Sang Klana Chapter 2

0
0
Deskripsi

Menceritakan keadaaan Ayang Sumbi setelah Sang Kuriang pergi.

Chapter 2 Ayang Sumbi Menunggunya Kembali

 

Rumah.

Ayang Sumbi, menyesali apa yang dilakukannya. 

“Kenapa aku memarahi Kuriang? Padahal ini bukan salahnya.” 

Dia begitu menginginkan daging karena dia ingin menenangkan dirinya karena suaminya tak kunjung pulang sekitar 7 tahun yang lalu. 

Setelah tenang, dia mengejarnya, tapi tak menemukannnya. Sepertinya Sang Kuriang sudah pergi jauh ke dalam hutan.

Sepulang mencari Sang Kuriang ditemani oleh pembantunya, Ayang Sumbi teringat masa lalu.

Itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengan suaminya, ayah Sang Kuriang. 

“Eh? Kita akan mulai flashback disini?” 

Tanya si pembantu.

 

*

 

Hari itu, Ayang Sumbi sedang menenun. Tapi hari yang panas membuatnya kelelahan dan merasa bosan. Lalu, torompong tenunnya terjatuh dan menggelinding keluar. 

(Ah~, malas sekali)

“Siapa saja bisa ambilkan. Apabila dia laki-laki akan ku jadikan dia suamiku. Apabila dia perempuan akan ku jadikan saudara.”

Seketika itu, Tumang si anjing hitam langsung mengambilnya. Dan membawakannya kembali. 

Ayang Sumbi kaget.

“Kamu menjatuhkan ini. Bulu sayap bidadari”

Disitu berdiri seorang lelaki tampan menggunakan tuxedo hitam berambut hitam bermata hitam. Berdiri dengan bersandar pada tembok dekat pintu.

Dia memegang sebuah bulu di tangannya.

KYAA!!

Mata Ayang Sumbi langsung berubah menjadi heart. 

“Dia tipeku banget. Tolong nikahi aku”

“Hmph, jangan terburu buru. Untuk sekarang bagaimana kalau kita punya 30 anak dulu.”

“Dengan senang hati!”

Si Tumang kaget. Mulutnya menganga. Setelah menjatuhkan torompong yang telah dia ambil, dia terus menggonggong.

Tapi Ayang Sumbi menerbangkannya dengan Wind Magic (Sihir Angin)nya. Karena merasa terganggu.

Si Tumang terpental dan terjatuh di luar rumah dengan wajah seperti seekor anjing yang telah ditolak dan dibuang oleh majikannya.

Dan terompong yang dia ambil juga tergeletak di sebelahnya.

 

*

 

End of Flashback

“Pantes aja Tuan Putri diasingkan! Jadi ini toh alasannya!!”

Si pembantu memberikan komennya.

“Hah? Itu cuma becanda. Kita menikah kok. Cuma dia kan orang biasa. Jadi Ayahanda mengasingkanku disini.” 

“Tapi kok bisa orang biasa menikahi Tuan Putri? Seharusnya Baginda Prabu tak akan mengijinkanya kan?”

“Hmm, aku juga tak tahu detailnya. Tapi setelah Ayahanda berbicara suamiku, dia langsung setuju begitu saja.”

“Begitu ya. Jangan-jangan Prabu dihipnotis?!”

“Mana mungkin”

Kata Ayang Sumbi. Membantah perkataan pembantunya dengan tenang.

“Oh, benar juga. Baginda Prabu kan sangat kuat. Mana mungkin kena hipnotis. Hah! Jangan-jangan…”

[Oi oi, kalau lo gak ngijinin gue menikah sama putri lo. Lo bakal tau kan akibatnya? Hehehe]

Kata suami Ayang Sumbi yang berwajah seperti preman sambil merangkul Sang Prabu.

[T-Tolong jangan. A-Aku akan melakukan apapun]

Sang Prabu yang ciut seperti anak culun hanya bisa pasrah.

Si pembantu membayangkan Sang Prabu sedang diperas oleh suami Ayang Sumbi.

“Mungkinkah itu yang terjadi?!”

“Itu… tak… mungkin…”

“Tuan Putri, kalau mau membantah, bantahlah dengan tegas.”

Ayang Sumbi sempat berpikir tentang kemungkinan hal itu terjadi. Karena meskipun setelah menikah, dia tidak banyak mengetahui tentang suaminya. Seperti apa pekerjaannya atau apa yang dia lakukan di luar rumah. 

Sang suami tak pernah membicarakan hal itu pada Ayang Sumbi.

Selingkuh adalah hal yang terakhir dia pikirkan. Apalagi sang suami tak kunjung pulang setelah 7 tahun. Mugkin dia telah pergi dengan perempuan lain dan meninggalkannnya.

Namun, Ayang Sumbi tak pernah lupa. Selalu memikirkannya. Selalu memanggil namanya. 

Namanya adalah Sang Kuro.

 

*

 

Lelah setelah mencari Sang Kuriang dan berbicara dengan pembantunya, Ayang Sumbi duduk di kursi dan membuang nafas,

“Haa, Kuriang kapan pulang ya? Mungkin aku terlalu bersemangat”

“Terlalu bersemangat?! Itu overkill!! Dia sampai terlempar ke tembok dan berdarah!”

Si pembantu berpikir, sifat Ayang Sumbi ini mirip seperti ayahnya, Raja Parahyangan.

 

*

 

Malamnya.

Si Tumang berubah menjadi manusia. Seorang pria dengan rambut perak ikal sampai bahu. Dia berpakaian seperti seorang bangsawan. Dadanya telanjang dan terdapat seperti sebuah kalung. Dan dia memakai celana sampai betis dan kain yang dililitkan dari pinggang hingga lutut.

“Hehe, akhirnya semua pengganggu telah pergi. Ayang Sumbi, kau adalah orang yang ditakdirkan untukku.”

Saat berjalan ke kamar Ayang Sumbi, tiba tiba,

“Siapa kau?!”

“Apa?!”

Si Tumang kaget. Ternyata dia si pembantu. Dia juga bertugas sebagai pengawal. Dan dia memegang tombak di tangan kanannya.

Dia mengacungkan ujung tombak pada lelaki tersebut.

“Oh, kamu. Bikin kaget saja. Ini aku, Tumang.”

Lelaki itu berbicara dengan tenangnya.

“Hah?! Jadi kamu bisa berubah menjadi manusia?”

Si pembantu kaget. Dan tak mempercayai perkataaanya.

“Ah, bukan begitu. Bagaimana ya menjelaskannya. Singkat cerita, aku ini dewa yang dikutuk menjadi anjing. Kutukanku akan terlepas sementara apabila saat sedang bulan purnama”

Sepertinya lelaki itu kebingungan bagaimana untuk menjelaskan keadaaannya.

“Mencurigakan sekali. Pergi dari sini. Tidak ada yang boleh mendekati Tuan Putri!”

“Oh, tunggu dulu. Aku kesini malah untuk Tuan Putri. Dia sedang kesepian kan. Jadi aku akan menemani dan menghiburnya”

Lelaki yang mengaku Si Tumang itu berkata dengan santai dan tenang dengan nada yang berusaha menyakinkan si pembantu.

“Itu tidak bisa! Kamu bodoh ya?!”

Si pembantu tetap bersikukuh untuk tak membiarkan siapapun lewat. Tapi si lelaki juga tak mau mundur.

“Cih, kalau begini…”

Lelaki yang mengaku sebagai Tumang memasang kuda-kuda.

“Aku juga kesepian tahu!” 

“Eh?”

Si Tumang tak mengerti perkataan si pembantu itu.

“Aku tak menyangka ternyata si anjing kotor itu adalah seorang pria tampan sepertimu. Aku takkan membiarkanmu kabur.”

Si pembantu menjilat bibir dengan lidahnya.

Haa~ Haa~, dengan wajah memerah dan mata yang seperti telah menemukan mangsanya. Dia melompat ke arah si Tumang.

KYAAA!

Itu adalah suara si Tumang.

 

*

 

Paginya.

Ayang Sumbi keluar kamar menemukan pembantunya yang berwajah mengkilap. Di pelukannya ada si Tumang yang terlihat kelelahan.

“Selamat pagi, Tuan Putri”

“Pagi. Ee~, kamu terlihat senang sekali. Apa terjadi sesuatu? Trus, sejak kapan kamu suka si Tumang?”

Melihat si pembantu memeluk si Tumang. Ayang Sumbi bertanya-tanya. Sejak kapan mereka sedekat itu?

“Ga terjadi apa-apa kok, kita cuma mendapat malam yang indah. Ya kan, Tumang?”

Si pembantu mengosokan wajahnya pada Si Tumang. Tapi si Tumang tak membalas dan hanya diam. 

“O-Oh. Syukurlah kalo begitu.”

Ayang Sumbi tak ingin memperpanjang pembicaraan.

“Kuriang sudah pulang?”

“Nn~ Sayang sekali saya masih belum melihatnya”

Si pembantu agak ragu untuk mengatakannya.

Ayang Sumbi menundukan kepalanya dengan wajah sedih.

“Kemana dia pergi? Apa dia tak akan kembali juga?”

“Tenang saja, Tuan Putri. Dia pasti akan pulang. Selama anda sabar menunggunya.”

Si pembantu berusaha menghibur Ayang Sumbi.

“Kau benar. Aku akan selalu menunggunya, menunggu mereka pulang.”

Meski berkata seperti itu. Ayang Sumbi memiliki keraguan dalam hatinya.

Karena hal ini mengingatkannya pada suaminya yang tak pernah pulang dan tanpa kabar. Entah apa yang dilakukannya atau dimana dia berada, Ayang Sumbi tak tahu.

Dia hanya bisa menunggu.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Sang Klana
Selanjutnya Excel Walter
0
0
Genjitsushugi Yuusha no Oukoku SaikenkiHow a Realist Hero Rebuilt The Kingdom
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan