
Deskripsi
Episode kesepuluh dari petualangan pasukan gay melawan toxic masculinity dan patriarki, dengan cinta dan keanggunan.
Oh... bagus... Sekarang aku harus mengatasi drama pasangan di tempat umum. Aku makin merasa bahwa Alner punya sikap yang mirip dengan Grant, walau agak lambat untuk mendeteksinya.
Atau aku saja yang mudah terhanyutkan oleh tubuh seksi dan wajah tampan.
“Waaah...” teriak Alner dengan mata melotot, “ternyata kamu ada main dengan si pelacur itu! Hey, Mody!!! Pelacur yang pengangguran!!!...
698 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
The Sissy Squad Episode 11 - Kegelapan, Ketakutan, Keraguan
1
0
Episode kesebelas dari petualangan pasukan gay melawan toxic masculinity dan patriarki, dengan cinta dan keanggunan. “Hey, apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Mody ketika kami turun dari MRT.“Hmm?” aku tersadar dari lamunanku, “ti... tidak berpikir apa-apa...”“Kamu melamun saja dari tadi. Aku pikir kamu sedang memikirkan sesuatu,” tanya Mody lagi.“Ah tidak apa-apa. Aku hanya kuatir ada pekerjaan mendadak datang dari kantor...” aku minta izin tidak hadir ke kantor hari ini.“Memikirkan Mas Bimo, ya Mal?” kata Putra tiba-tiba, “sudah, telepon saja dia.”Aku tidak enak menelepon Bimo dan berharap dia menjawab saat kemarin-kemarin aku menepis panggilan-panggilan teleponnya. Mody sudah jadi bagian kelompok kita sekarang, tapi mungkin itu kurang cukup meyakinkan dia untuk memaafkan aku.“Apa dia bilang apa-apa ke kamu, Put?” tanyaku.“Dia bilang dia masih ada yang harus diurusi, dan... dia perlu waktu...” jawab Putra.“Perlu waktu buat apa?” tanya Mody.“Panjang ceritanya,” kata Putra.Kami berdiam diri sepanjang berjalan kaki keluar dari stasiun MRT. Sebenarnya, aku bukan hanya sedang memikirkan Bimo. Aku berulang kali jatuh cinta, atau tertarik secara seksual (lalu aku definisikan sebagai cinta) terlalu cepat pada orang-orang yang salah. Apa mungkin aku selalu merasa perlu mengisi kekosongan dalam diriku secepat mungkin, jadi aku selalu terburu-buru masuk dalam sebuah hubungan?Stasion MRT tempat kami turun langsung terhubung dengan pintu depan dari Mall Plaza Istana, tempat Lucky Lucky berada. Kami bertiga bermaksud memata-matai Lucky Lucky, barangkali kejadian jatuh sakitnya member gym tersebut masih berlangsung. Di pelataran drop-off mall tersebut, tiga mobil ambulance menunggu. Lampu mereka menyala-nyala, dan kami melihat beberapa orang diangkut dari dalam mall ke ambulance. Aku, Puput dan Mody saling memandang curiga dan bersegera menghampiri salah satu petugas kesehatan yang terlihat berdiri-berdiri saja. Mungkin dia supirnya.Mas petugas kesehatan ini gemuk dan terlihat ramah, langsung tersenyum ketika melihat kami bertiga mendekatinya.Hmm... gaydarku menyala-nyala dibuatnya. Apakah dia sama seperti kami? Matanya menyala-nyala dan berkelip-kelip.“Mata, mata, mata, matanya lelaki, kadang suka kadang ngeri dibuatnyaaa....” Putra menggumamkan lagu Nicky Astria. Sepertinya dia dan Mody juga merasakan apa yang aku rasakan tentang mas petugas kesehatan ini. Karena Mody menyenggol lengan Putra sambil menahan senyum.“Permisi, mas,” aku memulai berbincang, “ini ada apa ya?”“Oh ini... semuanya dari Lucky Lucky gym. Banyak member yang pingsan,” kata mas tersebut. Aku langsung menoleh pada Putra dan Mody. Wajah mereka terlihat menegang. Kami sama-sama paham bahwa Alner masih melakukan apapun yang dia lakukan.“Oke, makasih mas,” aku tersenyum padanya. Dia tersenyum kembali. Kami langsung melangkah masuk dengan gagah berani, langsung menuju pusat kebugaran Lucky Lucky, lantai dua.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan