1 || Loving GRETA

8
1
Deskripsi

Setelah lima tahun berpisah, Greta Levia hadir kembali dalam kehidupan Calisto Angkasa untuk menanyakan lagi lamaran pria itu yang dulu sempat ditolaknya.

Akan tetapi, masih tuluskah perasaan Calisto pada Greta mengingat rumor yang beredar, wanita itu menjadi gundik kakak angkatnya?

1

“Aku cuma mau ngomong sebentar,” tegas Greta Levia, pada sang pemilik restoran.

Calisto Angkasa memandang wanita cantik yang baru saja masuk kantor kecilnya. Sosok itu masih sama. Bedanya, Greta semakin terlihat cantik dalam gaya busana yang lebih dewasa. Dia melirik pada salah satu staf dan mengangguk pelan—memberi isyarat pada sang pria muda untuk meninggalkannya dengan Greta.

Ketika hanya berdua, Calisto mempersilakan Greta duduk di hadapannya. Kini mereka dipisahkan sebuah meja kerja yang tak terlalu besar. Bohong jika Greta tak cemas saat ini. Wanita itu seolah ingin pingsan ketika menatap mata sang mantan kekasih yang tak pernah hilang ketampanannya.

“Aku udah tau kondisi keuangan kamu.”

Terkejut, Calisto justru tersenyum mengejek. “Udah jadi mantan, kok, masih kepo?”

Mengabaikan sindiran itu, Greta tak gentar menyampaikan tujuannya. “Aku bisa bantu kamu, Cal.”

Kedua alis Calisto tertaut. Pria itu masih berusaha untuk tenang, meski seluruh tubuhnya ingin menarik dan mendekap Greta karena rindu yang menggebu.

Sebelum Calisto berucap lagi, Greta melanjutkan. “Aku bisa kasih dana buat tambahan modal restoran.”

Calisto menyemburkan tawa. “Tiba-tiba?”

“Aku jamin bunga sama bagi hasilnya nanti nggak akan memberatkan kamu. Asalkan ....”

Greta menunduk sejenak sebelum kembali menatap Calisto. Tentu pria itu semakin penasaran dengan kata-kata Greta selanjutnya.

“Kamu nikahin aku.”

Mencondongkan tubuhnya, Calisto kembali terkekeh. “Nggak salah?”

“Kamu belum nikah atau tunangan. Dulu kamu yang ngajak aku nikah.”

Amarah itu seolah kembali hadir untuk menghancurkan pertahanan Calisto. “Dulu, Gre. Dulu!” hardiknya.

Greta masih dengan tenang menanggapi, “Sampe sekarang kamu nggak punya pacar, kan, Cal?”

“Siapa bilang aku nggak ada pacar?” tantang Calisto.

Ucapan pria berusia 27 tahun itu menggoyahkan kepercayaan diri Greta. “Aku punya lima milyar untuk restoran kamu. Dananya akan segera menjadi milik kamu setelah kita nikah.”

Calisto berdiri dan berjalan lambat hingga berada di belakang Greta. Pria itu menunduk dan berucap pelan di telinga kanan mantan pacarnya. “Sekarang kamu mau beli suami?”

Berdiri, Greta berbalik badan dan menatap Calisto yang kini sudah menegakkan tubuhnya. “Aku cuma mau bantu kamu.”

Menyilangkan tangan di depan dada, Calisto mulai lemah karena kegigihan wanita yang membawa separuh hidupnya. “Keuntungannya buat kamu?”

Debaran jantung Greta tak mampu dikendalikan. “Kamu nikahin aku, udah cukup.”

Greta memandang arah lain. “Aku bisa bantu suami sendiri. Kalo orang lain, aku nggak peduli.”

Satu sudut bibir Calisto terangkat. Wanita itu tak berubah. Dia memang licik sejak dulu. Padahal Calisto mencintai Greta dengan sepenuh hatinya. Namun, Greta dengan seenaknya mempermainkan pria itu. Kini Greta hadir dan menginginkan permainan kedua. Hanya saja, kali ini Calisto tak akan membiarkan wanita itu kembali menang.

“Apa yang bikin kamu yakin aku bakal setuju?”

Greta berjalan mendekati Calisto dan menjawab dengan percaya diri. “Kamu masih cinta aku, ‘kan?”

“Tapi kamu nggak bisa mainin perasaan orang, Gre,” balas Calisto.

Tanpa Calisto tahu, Greta sudah hancur berkali-kali. Akan tetapi, wanita itu harus kembali menjalankan perannya menjadi sosok yang tak punya hati.

“Terserah kamu aja. Kalo nggak mau juga nggak apa-apa,” ungkap Greta, lantas berjalan melewati Calisto.

“Greta,” panggil Calisto, lantas meraih tangan wanita itu, “aku mau liat kamu seserius apa.”

Greta hendak menarik tangannya yang sudah dipegang Calisto, tetapi kalah cepat. Pria itu sudah menariknya hingga tubuh mereka berbenturan. Tak melepaskan Greta begitu saja, satu tangan Calisto memeluk pinggang Greta. Tangan lain Calisto menahan tengkuk wanita itu sebelum merapatkan bibir mereka.

Terkejut, Greta meronta dan mencoba melepas ciuman mereka. Dada Greta bergemuruh. Tiba-tiba saja ketakutan asing melemahkan wanita itu saat ini juga. Dia salah karena memutuskan untuk kembali berurusan dengan Calisto. Namun, dia tak punya tujuan lain selain pria yang dia cintai.

Sementara Calisto menyesali tindakan yang hanya menuruti naluri. Seharusnya dia mengerti jika dirinya hanya lemah pada Greta. Apa yang hendak dibuktikannya lagi? Dia memang tak sanggup melepaskan Greta. Cintanya membuat pria itu bodoh. Ciuman itu hanya membangkitkan kembali kobaran cinta dalam hati pria itu yang tak pernah padam.

Calisto melepaskan cumbuan mereka hanya untuk memberi waktu Greta untuk bernapas sejenak. Dia sudah jatuh dalam candu bibir manis Greta. Mereka mampu menghabiskan hari hanya untuk memadu rindu di ruang kecil ini.

“Cal, lepasin!” protes Greta, berusaha mendorong pria itu menjauh.

Namun, Calisto masih memeluk erat tubuh ramping itu.

“Kenapa? Nantinya juga kita mau nikah,” tantang Calisto.

Greta mati-matian menolak cumbuan Calisto. “Kalo kamu serius, kita bisa bikin perjanjian pra nikah.”

Ucapan wanita itu membuat Calisto berhenti memberi kecupan-kecupan kecil di rahang bawah Greta. Dia menatap wanita itu. Napasnya tak beraturan, Greta juga nampak tertekan dalam dominasi pria itu.

“Bukan lamaran, kamu malah minta perjanjian pra nikah?”

Kali ini Greta mampu melepaskan diri dari dekapan Calisto. Dia berjalan mundur dan sangat antisipasi kalau-kalau Calisto menyentuhnya seperti tadi.

“Karena aku pastikan kamu dapetin apa yang aku janjikan.”

Tanpa pikir panjang, Calisto tetaplah pria yang menjadi budak cinta wanita yang dipujanya. “Oke.”

“Apa?” lirih Greta.

Mengapa bukan kelegaan yang dia rasakan, melainkan rasa sakit yang kian menusuk saat Calisto mengabulkan setiap permintaannya? Greta akan sangat merasa bersalah jika Calisto masih menyimpan perasaan untuknya. Dia berharap Calisto menyetujui pernikahan ini, mengambil seluruh harta wanita itu, dan campakan Greta untuk wanita lain yang lebih pantas mendampingi Calisto. Greta memang sudah tak menginginkan apa pun dalam hidupnya.

“Aku setuju.”

Greta seakan linglung untuk beberapa detik. “Oke. Aku,” Greta berusaha menguasai dirinya kembali, ”kabari nanti.”

Melihat Greta meninggalkan kantor kecil miliknya, Calisto tersenyum tipis. “Kita liat aja, Gre. Siapa yang bakal kalah nantinya.”

 

// halo gaess, yang baru ini bakalan panas kayak cuaca. selamat menanti. love you gaess.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Loving Greta
Selanjutnya 2 || Loving GRETA
7
0
Feel free to read.*Warning only for adult readers
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan