6 - Pedang Kembar

0
0
Deskripsi

"Aku akan bacakan peraturan tebak-tebakannya. Ada tiga pertanyaan tebak-tebakan. Dan ada dua pilihan bantuan. Call a friend, dan ask the audience. Tapi masalahnya, kamu mungkin gak akan bisa pakai bantuan 'ask the audience,' karena kamu ke sini sendirian, gak ada teman. Kamu kenapa gak punya teman? Introvert? Atau karena kamu miskin banget? A ha ha ha!"

.

.

"Aku akan bacakan peraturan tebak-tebakannya. Ada tiga pertanyaan tebak-tebakan. Dan ada dua pilihan bantuan. Call a friend, dan ask the audience. Tapi masalahnya, kamu mungkin gak akan bisa pakai bantuan 'ask the audience,' karena kamu ke sini sendirian, gak ada teman. Kamu kenapa gak punya teman? Introvert? Atau karena kamu miskin banget? A ha ha ha!" tawa lantang jin bernama Lala itu selalu terdengar menyebalkan di telinga Dipo.

"Kata siapa aku di sini sendirian?? Aku datang bersama temanku!" kilah Dipo sambil mengarahkan tangannya pada Spatula yang sedang sibuk mandi alias menjilati tubuh berbulunya.

Lala menatap jijik pada Spatula. "Iyuh. Aku gak suka kucing. Cepatlah kita selesaikan kuis tebak-tebakan ini, supaya kamu dan kucingmu cepat minggat dari sini."

"Baiklaah!! Kita mulai sesi tebak-tebakannyaa!!" umum Lala sembari mengembangkan kedua tangan.

Dipo menelan ludah susah payah. Seumur hidup dia gak pernah bisa menebak tebak-tebakan dengan benar. Bagaimana ini? Akankah perjuangannya jauh-jauh ke gunung Setia Menantimu akan jadi sia-sia belaka?

"Pertanyaan pertama!"

Wajah Dipo tegang maksimal. Rasa-rasanya perutnya juga jadi mulas. Setelah ini, dia berpikir untuk mencari tempat pup.

"Kenapa Superman pakai baju yang tulisannya huruf S?" tanya Lala.

Alis Dipo berkerut. Kenapa, ya? Karena nama Superman dimulai dari huruf S? Jawaban normalnya sih gitu. Tapi dijamin seperti tebak-tebakan yang lainnya, jawabannya pasti gak normal!

Dipo memejamkan mata, sebelum memutuskan, "Call a friend."

Lala tertawa melengking. "Baru pertanyaan pertama, udah call a friend. Bener-bener gak ada perjuangannya. Payah, ah!"

"C-Cerewet! Terserah aku! Yang penting aku gak ngelanggar peraturan!" kata Dipo membela diri.

"Oke oke. Ya udah sana. Telepon temanmu," ucap Lala sambil mengibas-ngibaskan tangan.

Dipo mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Baron. Sungguh miris. Baron adalah orang yang sangat dibencinya, karena dulu secara rutin mem-bully-nya, tapi sekarang giliran mengambil opsi 'call a friend' untuk urusan tebak-tebakan, yang ada di ingatannya hanya Baron.

Dipo menekan tombol telepon, lalu bengong saat mendengar suara operator di telinganya.

"A-Anu. Maaf. Ternyata kuotaku habis," kata Dipo dengan wajah pucat.

"Owalaaaahhh!! Dasar miskin! Sini biar kuisi pulsa!" maki Lala sebelum mengarahkan telapak tangannya pada ponsel Dipo, lalu tak lama pemberitahuan pulsa masuk, diterima Dipo.

"Wah makasih!" kata Dipo sumringah. Lumayan diisiin pulsa seratus ribu.

"Cepetan, miskin!" hina Lala sambil melipat tangan, tak sabaran.

 Dipo menghubungi Baron, dan Baron menjawab teleponnya dalam jeda tiga detik.

"Halo?" sapa Baron malas-malasan. Mungkin karena melihat nama Dipo di layar ponselnya.

"Halo, Baron. Maaf ganggu. Aku mau tanya sesuatu," kata Dipo tanpa basa-basi.

"Tanya apaan?"

"Kenapa Superman pakai baju yang tulisannya huruf S?"

Sesaat hening tak ada jawaban.

"Kamu mau ngerjain aku ya, Satpam??" bentak Baron kesal.

"B-Bukan! Bukan! Serius ini! Aku perlu tahu banget jawaban tebak-tebakan itu! Plis!"

Baron berdecak. "Tebak-tebakan gampang gitu aja gak tahu jawabannya. Otakmu emang masih di bawah standar. Jawabannya : Karena kalau pakai M atau XL, kegedean."

Dipo tersenyum lebar. "Makasih, Baron. Semoga kamu dan keluargamu sehat wal afiat semua. Gak ada yang kena bully."

"Apa maksudmu kena bully? Mana ada keluargaku yang kena bully? Emangnya kayak kamu? Dasar tukang cukur aneh! Kalau bukan karena aku suka model cukuranmu, aku malas temenan sama kamu, tahu! Hey! kamu dengar, gak?" Baron mengomel di ujung sambungan, sementara Dipo secara sepihak menyudahi percakapan mereka.

"Jawabannya : Karena kalau pakai M atau XL, kegedean," kata Dipo mejawab pertanyaan Lala.

"Yak, benaaaarr!!!"

Seketika ada lampu disko di langit-langit gua, dan ada petasan meletus di beberapa celah batu. Spatula berlari ketakutan menghampiri Dipo.

"Oke. Pertanyaan kedua," kata Lala ceria.

"Sepatu, sepatu apa yang bisa di pakai masak?"

Pertanyaan itu membuat Dipo berpikir keras. Duh. Apa, ya? Ini soal masak, nih. Mustinya dia bisa jawab. Apa, ya?

Kaki Dipo mendadak terasa geli.

"Spatula, jangan ganggu aku," kata Dipo.

"Yak!! Anda benaaarrr!!!"

Dipo bengong saat lampu disko gaib itu kembali muncul di atas gua, dan suara petasan mengagetkan bukan hanya Spatula tapi juga dirinya.

"K-Kok benar?" tanya Dipo heran.

"Iya. Jawabannya memang benar spatula," jelas Lala.

Dipo terdiam. Owalah. Dia menjawab benar gegara tak sengaja memanggil nama Spatula.

"Sekarang, pertanyaan terakhir," kata Lala tersenyum.

Wajah Dipo menegang. Bismillah. Semoga dia bisa menjawab yang ini.

"Kenapa Tayo warnanya biru?"

Dipo terdiam. Haduh. Kenapa, coba? Karena pencipta karakternya maunya begitu? Dipo mengurut keningnya yang tetiba pusing.

"Gimana? Nyerah aja? Percuma 'kan kamu 'ask the audience'. Masa kamu tanya sama kucingmu?" ledek Lala diiringi tawa berderai.

"Ask the audience," kata Dipo pasrah.

Lala bengong sebelum kembali tertawa ngakak. "Serius?? Kamu mau tanya kucingmu? Ternyata selain miskin, kamu juga bodoh!"

"Spatula, kenapa Tayo warnanya biru?" tanya Dipo pada kucing hitamnya.

Spatula menatap Dipo beberapa detik, lalu tiba-tiba menggali tanah dan memasang posisi untuk mengeluarkan pup. Kucing itu benar-benar pup di sana.

"AAAAAHHH!! Dasar makhluk jorok! Ini sebabnya aku benci semua hewan! Bukan cuma kucing!" jerit Lala sambil membuang muka.

Dipo menutup hidung. Mendadak otaknya mengirimkan impuls-impuls ide, saat melihat kotoran Spatula yang berwarna kuning.

"Jawabannya : karena kalau warnanya kuning, jawabannya Tayi," kata Dipo meski agak ragu.

"Iyak benaaaarrr!!!"

Di bawah sorot lampu disko dan bunyi petasan, kedua lutut Dipo jatuh di tanah, nyaris terkena pupnya Spatula. Ia mengucap syukur sedalam-dalamnya.

"Ambil lah. Pedang kembar itu milikmu sekarang," kata jin Lala.

Dipo berjalan menghampiri pedang pusaka milik keluarga Pendek itu, yang kini resmi jadi miliknya.

Tangan Dipo memegang kedua pedang itu dengan kedua tangannya. Ia terpana melihat aura biru dan merah yang menyelimuti kedua pedang itu. Aura lembut itu kini memancar kuat, tepat setelah tangan Dipo mencengkeram gagang pedang.

"Aku gak ngerti. Kenapa pedang ini ada warna yang bercahaya? Apa beda pedang biru dan merah?" tanya Dipo.

"Pedang bercahaya biru, punya hawa dingin. Yang merah berhawa panas. Untuk penggunaannya, berbeda tiap-tiap orang. Nanti kamu akan paham sendiri, bagaimana cara memanfaatkannya untuk kehidupanmu," jawab Lala.

Dipo mengangguk. "Baiklah. Terima kasih. Ayo kita pulang, Spatula," ucapnya mengajak Spatula pulang bersamanya.

Jin bernama Lala, berkacak pinggang saat melihat manusia dan kucing itu pergi begitu saja.

"Woi! Bersihin dulu e'ek kucingmu!!" bentak Lala, tapi keduanya sudah pergi jauh. Sambil menutup hidung, Lala terpaksa menutup kotoran Spatula dengan pasir.

.

.

Bersamboeng ...



 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Juruskembardipo
Selanjutnya 7 - Dalaman
0
0
Minggir kamu! Aku tidak punya masalah denganmu, anak muda! Kalau Kakek mencuri pakaian dalam gadis cantik tadi itu, artinya Kakek punya masalah dengan saya! Mencuri pakaian dalam, adalah kehidupanku! Pakaian dalam adalah aku! Aku adalah pakaian dalam!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan