Ex's Invitation — SATU

57
18
Deskripsi

Bermula dari menghadiri acara pernikahan mantannya, Aqilla dibuat semalu-malu nya oleh tindakan sang MC. Hingga membuat semua pasang mata yang menghadiri rangkaian acara pernikahan mantannya itu menatap Aqilla dengan tatapan yang sulit diartikan.

Termasuk Daniel Adelio Cavan, laki-laki itu mulai tertarik dengan Aqilla Maheswari di detik itu juga, pada saat Daniel melihat wajah Aqilla yang menurutnya sangat hebat itu.

Siapa sangka, takdir mempertemukan mereka kembali, walaupun Aqilla tidak menyadari...

- Aqilla POV -

Pertama, jujur Aku sedikit terkejut saat melihat notifikasi disalah satu akun sosial media ku. Entah ada keajaiban dari mana, hingga nama itu muncul dilayar handphone, mem-follow ku secara tiba-tiba tanpa sebab dan kata. Dia, sosok laki-laki yang dulu bahkan sampai sekarang pun sangat di puja-puja oleh kalangan wanita, dengan parasnya yang begitu mempesona.

Tiga puluh menit telah berlalu, sebelum akhirnya Aku memutuskan untuk mem-follownya kembali. Hanya untuk mengambil sebuah keputusan follback, Aku membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menimbang dan berfikir pada diriku sendiri.

Aku memang dilema, bagaimana tidak? Dia adalah teman seangkatan ku di masa putih abu-abu, juga, sekaligus, dia adalah mantan ku!

Aku tidak tahu alasan dia karena apa mem-follow ku kembali setelah sekian lama dia memblokir akun Instagram ku. Tapi satu hal yang kuduga, pasti dia mau pamer kalau dirinya itu akan segera menikah!

Yap, dia memang akan segera menikah dalam waktu dekat ini. Buktinya dia sudah mengirimkan undangan pernikahannya untukku meski hanya lewat jasa kurir saja.

Awalnya aku berpikir, dia pengecut, karena berani memberikan undangan lewat jasa kurir. Tapi setelah Aku kembali tersadar, Aku bersyukur bahwa bukan dia yang datang secara langsung untuk memberikan undangannya padaku.

Aku menolak untuk bertemu dia, bukan berarti Aku tidak bisa move on darinya, yaa?!

Aku sudah benar-benar move on! Toh hubungan kita berakhir sudah cukup lama, sekitar sembilan atau sepuluh tahun—lalu. Lama kan? Memang!

Biar ku ceritakan sedikit tentang hubungan asmara kami dahulu. Aku menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun, kami berpacaran ketika kita sama-sama duduk di kelas satu SMA. Selama sekolah, kita tidak pernah ditakdirkan didalam satu kelas yang sama di waktu SMA. Tapi entah bagaimana dia mampu mencuri hatiku, mungkin karena dulu dia adalah seorang  most wanted di SMA, laki-laki yang paling tampan sekaligus kapten tim sepak bola. Mungkin karena sikapku yang masih labil dan polos, Aku tergoda hanya dengan melihat ketampanannya saja. Kurasa itulah yang membuat Aku menerima cintanya? Mungkin!

Dulu, Aku merasa bangga pada diri sendiri, karena bisa menjadi pacarnya. Tapi setelah dipikir lagi sekarang, setelah Aku tahu betapa buruknya sikap dia dalam memutuskan hubungan. Aku sangat menyesal pernah mencintai dia, dan Aku menyesal pernah membanggakan diri sendiri karena telah menjadi pacarnya.

Hubungan kami berakhir setelah masa putih abu-abu berakhir, dia dengan gampangnya memutuskan Aku secara sepihak hanya lewat pesan singkat saja, tanpa penyebab apapun. Tapi dia memiliki satu alasan yang membuat Aku, dengan terpaksa harus menerima keputusannya.

Sebenarnya alasan dia memutuskanku sangat klise, bukan alasan yang sangat sensitive ataupun urgent. Alasannya adalah karena dia gak mau berpacaran, katanya dia hanya ingin fokus pada kuliahnya! Klasik kan? Memang betul! Tapi karena Aku malas berdebat, Aku menerima dia memutuskan Aku begitu saja.

Setelah hubungan kami berakhir, selang tiga bulan, tiba-tiba Aku mendengar kabar bahwa dia telah menjalin hubungan dengan salah satu temanku.

Gila gak?

Memang brengsek kan?

Dia memutuskan Aku dengan alasan tidak mau pacaran lagi, tapi kenyataannya apa? Dia berpacaran dengan temanku, dan hubungannya sangat langgeng, sampai sekarang, bahkan bisa sampai ke pelaminan.

Mantanku yang sangat egois itu bernama Ansel Diantoro, dia adalah seorang model yang lumayan cukup terkenal di dunia modelling, mungkin karena wajahnya yang lumayan tampan, yang membuat dia mampu bertahan di bidang modelling.

Calon istrinya pun alias teman sekelasku itu juga seorang model yang cukup terkenal dengan wajah dan body yang sangat sexy. Wajar sih hubungan mereka bisa awet selama itu, mungkin karena memang mereka bekerja di bidang yang sama, dan mungkin mereka menemukan visi yang sama, makanya hubungan mereka bertahan dan berjodoh!

"Qilla. Nih anak,, dipanggil kagak nyaut-nyaut!" Ibu menyembul dibalik pintu secara tiba-tiba, membuat Aku sedikit terperangah dari lamunan.

"Ya? Kenapa Bu?" Tanyaku sedikit gelagapan.

Bagaimana Aku tidak terkejut, Aku yang sedang memikirkan mantan, tiba-tiba Ibu datang dengan berteriak cukup kencang.

"Kamu tuh ya,, hobi banget melamun! Makanya cari pacar biar gak ada waktu buat melamun!" Omel Ibu yang terus-menerus sama dari waktu ke waktu. Walaupun tidak ada korelasinya sama sekali.

Aku sebagai anaknya pun heran, kenapa ibu tidak pernah mengupgrade caranya mengomel, sih?

"Ibu ada perlu apa manggil qilla?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan, setelah rasa keterkejutanku sedikit meluruh.

"Itu,, diluar ada Abang go-food. Kamu pesen makanan?"

"Ah, iya.. Qilla lupa!" Kataku langsung bergegas menemui abang go-food nya.

Aku tidak lagi mempedulikan ocehan ibu di kamar, fokusku hanya pada makanan yang Aku pesan.

"Mba Aqilla Maheswari?" Tanya Abang go-food nya hati-hati, setelah Aku membuka pintu gerbang rumah. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Totalnya empat puluh lima ribu Mba." 

Abang go-food pun menyerahkan makanan pesananku, lalu Aku pun balas memberikan uang selembar lima puluh ribuan.

"Makasih ya Pak,," Kataku ramah, lalu Aku mundur perlahan, untuk kembali masuk ke dalam.

"Tunggu Mba,, kembaliannya!" Seru Abangnya, menahan ku sebelum menutup pintu gerbang.

"Gak apa-apa Pak, gak usah kembalian." Kataku lagi sambil menyelipkan senyuman diwajah.

"Terimakasih yaa Mba!" Ada binar keceriaan di wajah lelahnya.

Aku sedikit membungkukkan badan sebentar sebagai tanda menerima dari ucapan terimakasih nya itu, sebelum Aku benar-benar menutup pintu gerbang.

 

                                      🌼🌼🌼

 

Aku masih sibuk didepan cermin merias wajahku dengan telaten, meski aku tidak terlalu pandai dalam memoles wajah dengan make-up, tapi Aku akan berusaha dengan sekuat tenaga, agar Aku bisa tampil dengan sempurna di pernikahan Ansel.

Hari ini adalah memang hari pernikahan Ansel dan Naura, acara nya mungkin sudah dimulai dari jam 9 pagi, dari yang Aku lihat di surat undangannya. Di dalam surat undangan tertera kalau Akad pernikahan mereka dilaksanakan pukul 10.00 WIB, tapi Aku akan datang ketika acara resepsi dimulai.

"Ternyata Lo beneran se-niat itu ya, buat datang ke pernikahan mantan?" Ucap Zanna, masih dengan nada suara dan ekspresi tidak percayanya, padahal dia sudah melayangkan pertanyaan yang sama, sewaktu aku mengabarinya lewat WhatsApp.

"Iya dong,, kalau dapat undangan tuh, ya memang harus datang, harus menghormati orang yang ngundang!" Jawabku dengan tenang, tetap masih fokus dengan kuas-kuas makeup.

"Tetep aja, gue sih males kalo harus datang ke pernikahan mantan!"

Dibalik cermin yang sedang Aku tatap. Aku dapat melihat gesture tubuh Zanna yang terlihat malas dan ogah-ogahan, apalagi raut wajahnya yang sudah dapat menjelaskan semuanya. Bisa dibilang, wajah Zanna tuh, memiliki subtitle. Melihat wajah Zanna yang tiba-tiba bete seperti itu, membuat Aku sedikit tersenyum.

"Gak terlalu buruk kok datang ke pernikahan mantan. Justru menurut Gue pribadi, kalau mantan nikah dan ngundang, kita ya harus datang. Kita harus buktikan sendiri kalau pilihan dia itu ternyata masih kalah jauh dibawah kita!" Kataku dengan sedikit arogan.

Tapi memang menurut ku sih, perkataan Aku benar. Kalau dia sudah jadi mantan? Berarti kita sudah gak butuh dia kan? Terus tidak ada salahnya datang ke pernikahan mantan, hanya untuk sekedar memberikan selamat!

"Yakin? Lo percaya diri kalau si Naura itu dibawah Lo?" Tanya Zanna dengan nada julid nya. Maksudnya? kurang ajar.

Aku memutar tubuh, menghadap Zanna yang sedang duduk diatas kasur. "Yakinlah!" Jawabku dengan tegas.

"Walaupun dia model terkenal, gue masih jauh diatas dia!" Tambahku lagi dengan penuh percaya diri.

Zanna mengangguk-anggukkan kepalanya, dengan memberikan ekspresi wajah mengasihani. Lebih tepatnya sih, dia kehilangan kata untuk mendebatku. Ekspesi Zanna sungguh menyebakan, rasanya aku sangat ingin membawanya ke hutan Amazon.

"Kalo ekspresi Lo masih gitu terus, gue tendang Lo ke hutan Amazon!" Ancam ku, tapi ya percuma saja. Dia tidak akan takut sama sekali atas ancamanku yang tidak masuk akal itu.

"Kalo Lo tendang Gue ke hutan Amazon. Nanti yang nemenin Lo ke pernikahan MANTAN Lo siapa?" Zanna sengaja menekankan kata Mantan untuk menyindirku.

"Tinggal Gue ajak Ibu sama Bapak gue lah." Kataku santai, seraya kembali memutar tubuh menghadap cermin, melanjutkan lagi kegiatan merias wajahku yang sempat tertunda.

Zanna tertawa cukup keras mendengar perkataanku barusan.
"Lo pergi ke kondangan, apa mau ngambil raport disekolah?" Zanna masih dengan tawanya, kali ini ia menaikan volume suaranya dua kali lipat. Mendengar Zanna tertawa membuat Aku ikut tertawa juga.

 

                                       🌼🌼🌼

 

Alunan musik jazz I'm Yours milik Jason Mraz mengalun indah di ballroom hotel tempat acara pernikahan Ansel dan Naura dilaksanakan. Aku yang baru saja memasuki pintu ballroom yang lebar, mulai mengikuti irama yang sedang dimainkan oleh pemain musik di pojokan sana berdampingan dengan panggung pelaminan.

"Lo harusnya dateng bareng pasangan, bukan ngajak gue!" Zanna berbisik disampingku, matanya masih terus melihat sekeliling, begitu pula denganku.

"Lo yakin masih PD buat ngasih selamat ke si Ansel dan Naura?" Tanya Zanna memastikan lagi.

Aku terus berjalan dengan penuh percaya diri diatas red carpet yang dipasang lurus sampai ke pelaminan. Malam ini, Aku mengenakan dress brokat lofoten selutut, berwarna merah maroon, dengan clutch berwarna silver. Malam ini, Aku tidak memakai aksesoris terlalu banyak, hanya mengenakan sebuah kalung liontin saja, karena memang model gaun yang Aku pakai, memperlihatkan leher jenjangku secara bebas.

"Gak PD kenapa sih, Na?" Ucapku sedikit greget karena Zanna banyak tanya, sekaligus banyak khawatirnya.

Aku bingung dengan sikap Zanna, sebenarnya yang menikah itu mantanku atau mantannya sih? Perasaan Aku biasa saja, kenapa jadi dia yang repot?

Lagu jazz yang berjudul I'm Yours telah selesai dimainkan oleh pemain band, ketika Aku baru saja menginjakkan kaki diatas panggung pelaminan, tempat kedua mempelai itu berada. Kini alunan musik yang berjudul can't smile without you milik penyanyi Barry Manilow mulai dimainkan dengan sangat indah oleh pemain band menggantikan lagu sebelumnya.

Aku menyalami kedua orang tua Naura, dengan senyum manis yang terpasang secara otomatis diwajahku. Setelah selesai dengan kedua orang tua Naura, lalu beralih memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai. Namun baru saja hendak mengulurkan tangan pada Ansel, tiba-tiba saja seorang MC yang memandu acara ini dan kebetulan juga dia adalah temanku di SMA, yang sedikit banyak tahu, perihal hubunganku dengan Ansel jaman dulu, sekaligus kenal juga dengan Naura, dia tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang sangat ingin Aku maki sekarang juga.

"Selamat datang, teruntuk Aqilla Maheswari.." Suara lembut dari MC mulai mengalun merdu, menyambut namaku. Itu memang awal sambutan yang baik.

Aku masih mengabaikan nya, senyum elegan masih menghiasi wajah. "Selamat ya atas pernikahan kalian,, semoga berbahagia selalu." Kataku dengan jujur dan tulus, pada kedua mempelai.

"Makasih ya Qilla udah berkenan hadir diacara pernikahan kita." Balas Naura, wajahnya terlihat sangat bersahabat. Tapi Aku tidak tahu, didalam hati yang sebenarnya mengandung apa? Semoga saja memang dia tulus, seperti Aku yang memberikan ucapan selamat dengan tulus.

Kulihat Ansel hanya diam saja, sambil mengangguk-angguk setuju atas apa yang telah diucapkan oleh wanita yang beberapa Jam lalu telah resmi dipersuntingnya. Aku hanya bersikap bodo amat, tidak mempedulikan sikap Ansel yang hanya diam saja.

"Teruntuk Aqilla,, lagu yang dimainkan sekarang memang sesuai ya? Semoga memang sudah benar-benar move on dan ikhlas yaa, ditinggal nikah mantan." Lanjut Bagas—sang pemandu acara malam ini, diucapkan dengan suara enteng tanpa dosa.

Kampret!

Sungguh ingin rasanya ku lempar sepatu hills yang sedang Aku pakai ini pada mulut songongnya Bagas Saputra. Dari dulu dia memang seperti itu, hobinya selalu membuat orang naik darah.

Aku mengeratkan gigi, rahangku mulai terasa kebas, menahan umpatan agar tidak keluar begitu saja. Tatapan tajam ku masih terpusatkan pada MC yang kini sedang  balik menatap ku juga, laki-laki yang mengenakan stelan Jas berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu itu memberikan cengiran kudanya. Melihat nya seperti itu, rasa ingin menendang bokongnya sangat tinggi.

"Tolong Mba,, bisa ambil posisi? Silahkan berdiri disamping mempelai pria nya." Suara berat yang tidak Aku kenal itu membuat ku terhenti dari perang pandangan dengan Bagas.

Aku tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh fotografer itu, Aku memilih berdiri disamping Naura, sedangkan Zanna yang sedari tadi terus diam selama di atas pelaminan, kusuruh dia berdiri disamping Ansel.

Aku menyempatkan melirik sebentar kearah Ansel setelah Aku berhasil berdiri tepat disamping Naura. Dahiku sedikit berkerut ketika pandangan ku melihat sudut bibir Ansel tertarik keatas, tapi itu tidak lama. Karena keburu pandangan kami saling bertemu, dan dia langsung merubah raut wajahnya dengan kembali memasang wajah datarnya.

"dih, ngapain Lo liat-liat?" dengkusku dalam hati 

 

                                      🌼🌼🌼

 

- Daniel POV -

 

Pandangan ku masih terfokus pada gadis yang mengenakan gaun brokat berwarna merah maroon diatas panggung pelaminan sana. Tatapan matanya terlihat menyalang pada MC yang telah mengatakan kata-kata yang mungkin telah menyakitinya. Dari apa yang Aku dengar tadi, MC yang bernama Bagas itu mengatakan bahwa klienku adalah mantan dari wanita itu.

Pantas saja sih, jika wanita itu marah. Jika Aku berada diposisi dia, mungkin Aku juga akan marah, atau justru Aku langsung menghantam wajah MC itu sampai babak belur. Tiba-tiba Aku merasa bangga padanya, dia mampu menahan amarahnya. Selain itu, Aku salut dengannya karena sudah berani datang ke nikahan mantan! Secara dia adalah wanita, tapi dia berani datang ke nikahan mantan walau tanpa membawa pasangan.

Gila sih,, hebat!

Aku akan menobatkan wanita itu sebagai wanita terhebat! Walaupun Aku belum mengenal dia secara baik, tapi untuk pertemuan pertama, aku menilai dia adalah wanita hebat yang keren.

Aku dibuat terus tersenyum dengan sendirinya, hanya karena melihat dia dengan ekspresi gemas ketika dia turun dari atas pelaminan dengan buru-buru, pandangannya masih terkunci pada sang MC. Dia menghampiri Bagas sebentar, lalu meninggalkan nya begitu saja, setelah bibirnya mengucapkan beberapa kata, yang tidak berhasil aku tangkap oleh indera pendengaranku.

Ada apa denganku hari ini? Kenapa Aku terus ingin melihat wanita itu? Tidak biasanya Aku tertarik dengan permasalahan kehidupan orang lain, apalagi kepo dengan tamu undangan dari klienku.

Disini, Aku sedang bekerja. Ansel dan Naura adalah seorang model yang cukup sering Aku potret wajahnya, baik untuk keperluan majalah atau hanya untuk sekedar Photoshoot biasa, kali ini mereka berdua meminta ku memotret dihari bahagianya. Yup, Aku seorang fotografer yang cukup terkenal dikalangan elite. Bahkan para selebritis papan atas sangat sering menghampiri ke studio fotoku.

Sebenarnya tugasku malam ini sudah selesai, tugasku hanya mengambil foto diri Ansel dan Naura, saat akad saja. Jika sudah memasuki acara resepsi, Aku sering mengalihkan tugas pada teamku yang lain. Selebihnya Aku hanya menikmati acara resepsi sebentar, lalu pamit pulang, sisanya selalu team fotograferku yang melanjutkan pekerjaan.

Aku menepuk singkat pundak Rizal sebelum pergi mengambil minuman, Rizal adalah salah satu teamku yang Aku ajak bertugas untuk malam ini. Malam ini aku bekerja dengan 5 orang team yang sangat pro dalam bidang fotografi.

"Saya tinggal dulu.."

"Siap Mas.." Rizal mengangguk lalu aku pergi mengambil minuman yang sudah disiapkan oleh pihak hotel disini.

Sesampainya di stand minuman, Aku mengambil minuman yang bersoda, malam ini cukup lelah, setidaknya Aku butuh soda untuk menghilangkan sedikit rasa lelahku.

Aku masih berdiri di depan stand minuman, namun indera pendengaran ku menangkap percakapan orang lain yang berada sedikit jauh di belakang sana, Aku masih belum tahu siapa orang yang berada di belakang ku itu, akan tetapi Aku masih setia mendengarkan percakapan mereka.

Jangan katakan Aku tidak sopan, Aku sama sekali tidak berniat untuk menguping pembicaraan orang lain. Tapi salahkan saja orang yang berbicara itu, kenapa pembicaraan mereka bisa terdengar oleh ku.

"Udah gue bilang kan! Harusnya Lo ajak gebetan Lo, si Mas Rangga! Biar disangka Lo beneran udah move on!

"Lah,, emang gue udah move on."

"Tapi nyatanya,, orang lain gak percaya lo udah move on, karena Lo datangnya masih tanpa gandengan."

"Makan aja sih fokus, tujuan Gue ajak Lo kesini tuh buat makan, bukan buat banyak komplain."

"Lo tuh emang aneh yaa. Punya gebetan tapi gak pernah dimanfaatkan."

"Baweel!!"

Anehnya Aku nyaris tersenyum mendengar pertengkaran sepele dari seseorang yang Aku masih belum tahu wujudnya seperti apa dan siapa. Karena penasaran, Aku mencoba berbalik badan, berpura-pura mengambil sesuatu, padahal aslinya hanya untuk melihat dua orang yang bisa berani mengusik telingaku.

Senyumku semakin mengembang setelah melihat siapa orang yang tadi berdebat kecil itu.

Rupanya dia adalah gadis yang sama yang telah mencuri perhatian ku, sejak awal kedatangannya.

 

                                   🌼🌼🌼

 

Jam makan siang memang sudah tidak aneh lagi jika ramai, apalagi dihari kerja seperti ini, semua orang sibuk berlomba-lomba untuk mengisi perut laparnya. Seperti sekarang, tempat makan siang yang Aku pilih, sama sekali tidak ada meja yang kosong, semuanya penuh.

Aku melongo sebentar, melihat suasana yang sangat ramai di restoran ini. Rupanya Aku salah memilih tempat untuk makan siang, sedikit ragu, antara harus melanjutkan rencana makan siang di sini, atau pindah ke tempat lain. Tapi,, jika Aku pindah ke tempat lain, toh percuma juga, semua tempat pasti sudah penuh. Mendadak merasa sedikit menyesal karena sudah mengikuti keinginan sesaat, tapi ya sudahlah, toh ini pilihan hati karena ingin makan disini.

Kembali ku lihat jam yang melingkar ditangan kiri. Waktu yang Aku punya tidak banyak, Jam 1 harus sudah berada di kantor klien, semoga saja tidak telat, beruntungnya, jarak dari sini ke kantor klien itu tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitaran lima sampai sepuluh menit.

Aku mengedarkan mata ke sekeliling restoran ini, mencari meja yang mungkin saja masih ada yang kosong secara ajaib, tapi sayangnya hasilnya nihil. Heran, kenapa restoran ini selalu ramai di jam-jam genting?

Dengan memaksakan kehendak, dan terpojokkan oleh waktu, Aku mendatangi bagian kasir terlebih dahulu.

"Mba,, gak ada tempat kosong lain lagi?" Tanyaku dengan bodohnya.

Kulihat penjaga kasir itu sedikit terkejut mendengar pertanyaan bodoh ku tadi, tapi ya sudahlah mau bagaimana, Aku tidak peduli jika dianggap sebagai laki-laki bodoh olehnya.

"Sepertinya sudah tidak ada lagi tempat yang kosong Mas,, tapi kalau mas mau menunggu, mungkin sebentar lagi akan ada yang kosong kok Mas." Sahut dia, dengan ekspresi sedikit tidak enak sekaligus mata yang sibuk mencari tempat kosong.

"Dan saya akan terlambat ke kantor Mba, kalau harus menunggu." sahutku, sedikit menyelipkan keluhan.

"Atau Mas ikut numpang duduk disana saja, kebetulan disana ada kursi yang masih kosong." Seru si mba nya, seraya menunjuk ke arah belakangku.

Aku mengikuti arahannya, rupanya memang disitu kosong. Permasalahannya, masa iya, Aku harus numpang di meja orang? Apalagi disana ada tiga wanita!

"Gimana Mas?" Tanyanya.

Ragu,, tapi ya sudahlah, masa bodo dengan urat malu! Ini waktu genting, tidak ada waktu lagi jika memikirkan rasa malu.

"Oke deh Mba, saya pesan bebek muda bakar ya, sambelnya rica-rica tapi jangan terlalu pedas, minumnya teh botol aja,  pake batu es." Seru ku pasrah.

"Oh iya Mba,, jangan sampe pusing nyari tempat duduk saya. Saya yang numpang di meja orang lain." Setelah mengucapkan itu, Aku langsung pergi ke meja yang sudah disarankan oleh penjaga kasir wanita tersebut. Agak sedikit terdengar kekanak-kanakan sih, tapi masa bodoh, habis nya aku kesal.

Dengan langkah yang sedikit berat, Aku menghampiri tempat ketiga wanita itu berada. Sumpah! Kesalahan apa yang sudah Aku perbuat di kehidupan sebelumnya? Sampai-sampai Aku melakukan hal yang sangat memalukan seperti ini.

"Permisi,, saya ikut duduk disini ya? Soalnya gak ada tempat duduk lagi. Cuma kursi ini satu-satunya yang kosong." Kataku cepat dalam sekali tarikan nafas.

Aku melihat dua wanita yang duduk di hadapanku memasang ekspresi kagetnya, keduanya sama sekali tidak ada yang menjawab, mereka hanya bengong menatap wajahku. Tiba-tiba Aku merasa bingung sekaligus salah tingkah ditatap seperti itu.

"Duduk aja Mas,, kita sebentar lagi pergi kok."

Pandanganku beralih pada wanita yang duduk membelakangi ku,  dia berkata tanpa repot melihat ku. Tanpa pertimbangan apapun, Aku langsung duduk. Kulihat sekilas wanita yang duduk disampingku itu, dia masih menunduk, karena sibuk dengan ponselnya.

"Terimakasih,, karena sudah mengizinkan saya duduk disini." Kataku pelan, tatapanku masih fokus melihat wanita disamping yang masih sibuk dengan ponselnya. Dia hanya mengangguk saja, tanpa berniat melihat ku kembali.

"Kalian udah selesai makannya?" Tanya wanita disampingku pada teman-temannya. Ponselnya ia masukkan kedalam pouch berwarna biru.

"Yuk!!" Ucapnya, mendorong pelan kursi yang didudukinya. Saat ia hendak berdiri wajahnya beralih menghadapku.

Aku terkejut bukan main ketika melihatnya. "Kamu!" Ucapku tanpa sadar. Sontak membuat kegiatan dia yang hendak berdiri pun gagal, kini dia kembali duduk ditempatnya.

Matanya sedikit memicing, karena terkejut atas ucapanku barusan. "Saya.." katanya dengan raut wajah bingung, sambil menunjuk diri sendiri.

"Mas,, kenal saya?" telunjuknya masih mengarah pada wajahnya, mengulang pertanyaan yang jauh lebih jelas.

Bodohnya, Aku mengangguk ketika dia bertanya seperti itu. Karena Aku cepat sadar, Aku menggeleng. Dan itu membuat dia semakin bingung.

"Yang bener yang mana? Mas kenal saya apa enggak?" Tanya nya lagi, memastikan. Sekarang giliran Aku yang bingung atas pertanyaannya.

"Anjrit! Gini nih kalo kebanyakan gebetan, jadi lupa."

"IYA! Pliss deh Qill,, gak usah akting pura-pura gak kenal gitu."

Teman-teman nya berseru memojokkan wanita yang Aku lihat dipernikahan malam kemarin. IYA, WANITA ITU.

"Laaah!! Emang gue gak kenal." Belanya, menolak tuduhan dari kedua temannya itu. Sorot matanya menatap serius pada kedua temannya.

"Mas,, memangnya kita pernah ketemu ya, sebelumnya?" Pandangannya kembali beralih menatap ku, meminta kejelasan. Tiba-tiba Aku merasa bersalah telah membuat kedua temannya salah sangka.

Namun, ketika Aku hendak menjawab kesalahpahaman ini, tiba-tiba pelayan laki-laki yang membawa beberapa minuman diatas nampan menghampiri mejaku. Dengan kompak, semuanya terdiam seketika.

"Permisii,, Teh botolnya Mas." Ujarnya sambil meletakkan satu teh botol beserta satu gelas es batu pesananku diatas meja.

Setelah pelayan laki-laki itu pergi, salah satu temannya yang tidak Aku tahu namanya, kembali berkata.

"Udahlah Aqilla,, ngaku aja,, gak perlu malu, ya gak?" Ucap wanita yang duduk tepat di sebrang ku, sambil menyenggol bahu teman disampingnya, meminta dukungan.

"Tau nih. Seganteng kayak gini, masih gak mau diakuin! Gue embat tau rasa lu!" Sahut temannya lagi, menimpali.

Wanita yang baru saja Aku tahu namanya itu, hanya menggeleng lesu, bahkan ia pun menarik nafas lelahnya.

"Sebentar,, izinkan saya untuk menjelaskan terlebih dahulu." Kataku mulai meluruskan. Pandanganku menatap satu persatu wanita yang tidak Aku kenal.

"Ya! Silahkan!" Seru wanita yang menjadi korban tuduhan atas kesalahpahaman ini, nada suara dan ekspresi nya sangat jutek sekali. Tapi anehnya, Aku justru gemas melihat dia seperti itu.

"Sebelumnya,, saya minta maaf pada Mba. Karena sudah membuat kedua teman Mba salah paham."

"Itu,, tau!" Responnya cepat, masih dengan ekspresi yang sama. Kali ini, dia menatapku dengan serius. Membuat Aku sedikit salah tingkah tanpa sebab.

"Kita memang tidak pernah saling kenal sebelumnya. Soal saya bilang 'Kamu' ke Mba tadi, itu hanya refleks aja. Maafkan saya." Jelasku, sambil sedikit membungkukkan tubuhku sebagai tanda permintaan maaf.

Wanita yang kutahu bernama Aqilla itu, sedikit terkejut sekaligus merasa tidak enak karena menurutnya mungkin sikapku tadi  sedikit berlebihan dalam meminta maaf. Tapi memang sebenarnya, Aku benar-benar tulus meminta maaf, atas tindakan bodohku tadi.

"Iya Mas,, gak apa-apa. Gak perlu sampe segitunya. Mas gak terlalu salah-salah banget kok." Katanya sedikit kebingungan.

"Tapi Mas,, beneran gak kenal Aqilla?" Tanya temannya yang masih penasaran.

"Beneran Mba, saya gak kenal. Cuma pernah bertemu aja sekali." Jawabku jujur.

"Serius? Dimana?" Kedua temannya begitu antusias dan kompak, ku lirik sebentar Aqilla, rupanya dia pun sedikit terkejut ketika Aku mengatakan hal demikian, namun ekspresi wajahnya tidak terlalu kentara.

"Diacara pernikahan kemarin malam."

"Pernikahan Ansel?" Tebak temannya yang dari awal sangat semangat memojokkan Aqilla, supaya Aqilla segera mengaku. Aku hanya mengangguk tanpa perlu menjawab.

"Wah,, gila! Bener-bener gila!" Temannya itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan-jangan kalian itu jodoh!" Tambahnya lagi yang sukses membuatku juga Aqilla terkejut secara bersamaan.

"Bener banget Zan! Gue setuju! Bakal bagus nih kalo dijadiin judul sinetron, 'Ku temukan pasanganku di pernikahan mantan!" Seru teman Aqilla yang satunya lagi, ikut menimpali.

"Zanna! Zulfa!" Teriak Aqilla memperingati kedua temannya. Sayangnya, peringatan itu tidak mempan bagi teman-temannya. Justru membuat teman-temannya semakin semangat menggodanya.
 

                                      🌼🌼🌼

 

post-image-673b3ee8ee5da.jpg
'Daniel Adelio Cavan — Fotografer Hits

 

                                        🌼🌼🌼

 

To be continued 😘

Yang belum follow akun author, tapi udah baca, mangga di follow setelah memberikan like dan komen nya 🤗

Okey dey,,

See u next chapter 😉

Bye,, Aku sayang kalian 💞

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
JungkookBts
Selanjutnya Ex's Invitation — DUA
57
17
Hai, kembali lagi di Part 2,, jangan lupa untuk meninggalkan komentar dan love nyaa, setelah membaca part gratis ini.Happy Reading,Jindajoon💜
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan