
Part 9 > Affair and Ex
Spoiler :
"Calon suami lo pernah gagal nikah sebelumnya karena selingkuh sama nursenya di RS."

9 > Affair and Ex
Alih-alih tidur nyenyak, Anin justru memintanya mengantarkan bekal ke rumah sakit tempat Arkana bekerja. Wanita itu mendapat chat dari Flora bahwa Arkana lembur malam ini karena jadwal operasi.
Sambil beberapa kali menguap, Airys mendekap sebuah rantang khusus berisi makanan yang ia masak sendiri. Entah rasanya enak atau tidak dia tidak peduli. Yang penting dia sudah sampai di rumah sakit Pradipta, memberikan bekalnya, lalu pulang dan tidur dengan pulas.
Masalahnya sekarang, ia tidak tahu dimana Arkana berada. Sebenarnya dia pun masih ingin marah pada pria itu sebab telah berani mencuri first kissnya kemarin.
Huh menyebalkan!
Di tengah usahanya mencari seseorang untuk bisa ditanya—sebab meja administrasi tampak penuh ponselnya di tangan bergetar, Airys langsung membaca notif chat yang tertampang pada layar.
Dokter Mesum🐊
[Ibu chat ke saya kamu mengantarkan bekal kemari]
[Sudah sampai mana sekarang?]
Rumah sakit nih, lo dimana?
[Saya baru selesai melakukan operasi, tunggu di depan poli obgyn]
Oke
[Maaf, saya merepotkan kamu Airys]
Bodo ah, buru sini cepet, gue ngantuk pengen tidur
[Lima menit saya tiba, kamu jangan kemana-mana sayang]
Sayang kentutmu!
Sesuai permintaan Arkana dia pun berjalan menuju poly obgyn. Di tengah diamnya mengamati semua pekerja mulai dokter hingga suster yang berlalu lalang, Airys tiba-tiba teringat bahwa di poly obgyn inilah pertama kali bertemu Arkana.
Bergidik ngeri, ia ingat betul bagaimana Arkana memeriksa miliknya. Hish! Menggeleng cepat karena itu terlalu memalukan dikilas, dia bersumpah tidak akan mengizinkan Arkana melihatnya lagi.
"Kamu melamun?" Suara itu membuyarkannya, Airys mendongak dan menemukan pria berjas putih dengan dalaman biru.
"Mau nikah masih aja kerja."
"Demi masa depan kamu lah sayang," sahut Arkana tersenyum. "Kamu cemburu saya lebih mementingkan pekerjaan daripada waktu kita berduaan?'
"Hidih, enggaklah!" sanggahnya cepat sembari mengulurkan rantang. "Nih cepat habiskan, selain nganter, gue disuruh nungguin lo makan sekalian. Kurang banyak apalagi penderitaan gue?"
"Itu bukan penderitaan namanya, tapi latihan jadi istri yang berbakti buat saya." Bola mata Airys berputar jengah sementara tangan Arkana menerima. "Kita ke kantin. Kesannya nggak sopan saya makan di sini."
"Serah dah," sahutnya. Mereka jalan besisian menuju kantin. "Kenapa nggak langsung minta gue ke kantin aja tadi?"
"Kalau malam-malam begini cukup sepi. Takutnya kamu melihat hal-hal yang mistis."
"Hantu ya?" tebak Airys mulai gelisah dan Arkana mengangguk. Sengaja agar Airys takut.
"Ih terus ngapain kita ke sana? Gue males ah, ke parkiran aja kali yaa, gue siap kok nemenin lo makan di mobil. Ayo balik." Ia sudah menarik sisi jas Arkana agar mereka kembali namun pria itu berhenti melangkah dan tertawa.
"Saya becanda Airys." Lanjut menuju ke kantin. Melipat bibirnya ke bawah mau tak mau Airys mengekor seraya mepet ke tubuh Arkana. Ia paling sensi dengan namanya hantu.
"Lihat, kantinnya cukup ramai. Masih ada beberapa orang."
"Ish." Dan Airys lekas menabok lengan dokter itu. "Gue geplak pala lo yaa!"
Arkana lantas memilih meja kosong di sudut kanan. Sedangkan Airys hanya mengikuti sebab baru pertama kali mendatangi kantin rumah sakit ini. Mereka duduk berhadapan yang terhalang meja berbentuk persegi panjang.
Bola mata Airys diam-diam mengamati pria itu. Mulai dari melepas jas putihnya, menyampirkannya ke sandaran kursi, hingga telaten menyajikan makanannya di atas meja.
Ia tidak membawakan minuman, jadi Arkana berinisiatif membeli lebih dulu. Lagi, Airys mengamati dalam diam gerak-geriknya.
"Diliat-liat cakep juga ya nih laki," batinnya. Airys tidak menampik fakta jika Arkana memiliki fisik nyaris sempurna. Hidung mancung, alis tidak tebal atau pun tipis, mata teduh dengan iris cokat, serta tubuh tinggi dengan otot bisep dan tangan kekar berurat. Plusnya, pria itu sangat menjaga kebersihan.

Selesai membeli minum dan mencuci tangan, Arkana duduk kembali. Kedatangan Airys lumayan menyegarkan matanya sehabis operasi sesar. Sambil makan, pandangannya tak putus mengamati sampai Airys tengsin sendiri.
"Ngapa? Pengen gue suapin?"
"Boleh." Arkana memberikan sendoknya yang langsung diterima oleh Airys. "Itung-itung ja—" Wanita itu menjejal mulutnya dengan porsi besar.
"Uhmm lahap banget calon suamiku," kekehnya tersenyum smirk. "Udah cocok jadi istri yang berbakti belum?"
Arkana menggangguk, mengunyah dan menelannya cepat. "Kamu lapar?"
"Enggak. Gue kenyang." Cemberut karena seharusnya Arkana kesal, marah, atau apa kek ish, kenapa pria itu selalu sabar atas kejahilan yang dia lakukan?
"Kalau gitu coba ini sedikit sajaa, aa...."
"Makhwa bwahet wih," gerutu Airys seraya mengunyah, Arkana tertawa puas.
"Kamu yang masak sendiri?"
"Menurut lo gimana rasanya?"
"Lumayan buatan calon istri."
Airys pun menarik satu sudut bibir, "Udah mulai pusing belum? Baru ingat gue nggak sengaja masukin racun tikus. Kirain merica."
"Artinya kita sehidup semati dong karena kamu juga makan barusan. Ya kan?"
Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu pepatah yang tepat menggambarkan perasaan Airys sekarang. Arkana selalu saja pandai melawan kata-katanya.
"Ka," panggil Airys lagi. Kali ini dia tidak boleh gagal melawan kalimat Arkana.
"Iya?"
"Kita pernah kenalan nggak?"
"Bukannya kita sudah diperkenalkan oleh takdir? Saya rasa nggak perlu lagi. Toh, pelan-pelan saya akan mengenal kamu luar dan dalam," jelasnya diakhiri kedipan menggoda.
Skakmat. Airys merotasi bola matanya.
"Kadang gue capek ya ngomong sama lo!"
"Lho, baru juga otw jadi teman ngobrol saya seumur hidup. Masa udah capek duluan?"
"Bodo ah!" pungkas Airys cemberut melipat tangan di bawah dada. Lama-lama dia bisa gila meladeni Arkana. "Lo tuh dokter apa pasiennya ha?"
"Saya dokter yang akan mengobati seluruh sakit hati kamu. So, Live happily with me Airys?"
"No way!"
Dan seperti biasa Arkana akan mengakhiri ketika melihat Airys sudah mulai kesal. Dia suka menggoda wanita itu, Airys tampak lucu saat marah dan itu membuat Arkana semakin gencar ingin memilikinya.
Berbalik membelakangi, Airy malas berbicara lagi dengan Arkana. Dia hanya diam. Arkana pun tidak ingin membuat Airys semakin badmood. Dia hanya diam tersenyum tipis menatap punggung yang membelakanginya itu.
"Saya cari-cari dokter ternyata di sini."
Suara lembut mengalihkan perhatian Airys, dia menoleh dan mendapati seorang nurse berpakaian serba putih mendekati Arkana.
"Operasi saya sudah selesai. Jadi saya makan dulu ditemani calon istri," jawab pria itu seraya mengunyah. Makanannya hampir habis.
"Calon istri?" Nurse itu tampak kebingungan. Dagunya menggidik sekali ke arah Airys. "Dia calon istri dokter?"
"Ya kenapa? Cantik, kan? Minggu depan kami akan menikah."
"Kapan dokter tunangannya? Kenapa nggak bilang ke saya?"
"Penting buat saya ngasih tau kamu?"
Airys mulai tertarik mendengar Arkana tampak malas menyahuti nurse itu, tadi saja gombalnya minta ampun tapi kenapa sekarang dingin mendadak begini?
Apakah Arkana punya dua kepribadian?
Napas nurse itu terlihat memburu dengan kernyitan tak terima di keningnya. Dia mengulurkan tangan padanya. "Saya nursenya dokter Arka di poli obgyn, nama saya Sella."
"Gue Airys Shandita." Airys menerima jabatannya sembari tersenyum tipis.
"Saya sepertinya pernah liat, mbak yang keracunan tempo malam di restoran, kan?"
Airys mengangguk. Sella mengingatnya sedangkan dia tidak. "Iya."
Dan Sella tambah heran, dia menelisik penampilan Airys dari bawah ke atas, hanya kejadian satu malam dimana Arkana menolong Airys, mampu membuat keduanya jatuh cinta lalu memutuskan menikah, bahkan secepat ini?
"Oh ya, ada sisa nasi di dagu dokter, saya bantu ambilkan," ucap Sella kemudian mengambil sebutir nasi yang nyangkut di dagu Arkana sebelum dokter itu berhasil menepis tangannya. Sella tersenyum.
"Dih," batin Airys menyadari Sella terlalu mepet meskipun Arkana tampak enggan didekati. Ia tiba-tiba teringat ucapan Arven kemarin.
"Calon suami lo pernah gagal nikah sebelumnya karena selingkuh sama nursenya di RS."
Tapi...
"Bodo amat deh!" Airys menggidikan bahunya.
***
"Ya ampun, Rys. Seriusan ini? Gue kira lo ngeprank doang," kaget Silvi menatap undangan yang baru saja diberikan oleh Airys.
"Enggak usah heboh deh, Sil." Airys membagikan undangannya pada yang lain. Semua kru, teman-teman modelnya mendapatkan undangan itu.
"Kaget gue mbak, kirain lo nikahnya sama mas Keenan," ujar Boni karyawan set. Mengingat Keenan, Silvi lekas menghampiri Airys—modelnya itu selesai membagi dan telah kembali ke meja riasnya.
"Lo undang Keenan, Rys?" tanya Silvi setengah berbisik. Airys menatap satu undangan yang tersisa di tangannya.
"Gue masih bingung ngasih apa enggak, Sil. Gue takut dia makin sakit hati."
"Bukannya Keenan duluan yang putusin lo? Artinya secara nggak langsung dia udah siap ngelepasin lo buat siapa pun. Saran gue mah kasih aja."
Airys termenung cukup lama, dia benar-benar bimbang, sampai celetukan Edo mengalihkan pikirannya sesaat.
"Wah, gelarnya 'SpOG'. Nggak nyangka tipe kamu yang sering ngeliat ibu-ibu ngangkang, mbak."
"Cakepin dikit bahasa lo napa!" Mendapat pelototan Airys, tak membuat Boni menghentikan tawanya sembari merapikan set.
"Mas Keenan berarti boleh buat aku, mbak? Kan udah jadi mantan," ujar Lira meminta izin, Airys memutar jengah bola matanya.
"Serah lo, Ra."
"Jadi... gimana? Mau gue yang bantu kasihkan ke Keenan?" tanya Silvi ulang. Dan Airys menggeleng pelan.
"Thanks deh, Sil, biar gue yang menemui Keenan langsung." Dia harap ini adalah keputusan terbaik demi jalinan silaturahmi dengan mantannya itu. "Gue siap-siap dulu nih buat pulang. Lo jangan lupa datang minggu depan."
"Yoi."
Sekarang waktunya berganti baju. Tak butuh waktu lama, Airys kembali dengan setelan blouse abu dan rok hitam sebawah lutut seperti saat dia datang ke studio.
Sedang sibuk-sibuknya merapikan seluruh printilan ke dalam tas, Dewa datang diiringi seseorang membuatnya membelalak.
"Kasihan nunggu di luar, Rys. Jadi gue suruh masuk aja."
Orang itu adalah Arkana.
"Apa saya menganggu kamu?" Mendekat dan berbicara padanya. Memang seperti biasa Arkana selalu menjemputnya, tapi tidak bisakah pria itu menunggu di luar saja? Sekarang mereka jadi tatapan seluruh penghuni studio. Menunggu-nunggu dia memperkenalkan pria itu.
"Oh tentu nggak, Mas. Sesi mbak Airys udah habis, mangga calon istrinya dibawa pulang," Boni menyahut dan Arkana tersenyum ramah.
"Ganteng bangettt," gumam Lira gregetan menatap Arkana cukup lama. Dia heran, pria yang mendekati Airys pasti tampan semua. "Kenalin dulu dong mbak calon suaminya."
"Males. Entar lo semua tau sendiri," sahut Airys ketus lalu bergegas mengamit lengan Arkana mengeluari studio. Umpatan-umpatan kecewa untuk wanita itu pun terdengar.
"Ayo pulang!" Begitu tiba di depan mobil Arkana dia lantas mencerca, "Lain kali lo tunggu di luar kayak biasa, nggak perlu masuk. Risih tau!"
Berdecak, Arkana membukakan pintu mobilnya. "Tadi ditawarin berkali-kali, yasudah, rezeki ngadem di ruangan kamu gagal saya tolak."
"Hish." Malas menanggapi, Airys masuk lebih dulu. Diikuti Arkana yang memutari dashboard mobil lalu duduk di sampingnya.
"Ada undangan tersisa, teman kamu kebagi semua?" tanya pria itu melirik undangan yang sedari tadi Airys pegang.
"Udah. Ini buat satu orang yang nggak ada di studio."
"Siapa?"
"Lo akan tau, sekarang kita jalan ke alamat yang gue sebutin."
Tersenyum manis memamerkan pesonanya, Arkana mengusap lembut kepala Airys, "Oke, saya laksanakan perintah calon istri tersayang," Yang justru langsung ditepis sang empu.
"Singkirin tangan lo bege!"
***
To be continue...
Sebenarnya part ini masih ada sambungannya tapi takut kepanjangan😭 muehehe. Jadi, kita lanjut di part depan.
Siapa yang gasabar ikut kondangan Airys dan Arkana😌
Jangan lupa tinggali jejak yaa😘
(Yang suka ngomel sama Arkana👇)

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
