bentuk nya M, masih lucu aja untuk di ingat. Aku berusaha memalingkan muka sambil nahan ketawa. Ternyata ujian tuhan gak sampai disitu aja. Miko mengambil sebungkus indomie goreng di depan ku lalu di remek-remek pula, di kasih bumbu lalu dimakan tanpa dimasak. Aku ternganga terkejut melihat nya. Mimpi apa aku semalem ketemu orang aneh nya kuadrat kek gini. Dia pun menyadari tingkah aneh nya sambil tertawa.
“ Oh ini ya haha, abis lama nunggu kalau di masak dulu. Lagi pula kayak gini lebih enak dan lebih murah” kata Miko . Aku anak yang cerdas dan cermat tentu mengecam teori makan Indomie yang satu ini. “Eh gak bisa gitu dong, Itu kamu merem apa gimana? kan aturan makan nya di masak dulu broo… ” kata ku terpotong karena tiba-tiba Indomie itu sudah berada di mulut ku. Tapi rasa nya memang gak bisa bohong, nikmat ini tidak dapat ku dustakan. Indomie mentah yang cruchy ditambah bumbu micin Indomie yang otentik, sungguh tak terelakkan.

“ lha kok enak” kata ku berterus terang. Kita pun tertawa bersama.
Kita pun berbincang sepanjang jam istirahat. Aku yang notabene anak pindahan dan introvert bertemu miko yang asik sekali. Rasa nya beruntung karena kelas dan rumah kita tetanggaan. Dia pun bersedia menjadi teman ku untuk berangkat dan pulang bersama. “tidak usah takut, kalau ada apa apa bilang aja ke aku” kata Miko. Perkataan itu menenangkan segala ketakutan ku yang dari tadi sudah riuh sekali di kepala terhenti seketika. Kita pun bercanda tawa hingga terpisah kan oleh bel lonceng sekolah. “ Duh aku lupa belum ngerjain PR agama. Nanti kalau pulang di depan kelas ku ya kita kan searah. Aku duluan ya ra” Kata nya sambil beranjak dari tempat duduk nya tak lupa ia tersenyum sebelum berpisah. Udah kayak tahu bulat aja yang suka dadakan, bisa-bisa nya dia baru ngerjain PR pas jam pelajaran nya. Kali ini anehnya Miko nambah jadi pangkat tiga. Tapi Miko lucu ya.
Chapter 2: Daya Saing

Tetesan air hujan itu jatuh di pipi ku, membangunkan ku dari nostalgia tentang Miko dan aku diwaktu dulu. Tidak terasa sudah 2 jam melamun sambil nunggu mang Dodo. Hujan rintik itu gak menghentikan ku untuk lari menghampiri mang Dodo, abang abang tukang cilok di kompleks perumahan ku. Saat bunyi totet-totet itu masuk telinga. Aku sudah beranjak lari dari ruang tamu menuju jalan depan rumah. Di tengah pelarian ku lantang terdengar teriakan miko “Mang dodo beliiii”. Terpantau miko berlari pula menuju mang Dodo . Membangkitkan ambisi ku untuk lari lebih cepat. “Aku harus menang dari Miko” kata ku, meski lawan sama cowok yang lari lebih cepat. Aku tidak mau kalah. Akan ku buktikan bahwa ibu Kartini ga sia-sia berjuang untuk emansipasi wanita. Sebagai wanita masa kini aku tidak mau dianggap remeh. Aku harus punya daya juang yang sama meskipun hanya sebatas beli cilok. Setiap hal lari bahkan jalan aku selalu tertinggal di belakang. Iya sih ini bukan perkara gender tapi lebih ke permasalahan tinggi badan.
Tetapi punya kelemahan bukan berarti lemah kan? karena kali ini jelas aku yang menang. Permasalahan nya bukan soal tinggi badan atau lari lebih cepat, tapi soal taktik. Pagar rumah Miko itu selalu tertutup di tambah roda pagar nya yang sudah aus membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak di banding rumah ku yang tida ada pagar nya. Ada benefit nya juga punya rumah tidak ada pagar dan benar saja Miko tertahan disana sedangkan aku sudah jauh mendahului nya hingga sampailah aku yang duluan.
“Yey Nara menang mang Dodo” kata ku penuh kepuasan. Tak lama Miko pun menyusul dengan nafas terengah-engah “enggak-enggak Nara curang “ kata miko sambil membungkuk mengatur nafas. “ Ini cuma beli cilok neng Nara mas Miko bukan lomba 17 Agutusan” kata mang Dodo menengahi perdebatan kita. “ Udah Nara yang menang pokok nya, Nara mau pesen mang Dodo. Denger baik – baik ya” kata ku.“Okay siap neng nara” jawab mang Dodo penuh semangat.
“Mang beli cilok campur 5 ribu, cilok telor nya 1, tahunya 2, sisa nya cilok kecil. Bumbu cabe nya dikit aja ya mang jangan terlalu pedes, banyakin saus kacang nya. Oh iya micin nya juga. Ntr punya Nara plastik nya jangan di tali pake tusuk aja” pesan ku pada mang Dodo dalam satu tarikan nafas. “Ah ribet, beli 5 ribu banyak mau luu. Saya duluan aja mang 5 ribuan dua kayak biasa” ucap miko. Mang dodo sampai tertawa sambil geleng geleng melihat tingkah kita. “ ah gabisa gw duluan, mulai geleng-geleng tuh mang dodo lihat kelakuan luu tapi mang ga sekalian angguk2 juga wkwk” kata ku bercanda. “ Neng Nara aya aya ae. ini neng pesenen nya. Ini mas Miko 5 ribuan dua ya waits” kata mang Dodo membari membuat pesanan cilok milik Miko. “ Iya mang dua, jangan heran Nara emang ga waras mang” jawab miko. “ Enak aja itu beli dua buat sapee maruk banget luu” kata ku penasaran tapi gengsi. “ buat gw ma pacar gw lah. Lu tau sebelah rumah gw ada salon baru kan. Orang pindahan anak nya mening pisan dia suka cilok makanya gw mau beliin buat dia" curhat niko kesengsem. “ oh teh Isna ya. Anak nya bageur kalem makanya ya mas miko suka. ini mas cilok nya” sahut mang dodo. “ Eh iya, mang Dodo tau ya, bikin adem kitu di hati beda kalok Nara bikin panas aja” jawab Miko sinis. “ Apaan nih kok kompering sih parahhh” ucap ku ga mau kalah. “ ih iya dia mah cantik, body nya bagus,” kata Miko bikin panas. “ Lu kiria ayu ting ting, wah parah mang maen fisik coba “ kata ku mengadu ke mang dodo.
“ iya lah mang klok ma isna teh istri idaman “ sela miko. “ eh gws deh mimpi jangan ketinggian. Semoga tu cewe masih ada logika nya ketemu lu” sahut ku. “ P for punten mamang lanjut jualan dulu ya.Nitip sandal aja biasanya yang sering berantem gini ga kaget kalau tiba tiba jadian” kata mang dodo mencoba menyelamatkan diri dari pergelutan kita. “ Ngadi- ngadi si mamang gak mungkin lah nara ma bocil tengil inih byee” ucap ku berbalik badan membelakangi Miko dan beranjak pergi. “Gw juga ogah ma lu ra. Udah cerewet bego lagi rumah lu ke arah sana egee!” teriak miko sembari lanjut jalan. “ iya juga “ kata ku datar menahan malu dan lalu berbalik arah aku lupa kalau kita searah. Ga heran deh Miko lebih milih Isna masalah balik rumah saja aku remed hiks.
Chapter 3: Sewajarnya
Kadang keputusan yang paling dewasa adalah memilih untuk berteman, menanggalkan rasa ingin memiliki itu untuk menarik batas aman dalam hubungan ini. Tapi menjadi sedewasa itu juga sesulit ini. Pikirku making puitis saat punggung itu hilang kembali ke rumah. Hati mana yang membuat miko sungguh. Pertemanan ini ilusi seakan ia menetap. Padahal mungkin saja aku hanya tempat singgah nya. Hanyalah tempat penerimaan sepi nya saja.
Kembali aku ke rumah dengan tatapan hampa. Ku letakan cilok itu di meja. Selera makan ku hilang. Tertegun aku di kaca dekat meja, menatap bayangan ku disana. Rambut sepundak agak gradak ngembang abis rebahan,atasan kaos oversize punya bapak, bawahan Kolor batik beli di pasar klewer, alas kaki sendal Selow warna abu. Iya sangking lama nya dari putih ampek jadi abu abu. Kini aku mengerti kenapa aku tidak jadi selera mu. Mulai saat ini aku harus stylish. Saat nya aku bertransformasi bukan jadi bumble bee tapi jadi secantik barbie. Aku udah ready keramas pake patin, nonton tutorial make up simple ala kekeyi, pake dress naik turun naik biar kekinian abiss buat aku tampil penuh percaya diri.
Kebetulan miko lagi di depan rumah bawa cilok tadi ke seorang cewek. “pasti itu isna saat nya aku tebar pesona” batin ku percaya diri. “Hai ini Isna ya? mau mau nya sih ma miko bocil tengil inihh” ejek ku ke mereka berdua. “ehh, enggak miko kan sepupu ku kamu nara ya? salam kenal, miko cerita banyak tentang kamu” kata isna. “nar lu mau kemana” ucap miko sambil tersenyum tipis. “mampus ko gw cantik kan nyesel lu sekarang “ batin ku. “kenapa emang gw cantik ya?” tanya ku penuh semangat. “Ngapain woy ngakak raa lu mau ngelenong ape gimana haha kek Jengkelin suwerr ra dari pada lu malu mending hapus deh” tawa miko, terlihat Isna menahan tawa. “ih kesel deh “ kata ku sambil jalan kembali kerumah dengan penuh kesedihan ya kan aku udah effort biar tampil perfect depan miko. Tiba tiba bunyi notif pesan masuk dari miko. “ Gw tau ra lu pengen kelihatan cantik wajar kan baru belajar dandan tapi jangan berlebihan. But its okay menurut gw lu cantik apa adanya ra. Maaf ya soal tadi gw bercanda kok wkwk peace jan lupa ajarin PR matika ntr gw masakin indomie soto ” isi pesan miko. Hati ku kembali tenang senyum sendiri ga karuan di puji cantik sama sang pujaan.
Ini nih yang bikin aku nyaman dengan Miko aku bisa menjadi diri ku sendiri. Dibanding repot jaga image berlagak jadi orang lain biar terlihat perfect di depan dia, penerimaan miko tentang hal itu. Malah membuat aku merasa di terima meski dia tau banyak kekurangan ku. Pada fakta nya banyak orang yang menerima kelebihan kita tapi sedikit orang yang menerima kekurangan kita. Miko is the rare bread for me.

Ku hapus make up itu. Ku berdandan senyaman dan seperlu nya saja. Aku ga perlu lagi jadi orang lain cukup just the way I am. Bergegaslah aku ke rumah Miko. Saat masuk pagar rumah miko udah tercium Harum nya kuah kare Indomie udah terbayang enak nya di makan habis hujan begini pakai telur setengah mateng pasti mantep. “ Udah pulang ngelenong bu wkwk” sapa Miko. “ Gw pulang kerjain tu PR sendiri” kata ku kesal. “ Janji mo pulang? “ goda Miko sambil mengangkat mangkok Indomie kare yang sama persis dengan yang ku bayangkan. “ Aaa curang susah ini mah kalok ke skip” kata ku putus asa ngambil semangkok Indomie itu lalu duduk di samping miko. “ Haha udah udah makan dulu sini. Lu tumben dandan, kesambet apa coba ?” tanya Miko bikin aku memutus sruputan mie itu lalu cepat cepat ku kunyah dan telan. “ Eh buset sabar buu” sahut Miko melihat tingkah ku. “ Mik gw jelek ga?” tanya ku . “ Pertanyaan jebakan ini mah, Ga biasa aja” jawab Miko cari aman. “ Kok biasa aja sih koo” kata ku sedih. “ Ya udah cantik ra” jawab miko lagi. “ Kok kayak kepaksa gitu sih, ge jelekan pasti?” kata ku tidak terima. “Mau lu gw jawab apa raa. Ya udah iya jelek” kata miko putus asa pula. “ Tuh kann sedih gw “ jawab ku lirih. “ Kek nya gw serba salah dah jawab apa aja” keluh miko. “ Emaang semua cowok sama aja ga bisa ngertiin gw “ keluh ku pula. “ Aaa ini lebih pusing ra dari pada PR matika, jangan tambahin beban pikiran. Denger ra gw ga larang lu dandan tapi itu tadi perlu di benahin. Lu baik baik aja meski tanpa bedak wkwk udah kek tulus gw” kata miko bercanda. Aku hanya dapat tersenyum. Bercanda mah harus nya ketawa napa aku malah metal, melting brutal. “ Point nya sih ra mau gimanapun lu, lu akan cantik kok di mata orang yang tepat. Cukup just be yourself” kata Miko menenangkan ku, lalu lanjut menyantap mie yang hampir hangat itu. “ Kalok lu gimana mik, apa lu orang yang tepat itu” kata ku tanpa sadar. ( uhuk -uhuk) Ampek keselak gw ra, bisa makan dengan tenang tidak” katanya dengan wajah memerah entah kesal atau sama salting nya. “ Iya harus nya lu ga gini ke gw seolah nyaman tapi ga ada artinya. Kadang aman kadang bikin gw resah tau gak?” kata ku lirih. “ Emang lu khawatir apa Isna? kan ponakan gw. Habisin terus kerjain PR nya. Biar semua nya berjalan sewajar nya aja ra ” kata Miko yang telah habis melahap mie nya.
Sehabis selesai mengerjakan PR matika aku pun bergegas pulang. Di perjalanan aku sadar bahwa kita tidak perlu lagi menerka perasaan yang ada. Riuh gelisah nya sudah jelas tak akan bermakna. Pada dasar nya kita memang dua sisi yang berbeda. Ibarat sepatu, Aku sisi kiri dan Miko sisi kanan. Kita tidak mampu juga untuk melangkah sendiri karena kita terlanjur saling melengkapi. Tidak ada jalan lain selain tetap berjalan bersama. Dan biar lah waktu akan membiasakan hingga rasa itu luruh perlahan.
#ceritadanrasaindomie #ceritadanrasa #IndomiexKaryaKarsa #kompetisiceritadanrasa #indomie #karyakarsa #kolaboramie #lombamenulis #lombailustrasi #luruh
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
