
Weekend tiba, saatnya mengistirahatkan sejenak pikiran dan tubuh kita. Beberapa orang memiliki kebiasaan berbeda dalam mengartikan kata istirahat. Sebagian orang berpendapat istirahat disini adalah untuk merilekskan tubuh dengan cara pergi berlibur dan melakukan kegiatan atau hobi mereka. Ada pula sebagaian yang memilih tetap berada di rumah masing-masing dengan melakukan sedikit kegiatan bahkan hanya akan tidur seharian.
Tapi tidak berlaku untuk seorang Uzumaki Sasuke. Sasuke bukanlah orang yang senang bepergian saat berlibur, bukan juga orang yang akan tenggelam dibalik selimut seharian. Untuk mengisi waktu liburnya ia akan disibukkan dengan mempelajari hal baru dari bidang pekerjaan yang ia geluti.
Sejak ia lulus perkuliahan dari jenjang strata satu, ia memutuskan untuk langsung melanjutkan ke strata duanya. Beruntung ia mendapatkan beasiswa full dari kampusnya, sehingga tidak perlu untuk membebankan keluarganya.
Keluarga yang selama ini membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Namikaze Minato dan istrinya Uzumaki Kushina. Sepasang suami istri yang dulunya sempat divonis tidak akan memiliki keturunan.
Ya, Sasuke bukanlah anak kandung dari Minato dan Kushina. Sasuke yang hidup dipanti asuhan sejak usianya tujuh tahun itu, berhasil diadopsi oleh pasangan tersebut setelah dua tahun ia berada dipanti.
Sasuke kecil merupakan bocah lelaki pendiam namun sangat penurut. Saat pertama kali Minato dan Kushina mengunjungi panti dengan niatan untuk mengadopsi seorang bayi lelaki, mata mereka berpapasan dengan mata bulat Sasuke yang segelap malam.
Kushina lah yang pertama jatuh hati dengan pandangan bocah berambut raven tersebut. Dan saat berbincang dengan pengurus panti, Minato dan Kushina diberikan penjelasan terkait latar belakang Sasuke yang memiliki nama asli Uchiha Sasuke.
Minato hanya bisa menggenggam jemari sang istri yang sudah berkaca-kaca saat pengurus panti menceritakan bahwa Sasuke merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa dari bunuh diri masal yang dilakukan ayah terhadap ibu dan kakak lelakinya.
Ayah kandung Sasuke yang bernama Uchiha Fugaku merupakan kontraktor yang lumayan sukses dikotanya. Namun karena satu dan dua alasan, akhirnya usaha yang ia geluti sejak ia masih muda itu harus bangkrut dan meninggalkan hutang yang semakin membengkak setiap harinya.
Harta yang selama ini keluarganya miliki pun tidak bisa menutupi hutang-hutang yang terus berbunga. Alhasil dengan nekat Uchiha Fugaku menambahkan racun kepada makanan yang akan dikonsumsi keluarganya.
Entah suatu keberuntungan atau malah malapetaka bagi Sasuke, di hari naas itu ia dan kakaknya yang hanya selisih dua tahun dan terbiasa berangkat dan pulang sekolah bersama tidak melakukan hal tersebut. Dipagi hari kakanya yang bernama Uchiha Itachi itu mengeluh bahwa kepanya sakit dan perutnya mual.
Wanita bersurai serupa dengan milih Sasuke dan Itachi itu meminta Itachi untuk tidak berangkat sekolah terlebih dahulu. Sasuke mengangguk mengiyakan karena tidak tega melihat kakak kesayangannya terlihat lemah.
Pada akhirnya Sasuke berangkat sekolah sendiri. Setelah jam pulang sekolah tiba, Sasuke berlari pulang kerumahnya. Berniat mengecek kondiai sang kakak, namun apa yang dilihatnya setelah membuka pintu rumah membuatnya hanya bisa mematung.
Ayah, ibu dan kakak lelakinya tergeletak dikursi ruang tengah yang merangkap sebagai ruang makan dengan mata terbuka dan mulut yang mengeluarkan busa.
“Astaga… apakah tidak ada orang lain disana?” Tanya Kushina membayangkan bagaimana suasana mencekam yang harus dihadapi bocah tujuh tahun tersebut.
“Sayangnya tidak ada.” Jawab pengurus panti. “Lalu, setelah Sasuke berhasil menjangkau ketiga anggota keluarganya itu ia menyentuh lengan kakanya, dia bilang kakakku terasa dingin, begitu juga denga ibu dan ayahku. Aku juga mencoba menggoyangkan badan mereka namun tidak ada respon. Begitulah penuturan Sasuke. Dan setelah itu Sasuke berlari untuk meminta pertolongan." Lanjut pengurus panti itu.
“Oh Tuhan.”
Dan sejak hari itulah Sasuke resmi diadopsi oleh Minato dan Kushina.
“Sasuke, kau melamun nak?” Tanya Minato menggenggam jemari Sasuke yang ada di atas meja makan.
“Ah maafkan aku ayah. Aku hanya sedang memikirkan pekerjaan.” Sasuke memberikan senyumnya kepada Minato dan Kushina yang sudah sejak lama ia anggap sebagai ayah dan ibunya kandungnya.
“Huhhh kenapa sih kau hobi sekali memikirkan pekerjaan kak? Tidak bisakah kau bersantai sedikit?” Omel pemuda beusia delapan belas tahun itu.
“Ya dari pada kau Naruto, otakmu hanya berisi games saja.” Sahut Kushina yang memukul kepala anaknya yang memiliki rambut sewarna dengan sang ayah, kuning.
“Itukan agar aku tidak gila, Bu.” Bela Naruto
“Kau tidak gila, tapi aku yang menjadi gila.” Sasuke dan Minato hanya tertawa mendengarkan perdebatan ibu dan anak yang tiada habisnya itu.
Tak lama setelah ia diadopsi akhirnya Kushina mengumumkan bahwa ia tengah mengandung anak pertamanya bersama Minato. Alih-alih merasa cemburu, Sasuke sangat merasa bersyukur karena setidaknya ia akan memiliki saudara lagi.
“Sasuke, tidak bisakah kau tinggal disini hari ini?” Tanya Kushina dengan wajah memelas.
“Maafkan aku Bu, aku harus berkunjung ke rumah owner perusahaan.”
“Huhhhh. Kenapa anakku ini sibuk sekali sih.” Ucap Kushina merajuk.
“Itu tandanya putra kita ini dipercaya oleh bosnya. Benar begitu Sasuke?” Tanya Minato bangga. Sasuke hanya mengulas senyum tulusnya, dan kembali menggigit roti panggang yang sebelumnya ia abaikan.
“Dan kau Naruto, kurangilah bermain game.”
“Sudahlah ayah, biarkan dia melakukan sesukanya. Toh nanti yang dirugikan dirinya sendiri.” Naruto melotot mendengarkan ucapan kakak beda warnanya itu dan disauti dengan anggukan serta gelak tawa ketiga orang yang ada dimeja makan itu.
🌸
Mobil berwarna hitam metalik berjalan pelan dengan bunyi khas bebatuan kerikil yang injam benda berbeban berat. Sasuke yang mengendalikan kemudi membelokan kemudinya ke kanan dan berhenti sejenak saat mobil yang dibeli dari hasil keringatnya itu sudah berhadapan dengan gerbang otomatis tanpa penjaga.
Sasuke mengeluarkan access card yang sebelumnya diberika oleh sekertaris Tuan Haruno saat ia bekerja. Sasuke menempelkan kartu berwarna hitam itu dengan kepala menyembul dari jendela mobilnya saat sistem yang ada di gate memintanya untuk memverifikasi wajah.
Gate terbuka otomatis saat verifikasi berhasil dilakukan. Sasuke menginjak pedal gasnya secara perlahan memasuki pekarangan. Kesan pertama saat keempat rodanya mobilnya menginjak halaman rumah adalah asri.
Rumah dengan gaya modern namun tetap menampilkan kesan sejuk itu memiliki warna abu-abu yang didominan kaca sebagai dindingnya dan banyak tanaman terawat berwarna hijau menyejukkan.
Mata gelap Sasuke tertuju pada sebuah gazebo yang mencolok ditengah halaman. Gazebo dengan lima tiangnya yang berdiribkokoh itu dihiasi tanaman rambat hijau dan berbunga dibeberapa bagiannya.
Sasuke memarkirkan mobilnya setelah mendapatkan arahan dari jauh oleh Tuan Kizashi yang berada di gazebo. Sasuke keluar dari mobil dengan membawa tabnya. Hari ini ia berpenampilan seperti biasa, mengenakan celana berwarna khaki dengan kemeja lengan panjang yang seolah dirancang khusus untuk dikenakannya.
“Selamat datang, Sasuke.” Kizashi mengukurkan tangan menyambut salah satu karyawan jenius yang ada diperusahaannya itu.
“Terima kasih, Tuan.”
“Bagaimana perjalananmu? Apakah kau tersesat?” Canda Kizashi dengan cengiran khasnya. Sasuke tersenyum.
“Perjalanannya luar biasa. Aku sangan menikmati pemandangan yang ada, terlebih saat memasuki kawasan rumah anda, Tuan.”
“Wah apakah itu sebuah pujian?” Kedua lelaki dewasa itu hanya tertawa menanggapinya.
Kizashi mempersilahkan Sasuke duduk dibangku berbentuk melingkar, hampir seperti huruf O jika tidak dipisahkan oleh pintu masuk. Sasuke duduk berhadapan dengan pemilik hunian itu.
“Apa yang biasanya kau minum, Sasuke? Kopi, teh?” Tawar tuan Kizashi pada Sasuke yang masih memandangi sekeliling rumah owner perusahaannya itu.
“Coffe please, Mr.”
“Oke.” Kizashi menekan tombol berwarna hitam yang ada ditengah meja gazebo. Deringnya bisa terdengar, namun tidak ada jawaban. Sasuke mengamatinya.
“Apakah itu sejenis intercom?”
“Ya, ini intercom yang terhubung dengan dapur dan kamar maid yang ada.” Sasuke hanya mengangguk.
“Canggih?” Tanya Kizashi
“Well, tidak buruk.” Jawab Sasuke jujur sambil mengangkat bahunya.
“Tidak buruk?” Perjelas Kizashi
“Ya, aku pernah membuat sistem yang lebih canggih daripada itu.” Mata Kizashi berbinar bahagia.
“Benarkah?”
“Ya, sistem yang aku buat untuk sebuah restoran yang kini sudah sebagian besar menggunakan robot sebagai pegawainya.”
“Wow.” Reaksi yang diberikan Kizashi membuat Sasuke tersenyum bangga pada dirinya sendiri.
Mengingat kembali perjuangannya untuk menyelesaikan project pertamanya tersebut. Dua bulan yang penuh perjuangan sampai-sampai ibunya memberikan obat tidur pada makanan Sasuke karena ada beberapa moment ia tidak tidur selama beberapa hari demi menyelesaikan projectnya tepat waktu.
“Kau memang hebat.”
Drrrrttt
Intercom yang ada ditengah meja berbunyi menandakan adanya tanggapan dari salah satu maidnya.
“Tolong buatkan 2 cangkir coffe dan bawa segera ke gazebo.” Ucap Kizashi setelah suara maidnya terdengar.
“Baik, Tuan.”
🌸
Setelah selesai membicarakan konsep seperti apa yang Tuan Kizashi inginkan untuk hunian barunya itu, sang pemilik rumah mengajaknya masuk ke rumah utama. Saat kaki Sasuke yang sudah dibalut sandal rumah berwarna hitam itu menginjak ruang tamu, ia melihat banyak koleksi foto keluarga yang terpajang didinding maupun diatas-atas kabinet.
Mata Sasuke menangkap sosok yang tengah memegang tabletnya dengan headphone melingkari kepalanya yang berambut merah jambu. Kaki jenjangnya yang putih bersih ia silangkan diatas kursi bundar yang seolah membentuk lekuk tubuhnya saat duduk.
".... aku peruntukan jika ada keluarga besar." Jelas Kizashi yang tak terlalu didengarkan oleh Sasuke yang masih menatap sosok muda itu.
"Sasuke?" Kizashi mengikuti arah pandang Sasuke lalu tersenyum karenanya.
"Dia anakku satu-satunya." Ucap Kizashi sambil menepuk bahu tegap Sasuke.
"Ah maaflan aku, Tuan." Kizashi tertawa melihat reaksi Sasuke yang salah tingkah karena tertangkap basah memandangi putri sematawayangnya.
"Dia memang mempesona. Benar 'kan?" Sasuke tersenyum canggung. "Bahkan hanya dengan menatap helai rambut gulalinya banyak orang yang tidak berkedip. Termasuk kau." Kizashi terkekeh melihat Sasuke yang tiba-tiba gugup.
"Mari ku kenalkan." Kizashi membimbing Sasuke mendekat kearah Sakura yang tengah bersenanding kecil sambil menggoyang-goyangkan kursinya. Tanggannya sibuk men-scroll media sosial yang tengah ia buka.
Kizashi dengan sengaja mengambil headphone keluaran terbaru itu dengan paksa sehingga membuat Sakura memekik marah.
"Ayah!!!!!" Teriak Sakura yang sudah hapal betul tabiat jahil ayahnya itu. Kizashi hanya tertawa gemas melihat kelakuan anak sematawayangnya itu.
"Apa sih yang sedang kau dengarkan itu? Sampai-sampai tidak menyadariku masuk." Sakura hanya bisa cemberut mendengar penuturan ayahnya. Ia merebut paksa headphone yang tadi ayahnya ambil.
"Sesuatu yang membuatku senang." Ucap Sakura dan akan melangkah pergi meninggalkan ayahnya.
"Eit... mau kemana lagi?" Kizashi menangkap pergelangan tangan putrinya yang akan melarikan diri.
"Tentu saja ke tempat privasiku." Sakura menjulurkan lidahnya kearah sang ayah.
"Tidak sebelum kau berkenalan dengan orangku."
"Apa sih ayah? Kau tau? Aku tidak peduli." Ujar Sakura malas.
"Sasuke, perkenalkan ini putriku Haruno Sakura. Dan Sakura, ini Sasuke. Uzumaki Sasuke, IT manager di perusahaan kita."
"Senang bertemu denganmu, nona Haruno." Sasuke mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan yang dibalas dengan singkat oleh Sakura.
"Sebenarnya aku tidak terlalu nyaman dipanggil seperti itu. Cukup panggil aku Sakura."
"Baiklah, senang berkenalan denganmu Sakura." Skura hanya membalas dengan senyum singkatnya.
"Baiklah, karena perkenalannya sudah selesai, bisakah aku ke kamarku ayah?"
"Silahkan Tuan Putri." Kizashi tersenyum kearah Sakura yang dengan segera menaiki tangga menuju kamarnya.
"Dia memang seperti itu. Terkadang galak, namun disisi lain ia sangan manis dan penurut. Aku sangat beruntung dikaruniai putri seperti Sakuraku." Ucap Kizashi haru. Saskue tersenyum miring mendengar penuturan dari Kizashi sebagai seorang ayah.
"Ya, kau memiliki putri yang sangat berharga Tuan."
🌸🌸🌸
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
