Married For Stimulate ; 3

59
6
Deskripsi

Part 3 > Meet Again

Spoiler :

"Ma, Airys nggak mau dijodohkan sekarang, usir laki-laki itu dari rumah kita."

post-image-63ccea82e51c5.jpg

3 > Meet Again

Haloo up lagi. Terima kasih karena fyp di tiktok.


"Heh. Lo ngapain ke sini?" Itu kalimat pertama yang Airys ucapkan saat berhenti melangkah di hadapan laki-laki itu. Ia menatap Arkana dengan bibir mengerucut.

Apakah dokter kandungan yang dielu-elukan oleh Anin itu sedang tersesat hingga tak tau arah pulang? Tapi kenapa tersesatnya mesti di depan rumahnya ini?

"Dokter bisa menangkap penjelasan saya barusan?" Suara berasal dari ponsel dalam genggaman Arkana—karena speakernya menyala cukup nyaring mengalihkan perhatian mereka berdua. Airys mengernyit.

Arkana kembali menempelkan ponselnya ke telinga dengan tatapan yang tidak putus pada Airys, sementara Airys memutar bola mata jengah. Dia melipat tangan di bawah dada.

"Maaf, aku sedang sibuk, La. Kita bicarakan malam nanti."

Ting.

Arkana mematikan sambungannya sepihak, dia menaruh benda pipih berlogo apel digigit tersebut ke saku kemeja dan lanjut menjawab pertanyaan Airys.

"Saya yang harusnya tanya. Kamu ngapain kemari? Ini rumah teman ibu saya."

"Dan ini rumah gue!" pungkas Airys, iris Arkana melebar.

"Rumah kamu?"

Airys mengangguk cepat sekaligus kesal, "Ish lo Budeg hah?!" Ia mengulang jawabannya tadi dengan menekan setiap suku katanya. "I-ni-ru-mah-gu-we!" Kemudian menunjuk dada Arkana, "Lagian lo ngapain sih ke sini? Bukannya kerja di rumah sakit malah ngapelin rumah orang."

Arkana mendengus, ia memasukkan kedua tangan dalam saku celana. "Tolong bicara yang sopan, kita baru mengenal dan kamu sudah menunjukkan first impression yang kurang baik."

"Dih," Airys berjengit. Emang first impression situ ke gue baik? nggak ngaca! batinnya tak terima.

Sesaat, Airys kembali menatap Arkana mulai ujung kaki hingga kepala, penampilan laki-laki itu cukup rapi dengan kemeja biru dan celana panjang berwarna hitam. Oh ya, jangan lupa jam tangan berwarna silver yang melingkari pergelangan kekar berwarna putih itu. Sangat nampak sebab lengannya digulung sebatas siku.

Tatapan Airys naik ke bagian dada. Kancing atas kemeja Arkana terbuka menampilkan sesuatu yang bidang seputih susu. Beda sekali seperti dada Keenan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ah, jangan berpikir negatif kenapa Airys bisa tau, karena saat itu mereka sedang kehujanan dan Keenan terpaksa mengganti bajunya di dalam mobil.

Keenan bisa saja jadi menantu idaman Anin—andai dia jujur, tetapi melihat spek tubuh Arkana sekarang mungkinkah kekasihnya itu akan tersingkir?

Ngomong-ngomong soal menantu idaman...

"Lihat? Tatapan kamu saja bikin saya nggak nyaman," imbuh Arkana mendongakkan pandangan Airys, tetapi tidak dengan pikirannya yang berusaha menghubungkan sesuatu atas kejadian kemarin malam.

Ketika berhasil menyimpulkan, ia dibuat membelalak.

"Astaga mama!"

Langkah Airys begitu cepat memasuki rumah, meninggalkan Arkana yang berdecak tak habis pikir, Airys bertingkah, seolah dia ingin mencabuli wanita itu. "Kenapa lagi sih dia?"

Arkana pun ikut masuk ke dalam rumah tetapi baru saja kakinya memijak ruang tengah, wajahnya langsung ditodong oleh jemari Airys yang berkuku panjang berkutek merah. Napas wanita itu tampak terengah-engah.

"Airys, kenapa sih heboh? Kamu nggak lihat di rumah kita lagi ada tamu?" peringat seorang wanita parubaya berdaster, Arkana tebak itu adalah ibu Airys.

"Ma, Airys nggak mau dijodohkan sekarang, usir laki-laki itu dari rumah kita."

Arkana sama kagetnya menatap Flora, mereka ingin dijodohkan? Wah, kalau begini, dia pun menyesal mengantar Flora kemari.

"Rys, ya ampun yang sopan, itu anaknya teman mama," tegur Anin.

Saat sebuah tangan mengusap bahunya lembut, Airys menurunkan jemari. "Emang siapa yang mau jodohin kalian, Nak? Kami cuman bertamu kok." Flora memberikan senyum elegan, namun Airys masih terdiam dengan pikiran berkecamuk.

Ya, memikirkan Keenan dan masa depan mereka. Bisa hancur jika dia memang dijodohkan dengan Arkana.

"Airys, cepat duduk di sebelah kakek, kamu jangan bikin rusuh," ujar kakek menepuk sofa di sebelahnya yang kosong.

"Oke, Airys duduk." Airys menghela napas, dia menatap Flora bersalah, tapi enggan menatap Arkana, "Maaf, sudah menuduh enggak-enggak sama kalian."

Flora tersenyum tipis, "Nggak apa-apa, Nak. Wajar, baru pulang kerja, kan? Mungkin pikirannya masih capek."

Hanya menyahut ucapan Flora dengan senyum tipis, Airys pun duduk di tempat yang kakek inginkan tadi. Di samping pria itu ada Leon menyunggingkan seringai.

"Kak, minta duit pengen jajan," ucapnya cukup nyaring, Airys mendengus, lalu memberikan selembar hijau yang digulung, demi menjaga citranya sebagai kakak sempurna di hadapan tamu.

"Nih, jangan habisin semua. Sisain buat besok."

Leon malah membuka gulungan itu lalu tersenyum lebar, "Makasih." Ia beranjak keluar tanpa pamit, yah, apalagi kalau bukan warung tujuan bocah itu.

"Aku benar-benar nggak nyangka pasien Arkana ternyata adalah anak kamu, Nin."

Penuturan Flora entah kenapa membuat Arkana dan Airys beradu tatap, tatapan benci, beberapa detik setelahnya mereka saling membuang muka.

Perbincangan kedua ibu-ibu itu jauh hingga membahas pekerjaan Airys.

Airys sempat menangkap keterkejutan di wajah Arkana saat ibu mengatakan bahwa pekerjaannya adalah seorang model.

Dia bersedekap bangga menatap Arkana.

"Amit-amit gue berjodoh sama nih laki!"

Arkana membatin melirik Airys sinis,"Saya punya kriteria khusus untuk calon istri, dan dia tidak termasuk sama sekali."

Ponsel Airys berdenting mencuri perhatiannya, ia mengambil benda itu di dalam tas, tersenyum menatap nama yang terpampang di layar.

Keenan💚

Malam ini aku mau kita dinner

Bisa kamu izin ke ibu?

Nanti pulangnya aku belikan makanan

***

Malamnya Keenan sungguh mengajak Airys dinner ke sebuah restoran mewah bertingkat, dia mengamit lengan laki-laki itu seraya mereka melangkah menuju private room yang sudah Keenan pesan.

Meskipun Airys harus menambah dosa lagi pada ibu karena berbohong, bilangnya jalan-jalan dengan Silvi padahal sekarang dia bersama sang kekasih simpanan.

"Kamu suka?" tanya Keenan setibanya mereka di depan meja. Keenan menarik satu kursi untuk Airys duduk.

Netra Airys menyapu seluruh desain ruangan yang aesthetic, ia mengangguk takjub.

"Pasti mahal ya, Ken."

"No! Apa pun buat kamu, Rys." Keenan tersenyum, duduk di hadapan Airys.

Pipi Airys memerah, dia merasa beruntung memiliki Keenan yang bersedia melakukan apa saja untuknya, Keenan itu romantis. Seorang pelayan berseragam datang menghidangkan makanan di meja.

Airys mengernyit saat yang ia dapati justru jenis masakan seafood.

"Aku belum pernah makan kerang sebelumnya," ucap Airys tanpa mengurangi rasa terima kasihnya pada Keenan.

"Sekarang pengen nyoba nggak?"

"Rasanya gimana sih?"

"Ya enaklah, Rys."

Keenan mengambil satu kerangnya, memisahkan isi dari kulitnya lalu menyuapkannya ke dalam mulut Airys.

"Oh iyaa," celetuk Airys sambil mengunyah. "Enak."

Mereka bukan remaja yang tengah dilanda cinta monyet, jadi dinner malam ini memang sengaja diselingi perbincangan ringan soal pekerjaan masing-masing, juga tentang kejelasan hubungan keduanya.

Airys tahu, Keenan merasa digantung atas ketidakjujurannya pada ibu, laki-laki itu ingin hubungan mereka transparan dan diakui semua orang.

Bukan karena Keenan belum sematang itu untuk menikahinya, tetapi Airys mengakui masalah utama memang ada dalam dirinya, ia belum menemukan keberanian memperkenalkan Keenan pada ibu.

Beruntungnya Keenan begitu sabar, sayangnya Airys tidak tahu sampai kapan kesabaran Keenan bertahan.

"Maafin aku ya, Nan. Aku belum menemukan waktu yang tepat buat jujur sama ibu," lirih Airys di sela-sela kunyahan.

"Oke, nggak masalah, Rys. Tapi kalau kamu masih nggak berani, aku siap bicara sama ibu." Keenan menawarkan diri. Airys lagi-lagi diam dan hanya tersenyum tipis.

Selesai dinner, keduanya langsung berniat pulang karena waktu hampir menunjukkan pukul 9 malam. Namun baru beberapa langkah mereka mengeluari ruangan privat yang masih berada di lantai dasar ini, Airys memuntahkan seluruh isi perutnya.

Huek.

Keenan membelalak terkejut.

"Rys, kamu masuk angin?"

Airys tak menyahut, dia masih sibuk memuntahkan makanannya.

"Hamil kayaknya tuh, Mas," celetuk seorang pria di meja samping mereka. Sekarang keduanya jadi pusat perhatian karena Airys muntah di antara banyaknya orang yang sedang makan. Keenan mengacuhkan pria itu.

"Ken, perutku sakitt," Airys memegang perutnya.

"Kita ke dokter ya, Rys. Muka kamu pucat." Keenan tengah menyelipkan tangan Airys ke pundaknya saat seorang laki-laki dan seorang wanita menghampiri.

"Habis makan apa?" tanya si laki-laki.

Airys mengenali pemilik suara, dia mendongak menemukan Arkana. Ck, kenapa sih dokter itu selalu ada dimana-mana?

"Kerang," jawab Keenan.

Bertepatan setelahnya tubuh Airys terkulai ke lantai. Tenaganya menipis. Keenan semakin cemas. "Rys, tolong bertahan." Ia bingung harus melakukan apa ketika mata Airys sayup-sayup terpejam.

"Dia butuh lemon, cepat ambilkan!" perintah Arkana pada pelayan, ia bersimpuh di samping Airys menahan kepala wanita itu dengan tangan agar lebih tinggi dari tubuhnya. Ini berguna agar Airys tidak kembali muntah.

"Tolong atur napasmu."

"Lo siapa sih, lo tau apa?" Keenan heran apa yang dilakukan Arkana.

"Bisa diam tidak? Dia sedang keracunan. Aku berusaha menolongnya."

Keenan mengernyit tak percaya.

Arkana berdecak lalu merogoh kartu nama dari saku, melemparnya sembarang ke arah Keenan. Keenan kaget setelah membacanya, ternyata pria itu adalah seorang dokter. Tapi... dokter kandungan?

"Dia seorang dokter, namanya dokter Arka!" perjelas Sella, maka salah satu pelayan pun melaksanakan perintah Arkana, mengambilkan segelas lemon hangat.

Akan tetapi, lemon tidak berpengaruh besar menetralkan racun dalam tubuh Airys, wanita itu terlanjur pingsan.

"Darurat, kita harus membawanya ke rumah sakit."

Tanpa meminta izin Keenan, Arkana segera membopong tubuh Airys menuju mobilnya.

Sementara Keenan hanya bisa pasrah mengekori sang kekasih dibawakarena yang penting sekarang adalah keselamatan Airys.

***

Bersambungg… 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Married For Stimulate ; 4
54
3
Part 4 > DenialSpoiler :Saya baru ingat punya nomor ibu kamu. Yaudah biar saya yang telponkan. Ia sudah mencari kontak dengan nama 'Pasien Ibu Anin' namun benda pipihnya dirampas cepat oleh Airys membuat Arkana mengernyit tak terima.Lo aja yang bawa gue pergi dari sini.Arkana melongo dan mengusap wajah frustasi.Kamu gila?! Saya bisa dikira penculik karena membawa anak gadis orang.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan