Tame Alpha

0
0
Deskripsi

Alpha Gawin membutuhkan bantuan Alpha Joss

Tidur Joss mendadak tak nyenyak. Dirinya terbangun akibat merasakan tengkuknya menghangat. Sumber cahaya satu-satunya hanya dari bulan yang membola sempurna di langit sehitam jelaga. Menelisik masuk di sela tirai kamar temaram yang mulai tak tenang. Joss dapat mendengar deru napas terengah di belakangnya.

“Gawin, you okay?”, Joss berbalik, mengusak kepala Gawin lembut. Masih terbaring di ranjang, mencoba menarik perhatian Gawin yang terpejam. Namun, raut wajahnya seperti kesakitan dengan keringat membasahi pelipisnya. Hidung Joss dapat menangkap aroma tak biasa. Seperti embun segar di pagi hari dan aroma kayu manis yang hangat dari pohon pinus di sepanjang jalan setapak hutan. 

“Hng~”

Bibir ranum Gawin mendesah merasakan tangan Joss menyentuh wajahnya. Memastikan suhu tubuh Gawin yang terlalu panas. Nampaknya Gawin demam. Deru napasnya kian berat dan cepat. Sentuhan hangat itu turun terus, meyakinkan hingga ke leher Gawin. Yang disentuh instingtif menarik tangan Joss. Menghentikan gerakan halus yang membuat Joss sedikit tersentak.

“J–Jossie~”

Panggil Gawin seperti orang mabuk. Menatap sayu Joss yang nampaknya khawatir. Gawin menarik tangan Joss digenggamannya, hingga tubuh besar Joss kian dekat.

“Wait, Gawin–”

Bak gelombang angin pantai, Gawin mengikis jarak cepat. Lidahnya menjilat lapar bibir Joss di hadapannya. Seperti meminta izin untuk menikmati kudapan manis. Joss berusaha menahan tubuhnya agar tidak menimpah tubuh Gawin. Mendorong tubuh Gawin agar melepaskannya.

“Calm down, we better go to the hos–”

Hitungan detik berikutnya, tubuh Joss nyaris berbaring telentang. Kedua sikunya bertopang di ranjang menatap tak percaya Gawin yang baru saja mendominasinya. Seperti hilang akal, Gawin yang kini mengungkung Joss di antara kakinya, melepaskan kaus yang ia kenakan. Memamerkan perut rata dan pinggang rampingnya sensual. Masih dengan deru napas cepat, Gawin merangkak mendekati tubuh Joss.

“Jossie~”

Tubuh Joss mendadak kaku. Gawin tiba-tiba saja menggesekkan selangkangannya pada Joss. Tentu saja Joss dapat merasakan ada sesuatu di sana. Joss dapat dengan jelas merasakan penis Gawin yang tegang di balik celana pendek yang dikenakannya. Menggesek cepat mencari kenikmatan.

“Ugh.. Ngh..”

“Haa– Jossie..”

Gawin mendesah terengah, masih gencar menggesekan selangkangannya pada Joss. Seperti orang linglung, benar-benar tak sadar. Gawin nampak tidak peduli dengan keadaan. Joss sudah curiga. Mungkin Gawin demam karena sedang dalam masa birahi. Kalau begitu ia harus segera mencari omega untuk Gawin.

“Gawin hold on–”

“Joss–”

“J–Jossie~”, sulit untuk mengajak Gawin bicara. Ia terlalu sibuk sendiri mengurusi selangkangannya. Terlalu asik menggesekan tubuhnya pada Joss. Aroma feromon Gawin kian kuat menyesakkan ruang.

“Gawin listen, you can’t–”

Tidak mau mendengar ocehan Joss, tangan Gawin menelisik masuk ke kaus yang Joss kenakan. Meraba perut berotot Joss hingga ke dada bidangnya. Tubuh Joss dibuat terentak saat tiba-tiba merasakan hangat nan basah di putingnya. Gawin menerjang Joss dan mengulum puting Joss nikmat. Satu tangannya tidak diam dan bermain dengan puting Joss yang lain. Mencubitnya kuat sembari memilinnya lembut dengan jemarinya.

Kalau terus begini, Joss tidak akan bisa menahan Gawin. Aroma feromon Gawin kian lama meliputi tubuh Joss. Gawin semakin meremat kuat bawah dada berotot Joss, hingga mulutnya dapat dengan puas menyusu di sana. Menyesap puting Joss bergantian, kehilangan kontrol dirinya. Joss dapat dengan jelas melihat pipi tembam Gawin yang semerah delima. Ditambah dengan mata sayu dimabuk hawa nafsu.

“Jossie–”

Gawin melepaskan puting Joss dari mulutnya dengan sebuah letupan, lidahnya menjilati puting kenyal yang berat ia tinggalkan. Gawin menatap Joss dengan netra membara penuh hasrat. Menurunkan celana pendek kesayangannya hingga memamerkan penisnya yang sudah kelewat tegang. Joss dapat melihat penis Gawin yang sudah basah oleh pre-cum.

“My body feels so hot and hurts a lot down here..”

“Help me, please..”

Joss tertegun. Entah apa yang membuat Gawin tiba-tiba saja mengalami siklusnya dan hilang kontrol. Tetapi Joss tidak bisa. Ia juga seorang alpha. Joss tidak bisa membantu Gawin.

“I’m sorry, but I can’t help you, Gawin”

“I’ll find you an omega right away, so just–”

“Joss, what are you saying?”, tubuh Joss tersentak ke belakang. Punggugnya kini kembali mencium ranjang. Kedua pergelangan kakinya dicengkram erat oleh Gawin yang mengungkungnya. Mengangkat kedua kaki Joss ke udara, hingga pinggulnya sedikit terangkat.

“I want you to help me with this”, Gawin benar-benar menulikan pendengarannya. Memosisikan pinggulnya di antara selangkangan Joss. Masih menahan kedua kaki Joss di atas agar tidak menghalangi. Seketika pinggulnya bergerak cepat. Menggesek penis telanjangnya pada penis Joss yang masih berbalut celana. Menghentak kuat mencari kenikmatan.

“A-Ahn~”

“Nngh.. Ah..”

Napas Joss kini mulai berat. Menutup wajahnya dengan tangan tak mau menatap Gawin di atasnya. Pasalnya wajah Gawin benar-benar diliputi nafsu. Merah padam, menatap sayu Joss penuh arti. Bibir ranumnya terbuka terus mendesah keenakan. Joss tidak bisa apa-apa. Gawin mengungkungnya kuat. Kakinya dicengkram sulit untuk bergerak. Ditambah lagi dengan penisnya yang kini bergesekan dengan penis tegang Gawin.

“Ahn.. Ah.. Aah..”

“Nghh!!”

Beberapa kali gesekan kuat hingga tak sadar Gawin baru saja orgasme. Napasnya terengah menatap Joss nanar. Menyemburkan spermanya, membasahi otot perut Joss. Tubuhnya sedikit meremang setelah pelepasan. Gawin belum puas. Mendekati pria di bawah kungkungannya dan menarik tangan Joss agar tidak menutupi wajahnya. Gawin ingin memandangi wajah tampan Joss. Sengaja menjilat bibir manis Joss dan memberikan kecupan ringan, bagai tanda terima kasih.

“Jossie~”

Kini Gawin memeluk paha Joss. Kepalanya bersandar di sana seperti anak kucing. Rambut Gawin menggelitik paha Joss, menyalurkan hasrat. Sengaja membelai paha dalam Joss yang tak berbalut kain. 

“It’s still hot and painful–”

“What do I do.. help me.. please~”

Tak sadar Joss menahan napasnya saat Gawin menatapnya dengan mata memohon. Netra cokelat indah yang kini tertutup kabut nafsu. Birahi Gawin masih tinggi. Klimaks satu kali tentu tidak cukup saat dalam siklus. Benak Joss bergejolak. Haruskah ia membantu Gawin? Ia tahu betapa sakitnya bila tidak segera diatasi.

“Fair enough..”

“Move aside for a moment”, Joss mendorong tubuh Gawin, berusaha agar kakinya terlepas dari cengkraman. Membawa kedua kakinya agar menempel rapat. Sedikit membaringkan tubuhnya ke samping agar bokongnya menghadap Gawin.

“I’ll help–”

“R-Really?”, Gawin tak melepaskan pandangannya dari Joss. Menatap tubuh sensual itu kelaparan. Otaknya sudah membuat banyak sekali skenario. Ia sudah membayangkan akan menyetubuhi Joss dengan berbagai posisi.

“Put your cock between my thigh”

“H–Huh?”, setengah sadar, Gawin ingin protes tetapi Joss kembali menimpali.

Joss melihat raut wajah Gawin berubah, “Never min–”

“I–I mean, are you sure?”, Joss mengangguk sebagai jawaban. Tubuhnya kembali berbaring miring dengan satu tangan sebagai tumpuan di ranjang. Gawin sedikit ragu, namun tidak menolak. Tubuhnya menyentuh bokong Joss. Memosisikan penisnya diantara dua paha Joss yang menempel erat.

Perlahan penis Gawin menerobos masuk. Tubuhnya gemetar merasa aneh. Bukannya tidak enak. Enak sekali. Gawin ingin lebih. Tanpa pikir panjang, pinggul Gawin bergerak cepat. Menggesek penisnya pada paha Joss yang sangat ketat. Sempit sekali.

“J–Jossie.. Ahng.. Aah..”

Susah payah Joss menahan sekuat tenaga. Mengencangkan ototnya, agar pahanya tetap menempel rapat. Berusaha tetap fokus agar dirinya tidak ikut dimabuk hawa nafsu. Feromon Gawin benar-benar menguar kuat. Joss nyaris hilang akal.

Desahan dan lenguhan Gawin yang menikmati bercinta dengan pahanya, sedikit membuat Joss terpana. Apakah pahanya senikmat itu?

Deru napas Gawin sesekali menerpa telinga merah Joss. Membuat yang di bawah ikut terengah. Penis tegang Gawin terus bergerak cepat. Sialnya ikut menggesek penis Joss yang masih nyaman berbalut celana. Namun tanpa sadar, penis Joss juga tak kalah basah. Tak sadar ikut basah oleh pre-cum. Joss ikut terangsang. Siapa yang tidak, bila penisnya digesek-gesek oleh penis lain. Telinganya memerah. Kembali menutupi wajah dengan lengannya. Enggan dilihat.

Tak lama, hanya dengan beberapa kali hentak kuat, Gawin kembali memuncratkan cairan putihnya. Membasahi celana pendek yang Joss kenakan. Terengah, mencoba mengatur napasnya dengan tatapan yang masih lapar.

“Jossie, it’s wet. I’ll take it off for you”

“N– Wai–”, Gawin tidak dengar. Atau mungkin sengaja tidak mau mendengar protes Joss. Dengan mudahnya ia menanggalkan celana pendek milik Joss dan melemparnya sembarang. Memberikan Gawin pemandangan luar biasa memikat. Joss sama tegangnya seperti Gawin.

Kini kulit bertemu kulit. Entah sudah berapa kali Gawin ejakulasi, membasahi penis Joss dan mulut lubang anusnya. Gawin berbaring memeluk tubuh Joss erat. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Joss tak sengaja menyalurkan hasrat. Meninggalkan tanda cinta dan gigitan merah di sana.

Kedua tangannya bertengger manis, meremas dada Joss. Sesekali jemarinya tak sengaja menyapu puting Joss yang kini ikut tegang. Tidak, Gawin sebenarnya sengaja. Ia suka ketika Joss menggeram saat Gawin bermain dengan putingnya. Pinggulnya masih bergerak tak kenal lelah. Bahkan Joss sudah tidak bisa lagi merasakan pahanya. Entah berapa lama lagi sampai Gawin puas.

“Hh–Aah!”

Sambil menekan dada dan perut Joss, Gawin kembali mendorong penisnya di antara paha berotot itu. Penisnya dengan cepat membesar saat paha Joss sesekali bergetar. Nampaknya juga menikmati. Dengan basahnya paha bagian dalam Joss, penis Gawin cukup terlumasi hingga Gawin dapat menghujam sebanyak yang diinginkannya. Gawin menggoyangkan pinggulnya beberapa kali, membiarkan penisnya meluncur di kulit yang lembab walau Joss mencengkeramnya lebih keras dengan kedua pahanya.

Gawin terengah sembari menghirup feromon Joss di ceruk lehernya. Kayu manis dan ceri. Walau Joss juga merupakan alpha, namun aroma feromonnya sangat manis. Gawin kecanduan. Ia menyukai harum tubuh Joss. Beruntung baginya bisa menghirup aroma Joss sedekat ini. Sepuasnya.

Joss berbaring lemas dan membiarkan Gawin melakukan apa yang diinginkannya, menikmati paha ketat Joss. Setiap kali penis Gawin menghentak pahanya, penis itu memaksa penis Joss ikut merasakan gesekan luar biasa. Joss menggigit bibirnya kuat, imajinasinya ikut liar. Berfantasi bila Gawin benar-benar bercinta, benar-benar berada di dalam dirinya, benar-benar menekan prostat Joss dan menanam benih di dalam lubangnya yang berlumuran pelumas.

Joss tahu ia hampir mencapai klimaks, menyadari mati rasa yang menyenangkan mulai terasa dipinggulnya. Ia dapat mendengar napas Gawin yang mulai tidak teratur di belakangnya. Gawin mengerang pelan dan panjang. Joss lagi-lagi merasakan sperma Gawin tumpah di antara pahanya. Joss menunggu Gawin pulih setelah orgasmenya, tetapi urgensi gairahnya sendiri membuatnya sakit kepala. Mungkin ia akan mengurus selangkangannya sendiri nanti.

“Aah! G–Gawin?!?!!”

“What are y–”, tubuh Joss mendadak di angkat oleh Gawin. Lututnya kini menyentuh ranjang dengan tubuh tegak ditopang Gawin dari belakang. Tangan Gawin menopang dada dan perutnya. Pinggulnya sejajar dengan Gawin. Berlutut dengan kedua paha basahnya yang masih menempel rapat.

"Make sure you hold your thigh tight", gumam Gawin di telinga Joss sambil meluncur maju, menggesekkan kepala penisnya yang bocor ke bokong telanjang Joss. "Make it tight, Jossie”.

Gawin mendorong penisnya ke bawah di antara kedua pipi Joss, meluncur di bawah bokongnya untuk masuk di antara kedua kakinya. Gawin mengerang saat penisnya susah payah menerobos paha Joss,  menghentak ke depan.

Luncuran itu surgawi. Paha berotot Joss sempurna untuk ini. Tangan Gawin menekan tubuh Joss erat. Mendorong sampai panggulnya rata dengan bokong kencang itu. Gawin membuat gerakan menarik dan mendorong, menggoyangkan pinggulnya ke depan. Dia bisa merasakan penisnya membara. Joss merasakan kehangatan menggenang di selangkangannya seperti lava saat Gawin meluncur maju mundur di antara kedua pahanya.

Penisnya sendiri berdenyut, tak tersentuh, di antara kedua kakinya, bergoyang-goyang ketika Gawin menghentak ke depan. Sial. Gawin sedang menyetubuhinya, bahkan jika itu hanya pahanya. Lagi-lagi pikiran itu membakarnya di dalam. Hasratnya membara.

Joss bersyukur atas tangan Gawin yang berada di dada dan perutnya, menenangkannya. Pasalnya lututnya mulai terasa lemas. Setiap dorongan penis Gawin disertai desahan yang membuat bulu kuduknya merinding.

Setiap dorongan menghasilkan suara tamparan basah. Joss tidak bisa fokus pada hal lain. Suara itu menandai gerakan Gawin, tanpa henti – bersemangat. Suara tamparan saat Gawin menghentak pahanya mulai terasa menghipnotis, berirama. Joss tidak yakin apakah ia ingin menghentikannya. Kecepatannya mulai memabukkan. Kembali memikirkan hal yang sebenarnya bisa saja terjadi. Gawin yang menyetubuhinya tidak hanya di antara pahanya tetapi di dalam—

"Look, Jossie~", Gawin terkagum, mabuk nafsu saat melihat penisnya menghilang berulang kali di antara paha Joss yang berlumuran sperma. "Pretty".

Tubuh Joss kini terasa sangat sensitif terhadap setiap sentuhan Gawin. Kini Gawin mengubah temponya. Maju mundur perlahan dan menghentak kuat hingga tubuh Joss ikut tersentak sebagai respons. Punggung Joss melengkung setiap kali Gawin mendorong kuat penisnya. "You’re gonna look so good riding my dick”.

Wajah Joss memerah memikirkan hal itu, tubuhnya meremang. Itu terlalu berlebihan. Suara kulit bergesekan, cengkeraman Gawin di tubuh Joss, keringat dan desah, serta sperma Gawin yang menetes di antara pahanya, membuat Joss kali ini benar-benar akan orgasme.

Gawin membantunya. Pinggulnya bergerak dengan mantap, menggesekkan dirinya di antara paha Joss yang gemetar. Merasakan Joss melepaskan benihnya yang sedari tadi tertahan. Penis Joss berdenyut tepat di atas penis Gawin. Pemandangan yang indah. Gawin mendapati dirinya benar-benar mabuk oleh sensasi sperma Joss yang membasahi mereka berdua, menetes ke mana-mana, dan sensasi kenikmatan yang mengirimkan getaran ke seluruh tubuh.

Hanya beberapa hentakan tambahan, Gawin menyusul. Penis sesaknya menyemburkan cairan cinta, membanjiri paha Joss dan mengotori ranjang. Tubuhnya meremang, merengkuh tubuh Joss erat. Terengah menikmati pelepasan luar biasa nikmat. Paru-paru Joss membara. Mengais sebanyak-banyaknya udara yang kini bercampur dengan feromon Gawin, feromon dirinya dan aroma bercinta.

“Hng~ Jossie~”

Tidak. Joss harap ini sudah selesai. Joss tahu Gawin sedang dalam siklus birahi. Tetapi sungguh Joss tidak bisa lagi. Pahanya sudah perih bukan main. Sudah dipastikan pahanya lecet.

“I want more~”, rengek Gawin yang nyaman merengkuh tubuhnya. Mengecup lembut tengkuk Joss, meninggalkan bekas membara tiap kali bibir kenyal itu menyentuh kulitnya.

“No.. Wait–akh!”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Water
0
0
– Gawin adalah senyap yang meredam riuh dalam dada Joss
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan