
REVENGE musim ketiga.
Dikhianati oleh pacar dan saudari tirinya sendiri, Mentari akhirnya bertemu dengan pujaan hati yang lain. Pria itu bernama Langit, bos di perusahaan tempat Mentari bekerja. Tapi sayangnya, lagi-lagi saudari tiri Mentari yang bernama Senja datang kembali dalam kehidupan Mentari, setelah Julian yang merupakan mantan kekasih Mentari yang dulu direbut Senja meninggal.
Lebih parahnya, Langit ternyata adalah sahabat masa kecil Senja. Apakah Langit akan setia pada Mentari, atau justru tergoda dengan Senja, yang ternyata adalah cinta pertamanya.
BAB 01
Aldi tengah berada di sebuah ruangan khusus miliknya, ia memandangi foto-foto yang berada di dinding ruangan itu. Di sana ada sebuah foto pernikahan dirinya dengan sang mantan istri, Killa. Ada juga foto-foto kebersamaannya bersama dengan Killa dan anak mereka Mentari. Sejak dari Mentari masih dalam kandungan sampai dia berumur lima tahun. Di dalam foto-foto itu menampilkan raut wajah mereka yang bahagia.
“Sampai detik ini, aku masih bermimpi seandainya kita masih bersama. Seandainya aku tidak melakukan kebodohan itu, aku rasa hidupku tidak akan semenderita sekarang. Aku tidak akan kehilangan kalian, aku tidak akan menjadi hidup dalam penyesalan yang hanya bisa memandang kalian dari kejauhan.” Tangisan Aldi mulai pecah setiap kali berada di ruangan ini dan menatap setiap memory yang sengaja ia simpan untuk dirinya sendiri.
Aldi memang mau tidak mau berdamai dengan keadaan, ia terpaksa merelakan Killa bersama Edric karena pria itu memang berhak. Meski sakit sekali melihat keakraban mantan istrinya itu dengan suami barunya. Apalagi ditambah dengan anak kandungnya sendiri yaitu Mentari yang ternyata lebih dekat dengan ayah tirinya dibandingkan dengan Aldi yang merupakan ayah kandungnya.
Enam belas tahun sudah setelah perceraiannya dengan Killa membuat Aldi menjalani hari-harinya tanpa semangat hidup. Selama itu pula dia memutuskan untuk melajang meski banyak wanita yang mendekatinya atau paksaan dari orantuanya. Tapi Aldi tetap pada pendiriannya, di dalam hatinya hanya ada Killa seorang meski mereka tidak akan pernah bisa bersama lagi.
“Sepertinya aku akan mati dengan membawa penyesalan ini, waktu sama sekali tidak bisa mengobati luka yang selalu menganga di dalam diriku.” Aldi menyeka air matanya, sesak di dada Aldi membuat napasnya tersenggal.
“Papa!” pekik sebuah suara nyaring seolah mencari Aldi dengan kemarahan. Itu adalah suara putri pertamanya, Mentari, anaknya dengan Killa.
Aldi sontak bergegas ke luar ruangan itu menemui sumber suara, sesampainya ia di ruang keluarga ia melihat putri kesayangannya nampak penuh amarah dan kebencian.
“Mentari, kamu datang, Nak.” Aldi menyambut hangat kedatangan putrinya itu yang selama ini memang tinggal bersama ibu dan ayah sambungnya.
“Pah, tolong didik anak haram Papa itu dengan baik dong. Anak haram itu tumbuh menjadi perempuan murahan seperti ibunya, dia merebut pacarku!” dengan isak tangis penuh amarah Mentari meluapkan kekesalannya pada papanya yaitu Aldi.
Kini gadis cantik berkulit putih dengan tinggi sekitar 160 cm, berat sekitar 46 kg yang memiliki mata sedikit sipit itu telah menginjak usia 21 tahun dan baru saja wisuda dari kampusnya.
“Mentari, apa maksudmu? Ada masalah apa dengan Senja?” tanya Aldi kaget saat melihat amarah yang begitu besar dalam diri putri kesayangannya.
“Anak haram Papa dengan pelakor itu telah merebut pacarku, dia berselingkuh dengan Julian di belakangku!” pekik Mentari emosi, rasanya ingin sekali ia menghancurkan saudara tirinya yang bernama Senja itu sampai hancur lebur. Selisih usia mereka memang hanya tiga minggu saja.
“Julian pacarmu yang dulu sempat kamu bawa kemari itu?” tanya Aldi
“Iya, siapa lagi, aku menyesal membawa Julian ke rumah ini. Memang dasar perpaduan darah pelakor dan lelaki tukang selingkuh, lihat sekarang dia berselingkuh dengan kekasihku. Ah, tidak, lebih tepatnya mantan kekasihku yang brengsek itu.” Mentari kini juga membenci Julian, pria brengsek yang bisa-bisanya berselingkuh darinya padahal mereka sudah berpacaran sejak awal masuk kuliah. Julian bahkan berjanji akan melamar Mentari saat mereka lulus kuliah nanti, tapi kenyataannya sekarang dia malah berselingkuh dengan Senja.
Aldi begitu murka mendengar kelakuan Senja yang bisa-bisanya melakukan tindakan menjijikan sama seperti ibunya dulu. Kenapa hal ini harus terjadi, Aldi benar-benar tidak terima anak perempuan kesayangannya yaitu Mentari diperlakukan begini. Mungkin inikah karma? Karma karena dulu dia berselingkuh dan menyakiti Killa. Tapi mengapa harus Mentari yang menanggungnya? Kenapa bukan Aldi saja yang merasakan karmanya.
“Mentari, kamu tenang dulu, papa akan menghubungi anak itu dan memintanya segera ke sini.” Aldi dengan penuh amarah menelpon anak keduanya, dari nada bicaranya saja sudah terdengar amat murka pada Senja. Tidak lama kemudian dengan tidak tahu malunya Senja datang bersama dengan Julian, kekasih Mentari, lebih tepatnya mantan kekasih Mentari.
Plakkk…
“Anak tidak tahu diuntung!” tanpa basa-basi Aldi langsung menampar Senja detik itu juga ketika baru saja sampai.
“Om, mohon jangan kasar!” pinta Julian berusaha menenangkan Aldi, dia merasa tidak tega melihat Senja sampai ditampar seperti itu.
“Diam, kamu! Ini urusan antara aku dan anakku, jangan bicara sebelum aku bertanya padamu!” bentak Aldi pada Julian.
“Jadi benar kamu berpacaran dengan pria itu? Bukankah kamu tahu kalau dia merupakan kekasih dari saudaramu sendiri, huh? Di mana otakmu, Kemuning Senja!” kini Aldi gentian membentak putrinya sendiri, sementara itu Mentari hanya bisa diam sambil menatap sinis ke arah tiga orang di depannya. Ketiganya kini masuk kedalam list orang yang ia benci, ia menyalahkan papanya yang dulu berselingkuh sehingga kini Mentari harus memiliki saudara tiri yang hanya terpaut tiga minggu saja usianya. Kini Mentari harus menanggung karma atas pebuatan papanya dimasa lalu, ia harus mengalami apa yang dulu mamanya rasakan yaitu diselingkuhi dengan saudara tiri sendiri.
“Benar, aku dan Julian akan segera menikah, Pah.” Tanpa ragu Senja membenarkan hal itu, Aldi nyaris terkena serangan jantung saking marahnya.
“Kau—”
“Ckck, baguslah, kalian menikah saja sana. Lelaki penghianat memang pantas bersanding dengan perempuan penggoda. Aku bersyukur karena Tuhan telah membuka belang Julian sebelum akhirnya kami memutuskan melangkah kejenjang yang serius. Selamat juga buatmu Senja, kau kini sudah mendapatkan gelar pelakor yang sejak dulu sudah diwariskan oleh keluargamu! Nenek buyutmu, nenekmu, ibumu, semuanya pelakor. Dan lihat sekarang, kamu menjadi generasi keempat meneruskan jejak mereka sebagai pelakor. Selamat, yah, mereka pasti bangga atas pencapaianmu.” Dengan nada sinis dan menghina, Mentari mengejek Senja.
“Ya, mau bagaimana lagi, keluargamu tidak memiliki apapun untuk diwariskan sih, mereka hanya punya bakat merebut pasangan orang, menggoda pasangan orang, selalu iri dengki terhadap orang lain. Jadinya mereka hanya bisa mewariskan bakat itu padamu!” meski emosi tetapi Mentari tetap bersikap tenang, dia tidak brutal menjambak atau memukul kedua orang itu. Meski dia ingin, tapi martabatnya tidak mengijinkannya melakukan hal begitu.
“Mentari, kau boleh menghinaku sesuka hatimu, tapi jangan sesekali kau menghina ibuku!” bentak Senja merasa tidak terima, padahal apa yang diucapkan Mentari adalah fakta.
“Kenapa? Kamu merasa tidak terima? Apa ada yang salah dengan ucapanku barusan, bukankah semua yang aku ucapkan adalah kenyataan, kau tidak perlu merasa malu begitu karena orang sepertimu kan tidak punya malu. Kalau kau punya malu, tidak mungkin kau sampai menggoda pacar saudaramu sendiri sampai akhirnya berselingkuh di belakang.” Lagi-lagi Mentari kembali membungkam mulut Senja.
“Pah, apakah ucapanku salah? Bukankah dia dan keluarganya memang perempuan gatal yang hobinya merebut pasangan orang lain?” dengan sengaja Mentari menanyai papanya sendiri, sekalian dia ingin tahu apa respon dari papanya terkait hal ini.
“Benar, memang kenyataannya seperti itu Senja, nenek buyutmu, nenekmu, bahkan ibumu adalah perempuan berhati busuk yang menggunakan segala cara untuk merusak kebahagiaan orang lain. Mereka semua memang pelakor, dan kini kau mewarisi tahta itu, menjijikan! Aku menyesal dulu membiarkanmu lahir, seharusnya dulu aku paksa saja ibumu menggugurkanmu sejak dalam kandungan. Lihat sekarang, kau hanya tumbuh menjadi aib, darah memang lebih kental dari pada air. Sifat iri dengki dari mereka mewaris sempurna dalam dirimu, seandainya saat itu aku mengakhiri garis keturunan kalian.” Di luar dugaan, Aldi justru menghina putrinya sendiri.
Mentari tersenyum puas mendengar jawaban dari papanya, apalagi saat ia melihat Senja menangis dengan berlinangan air mata. Mentari bisa melihat kesedihan, amarah, dan rasa kecewa yang begitu besar dalam diri Senja pada papa mereka.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
