Suami Tahun 2030 (BAB 4)

0
0
Deskripsi

Blurb :

Hidup Bella (27) awalnya baik-baik saja, dengan suaminya yang ia pikir sayang kepadanya, meskipun Bella belum juga hamil di usia pernikahannya yang sudah berjalan 5 tahun. Namun setelah sang suami, Arkana (27), membawa pulang sebuah robot manusia yang bernama Riyan, Bella jadi sedikit demi sedikit tahu tentang sifat asli suaminya yang ternyata keras, kasar, dan manipulatif. Awal Bella menyadari kalau suami yang ia kira penyayang dan lemah lembut itu kasar adalah saat Arkana mulai seenaknya...

Saat aku menuruni tangga, dapat kulihat jika Riyan sedang duduk di sofa ruang tamu, menatapku, seolah pandangannya mengikuti setiap gerakanku, membuatku spontan mengusap tengkuk karena jadi sedikit salah tingkah.

"Nona.. Apakah anda marah dengan saya?" Riyanpun berdiri saat aku mendekatinya.

"Tidak, siapa juga yang bilang kalau aku marah padamu?" tanyaku.

"Ah.. ya sudah, hanya ingin memastikan saja.. " kata Riyan.

Sebenarnya aku masih penasaran dengan robot bernama Riyan ini, ingin mengeksplorenya sekali lagi.

"Anu.. Bolehkah aku memegangmu?" tanyaku, hendak meneliti struktur dari Riyan yang kenapa bisa semirip itu dengan manusia pada umumnya.

"Silahkan," jawab Riyan terlihat secara sukarela saja menuruti kehendakku.

Aku mengerjap, masih merasa kalau sesuatu yang ada di depanku ini adalah manusia, bukan mesin. Tanganku merabai pipi kemudian lehernya, pokoknya menyentuh kulitnya yang tak tertutupi oleh kain. Ya memang teksturnya seperti milik manusia, hanya cukup dingin saja, tidak hangat.

"Kau benar-benar mirip seperti manusia.. Tapi.. Yang membedakan hanya kulitmu tidak hangat saja," kataku.

Riyan nampak tersenyum dengan pembawaannya yang tenang.

"Saya bisa mensetting tubuh saya menjadi hangat seperti manusia.. Ya walau nanti cukup menguras beberapa daya.. " kata Riyan.

"Oh, jadi... kau harus dicharging kah?" tanyaku yang langsung terpikirkan akan HP.

"Ya," jawab Riyan membuatku spontan tertawa kecil.

"Ahaha.. Wow.. kau mirip seperti HP ya?" aku mengusap bawah mataku dengan punggung jari.

"Ya.. saya kan robot android.. " kata Riyan.

"Oke, lalu bagaimana aku harus menchargingmu nanti?" tanyaku sambil berkacak pinggang.

"Aa.. " Riyan nampak terdiam sejenak sambil menatap ke sekeliling dengan bingung.

"Saya tidak menemukannya.. "

"Apa?" aku menaikkan kedua alisku.

"Tempat yang biasa saya gunakan untuk mengisi daya," kata Riyan.

"Hmm.. Ah, nanti biar kutanyakan kepada Mas Arkana, tenang saja," kataku.

"Baiklah.. " jawab Riyan.

"Oh iya mm.. Apakah kau bisa pergi keluar, menemaniku berbelanja sambil membawakan belanjaanku?" tanyaku yang awalnya hanya ingin bergurau.

"Tentu saja bisa," jawab Riyan.

"Ha? Benarkah? Ah, tapi sepertinya jangan ya.. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi denganmu.. Apalagi kau ini terlihat sangat mahal harganya.. Robot sepertimu ini, sebelumnya belum pernah ada di Indonesia kan?" kataku sambil menggenggam pundaknya dan Riyan hanya tersenyum simpul menatapku.

"Ya.. saya ini.. hanyalah robot.. " katanya bersamaan dengan senyumnya yang memudar.

"Ada apa?" aku menarik kembali tanganku dari badannya, menyadari ekspresinya yang terlihat cukup murung.

"Tidak.. hanya saja.. " ia seperti setengah ragu untuk mengatakan sesuatu yang entah apa itu.

"I.. ya?" aku menunggunya untuk melanjutkan kalimatnya.

"Ah.. tidak.. Tidak ada apa-apa.. " jawabnya lalu tersenyum.

"Kau yakin?" tanyaku menyipitkan mata.

"Iya, Nona.. Tidak ada apa-apa kok.. " jawabnya.

"Hmm.. " aku melipat kedua tangan.

"Apa kau bisa berbohong?" tanyaku.

"Sebenarnya bisa tapi.. saya hanya akan berbohong untuk hal yang baik saja," jawabnya.

"Ha? Contohnya yang seperti apa?" tanyaku.

"Seperti jika ada seorang anak yang bersembunyi dari seorang pembunuh, tentu saja saya tak akan memberitahukan kemana anak itu pergi atau bersembunyi dari pembunuh itu," jawab Riyan.

"Kau.. bisa membunuh seseorang?" tanyaku.

"Tidak.. Saya tidak akan melakukannya. Lagipula saya harus menuruti tiga hukum yang tidak boleh dilanggar oleh robot," kata Riyan.

"Ha? Aku baru tahu kalau robot punya hukum juga.. " gumamku.

"Ada.. 1. Robot tidak boleh melukai manusia, atau dengan berdiam diri, membiarkan manusia menjadi celaka...
2.Robot harus mematuhi perintah yang diberikan oleh manusia kecuali bila perintah tersebut bertentangan dengan Hukum Pertama....
3. Robot harus melindungi keberadaan dirinya sendiri selama perlindungan tersebut tidak bertentangan dengan Hukum Pertama atau Hukum Kedua.. "

Riyan menjelaskan  dengan lengkap apa saja ketiga hukum robot itu seperti seorang pengacara yang sudah hafal akan undang-undang saja.

"Oh.. oke.. oke.. jadi intinya kau tak akan bisa melukai manusia, meskipun manusia itu melukaimu?" tanyaku.

"Iya.. " jawab Riyan yang malah membuatku jadi cukup merasa kasihan juga dengannya.

"Meskipun manusia itu berusaha membunuhmu, kau tak bisa melawan?"  tanyaku.

"Iya.. Tapi.. saya ini hanyalah robot, bukan dibunuh, tapi dihancurkan," kata Riyan.

"Kalau kau dihancurkan.. Lalu.. Mm.. bagaimana itu jadinya?" aku menjadi bingung sendiri dengan pertanyaanku karena sadar juga kalau Riyan hanyalah benda, bukan mahluk hidup.

"Saya.. juga tidak tahu.. tapi saya harap saya tak akan dihancurkan.. " kata Riyan.

"Saya akan melakukan tugas saya dengan baik! Saya janji.. "  kata Riyan.

"Memangnya tugasmu itu apa sebenarnya? Kau tiba-tiba saja dibawa suamiku ke rumah.. Untuk apa aku juga tak tahu.. " gumamku.

"Saya akan menuruti apapun yang akan diperintah oleh Nona.. asal itu tidak melanggar hukum.. " jawabnya dengan wajah sumringah, seperti golden retriever yang antusias.

"Mm.. " aku melihat sekeliling, mengecek jika mungkin saja ada Mbak Sekar pembantuku di dekat sini. Namun nyatanya ruangan ini sepi, dan kupikir Mbak Sekar sedang bebersih di taman belakang atau kolam renang.

"Kalau begitu apa kau bisa bercinta dengan manusia?" tanyaku yang sebenarnya hanya iseng saja. Namun tetap, setelahnya aku juga merasa malu sendiri setelah mengajukan pertanyaan tabu seperti itu.

"Aku hanya bertanya saja okey? J-jangan terlalu dibawa serius!" kataku mewanti-wanti.

"Bisa.. " jawabnya santai seolah itu bukan apa-apa.

"Bagaimana caranya? Memangnya kau punya.. " aku sadar kalau pertanyaanku sudah terlalu jauh ke ranah itu.

"Maksud anda alat reproduksi?" tanyanya dengan wajah polos seolah tidak mengatakan kata tabu.

"H-hey.. " aku menatap sekeliling lagi, takut jika tiba-tiba saja Mbak Sekar datang dan tak sengaja mendengar pembicaraan kami.

"Ya sudah, aku kan hanya bertanya.. " kataku lalu hendak kembali ke kamar saja, bermain HP sembari menunggu Mas Arkana pulang, rutinitas sebagai seorang istri yang lumayan membosankan, apalagi tak ada kehadiran buah hati. Mas Arkana memang tak suka jika aku keluar rumah untuk sekedar main bersama teman-teman, mungkin karena ia sangat mencintaiku dan ingin aku selalu terjaga di dalam rumah.

"Nona mau kemana?" tanya Riyan,sudah seperti anak kecil yang selalu bertanya saat Ibunya hendak melenggang dari pandangan.

"Ah, aku mau ke kamar, " jawabku.

"Hmm.. Baik.. " jawab Riyan yang ekspresinya seolah kecewa.

"Kenapa?" tanyaku.

"Hmm.. aku baru menyadari kalau kau sangat pintar dalam berekspresi, padahal kau robot.. " kataku memuji teknologi sepertinya.

"Ya.. Terimakasih,Nona," jawabnya.

"Kau terlihat kecewa saat aku hendak pergi, memangnya kenapa? Itu.. jujur saja sedikit aneh sih," kataku.

"Tak apa kok Nona.. Mm.. Saya memang diprogram seperti itu, meniru tingkah laku manusia.. " jawab Riyan.





 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Ep.1 - Suamiku Gancet Di Kamar Ipar
0
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan