
Deskripsi
Tiba-tiba, di antara mereka muncul aliran air seperti sebuah selokan kecil. Lama-lama selokan itu melebar seiring bergesernya tanah yang retak. Air yang mengalir itu makin deras dan menggenangi retakan tanah. Sesuai janjinya, Gyeonu menggenggam erat tangan Putri Jingnyeo. Tetapi retakan tanah itu makin melebar. Gyeonu khawatir jika ia terus menggenggam tangan Putri Jingnyeo, kekasihnya itu akan jatuh ke dalam retakan tanah karena tertarik kekuatan tangannya. Satu-satunya pilihan adalah melepaskan...
4,090 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Dongeng Korea
Selanjutnya
Pengorbanan Seekor Katak
0
0
Sesampainya di desa tempat tinggal penggali ginseng, Bok-Sury langsung diantar oleh sejumlah warga ke sebuah istana tua, tempat tinggal sang raksasa. Di depan pintu utama terdapat sebuah altar persembahan yang terbuat dari susunan batu. Seorang warga, dengan berat hati, meminta Bok-Sury agar berbaring di atas altar itu. Bok-Sury menurut. Dengan tenang, karena sudah mempersiapkan hati, ia naik ke atas altar dan berbaring di situ.Sesudah itu, para warga berpamitan dan lekas-lekas pergi dari situ. Kembali ke desanya sambil menunggu hari esok, memastikan apakah Bok-Sury selamat atau tidak.Selama beberapa saat, suasana sunyi tercipta. Debu-debu beterbangan terbawa tiupan angin di sekeliling altar. Bok-Sury, masih dengan posisi berbaring, memandang ke sekeliling. Yang tampak hanyalah alang-alang yang tumbuh tinggi di sekitar istana, tepatnya bekas istana itu. Ia menyebut tempat itu bekas istana karena—selain ia sudah tahu dari cerita ayahnya—jelas sekali tempat itu tinggal puing-puing. Tampaknya tempat itu sudah tidak terpakai sejak 50 tahun lalu. ... (yuk, dukung saya untuk membaca cerita lengkapnya)Ilustrasi gambar utama: canva.com
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan