His Princess, Ayesha: Bab 3-5

1
0
Deskripsi

Ayesha adalah Princessnya Atha. Dia begitu menyukainya tanpa syarat. Sedangkan Atha adalah tempat ternyaman Ayesha, dia ingin selalu bersamanya.

Tapi Ayesha menyembunyikan sesuatu dari Atha yang membuatnya tidak bisa menyatakan perasaannya.

Meski begitu, Atha tetap mengabulkan satu permintaan Ayesha.

“Bunuh naga jahatnya!”

BAB 3

“Ehm... ada apa nyari gue?” Atha mencoba mengalihkan pembicaraan agar wajahnya bisa kembali normal, mungkin juga detak jantung yang sempat berdetak cepat beberapa saat tadi.

“Oh iya... ini.” Ayesha langsung menyerahkan amplop putih berisi surat yang tadi dia bawa kepada Atha yang langsung dibacanya saat itu juga.

“Kata Alina, aku harus dapet jawabannya sekarang biar lusa bisa langsung latihan gabungan di SMA Asri.” Atha mengangkat kedua alisnya lalu menatap cewek pendek yang berada di depannya tersebut.

“Lo main basket juga?” Ayesha menggeleng.

“Aku manajer basket... baru diangkat beberapa hari lalu.” Jawab Ayesha terlihat senang dengan jabatannya saat ini. Bahkan Atha pun tanpa sadar ikut tersenyum.

“KAPTEN!” Panggil salah satu anggota tim basket dari arah lapangan yang sebenarnya sejak tadi menonton adegan seolah mesra antara Kaptennya dengan cewek yang berkunjung ke sekolahnya tersebut.

“Latihan! Jangan Pacaran!” Semua anggota tim langsung tertawa menanggapi ejekan tersebut.

Tapi berbeda dengan Atha, dia terlihat serius. Menatap semua anggota tim yang tertawa lalu berhenti mendadak karena ditatap sang Kapten.

“Lari keliling lapangan lima putaran, SEKARANG!”

Semua anggota tim Basket mendengus kesal karena kapten mereka tidak bisa diajak bercanda sama sekali. Mereka pun menyalahkan salah satu anggota tim yang tadi meledek Atha sehingga membuat mereka semua kena hukuman.

Saat Atha berbalik, dia melihat sinar mata Ayesha yang terlihat ketakutan. belum lagi kedua tangannya bertaut dan bersembunyi di dada.

“Kenapa?” Ayesha menggeleng cepat karena takut.

“Eng... gapapa.”

“Lo butuh jawaban ini sekarang, kan?” Tanya Atha sambil mengangkat tinggi kertas ajakan latihan gabungan tersebut. Ayesha mengangguk.

“Kalo gitu lo tungguin gue selesai latihan. Ayo, masuk.” Ajaknya.

Tapi Ayesha tidak beranjak sama sekali, dia masih terlihat syok meski sepertinya sudah berusaha dari tadi mencoba menenangkan hatinya. Tapi sepertinya tidak bisa, dia terlalu kaget dengan suara keras Atha yang menakutkan.

“Lo kenapa, Ca?” Atha kembali menghampiri dan memegang kedua bahu Ayesha.

“Gapapa... tapi, aku mau duduk. Kayaknya capek banget.”

“Ya udah ke lapangan, yuk. Duduk di tribun.”

Lagi, semua mata tertuju kepada Atha dan Ayesha. Meski semua sedang dihukum lari keliling lapangan, tapi bibir mereka tidak berhenti bergumam membicarakan sang kapten yang baru kali ini terlihat bersama lawan jenis dan begitu akrab.

“Lo tunggu sini, ya. Gue latihan dulu. Nanti gue anterin lo pulang.” Ayesha yang saat ini tidak terlalu fokus hanya mengangguk.

“Cie yang udah mulai berani bawa pacar ke sekolah.” Celetuk salah satu anggota tim yang masih berlari saat Atha mendekati mereka.

“Ngeledek lagi gue suruh lo ngepel lapangan pake lidah!” Ancam Atha yang mendapat respon tidak suka dari semuanya.

Setengah jam Atha dan seluruh anggota tim latihan basket di lapangan tersebut. Sedangkan Ayesha yang semula terlihat lemas, kini sudah kembali bersemangat bahkan sesekali bertepuk tangan saat latihan shooting dan bola berhasil masuk ke dalam keranjang oleh setiap anggota tim yang melakukannya termasuk Atha. 

Semuanya jadi ingin berlomba-lomba untuk memasukkan bola agar bisa diberi tepuk tangan oleh satu-satunya makhluk tercantik di lapangan tersebut.

Sepertinya mereka tidak peduli meski cewek tersebut adalah pacar kapten basket kejam mereka. Mendengar suara penyemangat dari Ayesha membuat mereka semua bersemangat.

“Sampai sini dulu latihannya. Ohya, lusa kita akan latihan gabungan dengan tim basket SMA Putri Asri karena sama-sama mewakili Jakarta Selatan untuk pertandingan Basket 02SN tingkat provinsi. Pastikan kalian semua hadir dalam keadaan fit.” Semua tampak lebih semangat dari sebelumnya.

Kegiatan tahunan latihan gabungan semua ekstrakurikuler antara SMA Putra Patriot dengan SMA Putri Asri yang sempat terhenti akhirnya dihidupkan kembali berkat kemenangan mereka kemarin.

“Sorry ya, jadi nunggu lama.” Ucap Atha saat sudah duduk di sebelah Ayesha dan minum air mineral yang dibawanya.

“Gapapa, aku suka kok liat orang latihan basket. Bikin aku tambah semangat.” Jawab Ayesha sambil mengangkat kedua tangan.

“Lo bisa main basket?” Ayesha menggeleng.

“Udah nyoba main?” Dia kembali menggeleng.

“Mau coba gak sekarang?” Mata Ayesha berbinar.

“Boleh?” Atha mengangguk.

Mereka berdua masuk ke tengah lapangan dekat ring basket sambil membawa satu bola yang sejak tadi dipegang Atha.

“Coba masukin.” Atha melempar bola tersebut ke arah Ayesha yang langsung berhasil ditangkap dengan mudah.

Cowok itu pun mengatur posisi berdiri Ayesha untuk melakukan shooting.

Sekali dua kali... bahkan hingga empat kali mencoba, tidak ada bola yang bisa masuk ke ring basket tersebut. mereka berdua pun tertawa melihat adegan tersebut.

“Gak bisa, Atha. Ringnya ketinggian.” Keluh Ayesha menurunkan kedua bahunya.

“Bisa! Kalau sering latihan pasti bisa.” Ayesha hanya tersenyum.

“Kayak Atha ya, hebat gak pernah meleset.” Pujinya.

“Iya, kayak gue.” Balasnya dengan sombong sambil mengambil bola yang berada di tangan Ayesha dan melemparnya ke arah ring basket yang langsung... MASUK. Sesuai dugaan.

Ayesha bertepuk tangan, terlihat senang sekali. Padahal orang lain yang melakukannya tapi dia merasa kalau dirinya lah yang melakukannya.

“Wah hebat. Aku mau dong, Atha.” Dia mengambil bola yang sudah diam di bawah ring, kembali berusaha memasukkannya dengan jarak yang lebih dekat... dan... GAGAL terus saudara-saudara.

“Ah, emang aku gak bakat ternyata. Pantesan gak pernah diterima jadi anggota tim.”

Atha mengacak rambut Ayesha sambil tersenyum.

“Ya udah, nanti gue ajarin. Balik, yuk. Nanti lo kesorean.” Ayesha melirik jam tangannya terlihat panik.

“Ya ampun udah jam segini?! Kalo gitu aku pulang dulu ya, Atha.” Ayesha baru saja akan kembali ke tribun untuk mengambil tas tapi kepalanya sudah keburu ditahan oleh lengan besar cowok itu.

“Tenang ajah kenapa sih? Kan gue yang anterin.” 

“Eh... gak usah, aku bisa sendiri kok naik ojek online dari sini.” Atha langsung menggeleng tegas.

“Gue... anterin!” Ucapnya mengangkat kedua alisnya kembali memaksa sambil mensejajarkan wajah mereka agar bisa menatapnya.

Ayesha mengangguk patuh dalam diam.

“Ayo! Nanti lo tunggu di depan pos satpam aja. Gue ganti baju sambil ambil motor dulu.” Lagi-lagi cewek itu mengangguk.

***

Atha mendengus melihat kertas ulangan yang ditunjukkan Ayesha begitu mereka tiba di depan rumah cewek itu.

“Maaf, gak bisa dapet nilai 90.” Sesal Ayesha.

“Kapan ulangan lagi?” Tanya Atha.

“Ehm... bulan depan. Gurunya suka banget kasih ulangan sih.”

“Kalo gitu... bulan depan, nilai 90. Buat kado ulang tahun gue. Bisa, kan?” Ayesha mengangkat kedua alisnya.

“Atha ulang tahun? Tanggal berapa?” Cowok itu tersenyum melihat Ayesha yang begitu bersemangat membahas ulang tahunnya.

“Atha… minta kadonya susah banget. Masa nilai ulangan Matematika 90 sih? Gak mau kado yang lain ajah yang bisa aku beli?” Atha menggeleng.

“Biar gue bisa liat seberapa besar lo mau kasih gue kado ulang tahun.” Jawabnya sambil mengacak rambut cewek yang telah merubah harinya menjadi lebih menyenangkan tersebut.

“Oke... aku coba, ya.” Atha mengangguk.

“Emang ulang tahunnya tanggal berapa? Belum dijawab ih.” Cowok itu terkekeh.

“Lo liat soal nomor 7 dari ulangan tadi. Jawabannya tanggal ulang tahun gue.” Ayesha segera membuka kembali kertas ulangan yang telah dia lipat setelah Atha mengembalikannya dan melihat jawaban dari soal nomor 7 yang dimaksud.

“Ih, ini kan aku gak bisa jawab, makanya salah.”

“Makanya coba jawab lagi sampe bener. Biar tau tanggal berapanya.” Ayesha memajukan bibirnya kesal tapi tetap mengangguk setuju.

“Gue balik ya. Besok kita berangkat ke tempat bimbel bareng. Nanti gue jemput ke sekolah lo.” Ucap Atha. Bukan mengajak melainkan menyuruh Ayesha untuk melakukannya.

“Ati-ati ya pulangnya, Atha.” Ayesha melambai hingga motor Atha menghilang dari komplek perumahannya.

--00--

BAB 4

“Loh, Atha?” Atha yang sedang duduk diam di atas motornya menoleh ke arah sumber suara di antara kebisingan para siswi SMA Putri Asri.

“Alina.” Jawabnya dengan wajah datar khasnya.

“Latihan gabungannya kan bukan hari ini.”

“Gue tau. Besok, kan?” Alina mengangguk.

“Lo ngapain ke sini?”

“Jemput.” Alina terlihat bingung.

“Jemput siapa?” Atha tersenyum tidak menjawab.

Selama setahun lebih Alina yang mengagumi Atha dalam diam akhirnya bisa melihat wajah senyum yang tidak pernah ditunjukkan kepada siapapun sebelumnya.

Tapi sesaat kemudian senyumnya menghilang berubah menjadi tatapan tajam ke arah lain.

“Woi!” Panggilnya sedikit berteriak membuat sebagian siswi yang berada di dekatnya menoleh.

“Duluan ya. Besok gue dan tim dateng sekitar jam segini.” Pamitnya tergesa sambil melajukan motornya.

Alina mengangguk bingung, tapi kemudian dia tahu siapa orang yang dijemput cowok itu. Ayesha.

“Dijemput malah kabur.” Ucap Atha begitu tiba didepan Ayesha dan menghalangi jalannya dengan motor.

“Loh emang kesini mau jemput aku?” Cowok itu menghela nafas dan berdecak.

“Kan semalem gue bilang mau jemput lo terus kita pergi bareng ke tempat bimbel.” Bola mata Ayesha tampak bergerak ke kiri dan kanan atas terlihat berpikir.

“Emang iya? Kok aku gak inget ya?”

“Masih muda udah jadi nenek-nenek.” Ledek Atha sambil menggelengkan kepala.

“Ya udah, naik.” Ajaknya sambil memberikan helm kepada cewek itu yang langsung digunakan dan menaiki motor tersebut.

“Makan dulu sebelum ke tempat bimbel, ya. Lo mau makan apa?” Tanya Atha setelah motor melaju menjauhi kawasan sekolah SMA Putri Asri.

“Makan makanan sehat ada gak?”

“Makan gue... sehat. Plus, lo jadi pinter matematika sama jago baskeeeeetttttt…. aduuuh, Ca.”

Dari kursi belakang Ayesha tertawa melihat Atha kesakitan akibat gigitannya di lengan atas cowok itu.

“Biar aku pinter matematika sama jago basket, kan.” Kekehnya.

“Awas ajah gue bales entar.”

“Aku mah gak pinter apa-apa. Percuma.” Atha menggeleng.

“Mana tangan kiri lo?” Tanyanya.

“Mau ngapain?” Tanya Ayesha, meski bingung tapi tetap memberikan tangannya melalui bahu Atha yang langsung ditarik cowok itu dan digigitnya.

“ATHAAAA!!” Kali ini gantian Atha yang tertawa renyah.

***

“Ca.” Panggil Alina saat anggota ekskul basket sedang bersiap untuk latihan gabungan dengan tim basket SMA Putra Patriot.

“Ya?”

“Lo pacaran sama Atha?”

“Hah? Pacaran?” Alina mengangguk.

“Enggak, kata siapa?”

“Kemarin dia jemput lo pas pulang sekolah.”

“Oh, itu karena kita satu tempat bimbel. Makanya kenal...” Ayesha melihat tatapan Alina yang sepertinya tidak puas dengan jawabannya.

“Temen... kita temen ajah kok, Alina.” Akhirnya Alina mengangguk.

“Gue kira lo berdua pacaran. Ya udah gue terusin lagi ambil barang-barang di gudang dulu sama yang lain.”

“Eh... aku bantu ya.” Alina langsung menahannya.

“Jangan, gak usah. Lo cukup sambut ajah tim basket dari SMA Patriot nanti ya. Biar urusan yang berat-berat, gue sama tim yang kerjain.” Ayesha mengangguk patuh.

Sebenarnya dia selalu merasa tidak enak karena pekerjaannya sebagai manajer hampir tidak ada meski selalu hadir di setiap latihan persiapan final O2SN nanti.

Dia pun keluar lapangan untuk bersiap menyambut tim basket SMA Patriot di depan gedung olahraga.

Tak lama tujuh cowok SMA Putra Patriot berjalan menghampirinya. Terlihat keren dengan efek slow motion dalam pikirannya. Sekelompok pemuda yang hebat dalam olahraga basket berjalan dengan rambut yang sedikit berkibar karena efek angin lewat. Tanpa sadar membuat Ayesha tersenyum.

“Woi... malah bengong.” Tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara Atha yang ternyata sudah berdiri di depannya sambil mengacak rambut halusnya.

“Atha, rambut aku udah disisir... nanti jadi berantakan.” Keluh Ayesha sambil merapikan kembali rambutnya.

“Oh ya? Kok masih jelek ajah sih?” Ledeknya kembali mengacak rambut cewek itu yang kali ini dilakukan dengan lebih brutal karena rambut Ayesha benar-benar berantakan saat ini seperti habis dijambak oleh orang gila.

“ATHAAAA… ih.” Cowok itu tertawa melihat rambut kusut dan wajah kesal Ayesha, tapi setelah itu membantu merapikan kembali hingga tampak lumayan rapi.

“Ehem...” Dehem salah satu anggota tim yang sejak tadi melihat adegan mesra tersebut.

“Pacaran terus... sampe lupa tujuan utama kita kesini.” Sindirnya yang disambut kekehan anggota tim lainnya.

“Gue suruh nyapu lapangan pake badan lo baru tau rasa!” Balasnya, terdengar kejam padahal dia sangat malu sekali saat ini.

“Atha kok jahat sih sama temen-temennya?” Tanya Ayesha yang mendengar kalimat penuh ancaman cowok itu.

“Iya kan, bu Kapten. Pak Kapten jahat, kan? Kita dijahatin terus sama dia loh.” Adu anggota tim lainnya dengan sangat lebay.

“Lo... lo... dan lo... squat jump sebelum mulai latihan.” Akhirnya ketiganya kena lagi hukuman dari sang Kapten karena berani meledeknya.

“Huuu... Kapten gak asik.” Semua anggota tim basket berjalan mendahuluinya sambil menggerutu.

Ayesha tertawa melihat tingkah semua cowok itu termasuk Atha. Di sekolahnya karena berisi siswi semua tidak ada yang sekocak seperti sekumpulan cowok-cowok dari SMA Putra Patriot ini. Padahal mereka ganteng-ganteng, tapi ternyata kocak juga.

“Lo ngapain berdiri disini? Kok gak nunggu di dalem?” Tanya Atha sambil berjalan bersama Ayesha memasuki area lapangan basket indoor SMA Putri Asri.

“Disuruh nyambut kalian.”

“Gini doang nyambutnya?” Ayesha terlihat bingung namun mengangguk.

“Emang harus gimana?” Atha mengambil tangan cewek itu untuk digenggamnya.

“Kayak gini juga bisa.” Ayesha melihat tangannya yang saling menggenggam dengan tangan Atha.

“Aku harus pegangan tangan sama semua tim basket kamu maksudnya?” Atha menggeleng, terlihat sekali kalau cewek polos ini tidak peka sama sekali.

“Gue aja, ngapain semua orang lo pegang. Gue gak sudi.” Ayesha kembali dibuat bingung.

“Eh... aku udah jawab soal nomor 7 kemarin.”

“Berapa jawabannya?”

“13.” Atha tertawa sambil menggeleng.

“SALAH.” Jawabnya.

“Coba lagi yang bener.” Ayesha menghela nafas kesal, dia merasa jawabannya sudah benar tapi ternyata masih salah.

“Kenapa sih gak langsung kasih tau aja?” keluhnya.

Atha melepaskan genggaman tangannya dan memupuk kepala Ayesha dengan lembut sambil tersenyum.

“Biar lo makin pinter matematika.”

“Okeeee...” Jawab Ayesha malas.

“Balik gih, latihannya udah mau mulai.” 

Ayesha melihat ke sekeliling, dia tidak sadar kalau mereka sudah berada di pinggir lapangan dengan posisi dia sudah berada di dekat tim basket SMA Asri karena ternyata Atha mengantarnya kesana tanpa disadari.

Belum lagi semua mata yang menatap kedekatan mereka berdua, memperlihatkan kalau mereka adalah sepasang kekasih.

Sementara di tribun seberang seluruh tim Basket SMA Patriot ribut meledek kapten mereka lagi untuk kesekian kalinya yang sepertinya sudah mulai terbiasa dengan itu.

“Eca.” Beberapa anggota tim basket SMA Asri langsung menghampirinya.

“Lo pacaran sama Atha?” Pertanyaan sama yang sempat dilontarkan Alina.

Kali ini Ayesha tidak menjawab apapun, dia hanya menggeleng.

“Mereka temen satu bimbel.” Celetuk Alina yang berdiri dekat mereka, otomatis membuat semua tim basket SMA Asri berbalik menoleh padanya.

“Ya kan, Ca?” Alina meminta jawaban tegas dari manajernya yang langsung diangguki dengan senyum.

“Ah, masa gak pacaran sih? Orang udah deket gitu. Apa masih PDKT? Atau... HTS?” Ayesha mengangkat kedua bahu, dia bingung harus klarifikasi dari segi mana lagi.

Jawaban ‘hanya teman bimbel’ sepertinya belum bisa memberikan teman-temannya kepuasan. Mungkin mereka semua memang menginginkan jawaban ‘pacaran’ dari Ayesha. Tapi... kan memang bukan pacar, jadi Ayesha harus jawab apa lagi?

--00--

BAB 5

“Gue tadi suruh kalian apa?!” Terdengar suara marah Atha dari Tribun seberang.

Dia berdiri sambil tolak pinggang, berteriak kepada tiga anggota timnya yang tampak ketakutan.

“Squat Jump 30 kali. Sisanya lari keliling lapangan 5 kali. Abis itu kalian ikut lari keliling lapangan.” Perintahnya yang tidak bisa terbantahkan.

Semua tim basket SMA Patriot sudah melakukan pemanasan terlebih dahulu, diikuti tim basket SMA Asri.

Latihan gabungan berlangsung selama satu jam, seperti biasa, orang yang paling bersemangat adalah Ayesha, dia menyemangati kedua tim tanpa memihak, bahkan saat mereka mencoba untuk sparing dengan kemenangan yang tentu saja diraih telak oleh tim basket SMA Putra Patriot karena tubuh mereka yang menjulang tinggi seperti gapura kabupaten serta tenaga yang lebih besar dari tim basket SMA Putri Asri.

Tapi sepertinya mereka sudah cukup puas dengan latihan hari ini. Terlihat dari semangat yang tidak ada habisnya bahkan sampai latihan selesai.

“Atha, thanks untuk latihan hari ini.” Alina menghampiri Atha saat kembali ke tribun dan mengulurkan tangan untuk dijabat.

Atha hanya melihat tangan yang masih melayang tersebut, tidak bermaksud untuk menyentuhnya sama sekali. Kemudian dia menatap Alina dan mengangguk datar.

“Sama-sama, kalian juga hebat hari ini. Pertahanin ajah power dan tekniknya kayak tadi. Kemungkinan besar bisa menang.” Dengan malu Alina menarik kembali tangannya, dia tahu kalau cowok itu tidak akan menjabat tangannya.

“Bilangin cewek gue suruh tunggu di depan gerbang. Dia suka kabur-kaburan.” Ucapnya sambil menunjuk Ayesha yang sedang membantu tim lain merapikan peralatan dengan dagunya diselingi senyuman yang terlihat manis.

Alina melihat arah pandang cowok itu yang sangat jelas sedang memandang Ayesha tanpa berkedip.

“Kata Eca kalian gak pacaran.” Atha terkekeh.

Dia sangat tahu kalau Ayesha sama sekali tidak peka. Tapi sengaja dibiarkan begitu saja.

“Gue balik dulu. Jangan lupa kasih tau dia.” Atha dan semua tim basket SMA Putra Patriot berpamitan dengan semua tim basket SMA Asri dari kejauhan lalu menghilang keluar lapangan.

“Ca. Lo ditunggu Atha di depan gerbang sekolah.” Ucap Alina saat menghampiri Ayesha yang sedang mengambil tasnya bersiap untuk pulang.

“Hah? Ngapain dia nungguin? Kan gak janjian pulang bareng.” Alina mengangkat bahu dan pergi meninggalkannya.

“Makasih, Alina.” Ucap Ayesha setelah menyampaikan pesan dari Atha.

***

Sebuah mobil sedan warna putih menghampiri Ayesha saat sedang menunggu Atha di gerbang sekolahnya. Salah satu pintu belakang mobil terbuka saat sudah berada di samping cewek itu.

“Ca, ayo!” Ajaknya sambil membuka pintu mobil dengan lebar.

“Kok tumben bawa mobil? Biasanya motor.” Tanya Ayesha saat mobil sudah melaju menuju rumahnya.

“Biar princess gak masuk angin.” Jawab Atha terkekeh.

“Princess siapa?”

“Princessnya Atha, Ayesha.” Jawabnya sambil mengacak rambut cewek itu, kali ini tidak sebrutal tadi karena rambut Ayesha masih rapi setelahnya.

“Princess apa? Princess Disney?” Atha menghela nafas.

“Iya boleh. Princess Disney.” Ayesha tersenyum.

“Aku suka Princess Aurora.”

“Yang doyan tidur?”

“Ih, bukan doyan… itu kan dia dikutuk.” Atha berdecak.

“Malin Kundang tuh... baru dikutuk.”

“Ya sama berarti, kan. Sama-sama dikutuk.”

“Menurut gue sih Princess Aurora bukan dikutuk, emang doyan tidur. Percaya deh.” Ayesha merengut.

“Atha baca ceritanya dimana sih? Bisa mikir kayak gitu.”

“Meme di sosmed lah.” Kekehnya.

“Apalagi Princess Snow White... wah... parah sih itu... apalagi si kurcacinya 7... past…” Mulut Atha langsung dibungkam oleh tangan Ayesha.

“Aku gak mau denger. Jangan rusak imajinasi Princess Disney aku.” Atha mengangguk terkekeh sambil melepas tangan Ayesha dan berganti menggenggamnya.

“ya udah, oke. Tapi lo tau kan endingnya gimana biar si Princess Aurora bisa bangun?” Tanya Atha dengan senyum smirknya.

“Tau... kan Prince Philip ngebunuh si naga jahat, jadinya Princess Auroranya bangun.” Kali ini Atha memicingkan matanya.

“Lo baca ceritanya gak sampe selesai ya, Ca?” Ayesha tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.

“Makan dulu sebelum pulang, ya? Tadi belum makan sore, kan?” Ayesha menggeleng.

“Enggak ah, langsung pulang aja. Nanti dicariin mama sama papa.”

“Gue ngomong deh sama orang tua lo. Coba telepon dulu…” Ayesha masih menggeleng.

“Aku juga gak laper, kok.”

“Tapi gue laper, Ca. Masa lo gak kasian sama gue yang laper dan capek banget begini?”

“Loh, kan masih bisa ditemenin Pak Supirnya. Jadi gak sendiri.” Atha mendengus, Ayesha benar-benar tidak peka sama sekali saking polosnya si Princess Disney ini. Dia mengangguk dan menyudahi perbincangan tersebut.

Tanpa diketahui, sejak tadi supirnya tersenyum mendengar percakapan majikannya yang sedang bucin tersebut tapi tidak direspon dengan baik dari cewek tidak peka disebelahnya.

Kawasan Kemang terpantau cukup padat menyebabkan kemacetan di mana-mana termasuk arah jalan kerumah Ayesha.

“Pak... gak ada jalan alternatif lagi?” Tanya Atha yang melihat mobilnya tidak bergerak sama sekali di jalur satu setengah mobil tersebut.

“Gak ada, mas. Dimana-mana macet kalau jam segini. Di maps juga merah semua.” Atha berdecak.

Dia melihat ke samping, ternyata Ayesha sudah tertidur dengan kepala yang miring ke arah pintu di sebelahnya. Membuat cowok itu memindahkan kepala princess ke lengannya agar bisa bersandar.

***

“Eca, ayo bangun! Udah pagi.” Mamanya membuka tirai jendela agar matahari pagi bisa masuk ke dalam kamar putrinya yang masih terlelap di kasur empuknya.

“Ma... Aku masih ngantuk.” Ucap Ayesha sambil mengusap salah satu matanya mengusir rasa kantuk.

“Katanya mau pergi hari ini. Gak jadi?” Ayesha duduk di kasurnya masih berusaha mengumpulkan sembilan nyawanya yang masih tersebar di beberapa sudut kamar.

“Pergi kemana?” Tanyanya bingung.

“Loh, katanya mau pergi sama temen bimbelnya. Masa lupa?”

‘Ya udah, nanti gue ajarin...’ 

Ucapan Atha waktu itu kembali teringat. Cowok itu berjanji akan mengajarinya basket saat weekend di lapangan kota.

“Oh iya, aku lupa. Aku mau langsung mandi dan siap-siap dulu ya, ma. Makasih udah ingetin aku, mama sayang.” ucapnya sambil memeluk sesaat mamanya lalu bergegas ke kamar mandi.

Mamanya hanya menggelengkan kepala sambil merapikan tempat tidur yang baru digunakan anaknya.

“Perginya sama cowok yang semalem ya?” Tanya mamanya saat Ayesha sedang bersiap.

“Eh?” Mamanya tersenyum.

“Pacar kamu?” Ayesha menggeleng cepat.

“Bukan... ih, mama.” Mamanya tertawa melihat kegugupan anaknya pertama kali dalam hidupnya.

“Dia tuh temen bimbel...” Tiba-tiba dia teringat semalam, langsung menatap mamanya.

“Ma, semalem bukannya aku dianter temen aku ya? Kok aku lupa ya adegan masuk kamar terus tidurnya?” Mamanya terkekeh.

“Ya jelas gak inget, orang kamunya ketiduran di mobil. Temen kamu yang gendong kesini.” Mata Ayesha terbelalak.

“APA?”

“Aku di... gendong... Atha?”

“Oh, namanya Atha? Iya, kamu digendong Atha saking pulesnya.” Jelas mamanya.

“Kok berani banget sih tidur di mobil orang, Ca? Kalau diculik gimana?”

“Biarin ajah diculik, nanti dia repot sendiri kasih aku makan. Kan makanan aku beda, harus yang sehat semua.” ucapnya sombong.

“Mama malah jadi kasihan sama dia kerepotan ngurusin kamu.” Balas mamanya sambil tertawa.

“Kata Atha, semalem dia mau ngajak kamu makan tapi kamunya gak mau, takut dicariin mama sama papa. Emang kamu gak makan sore?” Ayesha menggeleng.

“Jadi obatnya gak dimakan?” Dia menggeleng lagi kali ini sambil menunduk.

“Eca, itu kan obat rutin. Nanti kalau kambuh gimana?”

“Tapi semalem kan langsung tidur, ma. Jadi gapapa.”

“Lain kali jangan sampe gak dimakan ya obatnya.” Ayesha mengangguk.

“Apa mama perlu kasih tau Atha biar dia bisa ingetin kamu?”

“JANGAN!” Pekik Ayesha tiba-tiba.

“Jangan bilang apa-apa sama siapapun, Ma. Mama kan udah janji.” Mamanya menghela nafas.

“Tapi Eca…”

“Aku bisa jaga diri, ma. Aku usahain gak sakit. Aku akan rutin minum obatnya, jadi mama gak usah khawatir ya.” Ayesha berusaha meyakinkan mamanya yang akhirnya luluh juga dan mengangguk.

“Inget ya, jangan capek-capek. Kalau jadi manajer basket bikin kamu capek, udahan aja.” Ayesha mengangguk patuh.

“Iya, mama.”

“Sebelum berangkat, sarapan dulu ya. Kalau perlu sekalian ajak Atha sarapan juga dirumah, biar mama tenang. Obatnya juga sekalian dibawa.” Ayesha mengangguk beberapa kali tanda setuju.

--00--

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya His Princess, Ayesha: Bab 6-8
1
0
Ayesha adalah Princessnya Atha. Dia begitu menyukainya tanpa syarat. Sedangkan Atha adalah tempat ternyaman Ayesha, dia ingin selalu bersamanya.Tapi Ayesha menyembunyikan sesuatu dari Atha yang membuatnya tidak bisa menyatakan perasaannya.Meski begitu, Atha tetap mengabulkan satu permintaan Ayesha.“Bunuh naga jahatnya!”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan