
Sebagai psikolog, Nathea tak pernah menyangka kasus seorang murid bernama Tameika akan membawanya kembali ke masa lalu. Saat membantu gadis kecil itu memperbaiki hubungannya dengan sang ayah, Nathea dikejutkan oleh kenyataan bahwa —pria itu adalah Prastha, orang yang pernah mengecewakannya tujuh tahun lalu.
Pertemuan yang tak terduga itu membuka kembali lembaran lama diantara mereka. Meski waktu telah berlalu, perasaan di antara mereka belum benar-benar padam. Namun, Nathea dan Prastha menyadari...
PROLOG
"Sorry aku terlambat."
Nathea duduk tergesa di hadapan Prastha sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi. Prastha hanya tersenyum memaklumi Nathea yang kadang terlambat jika membuat janji. Prastha menjalin jari-jarinya seraya memandangi Nathea sambil tersenyum.
"So, ada apa kamu ke kampus?" Prastha menatap heran Nathea yang tadi mengabarinya sedang berada di kampus, padahal mereka sudah lulus hampir 1 tahun yang lalu. Nathea berencana melanjutkan kuliah Psikologi nya di Amerika, sementara Prastha kini bekerja di perusahaan milik Om nya.
"Aku mengurus recommendation letter untuk studi master ku."
"Kamu sudah di terima?"
"Belum, ini hanya persyaratan yang harus aku lengkapi, Tha. Anyway, apa yang mau kamu bicarakan?" Nathea memicingkan matanya menatap Prastha penuh curiga, apa Prastha akan meresmikan hubungan kami? Atau Prastha akan melamarku sebelum aku pergi ke Amerika? Nathea cepat-cepat mengusir pikiran semacam itu dari benaknya. Nathea tidak mau terlalu berharap tapi...apa aku tidak boleh berharap atas apa yang selama ini aku lalui bersama Prastha? Tanyanya dalam hati.
Pasalnya, perkenalan Nathea dan Prastha 7 tahun yang lalu dan kedekatan mereka selama 3 tahun ini belum dapat menjelaskan status mereka seperti apa. Teman? Mereka lebih dari itu...sahabat? Setahu Nathea, sahabat laki-laki tidak akan memeluk sambil mengecup kening sahabat perempuannya setiap kali mengantar pulang...Pacar? Mereka belum pernah sama sekali bicara kearah sana...
"Hmmmm, sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena aku belum pernah membicarakan ini dengan kamu, Nat. Bukan karena aku nggak menganggap kamu penting, but.....I don't know aku selalu merasa timing nya kurang tepat." Prastha berkata pelan sambil menatap Nathea lembut seraya tersipu malu. Nathea hanya mengangguk seraya menampilkan ekspresi innocent nya. Meski sesungguhnya, Nathea merasa jantungnya siap meledak saat ini juga. Oh my God, finally dia mau mengatakan ini bahkan membahasnya...
"Then?"
"Apa kamu mau memaafkan aku dulu sebelum aku meneruskan pembicaraan kita?"
"Sure, Tha. Anything for you..." Nathea tersenyum seraya meletakkan tangan kirinya diatas tangan Prastha yang menggenggam erat tangan kanannya. Prastha menghela nafasnya dalam-dalam lalu mengangguk sambil tersenyum. Sesungguhnya Nathea sudah tak sabar, oh come on Prastha !! Apa kamu akan mengatakan I love you lalu will you marry me?? Teriak Nathea dalam hati.
"Good, thanks before...Hmmmm okay...apa...kamu mengenal Indira?" Prastha bertanya pelan seraya Nathea mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat siapa itu Indira. Nathea akhirnya mengingat Indira adalah teman satu sekolah Nathea saat SMA dan secara kebetulan Prastha mengenal Indira karena mereka satu tempat course. Tapi...kenapa di moment seperti ini Prastha malah membahas Indira???
"Indira...dia teman SMA ku dan teman course kamu? Hmmmm honestly kami belum pernah satu kelas, jadi aku gak pernah secara officially berkenalan dan berteman dengan Indira."
"Tapi dia tahu kamu, Nat..."
"Really?"
"Hmmmm..." Prastha mengangguk sambil tersenyum pada Nathea, sementara Nathea masih mencoba menangkap arah pembicaraan mereka. Nathea menyesali Prastha yang sikapnya tidak pernah bisa di tebak. Ayo Tha, katakan apa yang ingin kamu bicarakan !! Teriak Nathea dalam hati.
"Memangnya...ada apa dengan Indira?" Nathea bertanya penasaran sambil menatap Prastha lekat-lekat, Prastha tersipu malu dan mengeratkan genggaman tangannya pada Nathea.
"Aku...aku sudah melamar Indira tahun lalu dan aku akan menikahi dia bulan depan, Nat."
"Ha??" Nathea seketika tercengang atas apa yang baru saja di dengarnya. Nathea bagai disambar petir di siang bolong, perasaannya tak karuan, dadanya begitu sesak, matanya berkaca-kaca dan hatinya benar-benar luluh lantak. Nathea menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan diri agar tidak menangis di tempat. Jadi...Prastha...
"Nat? You okay?"
"Hmmmm....I'm happy....for you, Prastha.." Nathea berkata tersendat sambil berusaha menelan tangisannya. Berbanding terbalik dengan mata Prastha yang tampak begitu berbinar dengan ekspresi wajahnya yang begitu sumringah. Ini kedua kalinya Nathea melihat Prastha sebahagia ini, pertama saat graduation dan ini yang kedua kalinya. Nathea benar-benar tak tega jika harus merusak kebahagiaan Prastha dengan tangisannya...
"Honestly, sudah 5 tahun ini aku menjalin long distance relationship dengan Indira karena dia mengambil kuliah bachelor di Jerman. Finally, setelah perjuangan panjang, aku bisa melamar dia, Nat..."
"5...tahun?" Nathea bertanya pelan pada Prastha, mencoba sekuat tenaga untuk tetap fokus pada apa yang di bicarakan Prastha ditengah hatinya yang benar-benar terluka dalam. Dirinya baru dekat dengan Prastha 3 tahun yang lalu, berarti 3 tahun itu Nathea telah menjadi orang ketiga antara Prastha dan Indira?? Apa benar seperti itu???
"Hmmmm...5 tahun, Nat...Terimakasih Nathea, kamu sudah menjadi teman, sahabat dan segalanya bagi aku. Kamu selalu menemani aku melewati segala hal dalam hidupku, selalu ada untuk aku dan menjadi orang pertama yang selalu aku repotkan. Sesungguhnya kamu sahabat terbaik yang pernah aku miliki." Prastha berkata lembut sambil mengusap punggung tangan Nathea. Nathea langsung menarik tangannya perlahan dari genggaman Prastha, rasanya tak rela lagi Prastha menyentuhnya.
"My pleasure...Tha.." Nathea mengangguk sambil berusaha tersenyum, meski detik ini tenggorokannya begitu sakit karena dipaksa menelan tangis. Apa Prastha benar-bena serius? atau...dia sedang mencandaiku?? Entah bagaimana, Nathea masih belum percaya atas semua kata-kata yang baru saja keluar dari bibir Prastha, Nathea seolah masih menyimpan secercah harapan untuk kelangsungan hubungannya dengan Prastha.
"Kamu akan jadi tamu teristimewa aku, Nat. Datang ya?" Prastha menyerahkan undangan berwarna navy dan gold tepat dihadapan mata Nathea. Seketika hati Nathea remuk, hancur lebih dari berkeping-keping, hatinya seperti di remas, disakiti tiada ampun.
Dan ternyata Prastha tidak sedang mencandainya...
Prastha benar-benar serius, Prastha serius sedang menyakiti hati Nathea begitu dalam. Ternyata selama ini Prastha gak pernah menginginkanku, ternyata selama ini Prastha gak pernah menganggapku wanita istimewa di hidupnya, ternyata selama ini aku hanyalah boneka yang selalu menemani Prastha dalam melewati setiap moment dalam hidupnya dan ternyata aku hanya pelarian Prastha saat merasa kesepian. Oh my God ! kenapa kamu sejahat ini Tha?? I hate you, Prastha Danishwara ! Geram Nathea dalam hatinya.
"Kenapa...kamu begitu jahat Tha?" akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Nathea, membuat Prastha tercengang mendengarnya. Prastha bergeming menatap Nathea tak percaya...
"Maksud kamu..."
"Aku kira, hubungan kita selama 3 tahun ini istimewa, ternyata aku salah mengartikan semuanya..."
"Nat..."
"Kamu menganggap aku sahabat tapi kamu gak pernah menceritakan tentang Indira. Jika kamu menceritakan bahwa kamu memiliki hubungan dengan Indira, mungkin semuanya gak akan seperti sekarang, Tha..."
"Nat...maksud kamu apa?"
"You fooled me...I don't believe it...Kamu pikir saya gak memiliki hati?" Nathea berkata dingin dengan begitu murka, dirinya tak peduli Prastha seterkejut apa melihatnya meledak seperti ini. Nathea merasa Prastha sudah benar-benar menginjak egonya...
"Nat...what's wrong with you?"
"I have to go, Tha. Aku harus jemput Mama...bye..." Nathea beranjak dari kursi dan berjalan terburu-buru menuju area parkir dengan menyisakan beribu pertanyaan dikepala Prastha. Ada apa dengan Nathea? Kenapa Nathea terlihat sedih? Senewen? Atau....I don't know...apa mungkin Nathea patah hati? Membodohi? Bahkan aku gak pernah merasa membodohi Nathea...Bukankah seharusnya Nathea bahagia mendengar aku akan menikah? Tanya Prastha dalam hatinya.
Dan itulah terakhir kalinya Nathea berjumpa Prastha.
Nathea lega, Prastha telah memperjelas hubungan mereka meski ini terasa begitu menyakitkan, tetapi Nathea harus menerimanya. Mungkin Nathea bodoh, salah mengartikan sikap Prastha selama ini padanya. Prastha yang baik, perhatian dan selalu memeluknya penuh kasih sayang ternyata bukan berarti Prastha menginginkan Nathea. Prastha tetap menganggapnya tak lebih dari teman dan ternyata dihati Prastha hanya ada Indira...
Mulai saat ini Nathea berjanji untuk tidak pernah mau lagi mengenal apalagi menemui Prastha...
You really hurt me, Tha...
I love you so much but you hurt me a lot.
Are you happy now? bisik Nathea dalam hatinya...
***
CHAPTER 1
6 Years Later...
***
"Kenapa kamu begitu hobi melamun?"
Kassa memeluk pinggang Nathea yang sedang melamun memandangi lalu lintas kota lewat dinding kaca ruangannya, seketika Nathea terkejut lalu perlahan melepaskan pelukan Kassa dari pinggangnya.
"Kenapa kamu senang mengagetkan aku?"
Kassa mengangkat bahunya seraya tersenyum pada Nathea, sementara Nathea hanya memajukan bibirnya sambil mendelik pada Kassa.
Angkassa Nayaka, dapat dikatakan the most perfect guy, dengan tubuh atletis, wajah tampan, cerdas, dan mapan sebagai pemilik architecture firm. Nathea sudah hampir 4 tahun ini menjalin hubungan serius dengan Kassa, meskipun Kassa memang jenis pria yang dominan dengan egonya yang begitu tinggi. Kassa adalah seorang arsitek kenalan Nathea saat sama-sama mengambil kuliah Magister di Amerika.
"Sepertinya kita sudah terlambat, will be better kita ke ballroom sekarang."
"Ya..."
Hari ini Nathea dan Kassa menghadiri open house untuk Early Years di The Royal Brilliant School, yang merupakan sekolah turun temurun milik keluarga Mama Nathea. Sudah 3 tahun ini, Nathea di tugaskan oleh Mama nya menjadi Chief Counsellor disana.
Nathea bergelayut mesra di lengan kanan Kassa saat berjalan menuju ballroom. Kassa selalu bangga berdampingan dengan kekasihnya yang begitu cantik, cerdas, graceful, hingga segala keindahan wanita ada pada Nathea.
"Thea, kenapa terlambat?" Mama berbisik sambil mengernyitkan dahi, Nathea hanya tersenyum malu pada Mamanya.
"Nathea terlalu banyak melamun Tante." Kassa menjawab pelan seraya Nathea menepuk lengan atasnya.
"Ya sudah, lebih baik kalian menyapa para tamu, ya?" Nathea dan Kassa tersenyum lalu mengangguk setuju pada Mama. Nathea sibuk memperhatikan para orang tua yang membawa anak-anak nya yang berusia 2 hingga 7 tahun. Nathea sangat menyukai anak-anak dan rasanya ingin segera menyandang status sebagai ibu.
"Sayang, aku harus menjawab telepon dari Pak Giraka diluar, disini sangat berisik."
"Okay..." Nathea menatap Kassa tanpa ekspresi seraya mengangkat bahunya tak peduli. Nathea amat sangat jengkel pada Kassa yang sangat workaholic, apa Nathea harus menyalahkan klien nya yang selalu tak tahu waktu saat menghubungi Kassa??? Nathea selalu kesal dengan keadaan semacam ini.
Nathea memutuskan untuk kembali menyapa orang tua dan anak-anak calon murid di The Royal Brilliant School. Pandangan Nathea tertuju pada seorang anak perempuan yang diam di sudut ruangan ballroom, sepertinya dia kehilangan orang tuanya.
"Hai, apa kamu kehilangan Mama atau Papa kamu?" Nathea bertanya dengan suara lembutnya, seketika anak itu menggeleng lalu menunduk. Nathea belum mau menyentuh anak ini karena sepertinya dia belum nyaman dengan kehadiran Nathea.
Anak ini begitu cantik dan cute, dengan dress biru langit selutut dan stocking putih yang menutupi kakinya. Anak perempuan itu memiliki rambut lurus melewati sikut yang dihiasi bando senada dengan dress nya, disertai poni yang jatuh tepat diatas alis matanya. Aaaargh ! Sungguh menggemaskan ! Bahkan Nathea menahan diri untuk tidak mencubit pipi anak ini.
"Lalu apa yang kamu lakukan disini?" Nathea mempertahankan gaya bicara lembutnya seraya membungkuk agar dapat menangkap ekspresinya. Anak itu kembali menggelengkan kepalanya, seketika Nathea menduga anak ini merasa kurang nyaman berinteraksi dengan orang baru.
"Everything's fine, Miss akan carikan Mama kamu, okay?" Nathea memberikan senyuman terbaiknya, anak itu masih diam tanpa ekspresi lalu perlahan mengangguk. Nathea menawarkan tangannya untuk di genggam, dengan ragu anak perempuan itu meletakkan tangannya diatas tangan Nathea. Nathea pun lega karena sepertinya anak ini sudah mulai nyaman dengan kehadirannya. Nathea segera mengedarkan pandangan untuk mencari orang tua dari anak itu.
"Meika, ternyata kamu disini..."
Seorang wanita muda yang terlihat khawatir menghampiri Nathea. Nathea mengangguk sopan seraya tersenyum pada wanita itu. Meika melepaskan genggaman tangan Nathea dan bersembunyi dibalik wanita yang Nathea duga Mamanya.
"Maaf merepotkan, saya tadi ke toilet sebentar dan Meika menolak ikut. Perkenalkan, saya Alyssa." Alyssa langsung memperkenalkan diri pada Nathea saat membaca ID Card bertuliskan Dhefanathea Pratistha - Chief Counsellor yang tergantung dada kirinya. Alyssa mengulurkan tangannya seraya tersenyum, Nathea pun menyambutnya dengan begitu ramah.
Kesan pertama Nathea melihat Alyssa...
Wanita ini masih sangat muda, mungkin usianya sekitar 25 atau awal 26 tahun namun sudah memiliki anak berumur sekitar 4 tahun. Hmmmm ibu muda rupanya, seru Nathea dalam hati.
"Salam kenal Mommy Alyssa, saya Miss Nathea...Oh ya kebetulan saya lihat Meika sedang diam di sudut ruangan. Saya langsung menghampiri dan mengajak bicara karena saya pikir dia sedang kehilangan anda."
"Terimakasih sebelumnya, Miss. Ayo ucapkan terimakasih pada Miss Nathea." Alyssa berbisik pada Meika, namun Meika semakin menunduk lalu menggelengkan kepalanya enggan bicara pada Nathea.
"Maaf Miss, Meika memang pemalu..."
"Meika bukan pemalu, hanya belum kenal dengan Miss Nathea, kan?" Nathea tersenyum pada Meika seraya Meika baru menaikkan pandangannya menatap Nathea. Meika mengangguk pelan lalu kembali bersembunyi dibalik tubuh Alyssa.
"Meika agak sulit beradaptasi, mungkin karena kami baru saja move dari Jerman. Meika masih terkejut dengan suasana disini..."
"Oh...that's okay, semuanya butuh proses untuk beradaptasi...apa sudah mendaftar?"
"Sudah lama Meika mendaftar kemari Miss, tadi kami hanya mengambil uniform di booth."
"Haaa..iya iya...kalau begitu sampai bertemu disekolah, Meika. Nanti kita main sama-sama ya disekolah." Nathea berkata dengan nada yang begitu ceria, Meika baru mengangguk lalu tersenyum kecil pada Nathea.
"Baik Miss kalau begitu kami permisi." Alyssa dan Meika berpamitan lalu pergi menghilang di balik keramaian ballroom. Nathea tiba-tiba dikejutkan oleh sentuhan di bahu kanannya.
"Sayang, aku mau bicara." Kassa berbisik seraya menarik pelan tangan Nathea. Suara Kassa terdengar begitu resah seraya Nathea memutar tubuhnya. Nathea mengikuti Kassa yang mengarahkannya keluar dari ballroom.
"Is there any problem?"
"Sayang, sepertinya aku harus pergi."
"Kemana?"
"Menemui klien."
Lagi-lagi dengan wajah sok memelasnya serta tatapan penuh permohonannya Kassa menghadapi Nathea. Nathea menyeringai dalam hati, entah kenapa klien Kassa selalu mengganggu kebersamaan mereka. Jika sudah seperti ini, terang saja Kassa lebih memilih kliennya.
"Klien?"
"Ya, pihak Pranata & Willaga Company meminta aku untuk menemui mereka sekarang. Kamu tahu kan Pranata & Willaga Company salah satu klien prioritas ku."
"Tapi acaranya belum selesai, Sa..."
"Ya, tapi ini sangat mendesak dan mereka membutuhkan aku." Kassa berkata agak keras meski dengan volume suara yang rendah, Nathea hanya bisa mendengus kesal mendengar alasan Kassa. Membutuhkan kamu? Apa kamu pikir aku gak membutuhkan kamu disini? Tanya Nathea dalam hatinya.
"Kita akan ada meeting dengan WO sore ini..."
"Ya, I know...nanti jika sempat aku akan mampir."
"Tapi Sa..."
"Oh come on, Nat ! Jangan childish seperti ini...aku harus segera pergi menemui Pak Giraka. Kamu tahu kan, ini pekerjaan aku dan aku melakukan ini untuk masa depan kita !" Kassa sekali lagi berkata keras pada Nathea, mencoba untuk mengintimidasinya. Perkataan ini terus menerus diulang, seolah seperti kaset rusak di telinga Nathea. Pekerjaan aku? Masa depan kita ! Oh shit ! Bisakah kamu memikirkan alasan lain? Geram Nathea dalam hatinya.
"Okay..." Nathea mendelik kesal pada Kassa, namun Kassa memilih untuk tak mempedulikan sikap Nathea. Kassa menggenggam tangan Nathea, dirinya sudah melunak karena Nathea menyerah tanpa perlawanan yang berarti.
"Apa kamu gak masalah jika aku tinggal?"
"Ya..."
"Apa perlu aku antar kamu pulang?"
"No...aku masih ingin disini, lagipula aku akan pulang dengan Mama." Nathea mencoba tersenyum di tengah kepedihan hatinya. Terkadang dirinya merasa tak begitu penting dimata Kassa karena Kassa terlalu sering mengabaikannya. Kassa selalu mementingkan pekerjaan diatas segalanya.
"Jangan lupa kabari aku, aku akan pamit pada Mama." Kassa mengecup kening Nathea dan meninggalkannya begitu saja. Kassa pergi tanpa sedikitpun merasa bersalah pada Nathea dan menganggap semuanya baik-baik saja. Alih-alih meminta maaf, Kassa lebih memilih mengintimidasi Nathea.
Entah kenapa aku bisa tetap mencintai kamu Sa, cinta sangat membutakan aku lalu membuatku menjadi sedikit bodoh untuk bersikeras tetap disampingmu, bisik Nathea dalam hatinya.
***
CHAPTER 2
Prasta menjalin jari-jarinya sambil merenungi kehidupannya 6 tahun belakangan ini. Setelah menyelesaikan program Master nya di Jerman, Prastha memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Tidak ada lagi yang Prastha kerjakan selain 15 jam bekerja nonstop demi mengembangkan property consulting firm miliknya. Selain itu, Prastha juga masih bekerja sebagai Chief Development Officer di Pranata & Willaga Company, perusahaan properti milik kakak sepupunya. Jika weekend, Prastha masih harus menghadiri meeting atau kunjungan bisnis keluar kota bahkan keluar negeri. Tak ada lagi yang Prastha lakukan selain bekerja bekerja dan bekerja.
Hidup Prastha terasa begitu suram, hampa bahkan tanpa harapan. Prasta telah benar-benar kehilangan cahaya hidup sejak kepergian Indira untuk selamanya. Saat baru menjalani hampir 2 tahun pernikahan, mereka harus dipisahkan oleh takdir yang telah digariskan Tuhan. Andai saja Indira tidak memaksa untuk mempertahankan kehamilannya yang beresiko, mungkin Indira masih bersama Prastha dan mendampinginya hingga detik ini. Prastha telah merasakan patah hati terdalamnya selama menjalani hidup, bahkan luka dihatinya masih belum sembuh meski Indira sudah pergi hampir 5 tahun yang lalu. Saat ini, yang Prastha lakukan hanya menjalani dan meneruskan sisa hidupnya yang begitu hampa tanpa Indira.
"Aku sudah mendaftarkan Meika di The Royal Brilliant School. Sekolah yang memiliki kurikulum terbaik, bertaraf internasional, fullday school, ada bis antar jemput, dekat dengan rumah dan anak-anak dipastikan aman karena penjagaannya yang sangat ketat..."
Prastha di kejutkan oleh laporan dari Alyssa yang sangat panjang lebar terkait sekolah Meika. Kapan wanita ini masuk ke ruangan ku??? Geram Prastha dalam hatinya.
Prastha meraih dokumen laporan keuangan dan enggan mengalihkan pandangannya apalagi menatap Alyssa juga Meika yang duduk di hadapannya.
"Then?"
"Meika sudah lulus tes Psikologi dan interview dengan pihak sekolah minggu lalu dan tadi aku mengambil uniform nya."
"Hasilnya?"
"Tameika Zanetta Danishwara sudah resmi di terima. Meika akan mulai sekolah bulan depan...horraaay !" Alyssa melirik Meika sambil menaikkan alisnya dan tersenyum seraya Meika membalas senyumannya dengan begitu excited.
"Meika, apa kamu ingin membeli sepatu, tas dan beberapa peralatan sekolah?" Alyssa berkata excited sambil memicingkan matanya pada Meika, Meika mengangguk sambil tersenyum melihat tante nya yang begitu cerewet ini.
"Okay, kita akan shopping di mall...yeay !! Kita akan beli sepatu, bando, kaus kaki, tas dan peralatan sekolah lainnya. Emmmm Aunty rasa kamu juga perlu memotong sedikit rambut kamu agar lebih fresh. Oh ya mungkin kamu juga butuh sepatu keds untuk olah raga dan perlengkapan renang untuk swimming day. Well, kita akan habis kan uang Daddy kamu !!!" Alyssa yang begitu excited mengedipkan sebelah matanya pada Meika, namun hal ini mengundang lirikan tajam dari Prastha.
"Okay, tinggalkan rincian biaya sekolah pada Desi akuntan pribadi ku, biar dia yang mengurus semuanya. Gunakan ini untuk membeli peralatan sekolah." Prastha menyerahkan sebuah debit card pada Alyssa tanpa menatapnya sedikitpun. Alyssa sudah susah payah memberikan kode dengan melirik Meika berkali-kali, meminta Prastha bicara dengannya sekedar memberikan selamat.
"Pras ! Prastha Danishwara...." Alyssa menggeram kesal seraya melirik sekali lagi pada Meika, namun Prastha memilih tak mempedulikannya.
"Apa kamu bisa berhenti mengoceh? Aku sibuk !" Prastha berkata begitu dingin dan ketus pada Alyssa. Demi Tuhan, detik ini Alyssa ingin memukul kepala Prastha dengan stiletto runcing nya.
Meski hubungan Prastha dengan Meika sedingin gunung es, namun materi senantiasa mengalir untuk anak perempuan semata wayangnya ini. Meika memang tidak pernah kekurangan sesuatu apapun dalam menjalani hampir 5 tahun hidupnya. Segala macam mainan sudah Meika miliki, bahkan di rumahnya Meika dapat membuka toys store. Prastha ingin Meika sekolah di tempat terbaik, meskipun Prastha harus mengeluarkan ratusan juta untuk tuition fee dan puluhan juta untuk term fee. Prastha meminta Meika memiliki kegiatan non formal dan akhirnya Alyssa memasukkan Meika ke tempat les piano, balet dan melukis sejak usianya 3 tahun.
Prastha memang mengontrol penuh hidup Meika, namun Prastha sama sekali tidak pernah menawarinya kasih sayang bahkan sentuhan pada Meika seujung jari pun. Entah apa yang ada di otak Prastha, hingga detik ini Alyssa tidak pernah bisa menebak jalan pikirannya.
"Meika, tunggu di luar bersama mbak Sally, Aunty butuh bicara dengan Daddy." Meika mengangguk mantap dan mematuhi perkataan Alyssa. Sikap dingin Prastha selalu membuat Meika bingung harus seperti apa menghadapi Daddy nya. Alyssa akhirnya menggandeng Meika menuju pintu, menitipkannya pada Sally, sekertaris Prastha.
"Pras, kamu keterlaluan !"
"What else Alyssa?" Prastha menggeram kesal melihat tingkah adik sepupunya ini. Entah apa lagi yang Alyssa inginkan, padahal Prastha sudah memberikan debit card nya.
"Please, kamu itu heartless ! Meika anak kamu, apa kamu gak mau bertanya pada dia satu kalimat pun?? Atau hanya sekedar bertanya 'Meika, apa kamu sudah lunch?' atau 'Meika apa kamu excited dengan rencana sekolah kamu?' atau sekedar memberikan selamat karena dia lulus tes dan interview atau........"
"Shut up Alyssa !! I never do that !"
"Why?"
"Alyssa, aku gak mau berdebat dengan kamu. Topik semacam ini sudah terlalu sering kita perdebatkan, okay?"
"Kamu tahu, Meika itu adore sama kamu Pras, tapi kenapa sikap kamu seolah ingin membuang dia jauh-jauh, ingin menghindari dia seperti virus, bahkan kamu gak mau menyentuh dia seolah Meika adalah penyakit menular !!!"
"Karena aku gak pernah menginginkan dia Alyssa, dia yang membuat Indira meninggal, jika dia nggak ada, mungkin Indira masih hidup, paham?"
"Oh my God Prastha Danishwara !! Kamu seorang dengan pendidikan tinggi yang jauh-jauh kamu ambil kuliah itu di Jerman tapi otak kamu gak bisa berpikir hal se simple ini??? Kamu tetap menyalahkan Meika adalah penyebab kematian Indira? Fucking stupid Daddy !!" Alyssa mengumpat Prastha habis-habisan, sementara Prastha hanya menyeringai. Umpatan semacam ini sudah sering Alyssa lakukan pada Prastha. Alyssa bahkan dengan mudah menyalurkan hobi mengumpatnya pada Prastha.
"Ya, aku memang fucking stupid Daddy, lalu urusan kamu apa? Jika kamu bisa menukar dia dengan Indira, aku akan berubah. Dia yang membuat hidupku gak baik-baik saja hingga hari ini, okay?"
"Pras, otak kamu itu sedikit di gunakan untuk mengerti keadaan ini, please !! Apa keuntungan kamu menyalahkan kematian Indira pada anak berusia 4 tahun?"
"Alyssa Denira, apa kamu bisa pergi dari hadapan aku sekarang juga dan berhenti mengoceh???"
"Pras !"
"Gunakan debit card aku untuk membeli hal-hal penting saja ! Remember it 'hal-hal penting saja' dan hanya untuk dia. Kalau kamu sengaja shopping dengan uang aku, aku akan potong gaji kamu !!"
"Okay stingy man !!" Alyssa mengatakan ini pada Prastha dengan nada mengejek. Prastha tak peduli atas ejekan Alyssa karena dirinya benar-benar trauma pada adik sepupunya ini. Alyssa terlalu shopaholic hingga membuat kartu kreditnya overlimit bulan lalu ! Damn youuuuu Alyssa, geram Prastha dalam hatinya.
"Jangan lupa kwitansi pembayaran tolong berikan juga pada Desi."
"Okay, Mr. Prastha yang sangat bossy, ada lagi?"
"Nothing, cepat kembali sebelum malam, jangan ajarkan perilaku buruk kamu pada dia."
"Wow, it's amazing ! Finally kamu memberikan sedikit perhatian pada Meika."
"Just shut up !!! Go away Alyssa !!!" Prastha menggeram kesal karena mulai kesal dengan tingkah Alyssa. Alyssa beranjak mencium pipi kanan dan kiri Prastha sebelum pergi meninggalkan ruangannya.
"Bye Prastha...."
Akhirnya Alyssa menghilang di balik pintu dan seketika Prastha dapat bernafas lega. Oh my God, hanya 15 menit Alyssa bicara namun kuping Prastha terasa mau berdarah. Jika bukan karena dia yang membantu Mami me maintain Meika sejak Meika lahir, aku sudah kirim dia keluar negeri dan gak perlu kembali lagi ! Geram Prastha sambil meremas jemarinya sendiri. Meskipun demikian, Prastha begitu menyayangi Alyssa sebagai adik sepupu yang selalu ada untuk Mami dan Meika..
***
CHAPTER 3
Nathea memperhatikan anak-anak yang berhamburan keluar dari gedung sekolah lewat dinding kaca diruangannya. Ditahun ajaran baru, Nathea resmi diangkat menjadi menjadi Director The Royal Brilliant School untuk menggantikan Mama nya yang memilih pensiun.
Nathea melirik arlojinya, ternyata sudah pukul 2 siang. Nathea segera bersiap karena harus pergi ke butik Adrian Sastra untuk mengambil gaun yang akan di kenakannya ke pernikahan Neyna nanti malam. Nathea cukup kesal harus pergi sendirian, karena Kassa sedang menghadiri meeting dengan kliennya hingga tidak bisa menemaninya. Ya, Nathea memilih untuk tidak mempedulikannya apalagi mendebatnya demi kebaikan hubungan mereka.
Sesampainya di lobby, Nathea menghentikan langkah saat melihat anak perempuan yang tersesat di open house 3 bulan yang lalu. Dia tampak sedang duduk sendirian sambil memeluk tumblr nya. Entah kenapa, Nathea selalu melihat anak ini dalam keadaan insecure, seperti sedang mencari sesuatu dengan kepala yang sesekali menegok ke kanan dan kiri. Nathea perlahan menghampiri dan mendudukkan diri disisi kanannya. Nathea menyesal karena telah melupakan nama anak ini, apakah Tamara? Tamina? Taskya? Oh shit, siapa namanya??? Umpat Nathea dalam hati.
"Hai, masih ingat pertemuan kita saat di open house waktu itu?"
"Ya, sure Miss Nathea." Meika berkata pelan seraya tersenyum kecil pada Nathea. Nathea tersenyum karena baru kali ini mendengar suaranya yang terdengar begitu imut. Surprisingly, anak ini bahkan mengingat nama Nathea meski Nathea melupakannya.
"Sorry, miss lupa nama kamu, emmm Ta....."
"Tameika Miss."
"Ya, Tameika dengan panggilan Meika?"
"Ya..." Meika kembali tersenyum manis sambil mengangguk. Tampaknya mood Meika sedang baik, tidak seperti saat pertama kali Nathea bertemu dengannya.
"Wow tas kamu bagus sekali, twilight sparkle?"
"Ya, apa miss suka menonton my little pony?"
"Hmmmm...so, siapa yang belikan tas ini? Ayah? Bunda?"
"Aunty Alyssa."
"Oh, good ! Kamu tahu, Miss memiliki boneka rainbow dash di rumah, jika kamu mau, Miss akan berikan untuk kamu."
"Seriously?"
"Hmmmm..." Nathea mengusap kepala Meika dengan penuh kasih sayang. Meika tersenyum memamerkan gigi kecilnya yang rapi, tidak seperti kebanyakan anak yang giginya rusak karena makanan terlalu manis.
"Siapa yang menjemput Meika? Ayah? Bunda?"
"Meika gak punya Ayah atau Bunda." Meika menjawab datar sambil melarikan pandangannya dari Nathea. Nathea terkekeh, mungkin dia memanggil orang tuanya bukan Ayah dan Bunda.
"Oke, Papa dan Mama? Atau Papi dan Mami? Daddy and Mommy?" Nathea mencoba mengorek informasi, entah kenapa Nathea begitu penasaran pada Meika.
"Daddy mungkin sedang sibuk bekerja di kantor siang hari sampai malam. Daddy itu sibuk dan Meika gak boleh ganggu." Meika menjawab mantap sambil menatap mata Nathea. Nathea seketika merasa lega, ternyata dia memanggil ayahnya dengan sebutan Daddy.
"So? Pasti Mommy yang akan menjemput, right?" Meika mengirimkan tatapan bingung pada Nathea seraya menggelengkan kepalanya pelan. Sepanjang hidupnya, Meika tidak pernah mengenal orang yang dipanggilnya Mommy.
"Mommy itu apa?" Meika bertanya datar tanpa ekspresi pada Nathea. Nathea menelan ludahnya saat Meika menanyakan ini padanya.
"Mommy itu Ibu atau Mama atau Bunda..."
"Gak tahu..."
"Apa Aunty Alyssa?"
"Ya, Aunty Alyssa yang akan menjemput." Meika menjawab mantap seraya tersenyum kecil pada Nathea. Hmmmm Nathea semakin penasaran pada Meika dan apa yang terjadi padanya. Bahkan dia tidak tahu Mommy itu apa dan siapa...Apakah orangtua Meika telah divorce? Tanyanya dalam hati.
Nathea memutuskan untuk menemani Meika hingga di jemput. Meika tampak kecewa karena melihat teman-temannya sudah pulang.
"Apa Aunty Alyssa suka terlambat menjemput kamu?"
"Iya, karena meeting dikantor...Meeting itu Aunty bertemu dengan teman kantornya."
"Oh..." Nathea melirik arlojinya sudah pukul 14.45 yang artinya sudah 45 menit Meika menunggu. Kasihan Meika, apa perlu aku antar sampai ke rumahnya? Pikir Nathea...
Tak lama tampak seorang wanita berlari dari lift dengan stilleto runcingnya menghampiri security yang berjaga. Security langsung menunjukkan keberadaan Meika seraya Alyssa berlari menghampirinya.
"Meika sorry Aunty terlambat, Daddy kamu menutup meeting terlalu lama." Alyssa berkata cepat seraya mengambil alih tumblr dan tas Meika. Meika hanya tersenyum kecil melihat tingkah Aunty nya ini.
"Hallo Miss Nathea, apa kabar?"
"Baik."
"Terimakasih sudah menemani Meika menunggu."
"Sama-sama, kebetulan saya melintas dan melihat Meika duduk disini jadi saya menemani Meika." Nathea berkata ramah pada Alyssa, Alyssa seketika merasa lega karena Meika tak menunggu sendirian.
"Kalau begitu kami pamit ya Miss."
"Oh kebetulan saya juga akan keluar, kita ke basement sama-sama."
"Okay..."
Nathea beranjak lalu berjalan beriringan dengan Alyssa yang menggandeng tangan Meika. Tiba-tiba ponsel Alyssa berdering dan Alyssa sibuk dengan ponselnya. Alyssa terdengar bicara dengan nada yang begitu marah pada seseorang diujung telepon, entah siapa... mungkin staffnya.
Nathea dengan sigap segera mengambil alih gandengan tangan Meika dari Alyssa. Alyssa tersenyum canggung saat Nathea melakukan ini. Alyssa membiarkan Meika bersama Nathea karena cukup banyak mobil berlalu lalang di basement.
"Jadi...anda Aunty nya Meika?" Nathea bertanya pelan saat Alyssa sudah mengakhiri pembicaraannya di telepon. Alyssa langsung menganguk semangat dengan tatapan yang berbinar.
"Saya Aunty tapi sekaligus nanny bagi Meika. Semenjak mommy Meika passed away, saya dan Oma nya yang me maintain Meika." Alyssa berkata dengan volume suara yang rendah pada Nathea, mengantisipasi khawatir Meika mendengarnya.
"Oh...." Nathea yang terkejut mendengar ini hanya bisa mengangguk...Oh ternyata ibu Meika sudah meninggal dunia? Anak sekecil ini bahkan sudah kehilangan seorang ibu? Untung saja Meika memiliki tante yang kelihatannya begitu perhatian dan sangat menyayanginya. Pantas saja Meika kebingungan saat ditanya tentang Mommy nya. Seketika Nathea merasa bersalah karena telah menanyakan ini pada Meika.
"Sejak lahir !"
"Maksud anda?"
"Mommy Meika meninggal sejak Meika lahir. Meika sama sekali gak mengenal Mommy nya Miss.."
"Oh....okay Ibu Alyssa saya pamit, kebetulan mobil saya terparkir di sebelah sana. Bye Meika..."
"Bye miss Nathea."
"Take care !" Nathea menatap Alyssa dan Meika bergantian seraya melambaikan tangannya. Entah kenapa, Nathea yang sangat mencintai dunia anak-anak amat sangat tersentuh jika mendengar cerita semacam ini. Kehilangan orangtua saat sudah dewasa sangat menyakitkan, apalagi bagi anak berusia 5 tahun...bahkan Meika gak pernah mengenal Mommy nya?
Nathea bahkan merenungi Meika dalam perjalanannya menuju butik Adrian Sastra. Anak ini sangat cute dan menggemaskan, meskipun tidak begitu banyak bicara dan ceria seperti anak-anak lain. Meika yang terkesan begitu dingin, datar dan sepertinya Meika memendam banyak hal dalam dirinya. Nathea membatin, Meika ditinggalkan Mommy nya sejak lahir dan di rawat oleh Oma juga Tantenya...lalu bagaimana dengan peran Daddy nya dalam kehidupan Meika? Tanya Nathea dalam hati.
Keingintahuan Nathea tentang Meika semakin besar. Entah kenapa, Nathea merasa perlu membantu memberikan support bagi Meika. Selain itu, Nathea juga merasa ada yang janggal dengan kehidupan Meika. Nathea saat ini masih menjabat sebagai Chief Counsellor meski sudah di tunjuk menjadi Director, sehingga Nathea masih berhak menentukan pemberian konseling pada muridnya.
"Sepertinya...aku harus mencari tahu tentang Meika dan memberikan sesi konseling padanya..." ujar Nathea seraya mempercepat laju mobilnya.
***
"Kamu harus antar aku Pras, apa aku pernah meminta tolong sama kamu sebelumnya?" Alyssa memohon meminta Prastha menemaninya menghadiri undangan sahabatnya saat SMA, Fariz.
"Kamu minta tolong Mami, jangan aku ! Aku benci pergi ke tempat ramai apalagi bertemu teman-teman kamu."
"Memangnya kenapa?"
"I guess, teman-teman kamu itu satu tipe dengan kamu yang selalu bicara nyerocos seperti petasan membuat telinga berdarah, paham?"
"Pras, aku janji akan menjaga sikap, gak akan membuat kuping kamu berdarah karena suara aku. Please, hanya satu kali iniiiiii saja ! Aku selalu lakukan apapun untuk kamu, tapi kenapa kamu gak mau memberikan pertolongan sama aku?"
"No !! Sekali no tetap no ! Apa salahnya kamu pergi sendirian ke pesta itu???"
"Aku insecure jika pergi sendirian."
"Salahkan Dirga yang ga bisa menemani kamu, pacar macam apa dia?" Prastha berkata cepat seraya menyeringai pada Alyssa. Dirga, pacar Alyssa yang super arogan itu seringkali membuat Prastha ingin muntah melihat gayanya yang selangit.
"Lebih baik kamu absen, lagi pula gak ada yang mewajibkan kamu untuk datang ke acara itu."
"Fariz sahabat aku saat SMA Pras, dia bahkan mengundang aku langsung !! Lagipula ada Kak Runa dan Kak Naurra disana, please..."
"I don't care...aku sibuk."
"Please, hanya satu kali ini, Pras...Aku janji aku akan membayar tagihan kartu kredit kamu yang over limit karena aku gunakan untuk membeli tas dan sepatu."
"Seriously?"
"Super duper serius !" Alyssa mengangguk mantap dengan tatapan penuh permohonannya. Prastha menyeringai menatap Alyssa lekat-lekat, sementara Alyssa langsung memberengut.
"Good !! I like it Alyssa Denira. Aku akan antar kamu...ini namanya bisnis."
"Pras, kamu sedang dimintai tolong sama adik kamu, masih juga membisniskan sebuah pertolongan !!!" Alyssa berkata keras seraya memberengut kesal pada Prastha. Prastha hanya terkekeh mendapati Alyssa sudah masuk perangkapnya.
"Whatever, yang penting aku mendapatkan keuntungan dari apapun yang aku lakukan." Prastha menaikkan sebelah alisnya pada Alyssa, Alyssa yang kalah telak memukuli lengan Prastha dengan kesal.
Alyssa benar-benar lucu hingga membuat Prastha tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya, Prastha selalu dengan senang hati membantu Alyssa, meski tidak langsung meng iya kan pertolongannya. Namun entah bagimana, Prastha selalu berhasil memainkan logika Alyssa hingga Alyssa masuk kedalam perangkapnya.
Bagaimanapun juga Prastha begitu menyayangi Alyssa karena dia adalah adik sepupunya yang selalu membantu Prastha dalam menghadapi setiap masalah, termasuk masalahnya dengan Meika. Bahkan, Alyssa mau mengabdikan hidupnya untuk merawat Meika hingga menunda pernikahannya dengan Dirga.
"Okay, lebih baik kamu pergi dari ruanganku, aku sibuk !"
***
Nathea diam di sudut ballroom sambil menikmati alunan suara Arruna Anindyo yang secara eksklusif diminta mengisi acara di pesta pernikahan adik iparnya, Neyna. Nathea begitu bahagia melihat Neyna yang berjuang mempertahankan hubungannya dengan Fariz setelah 5 tahun menjalin long distance relationship. Nathea kelak juga ingin menjadi pengantin yang bahagia seperti Neyna dan itu hanya tinggal hitungan bulan. Rasanya benar-benar tak sabar menunggu momen itu...
Nathea memperhatikan orang-orang yang melintas di hadapannya sambil menunggu Nathan mengambilkan minuman. Nathea sengaja menggeret Nathan untuk menemaninya ke pernikahan Neyna. Kassa lagi-lagi tak bisa menemani Nathea karena sibuk dengan klien prioritasnya. Tak lama Nathan membawa segelas softdrink kehadapan Nathea, membuat Nathea menggeram kesal.
"Kenapa kamu gak membawakan aku air mineral??"
"Thea, masih untung aku bawakan kamu minum. Minum saja !" Nathan menjawab dengan nada memerintah, membuat Nathea benar-benar geram mendengarnya.
"Nathan aku gak suka softdrink, you know it !!"
"Thea stop ! Aku gak suka kamu banyak merengek."
"Kamu mulai menyebalkan seperti Kassa, good !" Nathea dengan kesal meninggalkan Nathan untuk membawa air mineral. Nathan sangat senang jika kakak nya yang cantik ini marah, semakin marah kecantikannya semakin terpancar.
Nathea berjalan menuju stand air mineral dan meraih satu botol ukuran kecil. Saat akan kembali pada Nathan...
"Miss Nathea?"
"Hai, Ibu Alyssa, saya gak menyangka kita bertemu disini."
"Kebetulan saya dan Fariz teman SMA, anda?"
"Saya dan Neyna teman kuliah."
"Wah dunia begitu sempit, apa anda sendirian?"
"Saya dengan adik saya...Itu." Nathea menunjuk ke arah Nathan seraya tersenyum ramah pada Alyssa. Alyssa langsung tersipu saat melihat Nathan. Oh my God, so cool !! Teriak Alyssa dalam hatinya, meski Alyssa tahu adik dari director sekolah Meika ini masih terlalu muda untuknya.
"Anda sendirian?"
"Saya bersama sepupu saya tapi...entah dia kemana...Oh itu dia." Alyssa celingukan sibuk mencari Prastha. Alyssa menunjuk ke arah pria berjas hitam yang sedang membelakangi mereka. Pria itu tampak sedang asyik berbincang dengan Arruna Anindyo yang baru saja turun dari stage. Nathea agak terkesiap melihat postur tubuhnya...seperti seseorang...tapi tidak mungkin, tepisnya.
"Oh okay, kalau begitu saya permisi."
"Okay Miss."
Nathea meninggalkan Alyssa dan kembali menghampiri Nathan. Nathea memakukan pandangan pada pria berjas hitam tetapi pria itu terus membelakangi Nathea dan tak lama pria itu menghilang dari pandangannya.
"Thea, jika sudah selesai ayo pulang...aku sudah bosan." Nathan menilik Nathea yang tampak tidak fokus mendengarkan perkataannya.
"Thea?"
"Ehm?"
"Pulang..."
"Ya..."
Nathan menggeret Nathea menuju lift dan Nathea menurutinya tanpa perlawanan. Pikiran Nathea masih tertuju pada pria itu dan demi Tuhan Nathea sungguh dibuat penasaran.
Sepanjang perjalanan, Nathea sibuk membalas pesan Kassa yang mendominasi ponselnya. Meski agak kesal, namun Nathea paham Kassa selalu mengkhawatirkannya. Nathan melirik Nathea, menunggu kesempatan untuk menanyakan siapa pria yang di lihatnya di ballroom hotel tadi.
"Thea, tadi aku lihat seseorang yang mirip dengan seseorang. Entah orang itu adalah orang yang aku maksud atau hanya mirip."
"Please, otak aku malas mencerna kata-kata kamu !!" Seketika Nathea menggeram kesal mendengar perkataan adiknya. Setelah mencoba mencerna pesan Kassa yang mendominasi ponselnya, sekarang Nathan meminta Nathea mencerna perkataannya ! Oh sungguh menyebalkan !
"Kamu ingat pria yang dulu pernah kamu kenalkan sama aku?"
"Siapa?"
"Pria yang meninggalkan kamu untuk menikah dengan wanita lain. Yang menikah dengan teman satu SMA dengan kamu...." Nathan berkata pelan karena Nathan memahami hal ini begitu sensitif bagi kakaknya. Nathea mendelik kesal pada Nathan lalu melarikan pandangannya ke jalanan.
"Just shut up Nat !!"
"Siapa nama pria itu?" Nathan masih belum menyerah memenuhi rasa penasarannya. Nathea menghela nafasnya panjang, enggan mengatakan nama pria itu. Nathea begitu malas...kesal...geram...gusar...sakit hati...sakit jiwa raga...sakit segalanya. Pria yang menjadi sumber kesakitan dan pusat kecewanya selama bertahun-tahun. Pria yang tak pernah ingin Nathea kenal lagi bahkan tahu tentang kabarnya. Entah dia masih hidup atau sudah mati, entah hidupnya baik-baik saja atau berantakan, NATHEA BENAR-BENAR TAK PEDULI !!
"Prama...emmmm Pratama....Pra...aduh come on Thea, aku penasaran !!"
"Prastha..."
Dan akhrinya Nathea mengucapkan nama pria itu lagi. Sudah 6 tahun ini, nama itu tak pernah terucap lagi di bibir Nathea. Kini bibir Nathea terasa begitu asing mengucapkan nama yang dulu tak henti dilafalkannya. ITU SEMUA GARA-GATA NATHAN ! Oh shit !
"Mas Prastha !! Prastha Danishwara, oh my God nama yang terlupakan. Tadi aku melihat dia, entah hanya mirip atau itu benar-benar dia. Dia jauh lebih cool dan lebih dewasa, tapi sepertinya bukan dia."
"So?"
"So, aku hanya ingin menceritakan ini sama kamu. Apa kamu masih sering mengingat dia?"
"Nathan, apa perlu aku memukul wajah kamu dengan clutch ini? Hah???"
"Atau...kamu masih mengharapkan dia?"
"I don't know. Dia sudah jadi milik orang lain, okay!"
"Lebih baik kembali sama dia Thea, putuskan Angkassa."
"Aku laporkan Mama, kamu menghasut aku memutuskan Kassa."
"Oh come on ! Angkassa itu aneh, hobi membentak, sok penting dan kamu terlalu baik untuk dia."
"Aku yakin Angkassa akan berubah Nat, dia hanya butuh waktu."
"Waktu dan satu tinjuan tangan aku?"
"Nathan, kamu jangan kurang ajar, dia calon kakak ipar kamu."
"Whatever !" Nathan mendelik kesal pada Nathea seraya menambah kecepatan laju mobilnya.
Nathan memang tidak menyetujui hubungan Nathea dan Kassa dengan alasan Kassa terlalu kasar, suka membentak, suka mendominasi dan mengatur hidup Nathea. Nathea sebenarnya tidak masalah dengan itu, tapi Nathan sangat mempermasalahkan itu hingga mendemo Mama dan Papa meminta mereka untuk tidak merestui. Tapi Nathea cukup memiliki kuasa lebih tinggi dari Nathan dirumah, sehingga Mama Papa cukup mau membela Nathea dan Nathan kalah telak...
"Aku tetap gak ikhlas dan gak merestui kamu bersama Angkassa."
"I don't care...aku gak membutuhkan restu kamu." Nathea menjulurkan lidahnya pada Nathan, merasa dirinya menang. Nathan mendengus melihat tingkah kakaknya yang tak kunjung sadar atas keanehan calon suaminya.
"Jangan menangis jika terjadi sesuatu sama kamu saat kalian sudah menikah nanti."
"Hmmmm..."
"Aku gak akan hadir di pernikahan kamu dengan dia."
"Kenapa?"
"Karena aku gak merestui, aku gak rela kamu menikah dengan dia."
"Please...jangan childish Nat...setiap manusia memiliki pilihan dan dia pilihanku."
"Oh ya...berarti kamu memang gak pandai memilih !" Nathan berkata dengan nada mengejek dan Nathea memilih diam karena tak mau mendebat adiknya lagi. Nathea hanya menghembuskan nafasnya kencang melihat tingkah adiknya. Ada apa dengan Nathan? Baru kali ini dia menunjukkan betapa dia tak menyukai Kassa...Gumam Nathea dalam hati...
***
CHAPTER 4
Hari ini, The Royal Brilliant School mengadakan Father's day dan semua siswa dari Early Years hingga Primary harus datang bersama ayahnya. Sejak pukul 8 pagi, Nathea melihat para Ayah muda yang mengantar anaknya untuk menghadiri acara ini.
"Excuse me, miss Nathea?"
"Ya, Mira?"
"Anda sudah ditunggu di ballroom untuk speech."
"Okay !" Nathea meraih blazer nya di sandaran kursi lalu berjalan santai menuju lift diikuti Mira. Sesampainya di ballroom, Nathea langsung disambut riuh tepuk tangan para siswa dan orang tua. Nathea menahan nafasnya, ini pertama kalinya Nathea memberikan speech di hadapan kurang lebih 150 murid.
Setelah memaparkan speech nya, Nathea sengaja meninggalkan ballroom lebih cepat karena masih banyak yang harus dikerjakannya. Nathea berjalan melewati lobby menuju lift dan tak sengaja mendengar isakan tangis. Ternyata Meika sedang duduk di sofa lobby dengan seorang security yang sedang mencoba menenangkannya. Nathea segera menghampiri untuk menanyakan apa yang terjadi.
"Ada apa, Pak?" Nathea berbisik pada security yang sedang menenangkan Meika. Security itu langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya ramah pada Nathea.
"Saya gak tahu Bu, tiba-tiba Meika menangis."
"Meika, kenapa menangis?" Nathea menyingkap poni Meika yang sudah tidak beraturan karena Meika terus menggosok mata dengan lengannya. Hidung Meika sangat merah dan seduannya terdengar begitu jelas.
"Meika lupa."
"Apa yang kamu lupakan?" Nathea bertanya dengan lembut pada Meika, Meika hanya menggelengkan kepalanya. Nathea mengusap pelan punggung Meika mencoba menenangkan.
"Bagaimana jika kita bicara diruangan Miss, mau?" Nathea bertanya seraya menilik Meika, Meika langsung mengangguk setuju. Tanpa berlama-lama, Nathea langsung menggandeng Meika menuju lift.
Sesampainya di ruangan, Nathea mendudukkan Meika di sofa dan membantu melepaskan tasnya. Meika baru tersenyum kecil sambil melirik Nathea dengan mata sembabnya.
"Apa Meika mau minum?"
"Ya..." Meika membuka tas dan mengambil tumblr bergambar little ponny miliknya. Nathea terus memperhatikan Meika dan entah kenapa Nathea begitu penasaran atas apa yang terjadi padanya.
"Okay, apa Meika sudah mau cerita pada Miss, kenapa Meika menangis?" Nathea berkata lembut sambil merapikan poni Meika. Meika mengangguk pelan seraya menatap Nathea dengan seksama.
"Ini hari Ayah dan Meika lupa."
"That's okay Meika."
"Tapi Meika gak punya Ayah."
"Oh...Meika kan memiliki Daddy..." Nathea menatap Meika namun Meika langsung melarikan pandangannya. Nathea melihat Meika begitu sedih dan matanya mulai berkaca-kaca. Hal ini membuat Nathea begitu tersentuh, hingga mendorong dirinya untuk memeluk Meika dengan erat. Ada apa dengan anak ini? Kenapa dia begitu sedih dan muram? Kenapa dia tampak begitu tertekan?
Nathea membiarkan Meika puas menangis dan kemudian Meika sepertinya tertidur. Saat Meika sudah nyenyak, Nathea membaringkan Meika dengan hati-hati di sofa. Nathea segera meminta sekertarisnya menghubungi orang tua Meika. Nathea dibuat semakin penasaran, apa yang terjadi antara Meika dengan orang tuanya? Apa hubungan mereka tidak baik karena Meika terlihat sangat tertekan saat Nathea mengatakan Daddy.
Ada apa dengan Meika sebenarnya ???
***
"Nasya apa kabar?"
Alyssa menatap Prastha yang sedang sibuk dengan laptopnya. Nasya adalah salah satu teman Prastha saat mengambil kuliah Master nya di Jerman. Selama ini, Nasya selalu ada untuk Prastha meski belum kunjung berhasil menyentuh hati Prastha. Entah kenapa, setiap kali Prastha membuka hatinya untuk wanita lain, perasaan Prastha seperti sedang mengkhianati Indira. Terang saja, hal itu membuatnya sangat tidak nyaman hingga selalu membatasi diri dengan wanita yang berusaha mendekatinya, seperti Nasya. Nasya sudah 3 tahun ini menetap di Aussie karena dia bekerja disana sebagai news anchor disalah satu stasiun TV disana.
"Baik."
"Apa dia akan hadir di pernikahan aku?"
"Sure, dia berencana akan pulang akhir tahun ini."
"Nice...by the way kenapa kalian belum juga meresmikan status kalian?"
"What do you mean?"
"Aku pikir kalian cocok, saling melengkapi. Nasya baik, cantik, pintar, I like her !"
"Ya, tapi aku malas untuk memiliki status dengan seseorang, lagipula aku belum merasa benar-benar cocok dengan dia. Dia terlalu workaholic and I don't like it. Meskipun Nasya memang sangat baik, yaa...cantik, dia juga perhatian."
"As always Prastha Danishwara, sampai kapan kamu akan terus merasa tidak cocok dengan wanita??? Meskipun Nasya workaholic, tapi aku yakin dia bisa maintain kamu dan Meika jika kalian menikah. Jangan sampai ada pria lain yang menikung Nasya dari kamu."
"Lebih baik kamu urus hidup kamu sendiri !" Prastha berkata dengan begitu ketus, namun Alyssa tidak mempedulikannya. Entah kenapa, tiba-tiba saja Alyssa teringat miss Nathea.
"Hey hey, Pras you know...Director di sekolah Meika? Dia itu wanita cantik, lembut, graceful, pintar dan hot, sepertinya...dia single." Prastha yang masih kesal tidak terlalu menanggapi Alyssa. Jujur, terkadang Prastha malas menanggapi obrolan Alyssa yang terlalu receh di telinganya.
"Jika kamu masih belum benar-benar cocok dengan Nasya, aku akan kenalkan Director sekolah Meika sama kamu, mungkin kamu akan cocok dengan dia Pras." Alyssa begitu semangat seraya menaik turunkan alisnya, sementara Prastha masih enggan memalingkan pandangan dari laptop nya.
"Wanita yang menjadi rekomendasi kamu itu rata-rata style nya seperti kamu. And you know, I don't like it !"
"Apa maksud kamu Prastha Danishwara?? Ayo ulang sekali lagi !!" Alyssa memprotes keras kata-kata Prastha, Prastha hanya tertawa melihat Alyssa yang kebakaran karena ejekannya.
"Tapi ini serius, secara objektif dia itu memang oke dan ini barang bagus, Pras. Gak ada salahnya jika kamu mencoba untuk mengantar Meika ke sekolah sambil melirik ke ruang Director. Sekali merengkuh dayung, 2 3 pulau terlampaui..." Alyssa menatap Prastha lekat-lekat, mencoba meyakinkannya. Prastha melirik Alyssa kesal lalu mengangkat bahunya tak peduli.
"Kenapa selalu berujung seperti itu? Kamu sudah lelah dan gak mau lagi me maintain dia?" Prastha tampak sangat malas membahas ini, Alyssa mencoba tersenyum menggoda Prastha, namun tidak mempan. Mereka lalu saling diam hingga Alyssa menatap ponselnya seraya setengah berteriak.
"Oh my God, disaster !!" Alyssa menepuk kening saat membaca reminder "Meika father's day at school". Alyssa menyesali ponselnya yang mati sejak semalam karena chargernya tertinggal di kantor.
"Hey ! jangan tatap aku seperti itu Alyssa, ada apa?"
"Pras, ada acara father's day di sekolah Meika !!!!"
"So?"
"So, seharusnya kamu menghadiri acara ini dan menemani Meika ke sekolah Mr. Prastha Danishwara !!!"
"Ow sorry, it's not my business !" Prastha berkata dingin menanggapi keresahan Alyssa. Berbanding terbalik dengan Alyssa yang sangat panik setengah mati.
"What should I do, Pras??? Meika pasti menangis di sekolah."
"Itu urusan kamu, Sa !"
"Sepertinya ada masalah dengan anak kamu." Alyssa memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan panggilan masuk dari The Royal Brilliant School. Prastha mendelik kesal pada Alyssa dan memilih untuk tak peduli !!
"Halo selamat sore...Iya saya Alyssa...Bersama Miss Nathea? Oh...okay...iya akan saya jemput sekarang juga, terimakasih." Alyssa dengan terburu segera merapikan dokumen dan mengemas barangnya yang berserakan di meja. Alyssa beranjak dengan segera dari kursi dihadapan Prastha.
"Aku harus jemput Meika, bye."
"Wait, Sa...tadi kamu katakan Miss siapa?" Prastha bertanya pelan pada Alyssa, membuat Alyssa menghentikan langkahnya sambil memegang handle pintu.
"Miss Nathea."
"Nathea?" Prastha bergumam pelan, dirinya limbung sesaat...Nathea? Siapa lagi pemilik nama Nathea selain sahabatnya yang menghilang begitu saja selama hampir 7 tahun ini.
"Namanya agak sulit, tapi dia biasa dipanggil Miss Nathea. Is there any problem?"
"Apa dia itu Director sekolah yang tadi kamu bicarakan?"
"Yaaaa...kenapa?"
"Ehm...nevermind..."
"Okay...bye !" Alyssa menjawab seraya melengos dan menghilang di balik pintu. Prastha merasa harus mencari tahu tentang ini, apa Nathea itu kependekan dari Dhefanathea Pratistha??
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
