Cewek-Cewek Kos [Pengenalan Tokoh]

2
0
Deskripsi

Cerita ”CEWEK-CEWEK KOS” berisi berbagai macam orang dengan karakter unik. Karena mengadaptasi konsep sinetron situasi komedi (sitkom), maka tidak ada karakter yang benar-benar utama di sini. Satu karakter mungkin menonjol dalam satu cerita, namun belum tentu akan menonjol juga di cerita lain. Semua karakter yang ada saling melengkapi.

1. Sedah Setyarini 
Sedah adalah penghuni paling baru di “Kos Cantik”. Asalnya dari salah satu desa di Kabupaten Kendal, yang letaknya bersebelahan dengan kota...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Cewek-Cewek Kos # 01: Hadirnya Penghuni Baru
6
1
Sudah berkali-kali Tante Tanti memanyunkan bibirnya. Seolah memamerkan polesan lipstick tebalnya yang merah merona. Padahal sebenarnya wanita bertubuh tambun yang suka memakai dandanan yang menor itu lagi kesel.             “Ti... Wati!” seru Tante Tanti dengan volume tinggi. Nafasnya sampai terengah-engah karena menahan amarah.            Seorang perempuan muda bertubuh mungil dengan rambut disasak segera tegopoh-gopoh  menghampirinya.            “Ada apa Tan?” tanya Wati.            “Lihat ini!” bentak Tante Tanti sambil tangannya menunjuk ke sebuah bagian rak di toko ini. Pandangan matanya sungguh tajam. Seolah tajamnya menandingi sebilah silet! “Sabun cuci kok dicampur sama sabun mandi sih?”            “Kan, sama-sama sabun Tan?” jawab Wati dengan mimik muka ala Mr. Bean, mimik muka tak merasa berdosa.            “Ngawur kamu. Sabun mandi itu untuk mandi orang, kalo sabun cuci untuk pakaian.”             Tante Tanti nggak habis pikir. Bagaimana mungkin Wati nggak bisa ngebedain mana sabun buat orang dan mana yang bukan. Keponakannya itu emang cuman lulusan SD, tapi bukan berarti nggak tahu apa-apa kan? Gimana usaha tokonya ini bisa maju kalau pelayannya bego begini. Coba kalau dia bukan sodara, pasti udah Tante Tanti pecat dari dulu.“Ayo sekarang pisahkan!” lanjut Tante Tanti.            “Ba.. baik Tan,” jawab Wati terbata.            “Itok!” seru Tante Tanti ke arah lain.            Kali ini yang tergopoh-gopoh mendatangi Tante Tanti adalah seorang pemuda bertubuh tinggi, berambut keriting, yang tampangnya tak kalah blo’onya dengan Wati. Ya, karena dia adalah adiknya kandungnya gadis itu. Cuman dia agak mending. Lulusan SMP.            “Ya Tan, ada apa?” tanya Itok.“Kamu tuh gimana sih, enak-enakan duduk-duduk doang? Itu bantu kakakmu nata barang. Biar nggak salah tempat.”         “Lah, yang jaga fotokopi sama wartel siapa?” tukas Itok.         “Alasan aja. Kan sekarang lagi nggak ada orang.”         Itok nyengir, “Eh iya ding.”         Itok lalu membantu Wati memisahkan sabun mandi dan sabun cuci di rak sendiri-sendiri. Sesudah selesai ternyata pekerjaan mereka tidak berhenti di sini karena barang yang salah tempat ternyata tidak hanya sabun saja. Tante Tanti mendapati obat nyamuk dijadikan satu bagian sama obat sakit kepala...??? Keduanya pun harus kerja bakti meletakkan barang-barang ke tempat yang semestinya.         Tante Tanti geleng-geleng kepala. Padahal sekarang dia lagi nggak dugem. Ya, gimana nggak kesel ngelihat ponakan sekaligus karyawan tokonya itu pada teledor. Memang sih, tokonya ini bukan toko yang besar. Tapi kalau ada konsumen yang sadar kan bisa malu.         Sudah tiga tahun ini Tante Tanti mengelola “Kos Cantik”, sebuah rumah kos elit berlantai 2 di deket sebuah jalan raya di kota Semarang. Dulunya bagian depan lantai 1 yang lumayan luas dan lapang ini dibiarkan kosong. Karena garasi juga sudah ada halaman samping, maka daripada mubazir, mulai tahun ini Tante Tanti (yang berotak encer kalau ada urusannya dengan duit) memanfaatkannya sebagai toko kebutuhan sehari-hari. Alasannya sih biar anak kosnya yang semuanya cewek itu gampang belanja. Sekalian juga buat memenuhi kebutuhan tetangga sekitar tempat kosan.            Wati dan Itok masih belum selesai menata barang. Tante Tanti melanjutkan penelitiannya melihat-lihat rak yang lain. Siapa tahu masih ada yang salah tempat. Saat itu dari arah depan toko muncul tiga cewek yang memakai seragam SMA.            “Nah, inilah kos tempat tinggalku ama Wina, Sedah,” kata cewek yang berambut lurus pendek dan berkesan tomboi. Namanya Candy.            Cewek yang berkulit sawo matang dan berambut keriting mengangguk dan berkata menimpali, “Iya Sedah, kos kita ini fasilitasnya lebih lengkap dari kos biasanya. Ada toko, fotokopi ama kolam ikannya segala. Menurut buku Primbon, yang begini ini bagus buat peruntungan kita.”            Sedah, cewek yang rambutnya panjang dikepang dan bertampang polos memandang ke sekeliling ruangan. “Wah, tempat ini memang mengesankan. Tapi biaya sewanya mahal tidak ya?”            “Kalo soal itu sih...” Sebenarnya Candy mau terus terang, tapi kalimatnya terpotong ketika tiba-tiba terdengar deheman dari sesosok wanita berkacamata. Bagai hantu begitu saja dia muncul di hadapan ketiga cewek ini. “Eh, ada Tante Tanti. Apa kabar, Tan?” sapa Candy dengan ramah dan akrab. Seolah-olah dia sangat merindukan kedatangan wanita itu. Pada kenyataannya mereka memang jarang saling ketemu. Tante Tanti kan tidak tinggal di sini, tapi di rumahnya sendiri di bagian lain kota Semarang. Muncul seminggu sekali saja sudah bagus, tapi tidak pernah telat datang awal bulan, soalnya...            “Apa-kabar, apa-kabar! Mana uang sewa kamu bulan ini, Candy?“            “Er... Maaf Tante, belum dikirim sama Papa.”            “Belum dikirim bagaimana. Kan kamu punya uang dari kerja sambilan?”            “Loh, Cafe tempat kerja saya gajiannya kan tidak awal bulan Tante, tapi di minggu kedua. Jadi maaf ya saya ngutang dulu.”            “Ngutang lagi-ngutang lagi. Pokoknya minggu depan pas Tante ke sini lagi kamu harus bayar. Kalo enggak, kamu Tante denda!”            “Iya deh, iya. Minggu depan pasti uang kos saya bayar. Kalo begitu, boleh kami permisi Tante?”            “Eh, tunggu Can, soal Sedah,” cegah Wina yang dari tadi diam saja.            “Oh iya hampir lupa. Tante Tanti, kenalin ini teman Candy sama Wina. Namanya Sedah.”            “Nama saya Sedah, Tante.” Seperti anak kecil yang menghormati orangtua Sedah meraih tangan Tante Tanti dan menciumnya.             Tante Tanti jadi agak kaget. Kok ada anak SMA sepolos ini. “Lah, apa hubungannya temen kalian ini sama saya?” tukas Tante Tanti dengan dagu terangkat sambil mengibas-ibaskan tangannya.            “Sedah ini lagi nyari rumah kos, Tan. Dia mau pindah dari kosan lamanya,” terang Wina.            Ekspresi wajah Tante Tanti segera berubah. Sekarang dia kelihatan lebih ramah. Matanya bahkan berbinar hijau. Anak ini lagi nyari rumah kos? Kalau dia mau kos di sini bagus sekali. Ada anak baru yang datang sama dengan uang. “Oh ya? Si cantik berkepang ini mau kos di sini sayang?” tanya Tante Tanti antusias.            Candy dan Wina saling pandang. Bibir mereka mengernyit. Keduanya sudah hafal kelakuan ibu kos mereka ini. Baik kalau ada maunya.            Sedah mengangguk polos. “Kalau harganya cocok Tante. Soalnya kalau kemahalan saya tidak kuat bayarnya.”            “Kalau soal itu bisa diatur. Pokoknya yang penting kamu ngasih uang muka dulu, eh maksud saya yang penting kamu nyaman tinggal di sini. Mau Tante antar liat-liat?”            “Biar Candy dan Wina aja yang nganter, Tante,” tukas Candy.            “Oke. Kebetulan masih ada satu kamar kosong di lantai dua. Pasti cocok buat kamu, manis,” kata Tante Tanti seraya menoel dagu Sedah. Pipi Sedah merona merah. Cewek yang terlihat lugu itu tersipu.            “Kalau begitu kami permisi dulu, Tante,” kata Candy seraya mengamit tangan Sedah buru-buru.            “Silahkan lihat-lihat Sedah. Pasti kamu akan senang tinggal di sini,” kata Tante Tanti seraya melambai-lambaikan tangannya.* * *            Di sebuah kamar yang gelap, pandangan mata tiga orang cewek tertuju pada satu titik yang berpendar. Sesekali terdengar suara desau angin dan musik menegangkan dari arah titik itu. Sementara mereka bertiga lebih sering memilih diam. Bahkan ekspresi mereka kaku, seolah baru saja berbuat nakal dan disetrap pak guru.            “Jul, lampunya gue idupin ya,” bisik cewek yang paling senior. Sesekali pandangan matanya dia tutupi dengan bantal. Takut-takut menatap layar monitor komputer yang sedang memutar sebuah film.             “Jangan ah. Rasa ngerinya nanti nggak kena,” tukas Julie, cewek chubby yang berpotongan rambut shaggy.“Lah elo ngapain sih, nyewa VCD serem begini? Mana nyetelnya make komputerku lagi.”            “Ini film bagus, mbak. Udah masuk box office di Hollywood. Mbak Anna nggak gaul deh kalau nonton kayak gini aja takut. Ya nggak Cha?” tanya Julie pada cewek cantik berambut lurus panjang di sampingnya.            “Kalau Icha sih lebih seneng nonton film romantis, tapi apa aja oke deh asal ada cowok cakepnya. Oh ya, yang putih-putih itu apa ya?” tanya si cantik dengan ekspresi lugu saat sesuatu tiba-tiba muncul di film yang gelap itu.            Anna kembali menutupi wajahnya dengan bantal. “Udah deh Cha, lo malah bikin suasana tambah serem aja. Jul, kalo elo mau dibilang gaul, mending nonton film bokep aja.”            “Sst... udah deh, mbak Anna diam aja. Hantunya mau keluar tuh,” desis Julie.            Kadang manusia itu aneh. Sudah tahu takut tapi suka penasaran. Film hantu-hantuan emang serem, tapi buktinya, kalau ada yang tayang di bioskop yang nonton banyak juga.Bunyi musik yang menegangkan kembali terdengar. Anna tambah merasa ngeri, tapi takut-takut mau. Sesekali dia mengintip dari balik bantal. Mata Julie dan Icha menatap layar monitor lekat. Suasana film sepi. Musik semakin suspense. Terlihat gambar seorang gadis berlari di tengah hutan yang sepi. Di belakangnya muncul bayangan. Si gadis terus berlari, tapi dia mesti berhenti begitu mendapati dirinya berada di ujung tebing. Dia lalu menoleh ke belakang. Ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Sayangnya dia tidak bisa lama-lama lega, karena tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya. Wajah si gadis memucat. Pas dia berbalik sesosok makhluk berwajah menyeramkan dan berdarah-darah muncul dan menyeringai, mirip orang gila yang abis kejedot tembok. Gadis itu berteriak. Penonton film pun ikut berteriak.“Kyaaa!...” seru Julie, Anna, dan Icha histeris.            “Lari! Lari!” teriak Julie berapi-api. Icha membekap mulutnya, meresapi kengerian ini.            Sementara Anna paling keras berteriak, “Jangan! Matiiin aja komputernya!” serunya bikin Julie bete. Apalagi kemudian Anna ternyata berusaha menyentuh tombol power monitor. Julie dengan serta merta menghalanginya. Icha mengintip-intip layar monitor yang kadang kelihatan kadang enggak, gara-gara ketutupan teman-teman kosnya yang lagi berantem ini. Musik pun terdengar semakin suspense. Hingga tiba-tiba...             “Brak!” Pintu kamar Anna menjeblak terbuka. Sesuatu tiba-tiba muncul dari balik pintu. Ketiga cewek ini pun berteriak lagi, “Kyaaaaaaaa!”            “Halo semua! Lagi pada ngapain sih?” tanya Candy dengan mimik muka tak berdosa.            Icha masih terlihat takut, “Se... sejak kapan Candy jadi hantu?            “Itu Candy beneran Ta, bukan hantu. Balik ke alam nyata dong,” kata Julie ngedumel. Penampilan Icha emang oke punya, tapi ngeselin banget kalau begonya lagi kumat seperti ini.            “Apaan sih elo Can, buka pintu tiba-tiba. Bikin kita kaget aja!” bentak Anna.            “Lah, emangnya aku salah apa?” tanya Candy.            Anna tidak memedulikan pertanyaan Candy. “Udah ah, nggak usah dibahas. Ada perlu apa elo masuk kamar gue segala?”            “Aku mau ngenalin temen sekelasku.”             Di belakang Candy muncul Sedah yang disertai Wina.            Candy melanjutkan, “Namanya Sedah. Datang jauh-jauh dari desa buat sekolah di kota ini. Sedah pengen pindah kos. Rencananya sih mau ngisi kamar kosong yang ada di sini.”            “Saya Sedah, mbak,” ucap Sedah sembari menyalami Anna, Julie dan Icha satu-satu.            “Kenalannya segini dulu aja ya,” potong Wina. “Akrab-akrabannya bisa dilanjutin lain kali. Sedah mo liat-liat ruangan lain dulu.”Candy, Wina, dan Sedah lalu keluar dari kamar Anna. Pintu kamar kembali ditutup.            “Fiuh... kirain siapa, bikin kaget aja,” gerutu Anna.            “Iya, seharusnya kalau mau masuk kamar tuh ketuk pintu dulu,” tambah Julie.            “Asyik yah, kita bakal punya temen kos baru,” kata Icha ceria.            Anna dan Julie menatapnya dengan pandangan tidak setuju. Tapi sesaat kemudian mereka seperti tersadar akan sesuatu. Anna dan Julie saling pandang. “Anak itu mau jadi penghuni baru kos kita. Itu artinya... elo mikirin nggak apa yang gue pikirin, Jul?”            “Kayaknya sih iya, mbak,” kata Julie sambil tersenyum. Icha memandang mereka tidak mengerti. “Apaan sih?”“Udah deh, lo nggak usah perlu tahu,” tukas Julie.* * *            Hari sudah gelap. Bintang-bintang mulai berdatangan di langit. Jam dinding di “Kos Cantik” berdentang tujuh kali. Icha baru aja selesai nonton TV dan turun ke lantai 1. Ketika akan masuk ke kamarnya, Icha melihat pintu kamar Tika, seniornya di kosan ini selain Anna terbuka.             “Icha!” seru Tika dari dalam kamarnya.            “Eh, mbak Tika. Udah pulang ya. Ada apa mbak?” tanya Icha di bibir pintu.            “Sini masuk! Mbak mau nanya sesuatu.”            Icha mengangguk dan melangkahkan kakinya ke kamar Tika. Icha lalu duduk di ranjang Tika dengan anggun, kemudian memandang gadis yang beberapa tahun lebih tua darinya itu. Di “Kos Cantik” orang yang paling disukai Icha adalah cewek manis berkacamata ini. Soalnya orangnya keibuan. Bukan karena bodinya yang seperti ibu-ibu, tapi sifatnya yang baik, suka memberi nasihat dan mengayomi.            “Mbak denger, di kosan kita mau ada anak baru ya? Tadi Wati yang bilang, tapi ceritanya nggak lengkap.”             Icha mengangguk. “Iya, tapi dia belum masuk. Mungkin baru besok.”            “Anak mana?”            Icha mengangkat bahunya “Belum sempet nanya. Kata Candy sih dari desa. Anak itu temen sekelasnya sama Wina. Yang Icha tahu sih penampilannya agak kampungan. Masak hari gini rambutnya dikepang.”            “Heh, kamu nggak boleh nilai orang kayak gitu. Kalau namanya siapa?”            “Sedah. Lengkapnya sih nggak tahu. Kalo mbak pengen tahu banyak soal dia, tanya aja Candy atau Wina. Mereka pasti lebih ngerti.”            “Oke deh. Mbak sebenarnya cuman pengen mastiin aja kalo memang mau ada penghuni baru di kosan ini. Kita mesti ngebaikin dia. Jangan malah dikerjain. Kasih image awal yang baik. Biar dia kerasan tinggal di sini,” kata Tika menasihati. Seperti biasanya.            Icha pun mengangguk. Sejenak kemudian dia bangkit berdiri, “Kalo gitu, Icha balik ke kamar dulu ya. Ada tugas yang mesti dikerjain.”            Tika tersenyum, “Oke. Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya?“* * *            Langit bersinar cerah. Matahari bersinar dengan teriknya. Seolah tertawa karena kali ini nggak awan yang menghalangi cahayanya.             Namun, panasnya udara tidak menghalangi Aril seorang cowok berpenampilan dandy dengan potongan rambut belah dua dan Mikel, cowok berambut pendek berkacamata teman sekosannya untuk datang ke “Kos Cantik”.             Begitu sampai, segera Mikel yang nggak banyak bicara dan terlihat cool pergi melihat-lihat barang toko, sementara Aril malah menghampiri Itok di meja kasir. Saat itu cowok keriting itu lagi sendirian saja, Wati nggak ada di sana.            “Halo mas Itok. Apa kabar?” sapa Aril ramah.            Itok melirik cowok itu dengan pandangan tidak suka. “Sok akrab banget sih kamu. Ada apa? Kalo nggak mau fotokopi atau beli barang mending nggak usah kemari.”            “Yee, situ kok sewot sih sama saya? Saya mau nyariin non Icha yang cantik nan simpatik. Ada kan?”            “Nggak ada.”            “Ah, situ bo’ong. Panggilin dong.”            “Ogah.”            “Mas Itok baik deh.”            “Rayuan cowok tuh nggak mempan buat saya.”            “Kalau ngerayunya pakai duit, mau?”            Mau nggak mau Itok yang agak-agak matre itu melirik, “Emang kamu mau ngasih berapa?”            “Seribu aja ya? Maklum tanggal tua nih.”            “Wah, kalau gitu saya nggak bisa bantu.”            Aril mendecak kecewa. “Kalo gitu panggilin Candy atau Wina, deh. Mereka ada kan?”            “Nggak, mereka juga nggak ada,” ucap Itok ketus.            Aril nggak begitu saja menyerah, “Kalo mbak Anna, mbak Tika?”            “Ih, ini anak kemarin sore berani-beraninya naksir cewek yang lebih tua. Mending sama Julie aja. Kalau dia sih ada. Mau aku panggilin?”            Aril meringis, “Ah nggak usah. Cewek endut itu kan pacarnya mas Itok.”            “Ngawur kamu. Sudah pulang sana! Gangguin orang lagi kerja aja.”            Saat itu terdengar langkah kaki dari ruang dalam. Yang muncul adalah Icha dengan membawa tas sekolahnya. Namun penampilannya casual. Cuman pakai baju rumah santai: kaos dan celana pendek.Aril terlihat surprise. “Loh, ternyata non Icha yang cantik nan simpatik ada. Mas Itok udah bo’ongin Aril nih.”            “Iya. Sekarang non Icha memang ada di sini. Tapi tadi nggak kan?”Untuk sejenak Aril menggerutu, tapi begitu Icha udah dekat cowok itu segera pasang senyuman termanisnnya. Sementara itu Mikel udah selesai belanja, dia meletakkan barangnya di depan kasir. Itok segera melayaninya.“Non Icha yang cantik nan simpatik abang Aril datang nih,” sapa Aril.Icha tersenyum manis, membuat dada Aril kebat-kebit. “Eh, Aril. Ada perlu apa?”“Abang Aril pengen ngobrol-ngobrol ama kamu. Tadi abang dibo’ongin ama mas Itok kalau kamu nggak ada. Abang udah kangen nih.”Icha mengernyitkan dahinya. “Aduh, kalo cuma mo ngobrol Icha lagi nggak bisa.”Kedua alis Aril terangkat, “Loh, kenapa enggak?”“Icha mo ke kosan temen, ada tugas kelompok,” ucap cewek kece itu seraya menepuk tasnya.“Kalo gitu, abang yang antar ya? Mo pake motor atau mobil, ayuk ajah,” kata Aril pantang menyerah.“Ah, nggak usah, Ril. Icha tau kok kamu nggak punya motor apalagi mobil. Lagian kosan teman Icha cuman di seberang jalan depan. Yuk, Icha jalan duluan ya,” kata Icha seraya berlalu.“Yah...” Aril mendesah kecewa sembari pandangan matanya terus mengikuti Icha. Mikel yang sudah selesai membayar belanjaannya menghampiri Aril, ”Ril, pulang yuk,” ajaknya. Aril mengangguk.Sepeninggal Aril dan Mikel, Itok tersenyum senang. “Syukurin kamu Ril. Nggak bisa ngobrol ama non Icha tersayang.”* * *Di Ruang Santai lantai 2, Tante Tanti duduk di sofa, sementara Sedah duduk di hadapannya. Candy berdiri di belakang kursi Sedah. Kedua cewek SMA ini masih pake seragam sekolah. Beberapa tas besar dan barang-barang seperti lampu duduk, raket anti nyamuk, dan senter tergeletak di lantai. Mulai hari ini Sedah resmi pindahan ke “Kos Cantik”. Karena itu Sedah menyerahkan sejumlah uang ke Tante Tanti. “Silahkan Tante,” ucap Sedah lembut.Tante Tanti terlihat sangat girang, tapi dia tidak lupa daratan. Dengan teliti dihitungnya satu per satu uang dari Sedah itu. Siapa tahu kurang, kan bisa rugi. “Pas kan?” lanjut Sedah.“Iya, sudah lunas untuk bulan ini. Mau Tante buatkan kuitansi?”Sedah melirik Candy. Temannya itu mengangguk. “Boleh Tante,” jawab Sedah.“Ini,” kata Tante Tanti sambil menyerahkan kuitansi kepada Sedah. “Buat merhatiin penghuni baru, Tante bela-belain lho datang lagi, meski kemarin baru ke sini. Biasanya kan Tante cuman sempet nengok seminggu sekali.”“Alaa... Tante terus terang aja pengen buru-buru nagih Uang Muka ke Sedah,” ledek Candy.Sedah tersenyum. Tante Tanti merengut. “Husy. Nggak sopan kamu, Candy. Daripada ngeledek Tante, mending kamu ikutan lunasin sewa kos bulan ini.”“Kan, saya udah bilang kemaren kalo belum dapat kiriman duit dari papa.”“E... jangan ngeles lagi kamu ya. Tante denger dari bu Bronto yang punya kosan depan, si Inda anak kosnya bilang kalo beasiswa dari sekolah kalian udah turun. Nah, kamu biasanya dapet beasiswa juga kan? Ayo sekarang bayar sewa kos.”Untuk sejenak Candy terlihat terkejut, tapi dia kembali menguasai diri “Tapi Tante, Candy lagi pengen beli sepatu baru nih. Sepatu yang lama kan udah nggak ngetren lagi.”“Udah deh, nggak usah banyak alesan. Kamu mau tante denda bayar dobel?”“I.. iya deh,” gerutu Candy sambil membuka dompetnya, mengeluarkan sejumlah uang, lalu menyodorkannya pada Tante Tanti dengan berat hati.Mulut Tante Tanti terbuka lebar. Segera saja uang itu dia sambar. “Nah gitu dong!” Tante Tanti kemudian menatap Sedah. “Nah, sekarang kamu boleh tata barang-barang kamu ini ke kamar. Jelek kan kalau lama-lama digeletakin sembarangan di sini.”“Baik, terima kasih Tante,” ucap Sedah seraya beranjak pergi diikuti Candy. Dia berjalan menuju kamar barunya yang ada di tengah-tengah kamar Candy dan kamar Wina.         Pintu terbuka. Ruangan itu masih belum ada karakteristiknya. Memang udah ada lemari, ranjang berikut kasur dan meja belajar, tapi sentuhan penghuninya belum nampak. Bahkan bau catnya masih terasa. Karena memang baru awal bulan ini kamar ini dicat ulang semenjak ditinggal pergi penghuni lamanya.“Terima kasih ya Can sudah membawakan tas-tas saya. Soal menatanya jangan khawatir, saya bisa melakukannya sendiri.”“Sori ya Sedah. Aku ama Wina nggak bisa ngebantuin kamu.”“Tidak apa-apa. Barang saya kan tidak banyak. Malah tidak enak kalau sampai merepotkan Candy dan Wina yang punya kesibukan sendiri. Eh, lihat sudah jam dua. Cepat susul Wina ke cafe biar tidak terlambat dan dimarahi bos kamu.”“Oke Sedah. Candy pergi dulu ya?”“Iya, hati-hati di jalan ya, Can!”* * *Suasana “Kos Cantik” sore ini tidak begitu ramai. Selain Sedah, hanya ada Anna dan Julie yang lagi santai nonton TV. Sedah udah selesai nata kamar dan mandi sore. Sekarang dia pengen istirahat sambil bersosialisasi dengan kawan-kawan barunya.“Sedang menonton apa teman-teman?” sapa Sedah ramah seraya ikut duduk di sofa.“Biasa, gosip,” jawab Anna sambil lalu.“Emang lo pengen nonton apa, Sedah?” tanya Julie.“Ah tidak, saya hanya ingin beristirahat saja. Sekalian menemani kalian menonton TV,” jawab Sedah. Pandangan matanya beranjak menuju ke arah TV.Anna menoel Julie lalu tersenyum penuh arti. “Elo udah selesai nata kamar, Sedah?” tanya Anna dengan nada ramah. Kalau yang denger udah kenal lama cewek itu pasti ngerasa kalau nada suara itu sebenarnya sama sekali nggak natural. Tapi Sedah kan baru akhir-akhir ini ketemu sama Anna jadi dia nggak tahu.“Sudah. Baru saja,” jawab Sedah.“Elo nggak papa tidur sendirian?” tanya Julie tiba-tiba.“Tidak. Memang ada apa? Bukannya semua yang kos di sini tidur sendiri?” tanya Sedah nggak ngerti.“Kalo lo orangnya penakut mending jangan tidur sendirian.”Sedah belum paham juga.“Emang Candy ama Wina belum pernah cerita ke elo ya?” tanya Anna penuh misteri.“Ada apa, saya menjadi penasaran ini?”“Ssst...!” desis Anna. “Sebenarnya, di kosan ini,” Ia berhenti sejenak untuk mendramatisir. “Ada Kuntilanak-nya lho!”Mulut Sedah ternganga. Anna dan Julie terlihat senang. Mereka bersemangat mau melanjutkan cerita, tapi Sedah malah bertanya, “Memang Kuntilanak itu apa?”Anna dan Julie terlihat kecewa. Mereka nggak nyangka bukan cuman tampang Sedah yang kelihatan kampungan, tapi pengetahuan soal setan pun dia nggak up to date.“Masak elo nggak tau sih, Kuntilanak itu hantu perempuan yang pakai baju putih panjang,” ujar Anna dengan tidak sabar.“Iya. Yang rambutnya juga panjang dan mukanya putih itu loh. Ih, pokoknya ngeri deh,” tambah Julie.Kepala Sedah ngangguk-angguk “Oh, jadi Kuntilanak itu menyeramkan ya? Kemudian apa yang dilakukan Kuntilanak itu di sini?”“Aih, nggak ngerti juga nih anak,” gerutu Anna. “Kuntilanak itu biasanya muncul kalau ada penghuni baru.”“Ah, yang benar?” Sedah bergidik ngeri. “Tapi, saya bukan penakut kok. Kalau nanti Kuntilanak itu muncul, saya akan berteriak sekencang-kencangnya untuk meminta bantuan teman-teman.”“Ya terserah kamu deh,” tukas Anna. “Tapi jangan nyesel loh kalo lo ketakutan trus pingsan. Ato malah lebih parah lagi, pengen pergi dari kosan ini.”“Tenang. Saya akan baik-baik saja kok mbak.”Anna dan Julie saling pandang dan angkat bahu.* * *Dengan langkah khas peragawati, Icha berjalan masuk ke “Kos Cantik”. Di depan toko nampak Aril yang sudah menantinya, mengacuhkan Itok yang berusaha untuk mengusirnya.“Eh, non Icha yang cantik nan simpatik udah pulang. Darimana aja sih, non?” sapa Aril.“Biasa, agensi model,” jawab Icha seraya terus berjalan. Aril jadi panik, “Non Icha tunggu dulu.”“Ada apa?” tanya Icha seraya membalikkan tubuhnya.“Abang ke sini kan pengen ketemu kamu.”“Aduh, maap yah Ril, Icha ada tugas yang mesti dikerjain. Lagi musim PR nih. Lain kali aja yah?” ucap Icha melanjutkan jalannya masuk ke dalam kosan.“Yah, non Icha,” kata Aril gigit jari.“Syukurin. Kamu dicuekin,” komentar Itok sambil terkekeh.“Apaan sih. Nggak lucu!” tukas Aril seraya berlalu pergi.* * *Sedah sedang berjalan-jalan melihat “Kos Cantik”. Kali ini dia dan Wati sedang berada di tempat cuci pakaian yang ada di lantai 2.“Kalo mo nyuci pake tangan di sini non, tapi kalo mo pakai mesin cuci juga disediain.”“Saya rasa akan lebih praktis kalau memakai mesin cuci, tapi saya belum bisa menggunakannya. Mbak Wati bisa mengajari saya?”“Waduh, sayangnya saya ndak pernah tuh make mesin cuci. Yang biasa make ya mbak-mbak yang kos di sini. Minta diajari mereka saja ya? Saya udah kadung biasa nyuci di kali. Jadi lebih mantep pakai tangan.”“Saya di rumah juga biasa mencuci dengan tangan kok. Memakai papan penggilesan. Nah kalo yang untuk menyeterika?“Di sini ndak ada papan penggilesan buat nyetrika, non.”“Bukan begitu. Maksud saya, apakah di sini disediakan seterikaan?”“Oh, kalau setrikaan sih ada. Kalo non mau setrika, panggil saya saja.”“Maksud mbak Wati, baju anak kos disetrikakan embak?”“Nyetrikanya ya sendiri-sendiri. Maksud saya, yang biasa simpan setrikanya saya. Kalo ada yang mo pinjem baru ngomong.”Sedah tersenyum, “Oh, saya kira bagaimana.”“Ya begitulah peraturan dari Tante Tanti. Selain ngurusin toko, tugas saya adalah bersih-bersih: nyapu, mbersihin debu, dan ngepel. Tapi kalau urusan nyuci baju, setrika, dan makan, anak-anak kos mesti usaha sendiri.”“Iya-iya saya mengerti. Sebagai anak kos kita harus bisa mandiri kan?”Wati mengangguk, “Bener. Yang penting non bisa seneng tinggal di sini. Yah, namanya saja hidup bareng orang lain. Biasalah kalau nanti ada enak dan ada nggak enaknya. Oh ya, non Sedah sudah kendal dengan non Julie dan non Anna?”“Sudah. Saya sudah berkenalan dengan mereka berdua. Memangnya ada apa?”Wati menoleh kesana-kemari sebelum kembali berbicara, “Saya bilangin ya,” bisiknya. “Mereka berdua itu suka ngerjain orang. Apalagi sama anak baru.”“Oh ya?”“Iya,” tegas Wati. “Dulu saya pernah dikerjain bayar Pizza layanan antar. Padahal yang pesen bukan saya. Tapi mereka berdua atas nama saya.”“Kok perbuatan mereka seperti itu sih?”“Ya begitulah. Makanya, non ati-ati aja sama non Anna sama non Julie. Siapa tahu ntar non dikerjain.”“Iya mbak, saya akan berusaha berhati-hati.”* * *Jangkrik sudah mulai berderik. Malam sudah menjelang. Jendela-jendela dan gorden sudah ditutup. Lampu-lampu neon dimatikan digantikan oleh lampu bohlam yang lebih redup. Orang-orang sudah berbaring di balik selimut. Begitu juga dengan Sedah, setelah beberapa waktu yang lalu belajar dan mengerjakan PR. Ini adalah malam pertama Sedah tidur di “Kos Cantik”. Namun tiba-tiba lelapnya terusik oleh suara ketukan di pintu kamarnya. Dengan setengah mengantuk Sedah bangkit membuka pintu. Anehnya tidak ada orang di luar sana. “Siapa ya barusan?” Sedah garuk-garuk kepala, lalu kembali berbaring. Tapi tak lama kemudian kembali terdengar ketukan.“Siapa?” seru Sedah dengan suara yang serak dan bernada malas.Tak ada jawaban. Suara ketukan masih terdengar. Kali ini Sedah bangkit untuk membuka pintu. Tapi lagi-lagi tak ada seseorang pun di luar. Sedah melihat ke ujung lorong. Ruangan sepi. Cahaya penerangan lantai 2 temaram. Sedah jadi bingung. Dia kemudian keluar kamar, lalu menutup pintu.“Sekalian pipis sajalah,” gumam Sedah seraya menghidupkan lampu lorong, kemudian melangkah menuju kamar mandi.Setelah menyelesaikan bisnisnya, Sedah keluar. Cewek itu kaget begitu mendapati lorong menjadi gelap. Apa listrik mati? Sepertinya tidak, karena Sedah mendengar ada suara berisik dari Ruang Santai. Dengan meraba-raba Sedah berjalan ke arah sana. Perlahan Sedah membuka pintu Ruang Santai. Sumber suara ternyata berasal dari teve yang menyala. Suasananya gelap. Sedah melihat berkeliling, Tidak ada siapapun di sana. Sedah lalu masuk dan hendak mematikan teve. Tapi, tiba-tiba saja cewek itu merasakan ada sesuatu yang menyentuh bahunya. Deg! Jantung Sedah berdegup. Sentuhan itu seperti sentuhan tangan seseorang. Berhati-hati dan dengan perlahan Sedah menoleh. Ternyata di belakangnya ada sesosok perempuan berbaju putih dengan muka pucat dan berkantung mata hitam. Dengan horornya dia menggeram.Grrr...!Kontan Sedah terperanjat, “Ss.. set... setan!” teriak Sedah seraya mendorong jatuh sosok itu. Sedah langsung lari lintang pukang meninggalkan Ruang Santai. Dia tidak tahu kalau sosok berbaju putih yang tadi didorongnya itu berusaha bangkit seraya mengusap-usap kepalanya dan meringis kesakitan.Sedah masuk ke kamarnya dengan terengah-engah. Gadis itu segera mengunci pintunya. Sedah kira dirinya sudah aman. Baru saja dia menarik nafas lega ketika menyadari ternyata dirinya tidak sendiri di ruangan ini. Saat Sedah berbalik dan menatap ke arah ranjangnya, dilihatnya sudah ada sesuatu di sana. Sesuatu yang besarnya melebihi guling. Sesuatu yang tertutup rapat oleh selimut. Ngeri tapi penasaran, dengan berhati-hati Sedah mendekati sosok itu seraya menarik selimutnya pelan-pelan. Tiba-tiba sosok itu bangkit dan menjulurkan kedua tangannya ke depan. Penampilannya mirip sekali dengan sosok yang dilihat Sedah di Ruang Santai. Pakaiannya putih-putih, wajahnya putih dan kantung matanya hitam.“Kyaaa....!” Kembali Sedah menjerit. “Ada Kuntianak...!”Sedah heboh berlari menuju pintu. Dia berusaha membukanya tapi kuncinya malah terjatuh. Si kuntilanak berdiri dan dengan lengan terentang. Mahkluk horor itu berjalan mendekati Sedah. Sedah yang panik memutari si Kunti berlari ke arah ranjangnya dan meraih guling. Dengan semangat empat-lima Sedah memukul-mukulkan guling itu ke Kuntilanak.“Kuntilanak...! Tolong...! Tolong...! Ada Kuntilanak mendatangi kamar saya...!” teriak Sedah, tidak lupa dengan kalimat yang lengkap, baik dan benar. Seperti cara ngomongnya biasanya. Gulingnya masih dipukul-pukulkannya ke arah si Kunti hingga sosok itu terjatuh.“Aduh! Stop-stop, sudah Sedah. Sakit!” seru si Kuntilanak.“Tidak! Untuk apa saya berhenti memukul makhluk menakutkan seperti kamu?”“Ampun! Ampun!” teriak si Kunti lagi.Terdengar suara gubrak-gubruk di lorong. Sejenak kemudian pintu kamar Sedah diketuk secara cepat dan berulang-ulang.Tok-tok-tok! Tok-tok-tok!“Sedah! Ada apa?” Terdengar suara Candy.“Ayo buka pintunya, Sedah. Apa yang terjadi?” Kali ini suara Wina yang terdengar.Sedah membuang gulingnya seraya bergegas mengambil kunci di lantai. Si Kuntilanak tergeletak tak berdaya. Sedah membuka pintu kamarnya. Di hadapannya ada Candy, Wina dan Tika.“Ad... ada Kuntilanak di dalam kamar saya,” kata Sedah terbata. Nafasnya ngos-ngosan. “Tapi saya sudah berhasil mengalahkan makhluk mengerikan itu. Kalian lihatlah.”Candy dan Wina saling pandang sejenak lalu masuk ke kamar Sedah. Tika juga ikut berjalan masuk. Ketiganya mendekati sosok Kuntilanak kemudian memerhatikannya baik-baik. Si Kunti ternyata tidak mati, dia berusaha bangkit berdiri. Candy, Wina dan Tika mundur. Tiba-tiba wig rambut panjang kusut si Kuntilanak copot.“Loh, ini kan Julie,” ujar Tika. “Ngapain Jul kamu di kamar Sedah?”Julie garuk-garuk kepala dan meringis. Dia dan anak kos yang lain emang paling segen kalau sama Tika. “Nggak ngapa-ngapin kok mbak. Cuma main-main aja.”Tika menatap Julie tak percaya. Begitu juga dengan Candy, Wina, dan Sedah. Berikutnya terdengar suara langkah kaki mendekat. Di pintu masuk kamar Sedah muncul sesosok Kuntilanak yang lain, yang tak bukan adalah Anna. Dia digiring Itok, Wati dan Icha.“Rencana kita gagal deh, Jul,” gerutu Anna.“Iya nih, korbannya malah mukulin gua,” timpal Julie.Tika geleng-geleng kepala. “Anna dan Julie. Harusnya aku tahu kalau kalian bakal ngerjain Sedah. Kasian kan dia sampai ketakutan begitu.”“Boro-boro takut,” tukas Anna. “Sedah malah bikin aku kejedot nih,” katanya sambil memperlihatkan luka memar di kepalanya akibat jatuh didorong Sedah di Ruang Santai tadi.“Iya tuh. Harusnya Sedah pingsan, bukannya malah bikin kita KO,” tambah Julie.“Sudah-sudah!” seru Tika. “Harusnya kalian minta maaf karena udah ngerjain Sedah. Ayo cepet lakuin!” perintahnya sambil menatap tajam ke arah Anna dan Julie. Pandangan mata menusuk juga datang dari Candy, Wina dan penghuni kos lainnya ke kedua gadis itu. Mau tak mau Anna dan Julie pun menyerah. Anna mendorong Julie untuk maju duluan, tapi Julie malah berputar ke belakangnya mendorong Anna untuk maju duluan. Begitu terus berulang kali keduanya saling dorong, hingga...“Udah main-mainnya!” gertak Tika mulai tak sabar.Dengan bersungut-sungut akhirnya Anna yang di depan. Didekatinya Sedah. “Maaf ya Sedah, kita nggak sengaja nakutin lo.”“Nggak sengaja kok niat make baju putih dan make-up segala?” cibir Candy.“Maksud kami sebenarnya baik kok,” tukas Julie. “Cuman mo ngetes mentalnya Sedah doang. Serius nggak ngekos di sini.”“Aduh kelamaan sih kalian. Minta maaf aja bertele-tele!” komentar Wina.Akhirnya Anna dan Julie menyalami Sedah. Karena Sedah anaknya baik, dia dengan sukarela menerima permintaan maaf keduanya. Memang seperti inilah seharusnya anak-anak kos. Meskipun karakter tiap orang berbeda, semuanya mesti saling sayang dan saling perhatian. Selanjutnya mereka semua bertepuk tangan dan tertawa. Tapi tiba-tiba saja Anna nyeletuk, ” Eh, apa itu?”“Udah deh, mbak Anna jangan mulai ngerjain lagi,” protes Candy.“Aku nggak bo’ong. Liat di ujung lorong itu ada apa? Kok bentuknya aneh begitu.”Semua mata menatap ke arah yang ditunjuk Anna. Di sana nampak bayangan sesuatu yang makin membesar seperti monster yang mengerikan. Lampu lorong yang dihidupkan memang hanya yang bohlam sehingga suasananya jadi remang-remang. Semuanya terdiam dan menahan nafas. Orang-orang saling berpegangan tangan menanti kehadiran makhluk itu. Dan begitu sosok pemilik bayangan itu keluar...“Yah, ternyata cuman kecoak,” ucap Itok enteng.“Apa, kecoak...?!” teriak yang lain bereaksi berkebalikan dengan cowok itu. Cewek-cewek pada berteriak histeris dan lari pontang-panting ke kamarnya masing-masing. Itok yang barusan terjatuh karena terdorong mereka yang pada ribut-ribut hanya bisa geleng-geleng kepala. Kecoak ternyata lebih menakutkan daripada setan atau hantu Kuntilanak. Dengan serta merta Itok mengejar si kecoa jahanam itu dengan memakai sapu agar kedamaian bumi “Kos Cantik” kembali lagi. Kehidupan penuh warna dengan penghuni baru pun dimulai.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan