
Arshakala Anggara dikenal sebagai dosen maha benar dan sempurna. Sosok yang paling di takuti di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak ada yang berani melawan titahnya atau berakhir dengan nilai E atau lulus dalam jangka waktu lama.
Yolanda Aufarina Putri salah satu mahasiswa tingkat akhir yang kurang beruntung harus menjadi salah satu anak bimbingan Arshaka. Lebih parahnya lagi hanya dia yang diperlakukan beda dari yang lain.
Namun dari semua hal itu ada satu fakta yang membuat Yola...
****
Mungkinkah aku meminta
Kisah kita selamanya?
Tak terlintas dalam benakku
Bila hariku tanpamu 🎵
Mahalani- melawan restu
****
Love dulu buat part ini ♥️
Selamat hari libur ♥️♥️
Sayang-sayangku ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment
Komen setiap paragrafnya ya biar author semangat update... Vote juga ya 🙏🙏🙏
5K Komen yuk baru lanjut
***
Langit terlihat begitu indah dengan kelap-kelip bintang. Begitu juga dengan bulan yang nampak manja melukis di kanvas malam. Gedung-gedung tinggi pencakar langit terlihat begitu indah, bukan hanya itu tapi juga cahaya lampu dari rumah-rumah penduduk.
Selesai acara pertunangan, Yola mengajak Arsha ke rooftop hotel untuk bicara berdua. Ia ingin memberikan kado ulang tahun kepada pria itu.
"Kamu mau ngajak saya mojok? Mata saya pake acara di ikat segala," tanya Arsha bingung.
"Nggak lah, Mas. Aku mau kasih sesuatu."
"Apa?"
"Kejutan."
"Dingin sekali disini. Jangan bilang kita di atap gedung," Arsha merasakan hembusan angin yang menerpa tubuhnya. Tadi jasnya ia copot hingga menyisakan kemeja saja.
"Kok, mas tau?"
"Tadi waktu naik lift saya sengaja ngintip."
"Curang!" Yola memukul lengan Arsha kesal.
"Kamu memang bikin kejutan apa sih? Saya kan jadi penasaran."
"Saya buka penutup matanya, ya," tanpa menunggu aba-aba dari Yola. Pria itu membukanya tak sabaran.
Ketika penutup mata terbuka. Arsha terdiam sejenak, ia melihat sekeliling tidak percaya. Ia berulangkali memastikan penglihatannya tidak salah.
Ia kira Yola akan mempersiapkan kejutan untuknya seperti di film-film. Namun faktanya nihil. Tidak ada apapun di rooftop. Ia menatap Yola meminta penjelasan. Yang ditatap malah cengengesan seolah tidak terjadi apa-apa.
"Kamu kok malah ketawa?"
"Hahahahaha.. lagian siapa yang buat suprise. Mana sempat, Mas. Kamu lupa kemarin aku sibuk revisi naskah novel. Kamu minta kemarin harus jadi, kan?"
Yola masih kesal dengan Arsha. Karena ulah pria itu.
Dasar Iblis! Tidak berperasaan! Dikira sekarang zaman penjajahan apa! Tenaganya dikuras habis seperti ikut romusha. Yola ingin sekali membotaki rambut pria itu sebagai balas dendam. Namun, ia hanya bisa pasrah dan menurut.
Arshakampret!!! Ingin sekali Yola berteriak seperti itu. Namun, ia hanya bisa menahannya.
"Terus kamu bawa saya kesini buat apa? Buat prank saya?"
"Enggak lah, Mas. Aku mau kasih kado ulang tahun."
"Kenapa nggak di dalam aja?"
"Enak disini bisa berduaan sama, Mas."
"Jangan bilang kamu kasih ciuman buat saya, kan?" tebak Arsha.
Kemudian pria itu melihat sekeliling rooftop disini sepi. Hanya ada mereka berdua. Tempat yang cocok untuk mereka berciuman. Pasti Yola ingin bermesraan dengannya. Mengingat di dalam gedung tadi gerak mereka terbatas. Saudara-saudaranya pada sibuk mendekati Yola mengajak berkenalan. Hanya saja kakak pertamanya tidak datang, karena sakit. Apalagi jarak Italia dan Indonesia sangatlah jauh. Umur kakaknya juga sudah lima puluh tahun lebih, jadi Arsha memakluminya.
"Mesum! Lagian mas inget kan kata mama jangan macam-macam sebelum nikah. Ngelawan orang tua dosa loh," Yola menceramahi Arsha dengan bijak. Seperti anak kecil yang mengingatkan temannya ketika mencontek di waktu ulangan.
"Terus mau kasih apaan?"
"Sebentar," ujar Yola.
"Ini hadiah dari aku," Yola memberikan sepucuk amplop biru kepada Arsha. Sontak hal itu membuat Arsha tertawa. Hal konyol apa lagi ini. Setelah di prank di bawa ke atap. Sekarang ia diberi hadiah selembar amplop. Sepertinya Yola ingin balas dendam.
"Ini apa? Surat cinta? Surat warisan? Surat izin mengemudi?"
"Buka dulu aja," Yola tersenyum senang melihat raut wajah kesal Arsha.
Arsha membuka amplop tersebut hati-hati. Ia menemukan selembar surat di dalamnya. Apa yang di tulis Yola? Ia jadi penasaran. Kenapa gadis itu tidak langsung mengatakannya saja? Tanpa sadar Arsha yang tadinya kesal jadi tertawa dengan tingkah kekanak-kanakan Yola. Gadis itu tidak pernah berubah.
Make a wish
Sebutkan 3 keinginanmu, maka akan ku kabulkan.
Arsha tersenyum membaca itu. Sudah ia tebak pasti akan sangat receh isinya. Kemudian Arsha menyimpan kertas tersebut ke dalam saku depan kemejanya.
"Kamu yakin mau kasih saya tiga permintaan?" tanya Arsha mendekatkan diri ke arah Yola.
"Asal nggak aneh-aneh aja. Lala bingung mau kasih apa. Mas Shaka udah punya semua. Jadi Lala rasa harus tanya sama mas langsung."
Yola sengaja memberikan amplop tersebut disini karena jauh dari keramaian. Ia tidak ingin di tertawa kan atau di jahili oleh kerabat Arsha. Apalagi si Bumi yang membuat kepala Yola sakit. Pria itu terus mengeluarkan kata sarkas menyindir kemesraannya dengan Arsha. Yola jadi penasaran apa Bumi tidak pernah berpacaran? Padahal pria itu sudah berumur sama dengan Arsha tidak mungkin jika single. Bukan hanya itu Bumi juga sudah menjadi pengacara di usianya yang cukup muda. Karirnya bagus..
"Yakin kamu mau ngabulin? Kamu tau kan kemauan saya," ujar Arsha sambil menaik-turunkan alisnya.
Yola menggelengkan kepala dan menyilang kan tangan ke depan dada menolak keinginan Arsha. Ia sudah menebak isi kepala pria itu. Apa hanya itu yang ada di kepala Arsha?
Arsha mendesah, ia harus menahan diri. Lagipula ia sudah berjanji kepada ibu Yola untuk tidak menyentuh anaknya berlebihan. Arsha akui ia juga salah dulu karena tidak pernah menahan diri. Seharusnya ia bisa menjaga Yola, bukan sebaliknya.
"Pertama saya minta pernikahan kita dilaksanakan setelah kamu wisuda, gimana?"
Yola tersenyum senang mendengarnya, ia tidak ingin terlalu terburu-buru. Ia ingin skripsinya selesai dulu, baru menikah. Ia belum penelitian, karena sibuk merevisi novel. Jadi ia menunda mengerjakan bab empatnya sekarang. Kemungkinan mereka menikah sekitar satu semester lagi. Mengingat wisuda hanya ada dua kali tahun ini. Ia harus ikut semester depan.
"Permintaan pertama Tuan muda Arshaka dikabulkan," ujar Yola sambil menjentikkan ibu jari dan telunjuknya ke atas.
"Kamu cosplay jadi jin botol, ya?" ledek Arsha melihat tingkah aneh Yola.
"Mau aku batalin nih permintaannya. Ditunda nikahnya sampe aku umur 25 tahun," ancaman Yola membuat Arsha panik.
"Jangan, Lala. Kamu nggak kasihan sama saya harus nunggu 3-4 tahun lagi. Keburu berumur saya."
"Makannya jangan begitu lagi."
"Oke, saya janji."
Prinsip wanita selalu benar dan cowok selalu salah. Sepertinya akan terus berlanjut hingga matahari terbenam di arah timur. Arsha meringis memikirkan itu. Kadang ia penasaran ilmuan seperti apa yang menciptakan teori itu.
"Permintaan kedua, saya mau dipeluk. Kalau peluk nggak apa-apa kan?" Arsha merentangkan tangannya seakan meminta Yola untuk menyambutnya.
Yola mengangguk mengiyakan. Ia berlari kecil menggapai Arsha, lalu memeluk pinggang pria itu begitu erat. Ia berharap akan terus memeluknya sampai kapan pun..
"Permintaan ketiga, apa?" tanya Yola sambil mendongak. Ia tidak berniat melepaskan pelukannya barang sedikit pun. Ia sudah terlanjur nyaman.
"Apapun yang terjadi nanti di masa depan, tolong jangan pergi meninggalkan saya," Yola menganggukan kepalanya mengiyakan permintaan Arsha. Ia tidak akan mungkin bisa hidup tanpa pria itu. Ia begitu mencintai Arshaka -Tunangannya.
"Lala janji akan selalu ada di sisi Mas Shaka sampai kapanpun,"
Arsha terharu mendengarnya. Ia semakin merapatkan pelukannya. Membawa kepala gadis itu bersandar di dadanya. Tangan kanannya mengusap bagian belakang kepala Yola penuh cinta.
“Happy Birthday Arshakaku,”
"Terima kasih, sweatheart," gumam Arsha sesekali mengecup kening Yola.
Malam itu di bawah langit berbintang cinta mereka tumbuh semakin mekar layaknya mawar yang kelopaknya akan bermekaran.
****
Satu bulan kemudian...
Sebuah berita hangat muncul di grup WA angkatan. Yola yang baru saja bangun terkejut membaca pesan tersebut. Andai saja Vivi tidak memberitahunya masalah ini, pasti ia tidak akan tahu. Mengingat Yola paling malas membuka grup angkatan, karena isinya kebanyakan gosip. Yola membacanya kembali, ini pasti mimpi. Ia menepuk-nepuk pipinya berulangkali. Berharap ini tidak nyata.
Tidak mungkin. Arsha -Tunangannya tidak mungkin seperti itu. Ia kenal betul seperti apa Arsha. Karena penasaran Yola mencari informasi di Instagram yang sering memberitakan seputar kampus.
Semua bukti yang ia baca terasa nyata. Mulai dari pesan teks yang berisi kata-kata cabul, rekaman video cctv yang menunjukkan korban keluar dari ruangan Arsha di kampus dan lainnya. Yola terdiam menahan tangis. Hatinya ingin mengelak tapi sulit sekali. Pengakuan dari pada korban yang mengakui perlakuan cabul Arsha terasa nyata. Ternyata berita ini sudah ada dari semalam. Sekarang menyebar kemana-mana. Banyak sekali komentar hujatan terhadap Arsha.
Sesak, itulah yang Yola rasakan. Air matanya muncul tanpa bisa ia cegah. Ia bingung dengan semua ini.
Baru satu bulan kemarin mereka bertunangan. Kenapa bisa muncul berita seperti ini? Tepat saat itu Arsha menelponnya. Yola dengan tangan bergetar mengangkatnya.
"Saya diluar, kita harus bicara."
"Iya Mas Shaka." Jawab Yola. Ia langsung mematikan ponselnya. Tidak mempedulikan dirinya yang belum mandi Yola keluar. Ia memakai jaket untuk melapisi piyama tidurnya. Ia masih tidak percaya dengan semua ini.
Arshaka tunangannya seorang predator pelecehan seksual? Tidak mungkin, bagaimana hal itu terjadi. Yola bergegas keluar. Ia harus mendengar semua ini dari Arsha. Ia harap pria itu memiliki bukti yang cukup kuat untuk mengelak semua tuduhan ini.
Tapi, bagaimana jika berita ini benar? Apalagi ada tiga bukti korban dan mereka semua adalah anak bimbingan Arsha.
Siapa yang harus ia percayai sekarang?
****
Pagi terasa sunyi, cahayanya mengantarkan lesu. Yola merasa dunianya berbeda. Ia berulangkali menenangkan diri. Semuanya akan baik-baik saja.
Sebuah mobil sedan hitam terparkir di depan gerbang kos. Yola terdiam melihat Arsha di balik kaca mobil. Pria itu nampak berbeda, raut wajahnya tidak terbaca. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa rasanya seperti mimpi? Yola harap ini semua mimpi.
Yola berjalan menghampiri mobil tersebut, lalu membuka pintunya. Ia duduk di kursi depan. Arsha nampak berantakan. Padahal pria itu selalu rapi. Kemeja hitam polos yang dikenakannya terlihat kusut. Arsha mengenakan celana putih panjang dan kemeja hitam.
Suasana terasa canggung. Ia hanya diam disaat Arsha melajukan mobilnya. Begitu juga dengan pria itu yang tak berbicara sedikitpun di sepanjang jalan yang mereka lewati seolah-olah tidak ada yang perlu dijelaskan. Yola mendesah, ia tidak kuat lagi untuk tidak bicara. Ia ingin mendengar kejelasan dari Arsha. Apa berita yang beredar itu benar?
"Mas Shaka?" panggil Yola.
"Hm," aneh. Arsha tidak pernah membalas panggilannya seperti itu. Perasaan Yola jadi tidak enak.
Yola menghembuskan napas sejenak. Menguatkan dirinya untuk memulai percakapan. Sulit sekali untuk bertanya. Setiap memikirkan apa yang tertulis di berita napasnya menjadi sesak. Ia tidak sanggup membayangkan jika Arsha benar-benar melakukan itu. Yola meremas pinggiran jaketnya gugup.
"Apa yang berita itu benar, Mas? Mas Shaka nggak mungkin lakuin itu kan? Itu, cuman hoax kan, mas?" Yola mencerca Arsha dengan berbagai pertanyaan.
"Menurut kamu?" Yola terkejut ketika Arsha balik bertanya. Ada apa dengan pria itu? Kenapa Arsha berbeda? Ia seperti bukan Arsha yang dikenalnya.
"Aku bingung mau percaya sama siapa. Makannya aku mau denger penjelasan dari kamu, Mas," balas Yola tidak sabaran. Perasaan campur aduk marah, kesal, dan sedih.
"Saya tidak punya bukti apapun untuk membela diri. Kamu boleh percaya atau tidak sama saya?" ujar Arsha dengan begitu tenang.
Air mata Yola menetes mendengarnya. Kenapa Arsha begitu berbeda? Pria itu tidak membela dirinya. Pria itu tidak mencoba menyakinkan dirinya jika dia tidak bersalah. Apakah itu tandanya apa yang tertulis di berita benar? Yola tak dapat lagi menahan isak tangisnya. Nafasnya terasa sesak membayangkan Arsha bertindak cabul kepada mahasiswanya. Ia tahu Arsha sedikit mesum, tapi membayangkan pria itu melakukannya pada semua gadis membuat dadanya sesak.
"Turunin aku disini, Mas," pinta Yola sambil memegang handle pintu mobil. Rasanya percuma untuk bicara sekarang.
"Kenapa kita belum sampai?"
"Apa lagi yang mau dibicarain? Kamu dari tadi bersikap aneh. Kamu seolah-olah membenarkan apa yang ada diberita. Kamu nggak ngerti gimana perasaan aku. Aku cuma mau penjelasan dari kamu. Aku ingin tau kebenarannya. Tapi kamu nggak sedikit pun memberikan alasan masuk akal untuk meyakinkan aku," ujar Yola marah.
Arsha menghentikan laju mobilnya. Ia menarik napas dalam-dalam. Ia juga bingung ingin bertindak seperti apa. Nama baiknya sudah tercoreng kemana-mana. Semua pihak menyudutkannya. Sedangkan dia tidak diberi ruang untuk membela diri sedikitpun.
"Untuk sekarang saya memang belum bisa memberikan alasan apapun ke kamu. Saya-," belum selesai Arsha menyelesaikan kalimatnya Yola terlebih dahulu keluar dari mobil.
Arsha terkejut, ia melepas seat-belt dan ikut keluar dari mobil mengejar gadis itu. Ia belum selesai bicara. Untuk saat ini memang Arsha tidak punya bukti apapun untuk mengelak, tapi ia akan berusaha mencarinya. Arsha berlari di pinggir trotoar jalan mengejar Yola.
"Lala, tolong dengarkan saya-," teriak Arsha. Ia berlari menarik tangan gadis itu. Namun, Yola menghempaskannya. Gadis itu seolah tak sudi di pegang Arsha.
"Apa lagi yang harus di dengar, mas? Kamu sendiri yang nggak mau menjelaskan apa-apa ke aku," balas Yola ketus. Ia marah dengan sikap Arsha yang seperti ini. Apa susahnya bicara?
"Saya-"
"Kamu pengen aku percaya sama berita itu kan Mas."
"Bukan itu maksud saya," Arsha mengusap wajah frustasi. Rasanya sakit sekali mendengar ucapan Yola. Namun, ini juga salahnya yang membuat gadis itu bingung.
"Terus apa?"
"Mas mau hubungan kita berakhir? Itu yang Mas mau bukan," Yola menatap Arsha marah. Air mata yang menetes di wajahnya, ia biarkan begitu saja mengalir. Yola menatap Arsha benci.
Dengan tangan bergetar Yola melepas cincin pertunangan mereka. Sudah tidak ada lagi harapan untuk hubungan mereka. Disaat ia memilih untuk tidak percaya pada berita itu, namun kekasihnya malah memintanya untuk mempercayainya. Hubungan macam apa ini?
Yola tak sanggup membayangkan jika berita itu benar adanya. Sedangkan Arsha tidak menyanggah sama sekali. Pria itu malah membuatnya bingung.
"Kamu anggap apa hubungan kita, Mas? Apa cincin ini nggak ada artinya buat kamu? Apa kamu nganggep benda ini hanya sebagai hiasan? Cincin ini pasti nggak ada artinya di hidup kamu. Kamu anggap aku apa, Mas?" ujar Yola sambil menangis rasanya sesak sekali mengatakan itu. Namun, ia tak bisa lagi menyimpannya.
Yola dengan kesal melempar cincin itu ke tengah jalan. Tak peduli dengan kendaraan yang berlalu lalang disana. Cincin itu tidak artinya lagi baginya sekarang.
Kemudian Yola berlari meninggalkan Arsha yang terdiam dipinggir jalan. Pria itu bahkan tak berniat mengejarnya. Apakah itu artinya hubungan mereka selesai sampai disini?
Air matanya tak dapat di bendung lagi. Yola menangis sambil terisak di pinggir jalan. Ia tidak peduli, jika menjadi tontonan beberapa orang dan menganggapnya gila. Hatinya terlanjur sakit.
Namun tiba-tiba suara dentuman keras terjadi.
BRAK!!!
Yola membalikkan badan ke arah suara.
Deg!
Yola terkejut mendapati sebuah mobil menabrak Arsha dengan tragis. Ia menutup mulutnya tak percaya. Arsha terbaring tidak berdaya di tengah jalan dengan darah yang menyelimuti tubuhnya.
Tubuh Yola kaku, napasnya terasa berat. Ia berlari menghampiri Arsha yang berlumuran darah di jalan. Mobil yang menabrak Arsha berada tak jauh di depannya. Orang-orang berkerumun ke tempat kejadian.
Yola membawa kepala pria itu ke pangkuannya. Cairan merah kental nan amis mengalir dari kepala pria. Yola tak kuasa melihat tetesan darah yang mengenai tangannya. Rasanya pasti sangat menyakitkan. Ia mendekap pria itu erat, meletakkan kepala Arsha bersandar di bahunya.
"Lala," panggil Arsha dengan suara yang serak. Ia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tubuhnya seakan mati rasa. Berat sekali, lidahnya terasa kelu, namun ia memaksakan diri berbicara sekuat tenaga.
"Tolong jaga ini, cincin pertunangan kita," Arsha di sisa kesadarannya, memberikan cincin yang Yola lempar ke tengah jalan. Yola tersentak menerima cincin tersebut dalam genggamannya.
"Aku mencintaimu, Lala," ucap Arsha sebelum kegelapan menyelimuti indera penglihatannya. Perkataan Arsha Membuat Yola menangis histeris. Bahkan disisa kesadarannya Arsha masih sempat mengatakan itu.
"Mas bangun, jangan tinggalin Lala.."
"Mas Shaka, bangun..."
Yola menggenggam erat cincin pertunangan mereka. Kemudian ia memakai cincin itu kembali sambil menangis. Ia masih tidak menyangka jika Arsha tertabrak hanya untuk menyelamatkan cincin pertunangan mereka. Padahal baru tadi ia mengatakan jika cincin itu tidak ada artinya buat Arsha, namun ternyata pemikirannya salah. Cincin ini begitu berarti untuk Arsha.
Sesak sekali rasanya. Ia begitu bodoh meragukan cinta Arsha. Pria baik ini tidak mungkin berbuat keji seperti itu. Seharusnya ia mempercayai Arsha meski pria itu tidak memiliki bukti sama sekali. Yola menyesal...
"Maafin Lala, Mas.. Jangan tinggalin Lala..."
****
✨TBC
Sebelum Next Vote dulu ya ♥️
Lapak Wajib Bar-bar
DILARANG SILENT
SILENT TEMENNYA KUNTI
SPAM ♥️
SPAM 🔥
SPAM "AKU SUKA ARSHAKA"
Tim mana Nih kalian?
✨Shaka-Lala
✨Sri-vivi
GUYS KALAU KALIAN SUKA BAB INI BISA DI SS TRUS DIJADIKAN SG DAN TAG AKU YA ♥️♥️♥️
Buat yang mau beli novel Arsena plus bonusnya masih bisa. Link ada di bio ya ♥️
♥️
Follow Instagram RPnya
@arshakaxavier.a
@awlala6
@vivi.andriana57
@tunjung24
@arshaka.lovers
@antariksaregal
@areska.langit
Gimana part ini?
Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?
Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?
Ada yg mau di sampaikan ke Ares?
Ada yg mau di sampaikan ke antariksa?
Ada yang mau di sampaikan ke Sri?
Ada yg mau di sampaikan ke Vivi?
Banyakin komen ya biar aku semangat updateeee
Jangan lupa follow Instagram @wgulla_ @wattpadgulla
Gulla Casssano
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
