Senjakala Kata-kata

0
0
Deskripsi

Cerita ini mengenai sastra yang sejak kecil merupakan seorang anak pendiam, tidak terlalu pintar, lelet, payah dan pemalas yang Hobinya hanya ingin bermain terus dan tidur-tiduran. Namun ada sebuah tragedi dalam hidupnya yang membuat sangat terpukul dan sedih. Karna sebuah kejadian buruk itulah yang membuatnya kehilangan ingatan atas orang yang dicintainya. Kini ia melakukan perjalanan berpetualang untuk mencari seseorang dan menuju suatu tempat meneruskan atas wasiat kakeknya serta mencari makna...

Sebuah pertemuan

Sastra berjalan-jalan dipasar ditengah keramaian masyarakat yang riuh nan meriah itu namun tetap saja terlihat Sastra merasa ia sendirian. Ada berbagai macam hiburan nan keasyikan yang ditawarkan dalam pasar namun Sastra tidak bergairah, ada banyak makanan-makanan lezat yang tersaji di pasar itu namun Sastra tidak bernafsu, ada begitu banyak pakaian yang cantik nan indah namun Sastra tidak berminat, ada begitu banyak orang-orang rupawan yang menawan di pasar itu namun Sastra tidak tertarik. Semua kemeriahan dan kegemerlapan di pasar itu namun terasa hambar dimata Sastra. 

“Oh Sastra yang malang, betapa sedihnya engkau sehingga serasa dunia yang penuh warna ini tak lagi berwarna buatmu.”

Itulah kata sesorang dibalik bayang kerumunan yang melihat Sastra dari kejauhan.

-- 

Satu jam kemudian ketika Sastra berjalan-jalan mengelilingi pasar sesaat kemudian ditengah kerumunan ia terdorong dan hampir terjatuh. Terlihat ia terdorong oleh seseorang dari belakang saat berada di kerumunan.

“tch, siapa sih ini yang mendorong-dorong!” teriak Sastra bernada kesal. Lalu ia kemudian melihat orang yang mendorongnya berjalan terus kedepan.

“Hei! Jangan jalan seenaknya dong! Ngga pake minta maaf lagi!” kata Sastra yang masih kesal dengan perbuatan orang itu.

Lalu Sastra pun kembali berjalan.

Tidak lama kemudian disela-sela kerumunan ia dilempari tomat oleh seseorang, tomat busuk itu mengenai baju Sastra yang putih kini ternoda. Dan bukan hanya sekali ia melemparkan ke arahnya beberapa kali

“woy, siapa itu !” Sastra sangat marah karna seseorang tiba-tiba melemparinya tomat busuk secara tiba-tiba. Lalu Sastra melihat siluet seseorang yang diduga telah melamparinya tomat. Lantas melihat itu ia langsung mengejarnya.

“Oi tunggu! Kalo ada masalah ngomong sini! Jangan lari kau pengecut!” teriak sastra sambil berlari sekuat tenaga mengejar orang misterius tersebut.

Sastra berlari sambil menyalip ditengah kerumunan, melompati gerobak dan dagangan serta melewati rintangan-rintangan yang ada dipasar yang ramai itu.

“Hei! Kalo lari hati-hati dong!” teriak seorang pengunjung dan beberapa yang lainnya yang tidak sengaja terdorong karna disalip sastra.

“woy, kau merusak daganganku ! ayo cepat ganti rugi!” teriak seorang pedagang cindramata lesehan yang dangangannya tidak sengaja terinjak oleh sastra, namun sastra tidak menghiraukan dan terus berlari.

Lalu seketika disaat asik fokus mengejar ia tidak sengaja menyenggol tumpukan kentang yang ada dipedagang sayur sehingga kentang itu menggelinding kemana-mana, dengan gesah-gesah sastra langsung berusaha mengambil kembali kentang-kentang itu ke bakul.

“ maaf bu, nanti akan kususun lagi, aku sedang terburu-buru maaf yaa!” kata sastra sambil kembali mengejar.

“heh, dasar anak zaman memang ceroboh dan kurang ajar..” gerutu ibu pedagang sayur tadi.

Stan ke stan, gang ke gang telah dilewati namun sastra tidak kunjung menangkap pria misterius itu dan malah justru pria itu beberapa kali melemparinya tomat busuk untuk menghalau. Hingga kemudian saat melewati pasar yang sepi, sastra mampu mendekat mengejar orang itu, sedikit demi sedikit sastra mampu menggapai orang misterius tersebut. Terlihat orang tersebut berpakaian sebah putih dan mengenakan sorban dipundaknya.

“woy berhenti kau ! sini kau pengecut” sambil tangan sastra sedikit demi sedikit semakin mendekat untuk meraih sorban dari pria itu yang terlilit di pundaknya

“Sedikit lagi.. sedikit lagi aku menggapaimu !” gumam sasatra yang berusaha keras menggapai sorban orang itu, lalu ketika sastra fokus menggapai sorban itu lalu tiba-tiba..

“yess, tertangkap kau !” sastra meraih sorban itu kemudian

“gubraak” karna saking fokusnya mengejar dan meraih sorban sastra tidak melihat sekitar dan sastra terjatuh dalam kubangan lumpur.

Kini ternodalah sebagian besar pakaiannya.

“Sial, padahal aku sudah berhasil meraih sorbannya, namun malah aku terjatuh dikubangan lumpur” ujarnya

“padahal aku sudah bersusah payah meraihnya namun tetap saja usahaku selalu naas, sial! Mengapa aku selalu begini.. mengapa aku selalu saja sial dan menderita!” teriak sastra antara kesal dan sedih

“payah sekali hidupku ini, mengapa selalu saja aku bernasip buruk.. pertama orang tua,kedua teman lalu kakek, dan sekarang malah ini. Mengapa hidupku dipenuhi dengan penderitaan? Memangnya aku salah apa aku? sehingga hidup ini begitu kejam kepadaku..” keluh sastra yang meratapi nasib sialnya.

“Terus merengek..” tiba-tiba pria misterius itu muncul didepannya

“teruslah merengek seolah kau makhluk yang paling menderita” ujarnya.

Lalu terjadilah percakapan antar keduanya

Sang Pria: “kau pasti kesalkan atas apa yang menimpamu?”

Sastra: “tentu saja aku kesal bodoh! Bagaimana tidak, dalam hidupku aku selalu saja mengalami hal yang buruk”

Sang pria: “bagus, memang itulah hidup!” 

Sang pria: “tidak semua yang engkau harapkan akan terwujud dalam hidup ini, jadi terimalah..”

Sastra: “siaaal” teriaknya

Sang pria: “teruslah saja engkau merengek walaupun itu tidak akan mengubah kenyataan”

Sastra: Apa-apan kau ini! kau berbicara seolah-olah itu mudah, memangnya tahu apa kau tentang hidupku ?!”

Sastra : “ kau tidak akan dapat memahami dan merasakan penderitaan yang aku rasakan ! yang bisa kau lakukan hanyalah berkata omong kosong saja !

Sang pria: “Ya, dan itu tidak ada bedanya dengan dirimu”

Sang pria: “yang bisa kau lakukan hanyalah berkata omong kosong dan meratapi kenyataan dengan kesedihan, bukankah itu juga omong kosong saudaraku?”

Sastra pun terdiam mendengar perkataan sang pria barusan.

Saudaraku: “saudaraku, apakah engkau menganggap bahwa penderitaan bertubi-tubi yang engkau alami merupakan suatu ketidakadilan?”

Sastra: “tentu saja bodoh! Bagaimana bisa aku menyebutnya adil sedangkan diriku terus diliputi oleh penderitaan dan rasa sakit secara bertubi-tubi, bukankah ini sudah cukup membuktikan bahwa hidup ini memang tidak adil?”

Lalu sang pria berbalik arah membelakangi sastra sambil menengok kepadanya

Sang pria: “saudaraku, berkenankah engkau ikut denganku ?

Sastra: “memangnya mau kemana hah !? dan terlebh lagi jangan menyebutku dengan panggilan itu karna aku bukanlah saudaramu!

Sang pria sambil tersenyum lalu berkata: “terserah jika engkau memang tidak mau itu semua terserah pada kehendakmu, namun hidupmu tidak akan berubah jika engkau hanya terdiam disitu”

Sang pria kemudian pergi meninggalkan sastra secara perlahan.

Sastra: “cih, pria itu bukannya minta maaf atas perbuatannya kepadaku, dia malah pergi begitu saja”

Sastra: “Oi tunggu! Minta maaflah dulu sebelum pergi!” teriak sastra seraya kembali berdiri dan menyusul sang pria tersebut.

Setelah berjalan beberapa saat kemudian sang pria mengajak sastra memanjat ke atas sebuah bangunan dan sastra pun ikut memanjat ke atas mengikutinya.

Sastra: “mengapa kau mengajakku ke atas sini?”

Sang pria: “lihatlah itu.. jelaskan apa yang kau lihat”

Sastra: “aku melihat banyak sekali orang-orang berjualan dengan stan-stan jualan yang beraneka ragam..”

Sang pria: “Lihatlah sekali lagi.. terutama lihatlah orang-orang yang ada disitu itu, dan temukan apa perbedaan yang mencolok dari orang-orang yang ada disitu”

Sastra: ehmmm.. aku melihat ada banyak orang yang beraneka ragam disana.. ada orang tua yang berjualan disana namun ada juga yang masih muda, bahkan anak-anak juga ikut berjualan.”

Sastra: “ disatu sisi ada yang mengenakan pakian mewah dan meriah namun disisi yang lain ada yang berkaian lusuh dan seadanya”

Sastra: “ada yang berjualan marang-barang yang berkilauan, ada pula yang sedang memanggul barang-barang yang berat..”

Sang pria: “baik, sekarang ku perlihatkan yang lebih spesifik. Bisakah engkau melihat kedua orang itu?” sang pria sambil menunjuk kedua orang yang ada dipasar.

Sastra: “emm.. itu pedagang perhiasan dan kakek tua yang cacat”

Sang pria: “menurutmu, bisakah engkau menilai penderitaan antar keduanya?”

Sastra: “mungkin, kakek tua itu terlihat lebih menderita..?”

Sang pria: “mengapa?”

Sastra: “karna kakek itu sudah tua renta namun dimasa tuanya ia harus bekerja keras terlebih dengan kekurangan yang dimilikinya.. dengan kondisi seperti itu menurutku ia pasti sangat menderita”

Sang pria: bagaimana bisa engkau begitu yakin? Mengapa engkau tidak melihat bahwa pedagang perhiasan itu tidak lebih menderita?

Sastra:  ya karna pedagang perhiasan itu terlihat lebih makmur dan sejahtera dibanding kakek tersebut.  lihat saja perutnya yang besar itu dia pasti makan besar setiap malam.

Sang pria: apakah engkau bisa begitu yakin?

Sastra: ya tentu sajalah orang kelihatannya memang seperi itu! Jawab sastra bernada tinggi

Sang pria: bangaimana engkau bisa begitu yakin akan penderitaan hanya dengan melihat sekilas mata?

Sang pria: Bukankah mata kita ini terkadang dapat menipu? Bagaimana engkau dapat menyimpulkan akan penderitaan dengan melihat tanpa merasakannya?

Sang pria: Saudaraku bukankah penderitaan adalah tentang rasa? Apakah engkau tidak melihat penderitaan dari pedagang perhiasan itu?

Sang pria: Apakah engaku tidak melihat ada banyak air mata dibalik senyumnya? Sungguh aku sangat merasakan itu

Sang pria: Dia telah ditinggalkan oleh anak-anak dan keluarganya, menjadi sebatangkara. Lihatlah perhiasannya yang banyak itu, semuanya belum ada yang berkurang sekalipun ada orang yang datang mereka datang dengan raut yang masam.

Sastra: Namun kan tetap saja menurutku kakek itu tetap terlihat lebih kasian. Diumurnya yang segitu ia masih bekerja keras untuk mencari nafkah

Sang pria: Yah memang kelihatannya seperti itu, namun apakah engaku tidak melihat raut wajah kebahagiaan dari mukannya? Ia terlihat cukup bahagia dengan apa yang ia kerjakan, ditambah lagi dirumah ada anak dan istri yang selalu menantinya dirumah.

Sang pria: Jadi saudaraku, Bagaimana engkau bisa yakin akan penderitaan seseorang tanpa tau sisi dibelakangnya? Untuk apa ngos-ngosan dalam menilai sedangkan Sedangkan engkau belum terlambat untuk dapat mengetahuinya lebih dalam.

Sastra pun terdiam. Dan hening dalam beberapa saat

Sang pria: Sehingga apa yang dapat engaku petik dari hal ini?

Sastra:  Mmm.. mungkin, jangan berpikir bahwa kita menderita karna mungkin ada yang lebih menderita dari pada kita

Sang pria: bukan!

Sastra: Lantas apa dong ?

Sang pria: Bahwa semua orang memiliki penderitaan dan ketidakadilan dalam hidupnya.

Sang pria: “Saudaraku penderitaan adalah keniscayaan, dan semua orang pasti menderita dalam setiap sudut kehidupannya dengan waktu,sudut dan takaran penderitaan yang berbeda-beda”

Sang pria: Jadi jangan khawatir bila engkau mengalami penderitaan dan ketidakadilan, karna dari ketidakadilan yang dirasakan oleh semua orang itulah yang membuat hidup ini adil.

Sastra hanya terdiam mendengar itu. 

Sastra: ketidakadilan yang dimiliki oleh setiap manusia itulah keadilan... begitu yah..

Sang Pria : menurutmu?

Sastra: ah, kurasa itu memang benar... (sastra sambil tersenyum tipis)

Sang Pria: baguslah, tetaplah seperti itu.. jangan membuat dunia muram karna kesedihanmu.

Lalu zarathustra berjalan turun ke dalam pasar. Sastra yang tadi sempat terdiam tiba-tiba bergegas mengejar pria tersebut.

S: heeei.. tunggu! Tunggu aku!

Sang pria tetap saja terus berjalan. Namun tak lama setelah itu sastra berhasil menyusulnya.

Sastra: Hah..hahh..hahh..hah.. akhirnya terkejar juga kau, mengapa kau tidak berhenti sih !? tanyanya sambil terengah-engah seraya kesal

Sang pria: ya ini kan saya telah berhenti” jawabnya setelah berhenti disuatu tempat

Ternyata mereka sedang berdiri didepan sebuah sanggar.

( sang pria mengajak berkeliling pasar bertemu dengan penari)

Sasatra: eh tuan, ngomong-ngomong sebelumnya kita belum memperkenalkan diri masing-masing. Namaku Sastra, aku musafir dari ufuk timur. Berkenankah engkau memperkenalkan namamu?

Sang pria dengan senyum yang lebar dan percaya diri kemudian memperkenalkan dirinya

Sang pria: Saudaraku, akulah lentara dikala gelap dan fajar di dini hari, akulah yang akan memperkenalkan baik dan buruk, akulah yang membuat bangkit dari terpuruk, separuh insan mengenalku sebagai pembunuh tuhan separuh lagi pemuja tuhan, Akulah manusia suci, penyair, filsuf, seniman, ksatria dan pertapa, aku adalah mulut bagi telinga yang gemar menari namun aku hanya orang dungu bagi jiwa-jiwa yang tak mendengar dengung  musikku, yah kakiku bertapak diatas bukit namun kepalaku tersungkur mencium bumi, Sungguh adaku bersyukurlah Alam Semesta, AKULAH SANG ZARATHUSTRA!

Sastra yang mendengar itupun hanya diam sambil berdecak kagum, ia belum pernah merasa seperti ini selain kepada kakeknya.

Sastra lalu menunduk dihadapannya

Sastra : oh tuan kata-katamu begitu menggelegar mengobrak-abrik Nala dan sanubariku.. engkau telah mengajarkan aku banyak pengetahuan baru untukku oleh karena itu tuan jika engkau mengabulkan, dengan penuh takjub perkenankan aku menjadi muridmu..

Sastra: tuan? Tuan.. dimanakah engkau !

Sang pria misterius itupun menghilang secara misterius.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Senjakala Kata-Kata
1
0
Cerita ini mengenai sastra yang sejak kecil merupakan seorang anak pendiam, tidak terlalu pintar, lelet, payah dan pemalas yang Hobinya hanya ingin bermain terus dan tidur-tiduran. Namun ada sebuah tragedi dalam hidupnya yang membuat sangat terpukul dan sedih. Karna sebuah kejadian buruk itulah yang membuatnya kehilangan ingatan atas orang yang dicintainya. Kini ia melakukan perjalanan berpetualang untuk mencari seseorang dan menuju suatu tempat meneruskan atas wasiat kakeknya serta mencari makna atas semua realitas dalam hidupnya. Namun petualangan sastra tidaklah sendirian, ia ditemani oleh kedua teman seperjalanannya yakni Pantun dan Bunyi. Maka Saksikanlah keasyikan perjalanan mereka dengan segala dinamika didalamnya, maka inilah Senjakala kata-kata!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan