Disguise [1-3]

6
1
Deskripsi

Jadi anak perempuan satu-satunya di keluarga Winston itu layaknya jadi Ratu yang selalu di jaga. Punya empat Abang tampan membuat hidupmu jadi terasa selalu indah. Namanya Alina sharalee callie, Putri satu-satunya kebanggaan keluarga winston. Seorang artis remaja yang sudah membanggakan Indonesia sampai di kancah internasional lewat karya dan juga prestasi akademiknya. Memasuki usianya yang ke lima belas tahun, gadis itu memilih untuk menyembunyikan identitasnya dan hidup layaknya anak SMA kebanyakan....

Prolog

"Gue yang kehilangan jiwa dan raga setelah kepergian malaikat gue. Sekarang lo berhasil mengembalikan semua itu ke hidup gue," ucap Kak Riell menatap mataku yang bahkan tidak berkedip.

Gue tidak bisa menghindar dari tatapan Kak Riell yang mengunci dengan sangat mudah. Nafas gue naik-turun tidak beraturan, sedangkan Kak Riell tidak melepaskan cengkraman itu. Lelaki itu benar-benar tidak melepaskan gue sama sekali.

"Aku punya rahasia besar," ucap gue singkat sambil memalingkan wajah dari Kak Riell. 

Kisah absurd yang menyimpan seribu misteri. Layaknya seorang detektif, dia harus menguak sebuah kebenaran yang bahkan dapat membuat dia terluka. Penyamaran yang mungkin terkesan aneh, tapi baginya ini adalah tantangan. Kehidupan yang di lihat dan di rasakan oleh orang itu berbeda. Jadi, jangan langsung menilai dengan satu kali pandangan.
 

Bab 1

Silahkan tekan bintang di bawah, jika kalian suka.

"Akan ku lakukan apapun, untuk mencari dirimu walau harus merubah sebagian dari hidupku."

***

"Kamu yakin sayang, mau tampil kayak gini di depan teman barumu." Papa gue terus nanyain perihal penampilan gue hari ini. Gue sengaja berpenampilan culun, demi mencari cinta.

"Iya, Pa adek yakin banget," ucap gue seratus persen yakin.

"Tapi sayang, Mama takut kalo nanti kamu di bully." Mama makasih perhatiannya tapi adek udah yakin.

"Iya Alin, kamu tuh selebgram terkenal dan SMA ISG punya papa sendiri. Nanti kamu malah di rendahkan di sekolah ISG gimana?" 

Yah Papa gue yang punya sekolah itu.

"Pa, adek ingin punya teman yang menerima Alin apa adanya bukan karena ketenaran dan harta Alin."

Itu tujuan gue merubah penampilan gue.

"Yaudah, Pa Dio, Rayyan sama Kak Arsen bakalan jaga Alin," ucap Kak Dio angkat suara sambil tetap mengunyah makanannya.

"Yaudah, tapi bener ya kalo ada yang bully kamu bilang sama Kakak-kakak atau Mama sama Papa ya." gue mengangguk, lalu melanjutkan makannya.

Gue selesai sarapan pagi bareng Mama, Papa, dan ke empat abang tampan gue. Gue naik keatas ke kamar buat rapihin gaya baru gue. Rambut kepang dua di tambah lensa kacamata bulat dan tompel di bagian bawah pipi. Bisa kalian bayangi wajah gue kalo kayak gitu? Gue yang liat sendiri aja, mau ketawa terus. Bodolah yang penting tujuan utama gue, mencari sahabat serta cinta sejati bisa terlaksana. Gue bukannya mau bikin keluarga gue malu, tapi untungnya mereka ngerti apa yang gue mau. Mereka sih dukung selagi itu nggak nyakitin batin dan fisik gue. Keluarga terbaik.

Gue di minta sama Mama dan Papa pergi bareng Kak Dio, Kak Arsen dan Kak Rayyan. Gue mau aja tapi gue minta di turunkan di rumah Bi Sela. Itu bakalan jadi rumah gue selagi gue nyamar jadi Ara. Yah gue udah bikin rencana apik untuk menyembunyikan identitas gue. Gue ganti nama jadi Ara itu juga di ambil dari nama gue sendiri Sharalee dan tinggal di rumah Bi Sela, pembantu kami dulu yang sudah mengundurkan diri.

"Kak Dio, nanti turunin adek di rumah Bi Sela ya." Gue ngomong sama Kak Dio karena Kak Dio yang nyetir mobil.

"Kenapa adek mau kesitu?" tanya Kak Dio kepada gue.

"Kak, adek kan lagi nyamar, jadi sementara ini Bi Sela pura-pura jadi Ibu sama Bapak Alin. Alin juga udah bilang sama Mama dan Bi Sela. Mereka mau kok," ucap gue jelasin sama kakak-kakak gue, mereka cuman mengiyakan saja.

Gue udah sampai di rumah Bi Sela, abang gue udah gue suruh pergi duluan ke sekolah. Gue sebenarnya belum bilang sama Bi Sela soal penyamaran gue, maafkan lah adekmu ini yah, bang.

Sesampai dirumah Bi Sela, mereka terkejut dan tidak mengenali diriku, apa sebegitu buruk penampilanku hingga mereka nggak ngenalin gue?

"Maaf adek ini siapa ya?" tanya Pak Maryan, suami Bi Sela.

"Aku Alin Pak," ucap gue singkat.

"Ya ampun Non Alin, maaf yah bapak nggak ngenalin kamu. Kok wajah kamu jadi kayak gini?" Gue langsung narik tangan Pak Maryan ke dalam rumah. Di sana ada Bi Sela yang sedang menyapu.

"Siapa Pak yang dateng?"

"Non Alin buk yang dateng," kata Pak Maryan membuat Bi Sela terkejut melihat tampilan gue. Mereka ngeliatin tampilan baru gue.

"Non, wajah Non kok jadi kayak gitu." Bi Sela tampak menahan tawa. Gue akui sih emang muka gue lucu banget kayak gini.

"Ih Bibi ini malah ketawa," ucap gue pura-pura marah nih. Akhirnya mereka minta maaf sama gue.

"Maaf ya Non, Non Alin tumben datang ke sini." Gue mendekat dengan mereka.

"Alin dateng ke sini karena Alin mau minta tolong sama Bibi." Bi Sela tampak bingung sekaligus penasaran.

"Minta tolong apa?" Gue bisikin semua rencana gue ke Pak Maryan dan Bibi Sela.

"APA!!" Seru gue membuat mereka malah terkejut dengan rencana gue.

"Biasa aja kali Bi."

Akhirnya setelah gue memohon-mohon merekapun setuju. Gue pun minta mereka untuk datang ke sekolah dengan alibi mendaftarkan aku sekolah. Bibi Sela memakai pakaian sederhana bersama Pak Maryan kami berangkat naik angkot. Sebenarnya Bibi meminta untuk naik taksi tapi gue nolaklah, kan gue lagi nyamar jadi anak miskin nih. 

Akhirnya sampailah di SMA ISG atau International School Galaksi, sekolah ini adalah kumpulan anak orang kaya, hanya sekitar 2 persen yang masuk lewat jalur prestasi.

Gue lihat Kak Arsen lagi mantauin gue dari jauh, mulutnya ngomong sama temannya tapi matanya terus ke arah gue. Bibi Sela masuk ke ruang Kepsek bersama gue dan Pak Maryan. Ketika melihat kami dari kalangan miskin mereka sempat menolak gue. Mereka nggak tau gue Alina anak dari Pak Alexander yang punya sekolah ini. Gue rasanya tadi pengen marah tapi untung emosi gue ketahan.

"Ayolah Pak saya mohon, saya ingin belajar di sini Pak." Gue pasang muka paling memelas kalo Papa gue liat gue masang wajah gitu udah pasti dia bakal nurutin permintaan gue.

"Iya Pak tolong, anak saya ingin belajar Pak," ucap Bibi Sela ikut-ikutan wajah memelas.

Tiba-tiba ponsel Bapak itu berdering, gue bisa tebak itu yang nelpon Papa gue karena Papa gue tau itu sekolah elite dan hanya menerima anak orang kaya dan berprestasi. Gue liat bapak itu ngangguk-angguk kicep deh tuh, gue berdoa semoga bener itu yang nelpon Papa gue.

"Baiklah kamu boleh sekolah di sini." tuhkan bener Papa gue yang nelpon.

Gue pun di bawa ke kelas dan orangtua boongan gue, gue suruh pulang. Gue lihat semua natap gue aneh gitu, ada yang masang muka jijik terus benci dll. Gue berusaha nahan emosi dan tetap percaya diri, walau gue tau tampilan gue beda banget dengan Alina Sharalee selebgram terkenal itu. Gue berdoa semoga ada yang mau jadi sahabat sejati gue. Guru pun menyuruh gue memperkenalkan diri, gue lihat gurunya baik-baik.

"Hay semua nama aku Ara, aku tinggal di Kampung Cempaka, salam kenal semua." Suara gue agak gue ubah dan gaya bahasanya beda dengan biasa gue ngomong.

"Okey Ara kamu duduk dengan Adinda." Gue mencari yang namanya Adinda.

"Ih Ibu aku ngak mau duduk sama cewek jelek ini." Wah itu yang namanya Adinda, berani banget dia ngatain gue.

sabar Alin.

"Yaudah siapa yang mau duduk sama Ara."

Gue lihat nggak ada yang angkat tangan, gue sedih nggak ada yang mau berteman dengan gue dengan wajah seperti ini. Tidak lama kemudian ada seorang anak cewek yang angkat tangan.

"Saya mau Bu duduk sama Ara," ucap cewek dari arah belakang yang membuat gue sedikit salut dengan sifatnya.

"Baiklah, Ara kamu duduk sama Khalisa ya." Cewek itu namanya Khalisa, dia cantik dan baik.

Gue pergi ke tempat duduk cewek yang bernama Khalisa, tempat duduknya lumayan strategis dekat dengan meja guru dan tidak terlalu depan atau belakang. Gue lihat gadis itu punya senyuman yang tulus, tidak seperti yang lain. Okey gue berniat untuk menguji Khalisa, apa dia benar bisa jadi sahabat sejatiku. Gue meletakkan tas punggung gue dan duduk seraya tersenyum kepadanya.

"Hay nama kamu Ara ya." Dia nanya nama gue, gue cuman ngangguk mengiyakan.

"Kenalin nama aku Khalisa Husnia," ucap dia mengulurkan tangannya dan gue menyambutnya dengan baik.

"Oh iya, aku boleh tanya sesuatu?" tanya gue memulai obrolan singkat.

"Kamu kenapa mau duduk sama aku, saat semua orang nggak ada yang mau." 

Pertanyaan macam apa itu Alin, bodoh.

"Ara, aku nggak pernah memilih dalam berteman. Bagi aku berteman tidak harus karena dia cantik dan tenar, yang terpenting hanya selagi dia punya hati yang baik dia boleh jadi teman aku." seratus buat ucapan cewek ini berteman tidak harus karena dia cantik dan tenar, akan lebih baik jika teman itu menerima apa adanya.

"Makasih Khalisa."

Pelajaran hari ini cukup mudah buat seorang Alina Sharalee pahami, selain dia cantik dia juga gadis yang pintar. Gue sekarang lagi beres-beres buku dan berniat mau ke kantin sendirian. Gue sebenarnya mau nemui Kak Arsen buat nemenin jajan tapi gue lupa di sini gue lagi nyamar. Alhasil gue harus jajan sendirian, gue rasa ada yang liatin gue dan ternyata Khalisa masih ada di kelas.

"Ara, kamu mau ikut aku ke kantin."

"Nggak, aku sendiri aja." gue mau nguji dia dulu, apa dia tetap setia sama gue.

"Kenapa Ara nggak bawa uang?" tanya Khalisa sambil tersenyum kecil.

Wah itu ide yang bagus buat nguji dia. Gue pun ngangguk dan gue pikir dia akan ninggalin gue.

ternyata...

"Yaudah, Kuy aku jajanin sebagai tanda pertemanan kita." wah-wah dia lolos ujian pertama gue, sebenarnya gue bawa uang nih malah seratus ribu.

Gue dan Khalisa pergi ke kantin, gue ngeliat Kak Dio dan Kak Rayyan lagi ngobrol bareng. Fyi, nggak ada yang tau bahwa Kak Dio, Kak Rayyan dan Kak Arsen saudara kandung yang mereka tau hanya sebatas sahabatan. Penglihatan gue natapin mereka semua, sepertinya Khalisa ngeliat gue lihat mereka.

"Kenapa kamu suka sama Kakak-Kakak itu? Wajar sih banyak kok yang ngejer mereka." Khalisa memberi jeda dan menarik napas.

"Tapi selalu di tolak mereka."

"Kenapa?"

Kok gue jadi penasaran alasan Kakak gue ngejomblo mulu.

"Karena syarat untuk deketin mereka adalah cewek itu harus deket sama Adek mereka dan harus buat Adek mereka bahagia, tapi sampai sekarang ngak ada yang pernah liat adek salah satu mereka."

Ya ampun itu alasannya, ini gue Alina adek dari mereka semua. Yaelah.

"Ooo gitu, kamu suka sama salah satu mereka." Gue penasaran nih cewek suka ngak ama abang gue.

"Hmm, gue pernah suka sama yang itu," ucapnya menunjuk Kak Dio. "namanya Kak Dio menurut gue dia itu baik, pinter, plus ganteng." Khalisa jadi senyum-senyum sendiri.

"Kalo yang itu Kak Rayyan dan yang itu Kak Arsen."

Gue udah tau duluan kali.

"Tapi gue bingung wajah mereka itu kayak mirip gitu," ucapnya sambil menggaruk kepalanya.

ya iyalah secara mereka adik-kakak dan yang satu malah kembar.

"Hmm gitu." Gue ngangguk doang, nggak minat bahas abang gue itu.

"Emang mereka itu punya hubungan apa gitu? Apa sepupu atau ponaan."

Gue nanya kayak gini karena gue mau tau abang gue menutupinya sampai mana.

"Yang gue tau cuman katanya sih sahabatan doang," jawab Khalisa.

"Eeh Ara liat itu, kesana yuk."

Bab 2

"Loh belum tau siapa gue sebenarnya kalo loh tau gue jamin loh bakalan nyesel pernah Bully gue"

***

"Eh, Ara liat itu kesana yuk." Khalisa narik tangan gue menuju sebuah kerumunan kecil sepertinya terjadi kasus pembullyan.

"Ih serem banget, ganteng-ganteng kok gitu ya." Siapa sih cowok itu berani banget nyakitin adek kelas.

"Itu siapa Khalisa?" tanya gue pada cewek yang berdiri di sebelah gue.

"Itu Kak Riell, cowok paling di takuti di ISG dia itu badboy dan selalu nyakitin adek kelas. Jadi kamu jangan coba berurusan sama dia." Wih cewek ini ternyata perhatian sama gue. Gue cuman ngangguk.

Gue rasa ada yang nyenggol tangan gue dan ternyata Kak Riell. Semua siswa yang berada di dekat gue langsung ambil langkah seribu, gue sama Khalisa cuman berdiri di tempat. Gue berusaha tenang walau jantung gue serasa lagi konser nih, dag dig dug jeder. Kak Riell kemudian narik gue ke depan anak buahnya, jadi Kak Riell punya genk komunitas Bully. Kalian bingung kenapa mereka bisa-bisanya ngelakuin ini dan tidak di keluarkan dari sekolah? Karena Kak Riell adalah anak Kepsek jadi semua guru jadi nggak berani sama dia.

"Eh, liat nih ada anak baru? Liat wajahnya jelek banget, nggak pantas masuk ISG. Bener nggak?"

Mereka nertawain gue, berani banget kalian belom tau aja siapa gue.

"Huuu anak jelek miskin huuuuu." Semua teriakan membuat telinga gue panas.

"Ara, ayo kita pergi dari sini." Khalisa berusaha narik tangan gue tapi rambut gue balas di tarik Kak Riell.

"Kurang ajar, Sabar Alina sabar," ucap gue kasih aura positif dalam hati gue.

"Eh siapa nyuruh loh pergi?"

"Kak lepasin sakit, lepasin." Gue megangi rambut gue yang di tarik oleh Kak Riell.

"Kak Riell tolong lepasin Ara ya, Kak." Khalisa juga ikut bantuin gue biar Kak Riell lepasin gue.

"Baiklah gue lepasin," ucap dia lepasin rambut gue yang tadi ditarik, lalu dia menatapku tajam setajam silet. "Tapi ada syaratnya, loh harus jadi anak buah gue selama seratus hari dari sekarang." nih orang main judge sendiri, seenaknya aja kalo abang gue sampe tau abis tuh Kak Riell.

"Loh nggak boleh nolak dan kerja loh pertama adalah loh beliin gue bakso sama teh manis." Di pikir gue pembantu ya, maap Alin tidak sebaik itu.

"Kalo aku nggak mau kenapa?"

Gue dongakkan kepala gue, siapa suruh bangunin macan yang lagi tidur.

"Loh bakalan gue Bully selama seratus hari, tapi kalo loh mau jadi anak buah gue, gue ngak bakal bully loh." Gue udah mulai emosi nih, gue bukan gadis kalem yang diem aja kalo di bully gue bakalan lawan tanpa harus membuka penyamaran gue.

"Kakak ngak bakal bisa bully aku sampai seratus hari."

Wah-wah gue liat Kak Riell sedikit terkejut.

"Mana mungkin, selama ini gue selalu bisa Bully mangsa gue sampe dia pindah dari sekolah ini," ucap Kak Riell memukul mejanya dia terlalu sombong liat aja nanti siapa yang akan keluar dari sekolah ini.

"Tapi tidak untuk kali ini. Aku permisi, Kak."

Saat gue mau keluar dari kerumbunan orang ramai.

"Ini buktinya," ucap Kak Riell menumpahkan jus jeruk di atas meja ke gue, rambut gue jadi basah dan bau jerukkan. Awas aja yah loh Kak

"ADRIELLLL!!!", teriak seorang cowok di seberang sana.

"Kamu ini ya, gak pernah tobat. Selalu aja bully Adkel kamu, kasian dia, dek."

Itu Kakaknya Kak Riell?

"Kenapa sih Kakak selalu ngalangin semua yang aku perbuat."

betul ini Kakaknya Kak Riell nih, tapi dari tampangnya orangnya baik ngak seperti Kak Riell.

"Adek apa yang kamu lakukan itu salah, coba berubah Riell." Kak Riell menghempaskan gelas yang ada di tangannya, sedangkan gue cuman nahan dingin akibat es jeruk tadi.

"Arggh!!" Kak Riell emosi dan pergi ninggalin kami. "Gue bakalan tetep bully loh sampe seratus hari, ingat itu," ucap dia natap gue tajam banget pengen gue colok matanya.

Kak Riell dan kawan-kawannya sudah pergi, tersisi gue sama Khalisa dan cowok itu. Gue lihat dari wajahnya tuh cowok baik tapi kalo bicara nadanya dingin banget, kalo ganteng ngak usah ditanya itu pasti karena dia cowok. Gue cuman nundukkin kepala dan berniat mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih Kak," ucap gue sopan sembari tersenyum.

"Hem." Dia cuman ngangguk doang dan pergi begitu saja. Setidak dia tidak seperti adiknya yang suka bully Adek Kelas.

"Ara, kamu mending bersihin dulu baju kamu soalnya basah dan lengket." Gue inget, gue bawa baju ganti setiap hari karena tau diri gue bakalan kena Bully.

"Mau temenin aku." Khalisa menangguk lalu kami berjalan menuju toilet perempuan.

Gue udah bawa baju ganti dan kantung plastik yang di dapat dari kantin. Gue kunci pintu toiletnya dan gue lepasin semua penyamaran gue, dan merapikannya kembali. Dia melihat dirinya di kaca sebagai Alina Sharalee bukan sebagai Ara, gue sisir rambut panjang bergelombang lalu kembali gue kepang dua. Setelah itu tompelnya gue pasang lagi di bawah pipi, ini gue beli yang awet biar ngak mudah lepas. Terakhir gue tabur bedak untuk mencoklatkan kulit dan memakai kacamata lensa bulat, sekarang dirinya adalah Ara.

"Sabar yah Alin, tetep semangat demi tujuanmu." Gue semangatin diri gue lalu keluar dari toilet.

Gue keluar dan lihat ada seorang cewek bersama Khalisa, siapa cewek itu? Gue lihat cewek yang itu juga cantik, mungkin itu sahabat Khalisa. Gue deketin mereka, mereka kayak lagi ngobrol santai gitu. Khalisa menyadari keberadaan gue di situ.

"Nah Leony ini yang namanya Ara," ucapnya memperkenalkan gue.

"Ooo ini, kenalin gue Leony Fanessa, senang ketemu kamu Ara," ucap gue nerima uluran tangan tuh cewek.

"Oo ya gue liat tadi loh berani banget sama Kak Riell."

"Kenapa mesti takut sih, dia juga manusia sama kayak kita," jawab gue singkat.

"Denger kalimat loh, gue inget sama Alina Sharalee."

Aduh bisa-bisa penyamaran gue terbongkar nih.

"Iya, kamu tau Alina, Ra?"

Tau lah itu gue sendiri tau, tapi gue geleng kepala.

"Alina Sharalee itu selebgram terkenal, dia itu cantik banget dan setiap ada haters yang ngehujat dia, dia pasti cuek aja dan ngak ada takutnya." Leony narik napas dulu. "Kalo ditanya kenapa dia berani banget dan jawaban sama kayak yang loh ucapin tadi, Ra."

Gue ngangguk doang. Ya iyalah sama barang Alina itu Ara dan Ara itu Alina.

Kami udah sampai di kantin, Khalisa pun memesan makanan dan mentraktir kami berdua sebagai pajak pertemanan. Gue nikmatin aja makanan itu, sekali-kali makan gratis gapapa ya kan. Kami tidak ada yang berbicara, semua sibuk dengan makanan sendiri. Gue ngeliat Kak Dio, Kak Rayyan dan ada 2 cowok di sampingnya, eh bentar itu bukannya ada Kakaknya Kak Riel lagi duduk sama Kak Arsen dan ada satu cowok lagi di sampingnya. Nanti pas di rumah gue tanya Kak Arsen ah, penasaran sama tuh cowok.

"Kita balik ke kelas yuk," ucap Khalisa sambil menarik tangan kami.

"Kalian duluan aja, aku masih mau di sini", ucap gue dan mereka mengangguk lalu pergi.

Gue masih diam-diam mengintai keberadaan abang gue dan teman-temannya. Gue memesan es jeruk dengan uang yang gue bawa sendiri. Gue merhatiin wajah cowok yang belum gue tau namanya, wajahnya itu dingin banget dan irit banget ngomong, tapi dari gelagatnya yang nolongin gue tadi, dia baik deh. Gue berniat mencari tau kehidupan dua kakak-beradik itu dan membuat Kak Riell untuk tidak membully Adkel lagi, gue  akan bikin dia berubah, tunggu aja nanti.

Kak Dio dan Kak Rayyan liat gue sendiri, mereka berniat menghampiri gue tapi dari kejauhan gue menggelengkan kepala. Setelah teman-temannya pergi Kak Dio dan Kak Rayyan duduk di samping gue, sedangkan Kak Arsen entah kemana mungkin ada panggilan OSIS.

"Kenapa Alin?" Gue langsung nutup mulut mereka untung kantin udah sepi.

"Tolong panggil aku Ara bukan Alin."

"Kenapa Ara?" ulang Kak Rayyan.

"Kakak bawa ponsel nggak, Ara boleh pinjem bentar."

di SMA ISG di perbolehkan membawa ponsel, kenapa gue ngak bawa ponsel? Karena gue lagi nyamar jadi orang miskin nih.

"Iya bawa, buat apa dek."

"Buat SMS Kak Arsen bentar," ucap gue sambil ngetik pesan di ponsel Kak Rayyan.

ArayyanRunakoFidelyoW
Kak, ini Alin pinjem ponsel Kak Rayyan, Kakak sibuk ngak? Kalo nggak, boleh nanti pas pulang sekolah kita ke taman berdua aja Kak.

ArsenioRaymondAdolfaW
Yaudah nanti mau Kakak jemput dimana?

ArayyanRunakoFidelyoW
Di rumah Bibi Sela aja Kak, nanti Alin naik angkot

ArsenioRaymondAdolfaW
Beneran nih dek mau naik angkot?

ArayyanRunakoFidelyoW
Iya Kak gapapa kok, udah dulu ya adek mau balikin ponselnya ke Kak Rayyan.

ArsenioRaymondAdolfaW
Okey adek cantik, semangat belajarnya.

Gue balikin ponselnya ke Kak Rayyan dan ternyata mereka ngecek apa yang gue omongin ke Kak Arsen. Ihh mereka ini selalu kepo banget sih.

"Kamu ngapain mau ke taman sama Kak Arsen, mana kami ngak di ajak lagi."

ihh Kak Dio sok-sok'an masang wajah cute.

"Privasi adek, udah ya Kak adek mau ke kelas," ucap gue pergi lalu melihat kiri-kanan ternyata kantin sudah sepi tidak ada siswa lagi.

Cup
Cup

Gue nyium kening kakak gue, itu udah biasa ya jadi jangan pada iri dan protes. Hahaha mereka kicep dan ngak bisa ngomong lagi, gue langsung ninggalin mereka berdua tak lama terdengar suara toa masjid besar amat.

"ARAAAA!!" Teriak mereka untung udah sepi nih.

Gue balik ke kelas dan kelas udah rame aja, Khalisa udah ada di kursinya sambil bolak-balik buku. Gue langsung duduk di sebelah Khalisa.

"Loh ngapain sih tadi di kantin, ngeliatin cogan ya," ledek nih anak, gue cuman senyum doang.

"Hehe kamu tau aja sih," ucap gue cuman nyengir doang.

Bab 3

"Tenyata di balik dingin dan kejamnya dia, ada cerita mendalam yang tidak banyak orang ketahui."

***

Gue sekarang lagi duduk nunggu angkot, lumayan panas cuacanya. Uh, lama banget sih angkotnya, tak lama ada mobil putih menghampiri gue. Mobil itu ternyata milik Khalisa, teman baru gue sekaligus orang yang bakal gue uji nanti. Khalisa turun dan menghampiri gue yang sedang duduk menunggu angkot.

"Mau ikut sama aku, Ra." Gue menggeleng lemah.

"Ayolah gapapa, Ra. Mau ya? cuaca panas nih." Gue akhirnya pasrah dan ngangguk. Khalisa narik tangan gue naik ke mobilnya, gue duduk bersama Khalisa di jok belakang.

"Dimana rumah loh, Ra."

"Di perumahan el—"ups gue ampir keceplosan nih. "Maksud aku kampung cempaka." uh hampir aja semua terbongkar.

"Pak, kita ke kampung cempaka ya," ucap Khalisa kepada pak Supir.

"Baik Non."

Gue pun menuju ke rumah Bibi Sela, orangtua boongan. Alhamdulillah hari ini gue ngak jadi panas-panasan di angkot.

Sesampai di rumah Bibi Sela, gue langsung turun dari mobil Khalisa. Bibi Sela sedang meyapu halaman dan pak Maryan sedang membaca koran. Gue liat Khalisa juga ikut turun dan dengan sopan mencium punggung tangan Bibi Sela dan Pak Maryan.

"Eh, nggak usah Non, tangan bibi kotor."

"Nggak kok tan, biasa aja." Bibi Sela tersenyum kikuk.

"Aku pulang dulu ya, Ra." Khalisa masuk kembali ke mobilnya sambil melambaikan tangan.

Gue buka sepatu lalu masuk ke dalam rumah sederhana yang hanya memiliki 2 kamar dan 1 kamar mandi. Rumah yang masih memakai papan dengan atap daun kelapa. Gue duduk di kursi bambu sambil ngerebahin badan. Tak lama kemudian Bibi Sela duduk di samping gue.

"Itu tadi siapa Non."

"Khalisa Bi, temen sebangku Alin," jawab gue santai dan Bibi ber-oh-ria.

"Nanti siapa yang jemput Non di sini?"

"Kak Arsen Bi, Kak Dio sama Kak Rayyan."

Tak lama mobil Xapander hitam datang, gue tebak itu Kak Arsen dan abang kembar gue. Tuh betulkan tebak'an gue. Gue langsung pamitan sama Bibi dan pulang ke rumah untuk nganter Kak Dio sama Kak Rayyan, karena gue mau ke taman sama Kak Arsen. Gue duduk di depan sama Kak Arsen, kebetulan hari ini Kak Arsen yang nyetir.

"Kak, loh mau ke mana sama adek." ih Kak Rayyan kepo banget sih.

"Kepo."

bukan Kak Arsen yang jawab tapi gue.

"Ihh kan Kakak nanya Kak Arsen bukan adek." nih Kakak pengen gue tampol rasanya, tapi takut dosa.

"Ke taman doang kok Rayyan." Kak Arsen masih tetep fokus nyetir.

"Ihh kok Dio nggak di ajak sih." manyun tuh bibir Kak Dio, imut amat sih Kakak.

"Nggak boleh. Kalo abang-abang mau jalan, jalan sama Kak Varo aja ya."

Kak please lah, jangan ngambek dong.

"Ih adek, yaudah tapi pulang bawain makanan ya." ada aja maunya, yaudah deh gpp sekali-kali jadi adek baik.

"Iya Kakakku yang gantengnya ngalahin BoyBand Korea," jawab gue singkat.

"Mirip siapa dek, BTS EXO atau IKON."

ihh Kak Rayyan kepede'an.

"Kayaknya lebih mirip Blackpink deh," ucap gue ngakak nih, wajah mereka jadi asem tuh. Kak Arsen juga ikut ketawa tuh.

"ALIIINNN!!" Uuh telinga gue pengen nih.

Akhirnya gue sampai nih di rumah, rumah bak istana putri kerajaan. Gue turun lalu naik ke atas dan ganti baju dari penyamaran, sekarang gue jadi Alina. Gue langsung pamit ke Mama sama Papa dan Kak Dio sama Kak Rayyan masih ngambek nih, bodolah.

"Adek mau kemana sayang?" tanya Mama dengan belaian lembutnya.

"Mau ke taman sama Kak Arsen Ma." Kak Dio nyamber aja nih, mana masang wajah kesel lagi.

"Ihh Kak Dio," ucap gue kesal dengan tuh Kakak laknat.

"Kenapa Kak Dio sama Kak Rayyan nggak di ajak sayang." tuhkan Mama jadi nanyain, Kak Dio tunggu aja bentar ya.

"Hmm anu, Ma adek mau ngomongin privasi sama Kak Arsen." untung Mama gue nggak banyak tanya cuman ngangguk doang.

"Yaudah jangan pulang terlalu sore ya."

"Arsen jaga Alin ya." Kak Arsen yang sudah ganti baju mengangkat jempolnya.

"Yuk dek, nanti ke buru sore." Kak Arsen ngerangkul gue dan kami pun menuju sebuah taman di dekat perumahan.

Taman yang hijau penuh bunga berwarna merah dan putih. Aroma mawar tercium sangat pekat. Kupu-kupu bertebangan bebas di angkasa, seperti manik-manik angkasa. Gue dan Kak Arsen duduk di sebuah bangku dekat sebuah pohon besar.

"Apa yang mau kamu omongi dek?" tanya Kak Arsen sambil membelai rambut gue

"Kak, Kakak tau siapa orang yang duduk makan sama Kakak tadi."

"Ooo Kak Vian, kenapa dek?"

Ternyata namanya Kak Vian toh.

"Itu Kakaknya Kak Riell ya, kenapa adek lihat wajahnya tuk dingin sama cuek banget," jelas gue ke Kak Arsen.

"Kamu kenal sama Kak Riell?"

gue mengangguk kecil.

"Jadi gini Kak Vian itu sahabat Kak dari kelas 10, dia itu cowok yang ramah dan baik tapi itu dulu." gue lihat wajah Kak Arsen berubah jadi sedih, dia narik napas lalu lanjut cerita.

"Kak Vian dan Kak Riell korban dari brokenhome, keluarga mereka hancur gara-gara Papa mereka selingkuh dengan sekretarisnya, lalu Mama mereka depresi dan mengakhiri hidupnya dengan minum racun tikus." gue ngak tahu Kak Riell punya cerita sedalam itu.


"Sejak saat itu mereka kehilangan kasih sayang orangtua, dan di asuh oleh pembantu rumahnya. Kak Vian dulu pernah hampir depresi dan sejak saat itu Kak Vian jadi pendiam dan kurang bergaul." gue mau nangis dengernya, kalo gue jadi Kak Vian mungkin gue udah bunuh diri.

"Riell juga jadi suka emosi ngak jelas dan Adkel selalu jadi bahan untuk meluapkan emosinya jadi kamu jangan berurusan sama Riell ya dek." gue ngangguk doang dan ngak nyeritain semua yang terjadi tadi, gue ngak mau Kak Arsen jadi khawatir biar gue nyelesainnya sendiri.

"Adek kasihan Kak sama Kak Riell dan Kak Vian, adek bakal berusaha ubah sifat mereka jadi seperti dulu."

Kakak gue geleng kepala, mustahil emang.

"Nggak dek, jangan itu bahaya buat kamu! cukup! jangan ngelakuin apapun lagi yang bisa buat kamu terluka."

Kak, adek kasian liat Kak Riell pasti dia juga pengen bahagia Kak.

"Kakak percayakan sama adek, adek nggak bakal buat diri adek dalam bahaya."

gue tahu Kakak khawatir sama Alin, tapi Kak Alin pengen buat Kak Vian dan Kak Riell menyadari bahwa dunia ini indah tidak kejam seperti yang mereka kira.

"Adek, dengerin Kakak adek boleh bantu Kak Vian dan Kak Riell tapi inget jangan sampai Alin yang terluka. Kalo Alin butuh bantuan Kakak, Kakak siap bantu kok." gue meluk Kak Arsen, gue bangga lahir dikeluarga yang selalu mengerti apa keinginan gue, Thanks Kak.

"Kak, adek pengen itu," ucap gue nunjuk sebuah penjual es krim aneka rasa.

"Ihh kamu ini, yaudah kuy kita beli." Kak Arsen ngerangkul gue dan kami berjalan menuju penjual es krim.

Gue dan Kak Arsen beli dua es krim rasa coklat, udah lama gue nggak jalan-jalan kayak gini sama Kak Arsen abisnya Kakak gue satu ini sibuk mulu sama kayak Kak Varo. Gue biasanya jalan-jalan sama Kak Dio dan Kak Rayyan, karena mereka yang paling nggak sibuk. Gue menikmati es krim tersebut persis seperti anak kecil. Walau umur gue udah 15 tahun, tapi tingkah manja gue nggak hilang juga apalagi saat bersama abang gue. Gue liat Kak Arsen makan belepotan gitu, ih bikin gemes deh.

"Kakak, yang bener kalo makan es krim." gue menghapus jejak es krim di sudut bibir Kak Arsen.

"Kayak kamu nggak aja dek." ups tenyata gue lebih parah dari Kak Arsen.

"Hehehe, Kakak kalo ngomong suka bener."

Selesai menyantap es krim dan hari juga mulai sore, gue dan Kak Arsen mau pulang nih. Oo ya gue lupa tuh dua kembar di rumah tadi nitip makanan, kalo ngak di beli bisa hancur kamar gue. Alhasil gue terpaksa ngeluarin uang lagi buat mereka, gapapa sekali-kali gue traktir tuh empat abang tampan.

"Kak, kita beli Pizza yuk buat Kakak-kakak di rumah," ucap gue sama Kak Arsen.

"Emang kamu punya uang dek." kode ngak nih ya mau bayarin.

"Nggak Kak."

pura-pura aja deh siapa tau di bayarin Kak Arsen.

"Yaudah ngak usah beli dek." ihh gue kira kode,

ternyata...

sebel nih abang gue ngak pernah peka.

"ABANGG!!" gue kalo lagi kesel nggak panggil Kakak lebih suka panggil Abang.

"Apa sih dek? teriak-teriak sakit nih telinga Kakak."

Bener nggak pernah peka, pantes dari dulu ngejomblo mulu.

"Auk ah, udah cepet berhenti di tempat biasa kita beli Pizza Kak." gue jadi kesel kan sama Kak Arsen.

"Ih tadi katanya ngak ada uang." gue pura-pura budek aja males bahasnya.

Skip Di tempat Pizza

Gue turun dari mobil dan gue tinggalin Kak Arsen sendirian di mobil, gue kesel banget sama dia. Gue mesen tujuh Pizza dengan toping beda-beda, lumayan uang yang harus gue keluarin. Setelah beli semuanya gue kembali lagi ke mobil, dan Kak Arsen cuman nunggu doang, gue kira dia ngejer gue tadi.

"Kamu nih dek, main turun aja." dia liat gue bawa goodie bag banyak banget. "Ehh bentar banyak banget kamu beli Pizza, siapa yang bayarin?"

Ya Alin lah Kak, kan Kakak ngak mau bayarin.

"Adek yang beli. Abisnya Kakak nggak peka, adek kira mau bayarin tadi."

"Ya kamu sih dek, kalo mau di bayarin bilang aja sama Kakak." gue naik ke mobil dan meletakkan goodie bag di jok belakang. "Yaudah Kakak minta maaf ya dek." gue pengen nyubit pipi Kak Arsen.

"Berapa belanja semuanya? biar Kakak ganti uang kamu."

Udah telat kali Kak, tapi makasih kakak baik banget.

"Nggak usah Kak, sekali-kali dong Alin traktir abang-abang." Kak Arsen meluk gue dan kembali fokus nyetir.

Sesampai di rumah, Kak Arsen bantuin gue bawa goodie bag. Gue liat Kak Dio sama Kak Rayyan lagi pada mabar FF, eh bentar itu ada Kak Varo. Ah Kak Varo udah pulang, gue seneng banget.

"KAKKK VAROOO!"

Gue lari lalu langsung meluk Kak Varo.

"Eh Alin, dari mana kamu dek." Kak Varo langsung meletakkan ponselnya dan beralih ke gue, ini yang gue suka dari Kak Varo dia itu selalu prioritasin gue dari segalanya.

"Dari taman Kak," jawab gue singkat.

"Dek mana titipan Kakak." ih dia inget makanannya doang.

"Tuh di bawa Kak Arsen ke dapur, tolong bawa sini semua ya Kak biar kita makan bareng."

hahaha adek macam apa gue, nyuruh-nyuruh Kakak gue.

"Dek, banyak banget kamu beli Pizza, uangnya dari mana dek." ih Kak Rayyan banyak protes, tugas Kakak'kan tinggal makan doang.

"Nyuri Kak," jawab gue ngasal.

"Ih adek nyuri dimana? nggak boleh gitu sayang. Kalo kamu butuh uang bilang sama Kak Varo." lah Kak Varo percaya gue nyuri, apa muka gue kayak pencuri ya.

"Apaan sih Kak, adek bercanda uangnya hasil kerja adek sendiri." gue ambil sekotak Pizza dan mulai melahapnya.

"Kamu nih dek, bercanda mulu." Kak Arsen dateng dan duduk di samping gue.

"Kakakku tercinta udah ya adek capek, adek mau mandi biar kayak Lisa blackpink," ucap gue lari ke atas sebelum denger teriakan abang gue.

Tbc.


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Disguise
Selanjutnya Disguise (4-5)
4
1
Jadi anak perempuan satu-satunya di keluarga Winston itu layaknya jadi Ratu yang selalu di jaga. Punya empat Abang tampan membuat hidupmu jadi terasa selalu indah. Namanya Alina sharalee callie, Putri satu-satunya kebanggaan keluarga winston. Seorang artis remaja yang sudah membanggakan Indonesia sampai di kancah internasional lewat karya dan juga prestasi akademiknya. Memasuki usianya yang ke lima belas tahun, gadis itu memilih untuk menyembunyikan identitasnya dan hidup layaknya anak SMA kebanyakan. Alina hanya ingin mendapatkan seorang teman yang menerima dirinya bukan karena ketenarannya, tapi karena ketulusannya.Ara, aku mau kok jadi temanmu. Bagiku berteman itu tidak harus, karena dia tenar. Asalkan hatinya baik, dia bisa jadi temanku. Ketika ribuan orang menghina wajahnya serta keadaannya, ada satu orang yang memandang standar pertemanan berbeda.Jadi anak golongan kelas bawah membuat Alina harus berurusan dengan Riell. Kakak kelas yang entah begitu membencinya dan berjanji akan menyusahkan hidupnya selama seratus hari. Bukan Alina namanya, jika dia tidak mampu meluluhkan hati siapapun.Hingga pada akhirnya dia terjebak dalam hubungan tiga arah yang membuatnya nyaris kehilangan akal. Dia tidak bisa memilih di manakah hatinya harus berlabuh. Pada akhirnya dia memilih untuk mengikuti kata hatinya.Riell kah pilihannya atau justru pria lain yang di jodohkan oleh netizen?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan