
Dihina suami dan keluarga di depan selingkuhan suami membuat Dita pulang kampung. Tadinya Dita berencana mencari dukun sakti untuk membalas sakit hati pada Doni, suami pengkhianat. Namun, ternyata ada cara yang lebih manis membalas pengkhianatan.
"Tak perlu mengotori tangan dengan kejahatan, Dit, buat saja dia menyesal karena pernah menyepelekanmu." - Arya, juragan beras.
**
“Harusnya kamu malu teriak-teriak begini, Dita! Doni sudah nggak mau sama kamu, kalian sudah bercerai karena Doni sudah menjatuhkan...
1. Berkenalan dengan Selingkuhan Suami
Panas terasa membakar diri Dita, padahal hujan turun dengan deras. Namun, angin kencang tak bisa meredakan emosi yang mendera kepala Dita.
"Kamu keterlaluan, Mas! Pengkhianat!"
Suara teriakan Dita terdengar melengking, memekakan telinga siapa pun yang mendengarnya, terutama Doni, suaminya yang sedang duduk di samping wanita berkulit putih dengan dress di atas lutut.
"Pelankan suaramu, Dita! Jaga emosimu!" balas Sri, mertua Dita.
"Jaga emosi? Suami pulang membawa pelakor, aku nggak boleh emosi?!" teriak Dita dengan suara makin kencang.
"Ayu bukan pelakor!" bantah Doni dengan suara lebih lantang.
Mata Dita pun semakin memerah, marah pada Doni yang memelototinya.
"Ayu nggak pernah merebut aku, tapi aku yang menggodanya. Aku mencintai Ayu dan kami sudah menikah!" kata Doni membela diri.
Saat Dita meradang dengan air mata bercucuran, Ayu tampak tenang menyunggingkan senyuman manis yang membuat Doni kembali tenang.
"Apa salahku sama kamu, Mas? Teganya kamu mengkhianatiku! Lima tahun kita menikah, aku selalu menurut, tiba-tiba kamu begini!"
Dita meraung memukuli Doni yang berusaha menangkap tangan Dita untuk menenangkannya.
"Dita, diam!" bentak Sri untuk menghentikan kebrutalan Dita yang membabi buta melampiaskan kemarahan.
"Diam? Ibu suruh aku diam? Mas Doni berkhianat dan Ibu minta aku diam saja?" teriak Dita lagi.
"Doni nggak berkhianat. Hak dia mau menikah lagi, kamu nggak bisa melarang. Lagipula harusnya kamu tuh sadar diri! Kamu nggak ada apa-apanya dibanding Ayu!" balas Sri.
Air mata Dita makin tumpah, apalagi saat melihat Doni tak membelanya. Alih-alih menetralkan keadaan, Doni malah memperkeruh keadaan.
"Ibu benar, Dit. Aku mencintai Ayu, dia berbeda darimu. Aku nggak minta apa-apa, juga nggak akan menceraikanmu. Aku hanya minta kamu tidak memperpanjang masalah ini," ucap Doni sambil berdiri.
"Mas!"
Dita berusaha menahan langkah Doni sembari berteriak, tapi Doni tak peduli. Mengabaikan Dita yang meraung di lantai memegangi kakinya, Doni mengajak Ayu berdiri.
"Aku hanya ingin mengenalkan Ayu padamu, dia juga setuju menjadi istri kedua, jadi jangan berulah!" kata Doni sembari menendang pelan kakinya agar Dita menjauh.
Tak peduli pada teriakan Dita, Doni membawa Ayu dan Sri meninggalkan rumah yang pernah menjadi tempat ternyaman bagi Dita.
Dalam keadaan nelangsa, Dita hanya bisa meratapi kepergian Doni yang dengan mesra membawa Ayu masuk ke mobil barunya.
Mobil yang dibeli Doni atas permintaan Ayu itu meninggalkan rumah yang dipenuhi tangisan kesedihan dari Dita.
Dalam tangisannya Dita meratapi kesialan yang tiba-tiba menghampirinya.
Lima tahun mengabdi menjadi istri, Dita tak menyangka kalau Doni akan pulang membawa istri muda. Secara kasat mata Dita menyadari penampilan Ayu jauh lebih terawat dibandingkan dirinya yang jarang membeli skincare.
Dita memang selalu ketat menjaga pengeluaran karena ingin membantu Doni melunasi cicilan rumah mereka. Dita tak menyangka pengorbanannya menghemat uang untuk penampilan justru menjadi bumerang yang membuatnya dimadu.
Selain menghemat biaya perawatan kecantikan, selama ini Dita juga jarang membeli pakaian mahal. Dita juga tak menggunakan jasa asisten rumah tangga dan rela memasak sendiri semua makanan hingga tak perlu banyak jajan.
Namun, pengorbanan menghemat Dita justru disalahgunakan Doni. Baru saja naik jabatan, Doni malah menghambur-hamburkan uang untuk Ayu yang dia temui saat mengantar atasan membeli mobil.
Ayu sang sales promotion girl menjadi simpanan Doni selama lima bulan sampai akhirnya diam-diam dinikahi Doni dua bulan lalu.
Sakit hati Dita menjadi berkali-kali lipat ketika menyadari mertua mengetahui perselingkuhan suami bahkan mendukungnya.
"Kamu harusnya sadar diri. Masih untung Doni nggak menceraikanmu! Jangan coba-coba mencari perkara dengan Ayu!
Di telinga Dita terngiang ucapan Sri ketika Dita mengadukan kecurigaannya perihal Doni yang dipergoki teman Dita sedang bermesraan dengan Ayu di kota lain.
Di saat Dita banting tulang menghemat uang belanja untuk menbayar cicilan rumah, Doni membawa Ayu berlibur ke Bali.
"Pasti perempuan itu pakai guna-guna! Aku harus mencari penangkalnya!" Ucap Dita di dalam hati.
2. Cerai
Tiga malam Dita berusaha menghubungi Doni, tapi panggilan teleponnya selalu diabaikan. Dita butuh uang untuk hidup, tapi Doni tak memberinya nafkah.
"Bagaimana aku bisa pergi ke dukun sakti kalau tak punya uang?" keluh Dita sembari menatap hujan yang kembali turun.
Dalam kesedihan dan kesendirian, Dita terkenang masa awal perkenalannya dengan Doni. Sama-sama bekerja di swalayan, keduanya menjadi dekat.
Dita yang baru datang dari kampung sering diantar jemput Doni dengan motor bututnya. Doni yang bekerja sambil kuliah juga sering dibantu Dita untuk tukar shift. Tak jarang Dita juga membantu memberi pinjaman uang saat Doni harus membayar uang kuliah. Akhirnya mereka pun memutuskan pacaran.
Tak lama setelah wisuda, Doni melamar Dita. Dengan pernikahan sederhana mereka resmi menjadi suami istri. Tinggal di rumah kontrakan, Dita ikut banting tulang memenuhi biaya hidup karena Doni telanjur berhenti bekerja di swalayan.
Setahun lamanya Doni berganti-ganti pekerjaan, selama itu Dita selalu sabar mendampingi. Rak mengeluh apa pun meski terkadang hidup dalam ketakutan tak bisa membayar kontrakan. Selain bekerja, Dita juga menjadi penjual lemper yang dititipkan di kantin swalayan.
Setahun kemudian Doni baru berhasil mendaptkan pekerjaan sebagai pegawai BUMN. Tak terkira bahagianya Dita ketika Doni memintanya berhenti bekerja.
"Saatnya kamu istirahat saja di rumah, aku yang mencari uang," kata Doni saat menyerahkan surat keputusan penerimaan dirinya sebagai karyawan tetap.
Impian Dita menjadi kenyataan. Dalam sekejap mereka memutuskan mengambil cicilan rumah juga mobil. Demi meringankan beban Doni, Dita masih berjualan lemper. Uang tabungan mereka berdua habis untuk membayar uang muka.
Namun, bahagia Dita tak berlangsung lama karena kenaikan penghasilan Doni membuat Sri mulai pongah. Sri mulai sering mengomeli Dita yang dianggap menumpang hidup pada anaknya yang berpenghasilan besar. Tak ayal, keduanya menjadi sering bertengkar.
Dita sudah sering bersikap sabar, berusaha tak menbantah ibu mertua juga berusaha tidak mengadu pada Doni yang mulai sering dinas keluar kota.
Namun, kesabaran Dita habis ketika sebulan lalu mencurigai ada yang tak beres dengan Doni. Seminggu lalu Dita baru mengetahui adanya indikasi perselingkuhan yang tak dibantah Doni.
Dengan pongah Doni mengakui telah menikahi Ayu, sales mobil yang memikat hatinya.
"Aku yakin Mas Doni nggak cinta dia. Mas Doni hanya terpengaruh guna-guna wanita sialan itu!" kata Dita sembari menyeka matanya yang basah.
Selama satu jam Dita meratapi nasibnya yang mendadak menjadi buruk sampai akhirnya dia melihat kedatangan Doni.
Cepat-cepat Dita menyongsong kedatangan Doni yang dia tahu bersama Ayu, tapi wanita simpanan itu hanya duduk di dalam mobil. Sekilas Ayu menoleh ke arah Dita, tapi memalingkan wajah lagi.
"Dit, kita harus bicara!" kata Doni sembari menarik tangan Dita masuk ke rumah.
"Aku juga mau bicara!" sahut Dita.
"Apa?" tanya Doni tak sabar.
"Mas, kamu pasti diguna-guna. Ayo berobat. Ayo ke kampungku untuk melunturkan guna-guna perempuan itu!" kata Dita sembari memengangi tangan Doni, tapi dengan kasar Doni menepisnya.
"Kamu ngomong apa, sih? Ayu nggak guna-guna aku, dia tuh manusia modern! Memangnya kamu? Orang kampung?!" bentak Doni.
"Mas, tapi ...."
"Ayu nggak kenal dukun kayak kamu. Bener juga kata Ayu dan Mama, kamu yang guna-guna aku sampai dulu aku mau menikahi kamu!" sela Doni dengan ketus.
"Mas, aku nggak pernah guna-guna kamu! Itu fitnah, itu ...."
"Dit, sekarang aku sudah sadar kalau nggak ada gunanya mempertahankan kamu," sela Doni lagi.
"Apa maksudmu, Mas?" tanya Dita dengan suara bergetar.
Doni sempat menahan napas sesaat sebelum mengeluarkan sebuah amplop cokelat.
"Ambil uang sepuluh juta ini dan tinggalkan aku! Keluar dari rumah ini karena Ayu ingin tinggal di sini!" jawab Doni tegas membuat Dita merasa lemas seketika.
"Mas, kamu apa-apaan, sih? Kamu bilang dia hanya istri kedua! Kamu bilang .... "
"Aku berubah pikiran. Ayu nggak mau jadi yang kedua. Dia mau jadi yang pertama karena saat ini dia hamil. Aku juga nggak mau administrasi anakku nanti mengalami masalah," kata Doni menyela Dita lagi.
Seluruh tubuh Dita langsung membeku, bibirnya pun tak bisa berkata-kata lagi. Hanya mata Dita yang bergerak menatap ke arah mobil yang jendelanya terbuka. Dita bisa melihat dengan jelas kalau Ayu sedang tertawa.
"Mulai hari ini kutalak kamu. Proses cerai akan segera kuurus. Besok kamu sudah harus keluar dari rumah ini karena Ayu sudah nggak sabar tinggal di sini!" seru Doni.
Tanpa memberi Dita kesempatan bicara, Doni meninggalkan rumah juga Dita yang mengepalkan tangan dengan kuat.
"Wanita pelacur!" teriak Dita murka
3. Dihina
Doni tak bercanda dengan ucapannya. Keesokan harinya pria itu benar-benar datang lagi hanya untuk memastikan Dita meninggalkan rumah.
“Mas, tega banget kamu ngusir aku. Selama ini aku juga ikut bantu kamu bayar cicilan rumah ini!” protes Dita.
“Bantu apa? Yang kerja kan Doni! Selama ini kamu cuma numpang hidup!” sahut Sri.
Terbelalak mata Dita ketika melihat kedatangan Sri yang tidak sendiri. Wanita itu berdiri di pintu kamar bersama Ayu yang hanya menatap Dita tanpa suara.
“Bu, meski aku nggak kerja, selama ini aku membantu mengumpulkan uang. Aku selalu berhemat untuk menyiasati kebutuhan rumah tangga, tapi ternyata Mas Doni malah menghamburkan uang untuk wanita murahan lain!” maki Dita.
Saat Dita memaki, Ayu langsung menjauh sambil menghentakkan kaki dengan kesal. Ayu tak menanggapi ocehan Dita, tapi Doni yang langsung naik pitam.
“Jaga mulutmu ya, Dit! Nggak usah menghina Ayu! Sekarang kamu keluar dari rumah ini!” teriak Doni sambil menyeret Dita keluar dari kamar.
“Seharusnya dia yang keluar dari rumah ini! Kalian berselingkuh! Kalian menikah tanpa izinku!Perempuan ini pasti mengguna-guna kamu!” balas Dita.
“Perempuan sundal!”
Tiba-tiba Sri memaki sembari menampar kuat wajah Dita hingga Dita terpental, jatuh di dekat kaki Ayu yang sedang duduk manis di sofa. Tak menolong Dita, Ayu diam saja, bahkan tertawa pelan.
“Kamu harusnya berkaca, Dita! Kamu yang pakai guna-guna! Sadarlah kamu nggak sebanding dengan Ayu!” bentak Doni.
“Harusnya kamu malu teriak-teriak begini, Dita! Doni sudah nggak mau sama kamu, kalian sudah bercerai karena Doni sudah menjatuhkan talak! Kamu nggak ada hak tinggal di sini lagi,” tambah Sri.
Air mata Dita jatuh dengan deras, padahal dalam hati dia sudah memerintah untuk tidak menangis. Namun, sulit bagi Dita untuk menahan air mata karena penghinaan yang dilakukan Doni dan Sri sangat menyakitkan. Apalagi semua itu dilakukan di depan Ayu yang dengan pongah mengelus perutnya.
“Mas, aku pusing kalau ribut-ribut terus,” kata Ayu pada Doni yang langsung mendekat.
“Pusing ya? Istirahat aja di kamar,” kata Doni sambil memapah Ayu untuk pergi ke kamar.
“Nggak mau. Aku nggak mau di kamar bekas orang lain. Aku mau pindah kalau semuanya sudah diganti,” kata Ayu dengan suara manja.
“Oh ya sudah, kita kembali ke rumah lama aja dulu. Semua perkakas di rumah ini akan kujual dan kamu bisa beli yang baru sesuai selera kamu,” balas Doni lemah lembut, berbeda saat bicara dengan Dita yang masih terduduk sambil menangis.
“Kalau besok aku datang dan kamu masih di sini, aku akan panggil polisi untuk melaporkanmu. Kamu nggak punya hak tinggal di sini lagi!” ancam Doni.
“Dasar perempuan kampung! Sudah miskin, nggak cantik, mandul lagi!” maki Sri sebelum mengikuti Doni dan Ayu meninggalkan Dita yang tak kuasa menahan tubuhnya tetap duduk.
Dalam keadaan lemas Dita terbaring di lantai, terkapar meratapi perubahan drastis Doni yang sudah terjerat cinta Ayu. Dita juga tak habis pikir dengan Sri yang mendukung perselingkuhan anaknya.
“Nggak ada gunanya aku terus menangis. Aku harus bangkit! Aku sudah ditalak, dia sudah nggak cinta aku,” isak Dita.
Sambil menangis, Dita mengemasi barang-barang pribadinya yang tak banyak. Tak ada perkakas apa pun yang dibawa Dita ketika meninggalkan rumah yang kuncinya dia titipkan pada tetangga sebelah rumah. Diiringi tangisan sang tetangga yang tahu tentang perseteruan rumah tangganya, Dita berpamitan.
“Dit, aku turut prihatin, maaf nggak bisa bantu apa-apa. Semoga episode kehidupanmu membaik,” ucap Lusi, tetangga Dita.
“Aku cuma bisa ngasih ini, nggak banyak, tapi semoga bisa membantu biaya perjalananmu,” bisik Lusi sembari mengulurkan sepuluh lembar uang seratus ribu.
Dita tak menolak bantuan Lusi karena dia yakin butuh biaya besar untuk melanjutkan hidup sebagai janda pengangguran. Dengan penuh terima kasih, Dita meninggalkan Lusi yang menangis sesegukan sembari mengumpat Doni dan istri barunya.
Penuh sakit hati Dita pergi ke terminal bus untuk pulang kampung. Dalam perjalanan Dita mengirim pesan singkat untuk Doni.
“Sudah kutinggalkan rumahmu, aku menyesal pernah memercayaimu. Aku akan kembali hanya untuk mengurus perceraian.”
Tak berselang lama datang balasan dari Doni.
Tak usah bertemu lagi. Orangku akan mengurus perceraian dan mengirim surat cerai ke rumahmu di kampung.
Sambil mengepalkan tangan, Dita memalingkan wajah ke jendela. Memandangi jalanan yang dia tinggalkan, hati Dita merasa sedih lagi.
“Dulu kudatangi tempat ini dengan sejuta harapan dan mimpi indah, tapi semuanya dirusak oleh wanita yang hanya tahu enaknya saja,” isak Dita di dalam hati.
Mengingat perjuangannya membantu Doni sukses membuat hati Dita semakin luka karena menyadari kini Ayu yang akan menikmati kesuksesan Doni yang baru saja naik jabatan lagi.
“Aku akan membalas mereka!” tekad Dita ketika bis melaju dengan lebih kencang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
