Karam Di Hatimu (Prolog-Chapter 4)

0
0
Deskripsi

Sebagai psikolog, Nathea tak pernah menyangka kasus seorang murid bernama Tameika akan membawanya kembali ke masa lalu. Saat membantu gadis kecil itu memperbaiki hubungannya dengan sang ayah, Nathea dikejutkan oleh kenyataan bahwa —pria itu adalah Prastha, orang yang pernah mengecewakannya tujuh tahun lalu.

Pertemuan yang tak terduga itu membuka kembali lembaran lama diantara mereka. Meski waktu telah berlalu, perasaan di antara mereka belum benar-benar padam. Namun, Nathea dan Prastha menyadari...

PROLOG

"Sorry aku terlambat."

Nathea duduk tergesa di hadapan Prastha sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi. Prastha hanya tersenyum memaklumi Nathea yang kadang terlambat jika membuat janji. Prastha menjalin jari-jarinya seraya memandangi Nathea sambil tersenyum.

"So, ada apa kamu ke kampus?" Prastha menatap heran Nathea yang tadi mengabarinya sedang berada di kampus, padahal mereka sudah lulus hampir 1 tahun yang lalu. Nathea berencana melanjutkan kuliah Psikologi nya di Amerika, sementara Prastha kini bekerja di perusahaan milik Om nya.

"Aku mengurus recommendation letter untuk studi master ku."

"Kamu sudah di terima?"

"Belum, ini hanya persyaratan yang harus aku lengkapi, Tha. Anyway, apa yang mau kamu bicarakan?" Nathea memicingkan matanya menatap Prastha penuh curiga, apa Prastha akan meresmikan hubungan kami? Atau Prastha akan melamarku sebelum aku pergi ke Amerika? Nathea cepat-cepat mengusir pikiran semacam itu dari benaknya. Nathea tidak mau terlalu berharap tapi...apa aku tidak boleh berharap atas apa yang selama ini aku lalui bersama Prastha? Tanyanya dalam hati.

Pasalnya, perkenalan Nathea dan Prastha 7 tahun yang lalu dan kedekatan mereka selama 3 tahun ini belum dapat menjelaskan status mereka seperti apa. Teman? Mereka lebih dari itu...sahabat? Setahu Nathea, sahabat laki-laki tidak akan memeluk sambil mengecup kening sahabat perempuannya setiap kali mengantar pulang...Pacar? Mereka belum pernah sama sekali bicara kearah sana...

"Hmmmm, sebelumnya, aku ingin meminta maaf karena aku belum pernah membicarakan ini dengan kamu, Nat. Bukan karena aku nggak menganggap kamu penting, but.....I don't know aku selalu merasa timing nya kurang tepat." Prastha berkata pelan sambil menatap Nathea lembut seraya tersipu malu. Nathea hanya mengangguk seraya menampilkan ekspresi innocent nya. Meski sesungguhnya, Nathea merasa jantungnya siap meledak saat ini juga. Oh my God, finally dia mau mengatakan ini bahkan membahasnya...

"Then?"

"Apa kamu mau memaafkan aku dulu sebelum aku meneruskan pembicaraan kita?"

"Sure, Tha. Anything for you..." Nathea tersenyum seraya meletakkan tangan kirinya diatas tangan Prastha yang menggenggam erat tangan kanannya. Prastha menghela nafasnya dalam-dalam lalu mengangguk sambil tersenyum. Sesungguhnya Nathea sudah tak sabar, oh come on Prastha !! Apa kamu akan mengatakan I love you lalu will you marry me?? Teriak Nathea dalam hati.

"Good, thanks before...Hmmmm okay...apa...kamu mengenal Indira?" Prastha bertanya pelan seraya Nathea mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat siapa itu Indira. Nathea akhirnya mengingat Indira adalah teman satu sekolah Nathea saat SMA dan secara kebetulan Prastha mengenal Indira karena mereka satu tempat course. Tapi...kenapa di moment seperti ini Prastha malah membahas Indira???

"Indira...dia teman SMA ku dan teman course kamu? Hmmmm honestly kami belum pernah satu kelas, jadi aku gak pernah secara officially berkenalan dan berteman dengan Indira."

"Tapi dia tahu kamu, Nat..."

"Really?"

"Hmmmm..." Prastha mengangguk sambil tersenyum pada Nathea, sementara Nathea masih mencoba menangkap arah pembicaraan mereka. Nathea menyesali Prastha yang sikapnya tidak pernah bisa di tebak. Ayo Tha, katakan apa yang ingin kamu bicarakan !! Teriak Nathea dalam hati.

"Memangnya...ada apa dengan Indira?" Nathea bertanya penasaran sambil menatap Prastha lekat-lekat, Prastha tersipu malu dan mengeratkan genggaman tangannya pada Nathea.

"Aku...aku sudah melamar Indira tahun lalu dan aku akan menikahi dia bulan depan, Nat."

"Ha??" Nathea seketika tercengang atas apa yang baru saja di dengarnya. Nathea bagai disambar petir di siang bolong, perasaannya tak karuan, dadanya begitu sesak, matanya berkaca-kaca dan hatinya benar-benar luluh lantak. Nathea menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan diri agar tidak menangis di tempat. Jadi...Prastha...

"Nat? You okay?"

"Hmmmm....I'm happy....for you, Prastha.." Nathea berkata tersendat sambil berusaha menelan tangisannya. Berbanding terbalik dengan mata Prastha yang tampak begitu berbinar dengan ekspresi wajahnya yang begitu sumringah. Ini kedua kalinya Nathea melihat Prastha sebahagia ini, pertama saat graduation dan ini yang kedua kalinya. Nathea benar-benar tak tega jika harus merusak kebahagiaan Prastha dengan tangisannya...

"Honestly, sudah 5 tahun ini aku menjalin long distance relationship dengan Indira karena dia mengambil kuliah bachelor di Jerman. Finally, setelah perjuangan panjang, aku bisa melamar dia, Nat..."

"5...tahun?" Nathea bertanya pelan pada Prastha, mencoba sekuat tenaga untuk tetap fokus pada apa yang di bicarakan Prastha ditengah hatinya yang benar-benar terluka dalam. Dirinya baru dekat dengan Prastha 3 tahun yang lalu, berarti 3 tahun itu Nathea telah menjadi orang ketiga antara Prastha dan Indira?? Apa benar seperti itu???

"Hmmmm...5 tahun, Nat...Terimakasih Nathea, kamu sudah menjadi teman, sahabat dan segalanya bagi aku. Kamu selalu menemani aku melewati segala hal dalam hidupku, selalu ada untuk aku dan menjadi orang pertama yang selalu aku repotkan. Sesungguhnya kamu sahabat terbaik yang pernah aku miliki." Prastha berkata lembut sambil mengusap punggung tangan Nathea. Nathea langsung menarik tangannya perlahan dari genggaman Prastha, rasanya tak rela lagi Prastha menyentuhnya.

"My pleasure...Tha.." Nathea mengangguk sambil berusaha tersenyum, meski detik ini tenggorokannya begitu sakit karena dipaksa menelan tangis. Apa Prastha benar-bena serius? atau...dia sedang mencandaiku?? Entah bagaimana, Nathea masih belum percaya atas semua kata-kata yang baru saja keluar dari bibir Prastha, Nathea seolah masih menyimpan secercah harapan untuk kelangsungan hubungannya dengan Prastha.

"Kamu akan jadi tamu teristimewa aku, Nat. Datang ya?" Prastha menyerahkan undangan berwarna navy dan gold tepat dihadapan mata Nathea. Seketika hati Nathea remuk, hancur lebih dari berkeping-keping, hatinya seperti di remas, disakiti tiada ampun. 

Dan ternyata Prastha tidak sedang mencandainya...

Prastha benar-benar serius, Prastha serius sedang menyakiti hati Nathea begitu dalam. Ternyata selama ini Prastha gak pernah menginginkanku, ternyata selama ini Prastha gak pernah menganggapku wanita istimewa di hidupnya, ternyata selama ini aku hanyalah boneka yang selalu menemani Prastha dalam melewati setiap moment dalam hidupnya dan ternyata aku hanya pelarian Prastha saat merasa kesepian. Oh my God ! kenapa kamu sejahat ini Tha?? I hate you, Prastha Danishwara ! Geram Nathea dalam hatinya.

"Kenapa...kamu begitu jahat Tha?" akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Nathea, membuat Prastha tercengang mendengarnya. Prastha bergeming menatap Nathea tak percaya...

"Maksud kamu..."

"Aku kira, hubungan kita selama 3 tahun ini istimewa, ternyata aku salah mengartikan semuanya..."

"Nat..."

"Kamu menganggap aku sahabat tapi kamu gak pernah menceritakan tentang Indira. Jika kamu menceritakan bahwa kamu memiliki hubungan dengan Indira, mungkin semuanya gak akan seperti sekarang, Tha..."

"Nat...maksud kamu apa?"

"You fooled me...I don't believe it...Kamu pikir saya gak memiliki hati?" Nathea berkata dingin dengan begitu murka, dirinya tak peduli Prastha seterkejut apa melihatnya meledak seperti ini. Nathea merasa Prastha sudah benar-benar menginjak egonya...

"Nat...what's wrong with you?"

"I have to go, Tha. Aku harus jemput Mama...bye..." Nathea beranjak dari kursi dan berjalan terburu-buru menuju area parkir dengan menyisakan beribu pertanyaan dikepala Prastha. Ada apa dengan Nathea? Kenapa Nathea terlihat sedih? Senewen? Atau....I don't know...apa mungkin Nathea patah hati? Membodohi? Bahkan aku gak pernah merasa membodohi Nathea...Bukankah seharusnya Nathea bahagia mendengar aku akan menikah? Tanya Prastha dalam hatinya.

Dan itulah terakhir kalinya Nathea berjumpa Prastha.

Nathea lega, Prastha telah memperjelas hubungan mereka meski ini terasa begitu menyakitkan, tetapi Nathea harus menerimanya. Mungkin Nathea bodoh, salah mengartikan sikap Prastha selama ini padanya. Prastha yang baik, perhatian dan selalu memeluknya penuh kasih sayang ternyata bukan berarti Prastha menginginkan Nathea. Prastha tetap menganggapnya tak lebih dari teman dan ternyata dihati Prastha hanya ada Indira...

Mulai saat ini Nathea berjanji untuk tidak pernah mau lagi mengenal apalagi menemui Prastha...

You really hurt me, Tha...

I love you so much but you hurt me a lot.

Are you happy now? bisik Nathea dalam hatinya...

                                                                                                ***

CHAPTER 1 

6 Years Later...

***

"Kenapa kamu begitu hobi melamun?"

Kassa memeluk pinggang Nathea yang sedang melamun memandangi lalu lintas kota lewat dinding kaca ruangannya, seketika Nathea terkejut lalu perlahan melepaskan pelukan Kassa dari pinggangnya.

"Kenapa kamu senang mengagetkan aku?"

Kassa mengangkat bahunya seraya tersenyum pada Nathea, sementara Nathea hanya memajukan bibirnya sambil mendelik pada Kassa.

Angkassa Nayaka, dapat dikatakan the most perfect guy, dengan tubuh atletis, wajah tampan, cerdas, dan mapan sebagai pemilik architecture firm. Nathea sudah hampir 4 tahun ini menjalin hubungan serius dengan Kassa, meskipun Kassa memang jenis pria yang dominan dengan egonya yang begitu tinggi. Kassa adalah seorang arsitek kenalan Nathea saat sama-sama mengambil kuliah Magister di Amerika.

"Sepertinya kita sudah terlambat, will be better kita ke ballroom sekarang."

"Ya..."

Hari ini Nathea dan Kassa menghadiri open house untuk Early Years di The Royal Brilliant School, yang merupakan sekolah turun temurun milik keluarga Mama Nathea. Sudah 3 tahun ini, Nathea di tugaskan oleh Mama nya menjadi Chief Counsellor disana.

Nathea bergelayut mesra di lengan kanan Kassa saat berjalan menuju ballroom. Kassa selalu bangga berdampingan dengan kekasihnya yang begitu cantik, cerdas, graceful, hingga segala keindahan wanita ada pada Nathea.

"Thea, kenapa terlambat?" Mama berbisik sambil mengernyitkan dahi, Nathea hanya tersenyum malu pada Mamanya.

"Nathea terlalu banyak melamun Tante." Kassa menjawab pelan seraya Nathea menepuk lengan atasnya.

"Ya sudah, lebih baik kalian menyapa para tamu, ya?" Nathea dan Kassa tersenyum lalu mengangguk setuju pada Mama. Nathea sibuk memperhatikan para orang tua yang membawa anak-anak nya yang berusia 2 hingga 7 tahun. Nathea sangat menyukai anak-anak dan rasanya ingin segera menyandang status sebagai ibu.

"Sayang, aku harus menjawab telepon dari Pak Giraka diluar, disini sangat berisik."

"Okay..." Nathea menatap Kassa tanpa ekspresi seraya mengangkat bahunya tak peduli. Nathea amat sangat jengkel pada Kassa yang sangat workaholic, apa Nathea harus menyalahkan klien nya yang selalu tak tahu waktu saat menghubungi Kassa??? Nathea selalu kesal dengan keadaan semacam ini.

Nathea memutuskan untuk kembali menyapa orang tua dan anak-anak calon murid di The Royal Brilliant School. Pandangan Nathea tertuju pada seorang anak perempuan yang diam di sudut ruangan ballroom, sepertinya dia kehilangan orang tuanya.

"Hai, apa kamu kehilangan Mama atau Papa kamu?" Nathea bertanya dengan suara lembutnya, seketika anak itu menggeleng lalu menunduk. Nathea belum mau menyentuh anak ini karena sepertinya dia belum nyaman dengan kehadiran Nathea.

Anak ini begitu cantik dan cute, dengan dress biru langit selutut dan stocking putih yang menutupi kakinya. Anak perempuan itu memiliki rambut lurus melewati sikut yang dihiasi bando senada dengan dress nya, disertai poni yang jatuh tepat diatas alis matanya. Aaaargh ! Sungguh menggemaskan ! Bahkan Nathea menahan diri untuk tidak mencubit pipi anak ini.

"Lalu apa yang kamu lakukan disini?" Nathea mempertahankan gaya bicara lembutnya seraya membungkuk agar dapat menangkap ekspresinya. Anak itu kembali menggelengkan kepalanya, seketika Nathea menduga anak ini merasa kurang nyaman berinteraksi dengan orang baru.

"Everything's fine, Miss akan carikan Mama kamu, okay?" Nathea memberikan senyuman terbaiknya, anak itu masih diam tanpa ekspresi lalu perlahan mengangguk. Nathea menawarkan tangannya untuk di genggam, dengan ragu anak perempuan itu meletakkan tangannya diatas tangan Nathea. Nathea pun lega karena sepertinya anak ini sudah mulai nyaman dengan kehadirannya. Nathea segera mengedarkan pandangan untuk mencari orang tua dari anak itu.

"Meika, ternyata kamu disini..."

Seorang wanita muda yang terlihat khawatir menghampiri Nathea. Nathea mengangguk sopan seraya tersenyum pada wanita itu. Meika melepaskan genggaman tangan Nathea dan bersembunyi dibalik wanita yang Nathea duga Mamanya.

"Maaf merepotkan, saya tadi ke toilet sebentar dan Meika menolak ikut. Perkenalkan, saya Alyssa." Alyssa langsung memperkenalkan diri pada Nathea saat membaca ID Card bertuliskan Dhefanathea Pratistha - Chief Counsellor yang tergantung dada kirinya. Alyssa mengulurkan tangannya seraya tersenyum, Nathea pun menyambutnya dengan begitu ramah.

Kesan pertama Nathea melihat Alyssa...
Wanita ini masih sangat muda, mungkin usianya sekitar 25 atau awal 26 tahun namun sudah memiliki anak berumur sekitar 4 tahun. Hmmmm ibu muda rupanya, seru Nathea dalam hati.

"Salam kenal Mommy Alyssa, saya Miss Nathea...Oh ya kebetulan saya lihat Meika sedang diam di sudut ruangan. Saya langsung menghampiri dan mengajak bicara karena saya pikir dia sedang kehilangan anda."

"Terimakasih sebelumnya, Miss. Ayo ucapkan terimakasih pada Miss Nathea." Alyssa berbisik pada Meika, namun Meika semakin menunduk lalu menggelengkan kepalanya enggan bicara pada Nathea.

"Maaf Miss, Meika memang pemalu..."

"Meika bukan pemalu, hanya belum kenal dengan Miss Nathea, kan?" Nathea tersenyum pada Meika seraya Meika baru menaikkan pandangannya menatap Nathea. Meika mengangguk pelan lalu kembali bersembunyi dibalik tubuh Alyssa.

"Meika agak sulit beradaptasi, mungkin karena kami baru saja move dari Jerman. Meika masih terkejut dengan suasana disini..."

"Oh...that's okay, semuanya butuh proses untuk beradaptasi...apa sudah mendaftar?"

"Sudah lama Meika mendaftar kemari Miss, tadi kami hanya mengambil uniform di booth."

"Haaa..iya iya...kalau begitu sampai bertemu disekolah, Meika. Nanti kita main sama-sama ya disekolah." Nathea berkata dengan nada yang begitu ceria, Meika baru mengangguk lalu tersenyum kecil pada Nathea.

"Baik Miss kalau begitu kami permisi." Alyssa dan Meika berpamitan lalu pergi menghilang di balik keramaian ballroom. Nathea tiba-tiba dikejutkan oleh sentuhan di bahu kanannya.

"Sayang, aku mau bicara." Kassa berbisik seraya menarik pelan tangan Nathea. Suara Kassa terdengar begitu resah seraya Nathea memutar tubuhnya. Nathea mengikuti Kassa yang mengarahkannya keluar dari ballroom.

"Is there any problem?"

"Sayang, sepertinya aku harus pergi."

"Kemana?"

"Menemui klien."

Lagi-lagi dengan wajah sok memelasnya serta tatapan penuh permohonannya Kassa menghadapi Nathea. Nathea menyeringai dalam hati, entah kenapa klien Kassa selalu mengganggu kebersamaan mereka. Jika sudah seperti ini, terang saja Kassa lebih memilih kliennya.

"Klien?"

"Ya, pihak Pranata & Willaga Company meminta aku untuk menemui mereka sekarang. Kamu tahu kan Pranata & Willaga Company salah satu klien prioritas ku."

"Tapi acaranya belum selesai, Sa..."

"Ya, tapi ini sangat mendesak dan mereka membutuhkan aku." Kassa berkata agak keras meski dengan volume suara yang rendah, Nathea hanya bisa mendengus kesal mendengar alasan Kassa. Membutuhkan kamu? Apa kamu pikir aku gak membutuhkan kamu disini? Tanya Nathea dalam hatinya.

"Kita akan ada meeting dengan WO sore ini..."

"Ya, I know...nanti jika sempat aku akan mampir."

"Tapi Sa..."

"Oh come on, Nat ! Jangan childish seperti ini...aku harus segera pergi menemui Pak Giraka. Kamu tahu kan, ini pekerjaan aku dan aku melakukan ini untuk masa depan kita !" Kassa sekali lagi berkata keras pada Nathea, mencoba untuk mengintimidasinya. Perkataan ini terus menerus diulang, seolah seperti kaset rusak di telinga Nathea. Pekerjaan aku? Masa depan kita ! Oh shit ! Bisakah kamu memikirkan alasan lain? Geram Nathea dalam hatinya.

"Okay..." Nathea mendelik kesal pada Kassa, namun Kassa memilih untuk tak mempedulikan sikap Nathea. Kassa menggenggam tangan Nathea, dirinya sudah melunak karena Nathea menyerah tanpa perlawanan yang berarti.

"Apa kamu gak masalah jika aku tinggal?"

"Ya..."

"Apa perlu aku antar kamu pulang?"

"No...aku masih ingin disini, lagipula aku akan pulang dengan Mama." Nathea mencoba tersenyum di tengah kepedihan hatinya. Terkadang dirinya merasa tak begitu penting dimata Kassa karena Kassa terlalu sering mengabaikannya. Kassa selalu mementingkan pekerjaan diatas segalanya.

"Jangan lupa kabari aku, aku akan pamit pada Mama." Kassa mengecup kening Nathea dan meninggalkannya begitu saja. Kassa pergi tanpa sedikitpun merasa bersalah pada Nathea dan menganggap semuanya baik-baik saja. Alih-alih meminta maaf, Kassa lebih memilih mengintimidasi Nathea.

Entah kenapa aku bisa tetap mencintai kamu Sa, cinta sangat membutakan aku lalu membuatku menjadi sedikit bodoh untuk bersikeras tetap disampingmu, bisik Nathea dalam hatinya.

***

 

CHAPTER 2 

Prasta menjalin jari-jarinya sambil merenungi kehidupannya 6 tahun belakangan ini. Setelah menyelesaikan program Master nya di Jerman, Prastha memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Tidak ada lagi yang Prastha kerjakan selain 15 jam bekerja nonstop demi mengembangkan property consulting firm miliknya. Selain itu, Prastha juga masih bekerja sebagai Chief Development Officer di Pranata & Willaga Company, perusahaan properti milik kakak sepupunya. Jika weekend, Prastha masih harus menghadiri meeting atau kunjungan bisnis keluar kota bahkan keluar negeri. Tak ada lagi yang Prastha lakukan selain bekerja bekerja dan bekerja.

Hidup Prastha terasa begitu suram, hampa bahkan tanpa harapan. Prasta telah benar-benar kehilangan cahaya hidup sejak kepergian Indira untuk selamanya. Saat baru menjalani hampir 2 tahun pernikahan, mereka harus dipisahkan oleh takdir yang telah digariskan Tuhan. Andai saja Indira tidak memaksa untuk mempertahankan kehamilannya yang beresiko, mungkin Indira masih bersama Prastha dan mendampinginya hingga detik ini. Prastha telah merasakan patah hati terdalamnya  selama menjalani hidup, bahkan luka dihatinya masih belum sembuh meski Indira sudah pergi hampir 5 tahun yang lalu. Saat ini, yang Prastha lakukan hanya menjalani dan meneruskan sisa hidupnya yang begitu hampa tanpa Indira.

"Aku sudah mendaftarkan Meika di The Royal Brilliant School. Sekolah yang memiliki kurikulum terbaik, bertaraf internasional, fullday school, ada bis antar jemput, dekat dengan rumah dan anak-anak dipastikan aman karena penjagaannya yang sangat ketat..."

Prastha di kejutkan oleh laporan dari Alyssa yang sangat panjang lebar terkait sekolah Meika. Kapan wanita ini masuk ke ruangan ku??? Geram Prastha dalam hatinya.

Prastha meraih dokumen laporan keuangan dan enggan mengalihkan pandangannya apalagi menatap Alyssa juga Meika yang duduk di hadapannya.

"Then?"

"Meika sudah lulus tes Psikologi dan interview dengan pihak sekolah minggu lalu dan tadi aku mengambil uniform nya."

"Hasilnya?"

"Tameika Zanetta Danishwara sudah resmi di terima. Meika akan mulai sekolah bulan depan...horraaay !" Alyssa melirik Meika sambil menaikkan alisnya dan tersenyum seraya Meika membalas senyumannya dengan begitu excited.

"Meika, apa kamu ingin membeli sepatu, tas dan beberapa peralatan sekolah?" Alyssa berkata excited sambil memicingkan matanya pada Meika, Meika mengangguk sambil tersenyum melihat tante nya yang begitu cerewet ini.

"Okay, kita akan shopping di mall...yeay !! Kita akan beli sepatu, bando, kaus kaki, tas dan peralatan sekolah lainnya. Emmmm Aunty rasa kamu juga perlu memotong sedikit rambut kamu agar lebih fresh. Oh ya mungkin kamu juga butuh sepatu keds untuk olah raga dan perlengkapan renang untuk swimming day. Well, kita akan habis kan uang Daddy kamu !!!" Alyssa yang begitu excited mengedipkan sebelah matanya pada Meika, namun hal ini mengundang lirikan tajam dari Prastha.

"Okay, tinggalkan rincian biaya sekolah pada Desi akuntan pribadi ku, biar dia yang mengurus semuanya. Gunakan ini untuk membeli peralatan sekolah." Prastha menyerahkan sebuah debit card pada Alyssa tanpa menatapnya sedikitpun. Alyssa sudah susah payah memberikan kode dengan melirik Meika berkali-kali, meminta Prastha bicara dengannya sekedar memberikan selamat.

"Pras ! Prastha Danishwara...." Alyssa menggeram kesal seraya melirik sekali lagi pada Meika, namun Prastha memilih tak mempedulikannya.

"Apa kamu bisa berhenti mengoceh? Aku sibuk !" Prastha berkata begitu dingin dan ketus pada Alyssa. Demi Tuhan, detik ini Alyssa ingin memukul kepala Prastha dengan stiletto runcing nya.

Meski hubungan Prastha dengan Meika sedingin gunung es, namun materi senantiasa mengalir untuk anak perempuan semata wayangnya ini. Meika memang tidak pernah kekurangan sesuatu apapun dalam menjalani hampir 5 tahun hidupnya. Segala macam mainan sudah Meika miliki, bahkan di rumahnya Meika dapat membuka toys store. Prastha ingin Meika sekolah di tempat terbaik, meskipun Prastha harus mengeluarkan ratusan juta untuk tuition fee dan puluhan juta untuk term fee. Prastha meminta Meika memiliki kegiatan non formal dan akhirnya Alyssa memasukkan Meika ke tempat les piano, balet dan melukis sejak usianya 3 tahun.

Prastha memang mengontrol penuh hidup Meika, namun Prastha sama sekali tidak pernah menawarinya kasih sayang bahkan sentuhan pada Meika seujung jari pun. Entah apa yang ada di otak Prastha, hingga detik ini Alyssa tidak pernah bisa menebak jalan pikirannya.

"Meika, tunggu di luar bersama mbak Sally, Aunty butuh bicara dengan Daddy." Meika mengangguk mantap dan mematuhi perkataan Alyssa. Sikap dingin Prastha selalu membuat Meika bingung harus seperti apa menghadapi Daddy nya. Alyssa akhirnya menggandeng Meika menuju pintu, menitipkannya pada Sally, sekertaris Prastha.

"Pras, kamu keterlaluan !"

"What else Alyssa?" Prastha menggeram kesal melihat tingkah adik sepupunya ini. Entah apa lagi yang Alyssa inginkan, padahal Prastha sudah memberikan debit card nya.

"Please, kamu itu heartless ! Meika anak kamu, apa kamu gak mau bertanya pada dia satu kalimat pun?? Atau hanya sekedar bertanya 'Meika, apa kamu sudah lunch?' atau 'Meika apa kamu excited dengan rencana sekolah kamu?' atau sekedar memberikan selamat karena dia lulus tes dan interview atau........"

"Shut up Alyssa !! I never do that !"

"Why?"

"Alyssa, aku gak mau berdebat dengan kamu. Topik semacam ini sudah terlalu sering kita perdebatkan, okay?"

"Kamu tahu, Meika itu adore sama kamu Pras, tapi kenapa sikap kamu seolah ingin membuang dia jauh-jauh, ingin menghindari dia seperti virus, bahkan kamu gak mau menyentuh dia seolah Meika adalah penyakit menular !!!"

"Karena aku gak pernah menginginkan dia Alyssa, dia yang membuat Indira meninggal, jika dia nggak ada, mungkin Indira masih hidup, paham?"

"Oh my God Prastha Danishwara !! Kamu seorang dengan pendidikan tinggi yang jauh-jauh kamu ambil kuliah itu di Jerman tapi otak kamu gak bisa berpikir hal se simple ini??? Kamu tetap menyalahkan Meika adalah penyebab kematian Indira? Fucking stupid Daddy !!" Alyssa mengumpat Prastha habis-habisan, sementara Prastha hanya menyeringai. Umpatan semacam ini sudah sering Alyssa lakukan pada Prastha. Alyssa bahkan dengan mudah menyalurkan hobi mengumpatnya pada Prastha.

"Ya, aku memang fucking stupid Daddy, lalu urusan kamu apa? Jika kamu bisa menukar dia dengan Indira, aku akan berubah. Dia yang membuat hidupku gak baik-baik saja hingga hari ini, okay?"

"Pras, otak kamu itu sedikit di gunakan untuk mengerti keadaan ini, please !! Apa keuntungan kamu menyalahkan kematian Indira pada anak berusia 4 tahun?"

"Alyssa Denira, apa kamu bisa pergi dari hadapan aku sekarang juga dan berhenti mengoceh???"

"Pras !"

"Gunakan debit card aku untuk membeli hal-hal penting saja ! Remember it 'hal-hal penting saja' dan hanya untuk dia. Kalau kamu sengaja shopping dengan uang aku, aku akan potong gaji kamu !!"

"Okay stingy man !!" Alyssa mengatakan ini pada Prastha dengan nada mengejek. Prastha tak peduli atas ejekan Alyssa karena dirinya benar-benar trauma pada adik sepupunya ini. Alyssa terlalu shopaholic hingga membuat kartu kreditnya overlimit bulan lalu ! Damn youuuuu Alyssa, geram Prastha dalam hatinya.

"Jangan lupa kwitansi pembayaran tolong berikan juga pada Desi."

"Okay, Mr. Prastha yang sangat bossy, ada lagi?"

"Nothing, cepat kembali sebelum malam, jangan ajarkan perilaku buruk kamu pada dia."

"Wow, it's amazing ! Finally kamu memberikan sedikit perhatian pada Meika."

"Just shut up !!! Go away Alyssa !!!" Prastha menggeram kesal karena mulai kesal dengan tingkah Alyssa. Alyssa beranjak mencium pipi kanan dan kiri Prastha sebelum pergi meninggalkan ruangannya.

"Bye Prastha...."

Akhirnya Alyssa menghilang di balik pintu dan seketika Prastha dapat bernafas lega. Oh my God, hanya 15 menit Alyssa bicara namun kuping Prastha terasa mau berdarah. Jika bukan karena dia yang membantu Mami me maintain Meika sejak Meika lahir, aku sudah kirim dia keluar negeri dan gak perlu kembali lagi ! Geram Prastha sambil meremas jemarinya sendiri. Meskipun demikian, Prastha begitu menyayangi Alyssa sebagai adik sepupu yang selalu ada untuk Mami dan Meika..

***

CHAPTER 3 

Nathea memperhatikan anak-anak yang berhamburan keluar dari gedung sekolah lewat dinding kaca diruangannya. Ditahun ajaran baru, Nathea resmi diangkat menjadi menjadi Director The Royal Brilliant School untuk menggantikan Mama nya yang memilih pensiun.

Nathea melirik arlojinya, ternyata sudah pukul 2 siang. Nathea segera bersiap karena harus pergi ke butik Adrian Sastra untuk mengambil gaun yang akan di kenakannya ke pernikahan Neyna nanti malam. Nathea cukup kesal harus pergi sendirian, karena Kassa sedang menghadiri meeting dengan kliennya hingga tidak bisa menemaninya. Ya, Nathea memilih untuk tidak mempedulikannya apalagi mendebatnya demi kebaikan hubungan mereka.

Sesampainya di lobby, Nathea menghentikan langkah saat melihat anak perempuan yang tersesat di open house 3 bulan yang lalu. Dia tampak sedang duduk sendirian sambil memeluk tumblr nya. Entah kenapa, Nathea selalu melihat anak ini dalam keadaan insecure, seperti sedang mencari sesuatu dengan kepala yang sesekali menegok ke kanan dan kiri. Nathea perlahan menghampiri dan mendudukkan diri disisi kanannya. Nathea menyesal karena telah melupakan nama anak ini, apakah Tamara? Tamina? Taskya? Oh shit, siapa namanya??? Umpat Nathea dalam hati.

"Hai, masih ingat pertemuan kita saat di open house waktu itu?"

"Ya, sure Miss Nathea." Meika berkata pelan seraya tersenyum kecil pada Nathea. Nathea tersenyum karena baru kali ini mendengar suaranya yang terdengar begitu imut. Surprisingly, anak ini bahkan mengingat nama Nathea meski Nathea melupakannya.

"Sorry, miss lupa nama kamu, emmm Ta....."

"Tameika Miss."

"Ya, Tameika dengan panggilan Meika?"

"Ya..." Meika kembali tersenyum manis sambil mengangguk. Tampaknya mood Meika sedang baik, tidak seperti saat pertama kali Nathea bertemu dengannya.

"Wow tas kamu bagus sekali, twilight sparkle?"

"Ya, apa miss suka menonton my little pony?"

"Hmmmm...so, siapa yang belikan tas ini? Ayah? Bunda?"

"Aunty Alyssa."

"Oh, good ! Kamu tahu, Miss memiliki boneka rainbow dash di rumah, jika kamu mau, Miss akan berikan untuk kamu."

"Seriously?"

"Hmmmm..." Nathea mengusap kepala Meika dengan penuh kasih sayang. Meika tersenyum memamerkan gigi kecilnya yang rapi, tidak seperti kebanyakan anak yang giginya rusak karena makanan terlalu manis.

"Siapa yang menjemput Meika? Ayah? Bunda?"

"Meika gak punya Ayah atau Bunda." Meika menjawab datar sambil melarikan pandangannya dari Nathea. Nathea terkekeh, mungkin dia memanggil orang tuanya bukan Ayah dan Bunda.

"Oke, Papa dan Mama? Atau Papi dan Mami? Daddy and Mommy?" Nathea mencoba mengorek informasi, entah kenapa Nathea begitu penasaran pada Meika.

"Daddy mungkin sedang sibuk bekerja di kantor siang hari sampai malam. Daddy itu sibuk dan Meika gak boleh ganggu." Meika menjawab mantap sambil menatap mata Nathea. Nathea seketika merasa lega, ternyata dia memanggil ayahnya dengan sebutan Daddy.

"So? Pasti Mommy yang akan menjemput, right?" Meika mengirimkan tatapan bingung pada Nathea seraya menggelengkan kepalanya pelan. Sepanjang hidupnya, Meika tidak pernah mengenal orang yang dipanggilnya Mommy.

"Mommy itu apa?" Meika bertanya datar tanpa ekspresi pada Nathea. Nathea menelan ludahnya saat Meika menanyakan ini padanya.

"Mommy itu Ibu atau Mama atau Bunda..."

"Gak tahu..."

"Apa Aunty Alyssa?"

"Ya, Aunty Alyssa yang akan menjemput." Meika menjawab mantap seraya tersenyum kecil pada Nathea. Hmmmm Nathea semakin penasaran pada Meika dan apa yang terjadi padanya. Bahkan dia tidak tahu Mommy itu apa dan siapa...Apakah orangtua Meika telah divorce? Tanyanya dalam hati.

Nathea memutuskan untuk menemani Meika hingga di jemput. Meika tampak kecewa karena melihat teman-temannya sudah pulang.

"Apa Aunty Alyssa suka terlambat menjemput kamu?"

"Iya, karena meeting dikantor...Meeting itu Aunty bertemu dengan teman kantornya."

"Oh..." Nathea melirik arlojinya sudah pukul 14.45 yang artinya sudah 45 menit Meika menunggu. Kasihan Meika, apa perlu aku antar sampai ke rumahnya? Pikir Nathea...

Tak lama tampak seorang wanita berlari dari lift dengan stilleto runcingnya menghampiri security yang berjaga. Security langsung menunjukkan keberadaan Meika seraya Alyssa berlari menghampirinya.

"Meika sorry Aunty terlambat, Daddy kamu menutup meeting terlalu lama." Alyssa berkata cepat seraya mengambil alih tumblr dan tas Meika. Meika hanya tersenyum kecil melihat tingkah Aunty nya ini.

"Hallo Miss Nathea, apa kabar?"

"Baik."

"Terimakasih sudah menemani Meika menunggu."

"Sama-sama, kebetulan saya melintas dan melihat Meika duduk disini jadi saya menemani Meika." Nathea berkata ramah pada Alyssa, Alyssa seketika merasa lega karena Meika tak menunggu sendirian.

"Kalau begitu kami pamit ya Miss."

"Oh kebetulan saya juga akan keluar, kita ke basement sama-sama."

"Okay..."

Nathea beranjak lalu berjalan beriringan dengan Alyssa yang menggandeng tangan Meika. Tiba-tiba ponsel Alyssa berdering dan Alyssa sibuk dengan ponselnya. Alyssa terdengar bicara dengan nada yang begitu marah pada seseorang diujung telepon, entah siapa... mungkin staffnya.

Nathea dengan sigap segera mengambil alih gandengan tangan Meika dari Alyssa. Alyssa tersenyum canggung saat Nathea melakukan ini. Alyssa membiarkan Meika bersama Nathea karena cukup banyak mobil berlalu lalang di basement.

"Jadi...anda Aunty nya Meika?" Nathea bertanya pelan saat Alyssa sudah mengakhiri pembicaraannya di telepon. Alyssa langsung menganguk semangat dengan tatapan yang berbinar.

"Saya Aunty tapi sekaligus nanny bagi Meika. Semenjak mommy Meika passed away, saya dan Oma nya yang me maintain Meika." Alyssa berkata dengan volume suara yang rendah pada Nathea, mengantisipasi khawatir Meika mendengarnya.

"Oh...." Nathea yang terkejut mendengar ini hanya bisa mengangguk...Oh ternyata ibu Meika sudah meninggal dunia? Anak sekecil ini bahkan sudah kehilangan seorang ibu? Untung saja Meika memiliki tante yang kelihatannya begitu perhatian dan sangat menyayanginya. Pantas saja Meika kebingungan saat ditanya tentang Mommy nya. Seketika Nathea merasa bersalah karena telah menanyakan ini pada Meika.

"Sejak lahir !"

"Maksud anda?"

"Mommy Meika meninggal sejak Meika lahir. Meika sama sekali gak mengenal Mommy nya Miss.."

"Oh....okay Ibu Alyssa saya pamit, kebetulan mobil saya terparkir di sebelah sana. Bye Meika..."

"Bye miss Nathea."

"Take care !" Nathea menatap Alyssa dan Meika bergantian seraya melambaikan tangannya. Entah kenapa, Nathea yang sangat mencintai dunia anak-anak amat sangat tersentuh jika mendengar cerita semacam ini. Kehilangan orangtua saat sudah dewasa sangat menyakitkan, apalagi bagi anak berusia 5 tahun...bahkan Meika gak pernah mengenal Mommy nya?

Nathea bahkan merenungi Meika dalam perjalanannya menuju butik Adrian Sastra. Anak ini sangat cute dan menggemaskan, meskipun tidak begitu banyak bicara dan ceria seperti anak-anak lain. Meika yang terkesan begitu dingin, datar dan sepertinya Meika memendam banyak hal dalam dirinya. Nathea membatin, Meika ditinggalkan Mommy nya sejak lahir dan di rawat oleh Oma juga Tantenya...lalu bagaimana dengan peran Daddy nya dalam kehidupan Meika? Tanya Nathea dalam hati.

Keingintahuan Nathea tentang Meika semakin besar. Entah kenapa, Nathea merasa perlu membantu memberikan support bagi Meika. Selain itu, Nathea juga merasa ada yang janggal dengan kehidupan Meika. Nathea saat ini masih menjabat sebagai Chief Counsellor meski sudah di tunjuk menjadi Director, sehingga Nathea masih berhak menentukan pemberian konseling pada muridnya.

"Sepertinya...aku harus mencari tahu tentang Meika dan memberikan sesi konseling padanya..." ujar Nathea seraya mempercepat laju mobilnya.

***

"Kamu harus antar aku Pras, apa aku pernah meminta tolong sama kamu sebelumnya?" Alyssa memohon meminta Prastha menemaninya menghadiri undangan sahabatnya saat SMA, Fariz.

"Kamu minta tolong Mami, jangan aku ! Aku benci pergi ke tempat ramai apalagi bertemu teman-teman kamu."

"Memangnya kenapa?"

"I guess, teman-teman kamu itu satu tipe dengan kamu yang selalu bicara nyerocos seperti petasan membuat telinga berdarah, paham?"

"Pras, aku janji akan menjaga sikap, gak akan membuat kuping kamu berdarah karena suara aku. Please, hanya satu kali iniiiiii saja ! Aku selalu lakukan apapun untuk kamu, tapi kenapa kamu gak mau memberikan pertolongan sama aku?"

"No !! Sekali no tetap no ! Apa salahnya kamu pergi sendirian ke pesta itu???"

"Aku insecure jika pergi sendirian."

"Salahkan Dirga yang ga bisa menemani kamu, pacar macam apa dia?" Prastha berkata cepat seraya menyeringai pada Alyssa. Dirga, pacar Alyssa yang super arogan itu seringkali membuat Prastha ingin muntah melihat gayanya yang selangit.

"Lebih baik kamu absen, lagi pula gak ada yang mewajibkan kamu untuk datang ke acara itu."

"Fariz sahabat aku saat SMA Pras, dia bahkan mengundang aku langsung !! Lagipula ada Kak Runa dan Kak Naurra disana, please..."

"I don't care...aku sibuk."

"Please, hanya satu kali ini, Pras...Aku janji aku akan membayar tagihan kartu kredit kamu yang over limit karena aku gunakan untuk membeli tas dan sepatu."

"Seriously?"

"Super duper serius !" Alyssa mengangguk mantap dengan tatapan penuh permohonannya. Prastha menyeringai menatap Alyssa lekat-lekat, sementara Alyssa langsung memberengut.

"Good !! I like it Alyssa Denira. Aku akan antar kamu...ini namanya bisnis."

"Pras, kamu sedang dimintai tolong sama adik kamu, masih juga membisniskan sebuah pertolongan !!!" Alyssa berkata keras seraya memberengut kesal pada Prastha. Prastha hanya terkekeh mendapati Alyssa sudah masuk perangkapnya.

"Whatever, yang penting aku mendapatkan keuntungan dari apapun yang aku lakukan." Prastha menaikkan sebelah alisnya pada  Alyssa, Alyssa yang kalah telak memukuli lengan Prastha dengan kesal.

Alyssa benar-benar lucu hingga membuat Prastha tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya, Prastha selalu dengan senang hati membantu Alyssa, meski tidak langsung meng iya kan pertolongannya. Namun entah bagimana, Prastha selalu berhasil memainkan logika Alyssa hingga Alyssa masuk kedalam perangkapnya.

Bagaimanapun juga Prastha begitu menyayangi Alyssa karena dia adalah adik sepupunya yang selalu membantu Prastha dalam menghadapi setiap masalah, termasuk masalahnya dengan Meika. Bahkan, Alyssa mau mengabdikan hidupnya untuk merawat Meika hingga menunda pernikahannya dengan Dirga.

"Okay, lebih baik kamu pergi dari ruanganku, aku sibuk !"

***

Nathea diam di sudut ballroom sambil menikmati alunan suara Arruna Anindyo yang secara eksklusif diminta mengisi acara di pesta pernikahan adik iparnya, Neyna. Nathea begitu bahagia melihat Neyna yang berjuang mempertahankan hubungannya dengan Fariz setelah 5 tahun menjalin long distance relationship. Nathea kelak juga ingin menjadi pengantin yang bahagia seperti Neyna dan itu hanya tinggal hitungan bulan. Rasanya benar-benar tak sabar menunggu momen itu...

Nathea memperhatikan orang-orang yang melintas di hadapannya sambil menunggu Nathan mengambilkan minuman. Nathea sengaja menggeret Nathan untuk menemaninya ke pernikahan Neyna. Kassa lagi-lagi tak bisa menemani Nathea karena sibuk dengan klien prioritasnya. Tak lama Nathan membawa segelas softdrink kehadapan Nathea, membuat Nathea menggeram kesal.

"Kenapa kamu gak membawakan aku air mineral??"

"Thea, masih untung aku bawakan kamu minum. Minum saja !" Nathan menjawab dengan nada memerintah, membuat Nathea benar-benar geram mendengarnya.

"Nathan aku gak suka softdrink, you know it !!"

"Thea stop ! Aku gak suka kamu banyak merengek."

"Kamu mulai menyebalkan seperti Kassa, good !" Nathea dengan kesal meninggalkan Nathan untuk membawa air mineral. Nathan sangat senang jika kakak nya yang cantik ini marah, semakin marah kecantikannya semakin terpancar.

Nathea berjalan menuju stand air mineral dan meraih satu botol ukuran kecil. Saat akan kembali pada Nathan...

"Miss Nathea?"

"Hai, Ibu Alyssa, saya gak menyangka kita bertemu disini."

"Kebetulan saya dan Fariz teman SMA, anda?"

"Saya dan Neyna teman kuliah."

"Wah dunia begitu sempit, apa anda sendirian?"

"Saya dengan adik saya...Itu." Nathea menunjuk ke arah Nathan seraya tersenyum ramah pada Alyssa. Alyssa langsung tersipu saat melihat Nathan. Oh my God, so cool !! Teriak Alyssa dalam hatinya, meski Alyssa tahu adik dari director sekolah Meika ini masih terlalu muda untuknya.

"Anda sendirian?"

"Saya bersama sepupu saya tapi...entah dia kemana...Oh itu dia." Alyssa celingukan sibuk mencari Prastha. Alyssa menunjuk ke arah pria berjas hitam yang sedang membelakangi mereka. Pria itu tampak sedang asyik berbincang dengan Arruna Anindyo yang baru saja turun dari stage. Nathea agak terkesiap melihat postur tubuhnya...seperti seseorang...tapi tidak mungkin, tepisnya.

"Oh okay, kalau begitu saya permisi."

"Okay Miss."

Nathea meninggalkan Alyssa dan kembali menghampiri Nathan. Nathea memakukan pandangan pada pria berjas hitam tetapi pria itu terus membelakangi Nathea dan tak lama pria itu menghilang dari pandangannya.

"Thea, jika sudah selesai ayo pulang...aku sudah bosan." Nathan menilik Nathea yang tampak tidak fokus mendengarkan perkataannya.

"Thea?"

"Ehm?"

"Pulang..."

"Ya..."

Nathan menggeret Nathea menuju lift dan Nathea menurutinya tanpa perlawanan. Pikiran Nathea masih tertuju pada pria itu dan demi Tuhan Nathea sungguh dibuat penasaran.

Sepanjang perjalanan, Nathea sibuk membalas pesan Kassa yang mendominasi ponselnya. Meski agak kesal, namun Nathea paham Kassa selalu mengkhawatirkannya. Nathan melirik Nathea, menunggu kesempatan untuk menanyakan siapa pria yang di lihatnya di ballroom hotel tadi.

"Thea, tadi aku lihat seseorang yang mirip dengan seseorang. Entah orang itu adalah orang yang aku maksud atau hanya mirip."

"Please, otak aku malas mencerna kata-kata kamu !!" Seketika Nathea menggeram kesal mendengar perkataan adiknya. Setelah mencoba mencerna pesan Kassa yang mendominasi ponselnya, sekarang Nathan meminta Nathea mencerna perkataannya ! Oh sungguh menyebalkan !

"Kamu ingat pria yang dulu pernah kamu kenalkan sama aku?"

"Siapa?"

"Pria yang meninggalkan kamu untuk menikah dengan wanita lain. Yang menikah dengan teman satu SMA dengan kamu...." Nathan berkata pelan karena Nathan memahami hal ini begitu sensitif bagi kakaknya. Nathea mendelik kesal pada Nathan lalu melarikan pandangannya ke jalanan.

"Just shut up Nat !!"

"Siapa nama pria itu?" Nathan masih belum menyerah memenuhi rasa penasarannya. Nathea menghela nafasnya panjang, enggan mengatakan nama pria itu. Nathea begitu malas...kesal...geram...gusar...sakit hati...sakit jiwa raga...sakit segalanya. Pria yang menjadi sumber kesakitan dan pusat kecewanya selama bertahun-tahun. Pria yang tak pernah ingin Nathea kenal lagi bahkan tahu tentang kabarnya. Entah dia masih hidup atau sudah mati, entah hidupnya baik-baik saja atau berantakan, NATHEA BENAR-BENAR TAK PEDULI !!

"Prama...emmmm Pratama....Pra...aduh come on Thea, aku penasaran !!"

"Prastha..."

Dan akhrinya Nathea mengucapkan nama pria itu lagi. Sudah 6 tahun ini, nama itu tak pernah terucap lagi di bibir Nathea. Kini bibir Nathea terasa begitu asing mengucapkan nama yang dulu tak henti dilafalkannya. ITU SEMUA GARA-GATA NATHAN ! Oh shit !

"Mas Prastha !! Prastha Danishwara, oh my God nama yang terlupakan. Tadi aku melihat dia, entah hanya mirip atau itu benar-benar dia. Dia jauh lebih cool dan lebih dewasa, tapi sepertinya bukan dia."

"So?"

"So, aku hanya ingin menceritakan ini sama kamu. Apa kamu masih sering mengingat dia?"

"Nathan, apa perlu aku memukul wajah kamu dengan clutch ini? Hah???"

"Atau...kamu masih mengharapkan dia?"

"I don't know. Dia sudah jadi milik orang lain, okay!"

"Lebih baik kembali sama dia Thea, putuskan Angkassa."

"Aku laporkan Mama, kamu menghasut aku memutuskan Kassa."

"Oh come on ! Angkassa itu aneh, hobi membentak, sok penting dan kamu terlalu baik untuk dia."

"Aku yakin Angkassa akan berubah Nat, dia hanya butuh waktu."

"Waktu dan satu tinjuan tangan aku?"

"Nathan, kamu jangan kurang ajar, dia calon kakak ipar kamu."

"Whatever !" Nathan mendelik kesal pada Nathea seraya menambah kecepatan laju mobilnya.

Nathan memang tidak menyetujui hubungan Nathea dan Kassa dengan alasan Kassa terlalu kasar, suka membentak, suka mendominasi dan mengatur hidup Nathea. Nathea sebenarnya tidak masalah dengan itu, tapi Nathan sangat mempermasalahkan itu hingga mendemo Mama dan Papa meminta mereka untuk tidak merestui. Tapi Nathea cukup memiliki kuasa lebih tinggi dari Nathan dirumah, sehingga Mama Papa cukup mau membela Nathea dan Nathan kalah telak...

"Aku tetap gak ikhlas dan gak merestui kamu bersama Angkassa."

"I don't care...aku gak membutuhkan restu kamu." Nathea menjulurkan lidahnya pada Nathan, merasa dirinya menang. Nathan mendengus melihat tingkah kakaknya yang tak kunjung sadar atas keanehan calon suaminya.

"Jangan menangis jika terjadi sesuatu sama kamu saat kalian sudah menikah nanti."

"Hmmmm..."

"Aku gak akan hadir di pernikahan kamu dengan dia."

"Kenapa?"

"Karena aku gak merestui, aku gak rela kamu menikah dengan dia."

"Please...jangan childish Nat...setiap manusia memiliki pilihan dan dia pilihanku."

"Oh ya...berarti kamu memang gak pandai memilih !" Nathan berkata dengan nada mengejek dan Nathea memilih diam karena tak mau mendebat adiknya lagi. Nathea hanya menghembuskan nafasnya kencang melihat tingkah adiknya. Ada apa dengan Nathan? Baru kali ini dia menunjukkan betapa dia tak menyukai Kassa...Gumam Nathea dalam hati...

***

CHAPTER 4 

Hari ini, The Royal Brilliant School mengadakan Father's day dan semua siswa dari Early Years hingga Primary harus datang bersama ayahnya. Sejak pukul 8 pagi, Nathea melihat para Ayah muda yang mengantar anaknya untuk menghadiri acara ini.

"Excuse me, miss Nathea?"

"Ya, Mira?"

"Anda sudah ditunggu di ballroom untuk speech."

"Okay !" Nathea meraih blazer nya di sandaran kursi lalu berjalan santai menuju lift diikuti Mira. Sesampainya di ballroom, Nathea langsung disambut riuh tepuk tangan para siswa dan orang tua. Nathea menahan nafasnya, ini pertama kalinya Nathea memberikan speech di hadapan kurang lebih 150 murid.

Setelah memaparkan speech nya, Nathea sengaja meninggalkan ballroom lebih cepat karena masih banyak yang harus dikerjakannya. Nathea berjalan melewati lobby menuju lift dan tak sengaja mendengar isakan tangis. Ternyata Meika sedang duduk di sofa lobby dengan seorang security yang sedang mencoba menenangkannya. Nathea segera menghampiri untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Ada apa, Pak?" Nathea berbisik pada security yang sedang menenangkan Meika. Security itu langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya ramah pada Nathea.

"Saya gak tahu Bu, tiba-tiba Meika menangis."

"Meika, kenapa menangis?" Nathea menyingkap poni Meika yang sudah tidak beraturan karena Meika terus menggosok mata dengan lengannya. Hidung Meika sangat merah dan seduannya terdengar begitu jelas.

"Meika lupa."

"Apa yang kamu lupakan?" Nathea bertanya dengan lembut pada Meika, Meika hanya menggelengkan kepalanya. Nathea mengusap pelan punggung Meika mencoba menenangkan.

"Bagaimana jika kita bicara diruangan Miss, mau?" Nathea bertanya seraya menilik Meika, Meika langsung mengangguk setuju. Tanpa berlama-lama, Nathea langsung menggandeng Meika menuju lift.

Sesampainya di ruangan, Nathea mendudukkan Meika di sofa dan membantu melepaskan tasnya. Meika baru tersenyum kecil sambil melirik Nathea dengan mata sembabnya.

"Apa Meika mau minum?"

"Ya..." Meika membuka tas dan mengambil tumblr bergambar little ponny miliknya. Nathea terus memperhatikan Meika dan entah kenapa Nathea begitu penasaran atas apa yang terjadi padanya.

"Okay, apa Meika sudah mau cerita pada Miss, kenapa Meika menangis?" Nathea berkata lembut sambil merapikan poni Meika. Meika mengangguk pelan seraya menatap Nathea dengan seksama.

"Ini hari Ayah dan Meika lupa."

"That's okay Meika."

"Tapi Meika gak punya Ayah."

"Oh...Meika kan memiliki Daddy..." Nathea menatap Meika namun Meika langsung melarikan pandangannya. Nathea melihat Meika begitu sedih dan matanya mulai berkaca-kaca. Hal ini membuat Nathea begitu tersentuh, hingga mendorong dirinya untuk memeluk Meika dengan erat. Ada apa dengan anak ini? Kenapa dia begitu sedih dan muram? Kenapa dia tampak begitu tertekan?

Nathea membiarkan Meika puas menangis dan kemudian Meika sepertinya tertidur. Saat Meika sudah nyenyak, Nathea membaringkan Meika dengan hati-hati di sofa. Nathea segera meminta sekertarisnya menghubungi orang tua Meika. Nathea dibuat semakin penasaran, apa yang terjadi antara Meika dengan orang tuanya? Apa hubungan mereka tidak baik karena Meika terlihat sangat tertekan saat Nathea mengatakan Daddy.

Ada apa dengan Meika sebenarnya ???

***

"Nasya apa kabar?"

Alyssa menatap Prastha yang sedang sibuk dengan laptopnya. Nasya adalah salah satu teman Prastha saat mengambil kuliah Master nya di Jerman. Selama ini, Nasya selalu ada untuk Prastha meski belum kunjung berhasil menyentuh hati Prastha. Entah kenapa, setiap kali Prastha membuka hatinya untuk wanita lain, perasaan Prastha seperti sedang mengkhianati Indira. Terang saja, hal itu membuatnya sangat tidak nyaman hingga selalu membatasi diri dengan wanita yang berusaha mendekatinya, seperti Nasya. Nasya sudah 3 tahun ini menetap di Aussie karena dia bekerja disana sebagai news anchor disalah satu stasiun TV disana.

"Baik."

"Apa dia akan hadir di pernikahan aku?"

"Sure, dia berencana akan pulang akhir tahun ini."

"Nice...by the way kenapa kalian belum juga meresmikan status kalian?"

"What do you mean?"

"Aku pikir kalian cocok, saling melengkapi. Nasya baik, cantik, pintar, I like her !"

"Ya, tapi aku malas untuk memiliki status dengan seseorang, lagipula aku belum merasa benar-benar cocok dengan dia. Dia terlalu workaholic and I don't like it. Meskipun Nasya memang sangat baik, yaa...cantik, dia juga perhatian."

"As always Prastha Danishwara, sampai kapan kamu akan terus merasa tidak cocok dengan wanita??? Meskipun Nasya workaholic, tapi aku yakin dia bisa maintain kamu dan Meika jika kalian menikah. Jangan sampai ada pria lain yang menikung Nasya dari kamu."

"Lebih baik kamu urus hidup kamu sendiri !" Prastha berkata dengan begitu ketus, namun Alyssa tidak mempedulikannya. Entah kenapa, tiba-tiba saja Alyssa teringat miss Nathea.

"Hey hey, Pras you know...Director di sekolah Meika? Dia itu wanita cantik, lembut, graceful, pintar dan hot, sepertinya...dia single." Prastha yang masih kesal tidak terlalu menanggapi Alyssa. Jujur, terkadang Prastha malas menanggapi obrolan Alyssa yang terlalu receh di telinganya.

"Jika kamu masih belum benar-benar cocok dengan Nasya, aku akan kenalkan Director sekolah Meika sama kamu, mungkin kamu akan cocok dengan dia Pras." Alyssa begitu semangat seraya menaik turunkan alisnya, sementara Prastha masih enggan memalingkan pandangan dari laptop nya.

"Wanita yang menjadi rekomendasi kamu itu rata-rata style nya seperti kamu. And you know, I don't like it !"

"Apa maksud kamu Prastha Danishwara?? Ayo ulang sekali lagi !!" Alyssa memprotes keras kata-kata Prastha, Prastha hanya tertawa melihat Alyssa yang kebakaran karena ejekannya.

"Tapi ini serius, secara objektif dia itu memang oke dan ini barang bagus, Pras. Gak ada salahnya jika kamu mencoba untuk mengantar Meika ke sekolah sambil melirik ke ruang Director. Sekali merengkuh dayung, 2 3 pulau terlampaui..." Alyssa menatap Prastha lekat-lekat, mencoba meyakinkannya. Prastha melirik Alyssa kesal lalu mengangkat bahunya tak peduli.

"Kenapa selalu berujung seperti itu? Kamu sudah lelah dan gak mau lagi me maintain dia?" Prastha tampak sangat malas membahas ini, Alyssa mencoba tersenyum menggoda Prastha, namun tidak mempan. Mereka lalu saling diam hingga Alyssa menatap ponselnya seraya setengah berteriak.

"Oh my God, disaster !!" Alyssa menepuk kening saat membaca reminder "Meika father's day at school". Alyssa menyesali ponselnya yang mati sejak semalam karena chargernya tertinggal di kantor.

"Hey ! jangan tatap aku seperti itu Alyssa, ada apa?"

"Pras, ada acara father's day di sekolah Meika !!!!"

"So?"

"So, seharusnya kamu menghadiri acara ini dan menemani Meika ke sekolah Mr. Prastha Danishwara !!!"

"Ow sorry, it's not my business !" Prastha berkata dingin menanggapi keresahan Alyssa. Berbanding terbalik dengan Alyssa yang sangat panik setengah mati.

"What should I do, Pras??? Meika pasti menangis di sekolah."

"Itu urusan kamu, Sa !"

"Sepertinya ada masalah dengan anak kamu." Alyssa memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan panggilan masuk dari The Royal Brilliant School. Prastha mendelik kesal pada Alyssa dan memilih untuk tak peduli !!

"Halo selamat sore...Iya saya Alyssa...Bersama Miss Nathea? Oh...okay...iya akan saya jemput sekarang juga, terimakasih." Alyssa dengan terburu segera merapikan dokumen dan mengemas barangnya yang berserakan di meja. Alyssa beranjak dengan segera dari kursi dihadapan Prastha.

"Aku harus jemput Meika, bye."

"Wait, Sa...tadi kamu katakan Miss siapa?" Prastha bertanya pelan pada Alyssa, membuat Alyssa menghentikan langkahnya sambil memegang handle pintu.

"Miss Nathea."

"Nathea?" Prastha bergumam pelan, dirinya limbung sesaat...Nathea? Siapa lagi pemilik nama Nathea selain sahabatnya yang menghilang begitu saja selama hampir 7 tahun ini.

"Namanya agak sulit, tapi dia biasa dipanggil Miss Nathea. Is there any problem?"

"Apa dia itu Director sekolah yang tadi kamu bicarakan?"

"Yaaaa...kenapa?"

"Ehm...nevermind..."

"Okay...bye !" Alyssa menjawab seraya melengos dan menghilang di balik pintu. Prastha merasa harus mencari tahu tentang ini, apa Nathea itu kependekan dari Dhefanathea Pratistha??

***

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Karam Di Hatimu (Chapter 5 - 9)
0
0
Chapter 5 Sesampainya di basement sekolah, Alyssa berjalan terburu menuju lift lalu menekan tombol 5, ruangan Nathea. Alyssa mengetuk-ngetukkan stiletto nya di lantai lift karena tak sabar untuk menemui Meika. Alyssa cukup tegang karena entah apa yang terjadi pada Meika hari ini, yang jelas Alyssa merasa bersalah pada Meika. Alyssa menyesali dirinya yang sangat ceroboh hingga bisa melupakan acara penting di sekolah Meika.Saya wali Tameika. Alyssa bicara pada Mira, sekertaris Nathea yang sedang duduk di mejanya. Mira langsung beranjak seraya mengantarkan Alyssa ke ruangan Nathea. Mengetuk 2 kali, Mira membuka pintu ruangan Nathea dengan perlahan. Tampak Nathea beranjak dari kursi kekuasaannya seraya tersenyum ramah pada Alyssa.Apa kabar Ibu Alyssa.Baik, Miss.Silakan duduk.Terimakasih. Alyssa mendudukkan dirinya dengan tegang di hadapan Nathea. Alyssa melirik Meika yang sedang tertidur dengan pulasnya di sofa.Maaf saya telah merepotkan hingga Meika tertidur disini, Miss. Saya benar-benar melupakan acara father's day hari ini. Alyssa berkata dengan penuh rasa bersalah pada Nathea, Nathea hanya tersenyum kecil mencoba memaklumi Alyssa.It's okay...tadi Meika sepertinya sangat sedih jadi saya membawa Meika kemari agar Meika dapat leluasa bercerita dan melampiaskan kesedihannya. Nathea berkata ramah seraya tersenyum pada Alyssa, namun kontras dengan ekspresi wajah Alyssa yang terlihat tegang sejak pertama kali tiba di ruangan Nathea.Hmmm begini Ibu Alyssa...apa saya boleh bicara tentang Meika? Nathea bertanya pelan pada Alyssa karena tidak mau menyinggungnya, Alyssa lalu mengangguk pelan sersya menatap Nathea lemat-lekat. Dirinya sudah pasrah karena sudah pasti mendapatkan teguran dari pihak sekolah akibat kelalaiannya hari ini.Saya baru saja mendapat laporan dari Assessment Center karena kebetulan saya masih menjabat sebagai Chief Counsellor disini. Dari laporan yang tertulis, setelah 2 term Tameika sekolah belum pernah ada orang tua atau wali Tameika yang menghadiri counselling day. Actually, pihak kami ingin menyampaikan perkembangan Tameika di kelas... Nathea berkata pelan seraya menatap Alyssa lekat-lekat, Alyssa hanya diam dan kembali menganggukkan kepalanya pelan karena merasa bersalah.Anda telah mengetahui sejak awal jika ada hal-hal yang mengganggu Tameika baik di dalam atau di luar sekolah bahkan di dalam lingkungan keluarga bisa di sampaikan saat counselling day setiap hari sabtu pukul 8 pagi...Alyssa kembali mengangguk lesu saat mendengarkan pengaduan dari Nathea. Sebenarnya, Alyssa tidak menganggap counselling day akan sepenting ini. Di hari Sabtu pukul 8 pagi, Alyssa biasanya menghadiri kelas yoga hingga pukul 11 siang lalu hangout dengan Dirga atau dengan sahabat-sahabatnya. Hari Sabtu dan minggu, Meika diserahkan sepenuhnya pada Murni sebagai nanny.Ada hal yang ingin saya tanyakan sebelumnya terkait Tameika. Pertanyaan ini sedikit pribadi, tetapi saya pikir pihak sekolah berhak mengetahui agar kami bisa memberikan treatment yang tepat untuk Tameika.Pertanyaan apa, Miss?Sesungguhnya, detik ini Alyssa semakin tegang karena nada bicara Nathea terdengar begitu serius. Alyssa menghela nafasnya dalam-dalam dan siap menjawab pertanyaan Nathea.Saya ingin tahu, bagaimana hubungan antara Meika dengan Daddy nya? Saya tahu, anda pasti memiliki hubungan baik dengan Tameika sebagai wali, tapi bagaimana dengan Daddy nya? Nathea berkata pelan sambil menatap Alyssa lekat-lekat. Alyssa bergeming mendengar pertanyaan ini dan merasa sangat bingung, apa aku harus mengatakan yang sejujurnya pada Miss Nathea? Tanyanya dalam hati.Saya sebagai profesional tidak akan membeberkan apa yang anda sampaikan pada saya. Tetapi saya akan katakan treat yang tepat untuk anak seperti Tameika pada Assessment Center. Ini semata-mata untuk kebaikan Tameika kedepannya. Nathea langsung menjelaskan saat melihat Alyssa bergeming. Nathea memahami Alyssa tampak merasa bingung, namun Nathea perlu meyakinkan Alyssa bahwa apapun yang terjadi dibalik Meika, kerahasiaan akan senantiasa terjaga.Alyssa langsung mengangguk seraya Nathea mencoba meyakinkannya. Senyatanya Alyssa mempercayai bahwa Nathea seorang Psychologist dan Counsellor yang sangat profesional. Nathea pasti akan menjaga kerahasiaan dari apa yang di katakannya. Meski Alyssa ragu sesaat, namun dirinya benar-benar butuh bantuan orang lain untuk membantu menyadarkan Prastha agar mau menerima Meika dan berdamai dengan masa lalunya.Sebelumnya, saya pernah mengatakan pada Miss bahwa…Bunda Meika sudah meninggal saat melahirkan Meika. Dia memaksa untuk mempertahankan Meika meskipun kehamilannya sangat beresiko. Hal ini jelas membuat kakak sepupu saya, Prastha yang merupakan Daddy Meika... Nathea agak terkesiap saat Alyssa menyebut nama kakak sepupunya. Kenapa Nathea harus mendengar nama itu lagi setelah tempo hari Nathan memintanya menyebut nama itu.Sampai detik ini, Prastha tidak pernah berminat menyentuh Meika seujung jarinya pun. Prastha membenci...emm I don't know dia membenci Meika atau nggak, yang jelas Prastha masih bersikeras menyalahkan Meika atas kepergian istri nya. Meski saya juga kurang yakin apakah Prastha menyalahkan Meika atau...saya benar-benar gak tahu Miss apa yang ada didalam pikiran kakak saya.Hati Nathea berdesir mendengar cerita Alyssa. OH MY GOD !! Dimana otak Daddy Meika, menyalahkan anak berusia 4 tahun atas kematian istrinya??? Rasanya Nathea kesal setengah mati mendengar ini dan sangat ingin meneriaki Daddy Meika bahwa apa yang selama ini di pikirkannya SALAH BESAR !!Apa mereka sama sekali tidak pernah bicara?Sama sekali Miss, bahkan menyebut nama Meika sejak Meika lahir hingga sudah berusia 4 tahun bahkan hampir 5 tahun, masih bisa saya hitung dengan jari saya.Apa Tameika pernah bertanya tentang ini?Gak pernah Miss, sepertinya Meika cukup mengerti bahwa kehadiran dia nggak diinginkan oleh Daddy nya. Mereka hanya sebatas saling tahu bahwa Prastha adalah Daddy Meika dan Meika adalah anak Prastha. Jika bukan karena mendiang Bunda Meika yang secara langsung menitipkan Meika pada saya dan Mami beberapa jam sebelum kepergiannya, saya sebenarnya enggan diberi tanggung jawab sebesar ini untuk merawat seorang anak. Alyssa berkata pelan dikalimat terakhirnya seraya matanya berkaca-kaca mengingat Indira. Ya...Meika satu-satunya harta berharga yang Indira miliki dan Alyssa sudah berjanji untuk menjaganya sepenuh hati.Apa memungkinkan jika saya bicara dengan Pak Prastha? Nathea merasa lidahnya kelu menyebut nama Prastha. Jangan sampai pikiranku berlari ke masa lalu hanya karena menyebut dan mendengar nama yang sama !! geram Nathea dalam hatinya. Alyssa kembali bergeming kemudian menggelengkan kepalanya pelan.I don't know Miss, sepertinya dia memilih meminum racun tikus dari pada berurusan dengan sekolah Meika.Okay, saya sudah cukup menangkap apa yang anda ceritakan. Apa ada hal lain yang masih ingin anda sampaikan?Ehm...begini Miss, setiap kali weekend, saya selalu hangout bersama pacar atau bersama sahabat-sahabat saya. Saya selalu menyerahkan Meika pada Nanny nya karena setiap hari Senin hingga Jumat saya fokus pada Meika. Maka dari itu, kemungkinan besar saya sebagai wali Meika tidak akan pernah bisa menghadiri counselling day di hari Sabtu pagi. Apa itu akan menjadi masalah untuk Meika, Miss? Alyssa bertanya ragu pada Nathea, Nathea hanya bisa tersenyum kecil memaklumi Alyssa. Ya, memang Alyssa yang kelihatannya masih cukup muda sudah pasti masih ingin memiliki kebebasan dalam hidupnya. Terlebih lagi, Alyssa sudah me-maintain Meika di hari Senin hingga Jum'at dan Alyssa pun masih bekerja seharian di kantor. Sejujurnya, Nathea begitu salut pada Alyssa yang sudah mau merelakan waktu dan tenaga untuk merawat keponakannya.Apa Oma Meika gak memungkinkan untuk hadir?Hmmm Tante saya kebetulan sedang sakit dan belum bisa turun dari kursi rodanya, jadi gak memungkinkan jika harus menghadiri Counselling Day.That's okay...saya akan available untuk anda jika anda mau berkonsultasi di luar Counselling Day.Huuuh...thank you so much ya, Miss. Saya mohon sekiranya Miss dapat carikan jalan keluar untuk permasalahan antara kakak saya dan Meika. Saya nggak tahu bagaimana masa depan Meika jika Prastha terus seperti ini. Anda tahu, Meika itu anak yang sangat datar, dingin, dia hanya akan tersenyum pada orang tertentu. Meika jarang bicara dan terlalu banyak diam. Saya ingin Meika seperti anak lainnya yang ceria dan bisa tertawa lepas. Saya agak khawatir pada keponakan saya.Baik, akan saya usahakan, ya? Terimakasih banyak anda sudah meluangkan waktu dan tenaga juga pikiran untuk merawat Meika. So far, Meika tumbuh dengan sangat baik, sopan dan berhati lembut berkat didikan anda. Anda wali yang sangat hebat dan luar biasa untuk Meika. Nathea berkata lembut pada Alyssa, seraya membuat Alyssa tertegun mendengarnya. Detik ini Alyssa merasakan haru yang begitu dalam karena belum pernah ada yang mengatakan hal semacam ini padanya.Saya sangat terharu karena belum pernah ada yang mengatakan ini pada saya...saya yang seharusnya mengucapkan terimakasih, Miss. Alyssa menatap Nathea dengan air mata yang mulai menetes dari kedua matanya. Nathea tersenyum sambil meraih selembar tissue untuk Alyssa yang baru saja meneteskan air matanya.Sorry Miss...It's okay...sepertinya Tameika sudah bangun. Nathea berkata seraya melirik ke arah sofa. Meika tampak menggeliat lalu terduduk diam seperti sedang mencari sesuatu.Hai Meika, ini Aunty... Alyssa berkata pelan seraya Meika tersenyum kecil saat mendengar suaranya. Meika hanya mengangguk lalu bersandar lebih dalam di sofa.Kalau begitu saya pamit ya, Miss. Alyssa beranjak menuju sofa dan perlahan menggendong Meika. Nathea mengusap kepala Meika, seraya Meika tersenyum pada Nathea.Take care Ibu Alyssa, bye Meika.Miss, panggil saya Alyssa saja.Okay, Alyssa.Bye Miss Nathea. Meika mengulurkan tangannya, ingin berjabatan tangan dengan Nathea. Nathea menyambut tangan Meika seraya Meika mengecup punggung tangan Nathea. Nathea membantu Alyssa membuka pintu lalu melambaikan tangannya pada Meika.Nathea diam bersandar dibalik pintu, hatinya begitu membatin...Oh my God, kasihan sekali Meika. Dia benar-benar bukan anak yang diinginkan bahkan Daddy nya menolak untuk merawat Meika. Bagaimana bisa ini terjadi? Bagaimana bisa seorang Ayah memiliki pemikiran sejahat itu bahkan membenci anaknya sendiri? Menuduh anaknya sebagai penyebab kematian istrinya...it's over ! Geram Nathea dalam hatinya.Sudah banyak sekali kasus yang Nathea tangani, namun kasus hubungan Meika dengan Daddy nya sangat menyentuh relung hati Nathea yang terdalam. Menjadi anak yang tidak diinginkan adalah perasaan yang paling menyakitkan. Pasalnya, seorang anak tidak pernah bisa memilih ingin dilahirkan oleh siapa dan di besarkan oleh keluarga mana. Hati Nathea teriris pedih mengingat kepolosan wajah Meika yang benar-benar belum mengerti apapun.Ya Tuhan, kuatkan Meika....bisik Nathea dalam hatinya.***Saya sudah kirimkan email terkait link dan password data student Reception Junior yang Miss Nathea minta.Thanks Mira, kamu boleh kembali. Nathea tersenyum seraya membuka email yang Mira kirimkan. Meskipun Nathea Director di sekolah ini, namun Nathea tidak bisa seenaknya membuka data student karena pihak sekolah begitu menjaga kerahasiaan data murid. Nathea menatap layar laptopnya dan membuka email link data student di Reception Junior. Mereka sangat menggemaskan dan Nathea asyik melihat foto mereka satu persatu.Sejak pembicaraannya dengan Alyssa minggu lalu, Nathea langsung mencari tahu tentang Meika. Nathea seketika mencari nama Tameika di urutan nama T. Nathea memandangi foto anak itu, yang meskipun terlihat ceria namun seperti menyimpan kesedihan mendalam. Mata bulatnya tetap terlihat sendu, meskipun bibir mungilnya ditarik 2 centimeter ke kiri dan kanan.Tameika Zanetta Danish...wara? Nathea seketika panas dingin membaca nama belakang Meika. Rasanya baru saja beberapa hari yang lalu Nathea membahas ini dengan Nathan.Born in Frankfurt, German. Parent.....what????? Nathea hampir mati berdiri saat membaca data pribadi Meika, jantungnya terasa akan meledak bahkan mungkin sudah meledak saat membaca ini. Nathea membaca parents name nya berkali-kali karena tak percaya atas apa yang baru saja ditangkap visualnya. Seketika Nathea mematung memandangi layar laptopnya, matanya terasa anas dan mulai berkaca-kaca.Oh my God !! Prastha Danishwara dan Indira Silvana. No !!! Ini nggak mungkin...berarti...Indira meninggal?? Nathea bergumam pelan seraya menutup mulutnya tak percaya atas apa yang baru saja dibacanya.Nathea melempar kembali ingatannya saat di pernikahan Neyna...apa mungkin pria yang datang bersama Alyssa di resepsi Neyna waktu itu adalah benar-benar Prastha? Meskipun Nathea hanya melihat punggungnya saja, Nathea mampu mengenali tubuh pria yang selalu memeluknya erat hampir 7 tahun yang lalu.Jadi...jadi Prastha itu Daddy Meika...Detik ini Nathea benar-benar merasa begitu limbung. Dirinya hanya mampu bersandar lemas di kursi kekuasaannya sambil mengurut pelipisnya. Tanpa terasa air matanya seketika mengalir deras melewati pipinya.Sulit dipercaya, bagaimana bisa aku dihadapkan dengan kenyataan semacam ini?? Bertemu lagi dengan hal yang berhubungan dengan Prastha bukanlah rencana dalam hidupku !! Teriak Nathea dalam hati.Nathea kali ini benar-benar menangis tersedu, seolah air matanya masih belum puas mengalir. Dirinya tak pernah menyangka Prastha bisa menjadi seorang sadistic yang memperlakukan darah dagingnya sendiri seperti ini. Nathea tak habis pikir, pria affectionate semacam Prastha bisa bersikap jahat !! Entah apa yang terjadi selama hampir 7 tahun mereka tak bertemu...apa Prastha benar-benar berubah dalam waktu yang singkat???Nathea di kejutkan oleh suara dering ponselnya. Tertulis nama Angkassa...Nathea mengatur nafasnya, berdeham lalu menjawabnya.Halo sayang.Ha...halo, tumben kamu bisa menghubungi aku?Aku mencuri jam meeting untuk bisa menghubungi kamu.Oh.... Nathea menahan diri untuk tidak memprotes Kassa sedikitpun...bahkan untuk menghubungiku saja dia harus mencuri waktu saat jam meeting???Nat?Ehm?Nanti malam aku jemput kamu untuk dinner, okay?Okay !Dinner?? Hmmm baiklah sayang, apa kamu akan menepati janji kamu kali ini? Nathea hanya bisa memutar bola matanya kesal karena ini ajakan dinner ke 3027473 kalinya. Alih-alih dinner bersama, Nathea lebih banyak menerima kata maaf dari Kassa.Apa WO sudah menghubungi kamu lagi?Ya, mereka meminta kepastian konsep venue, kita akan menggunakan indoor atau outdoor. Nathea berkata agak senewen karena sesungguhnya Nathea merasa sangat upset membahas hal yang terus menerus menjadi bahan perdebatan mereka.Kamu kenapa? Apa kamu marah karena aku meminta perpanjangan waktu pada WO untuk menimbang lagi tempat yang cocok? Kassa bertanya dengan nada yang agak senewen, sementara Nathea hanya diam seraya tersenyum getir.AKU MARAH?? DEFINITELY YES !!! Karena kamu terlalu banyak menimbang, membuat pihak WO kebingungan merekomendasikan dekorasi karena untuk indoor dan outdoor itu berbeda wahai Angkassa Nayaka, pria yang terlalu perfectionist dan freak akan detail !!! Geram Nathea dalam hati.No...aku gak marah...Okay, nanti kita bicarakan ini, ya? Aku harus meeting sekarang, bye sayang.Bye...Nathea menghela nafasnya berat karena terlalu kesal pada Kassa. Pasalnya, kemungkinan untuk menyelenggarakan pernikahan 3 bulan lagi akan buyar karena mereka belum mendapatkan tempat yang cocok untuk resepsi pernikahan mereka. DAN SEMUA INI KARENA ULAH ANGKASSA !!!Nathea kembali mengalihkan perhatiannya pada layar laptopnya yang masih menampilkan data Meika. Pikirannya kembali tertuju pada Prastha dan Meika...Tameika anak Prastha? Kenapa ini bisa menjadi sebuah kebetulan? Lalu Indira meninggal? Karena apa Indira meninggal? Alyssa mengatakan Mommy Meika meninggal sejak Meika lahir...Malang sekali nasib Indira, Prastha dan Meika...seharusnya mereka sudah menjadi keluarga sempurna, tetapi takdir berkata lain...Banyak sekali pertanyaan yang berkelebatan di kepala Nathea terntang Prastha.Tha, apa kamu baik-baik saja? Apa yang membuat kamu berubah terlalu drastis hingga tega memperlakukan anak kamu sendiri seperti tersangka pembunuhan?Tha... Bagaimana bisa takdir kembali mempertemukan kita? Padahal aku selalu berdoa untuk tidak bertemu kamu lagi atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kamu...Apa aku bisa mencarikan solusi untuk memperbaiki hubungan Prastha dengan Meika?? Oh God...help me please... gumam Nathea pelan seraya menghapus sisa air mata dipipinya.  ***Chapter 6 Nathea terdiam setelah mengatakan pada pihak WO pernikahannya akan ditunda karena Kassa dan keluarganya tidak menyetujui konsep yang diajukan Nathea. Mereka juga menunda pembuatan undangan, penyewaan venue, pembuatan souvenir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan mereka.Nathea memberengut sepanjang jalan menuju rumahnya. Kassa sengaja mendiamkan Nathea karena Kassa tahu Nathea sedang dalam kondisi yang marah dan kesal. Tetapi harus bagaimana lagi, Kassa berasumsi bahwa pernikahan itu hanya sekali dalam seumur hidup dan harus dipersiapkan dengan sangat matang. 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Nathea. Kassa memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah Nathea, Kassa melirik Nathea yang masih memberengut.Aku mau bicara. Nathea berkata ketus seraya turun dari mobil Kassa, Kassa segera menuruti keinginan Nathea untuk bicara. Kassa mengikuti Nathea menuju taman belakang, Nathea berpikir mereka akan lebih leluasa bicara disana.Bicara apa? Kassa melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap Nathea lekat-lekat. Nathea menghembuskan nafasnya sebelum siap meledak dihadapan Kassa.Apa kamu pikir 6 bulan persiapan itu masih belum cukup? Nathea masih mencoba menahan diri untuk tidak dulu meledak. Kassa hanya mematung dihadapan Nathea, lalu melarikan pandangannya dan menyeringai.Kassa...jika bukan karena kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan kamu yang seabrek dan karena klien yang mempekerjakan kamu seperti romusha, mungkin bulan depan kita bisa menikah.Apa kamu menyalahkan aku atas semua ini???Ya, tapi aku tahu kamu gak pernah mau disalahkan. Nathea menatap Kassa tajam, sementara Kassa langsung melangkah mendekat pada Nathea. Nathea menengadahkan kepalanya menatap Kassa yang siap marah.Aku sudah serahkan semuanya sama kamu Nathea, tapi kamu gak becus meng handle ini !!! Kassa berkata keras seraya menghentikan telunjuknya tepat dihadapan wajah Nathea. Nathea berusaha mengendalikan detak jantungnya yang berdegup sangat kencang, sesungguhnya Nathea selalu ingin menangis setiap menerima perkataan keras dari Kassa. Pasalnya, Nathea tidak pernah menerima perkataan keras dari siapapun kecuali pria ini.Gak becus?? Kamu itu sibuk dan dengan sengaja menyerahkan semuanya sama aku ! Karena apa? Karena jika ada hal semacam ini, dengan santainya kamu bisa menyalahkan aku...Aku sudah bisa membaca jalan pikiran kamu, Sa !! Nathea berkata dengan sangat murka pada Kassa, sementara Kassa hanya memandanginya dengan penuh kekesalan.Aku itu sudah tentukan akan mengadakan resepsi pada malam hari, aku memilih konsep outdoor dengan dekorasi putih dan ada sentuhan tourquise, aku sudah memilih undangan, memberikan pilihan souvenir, memilih cathering dan memilih MUA !! Tapi dengan begitu santai kamu menolak semuanya ! Kamu tahu, dengan kamu menolak ini, artinya apa? Kamu membuang waktu aku selama 3 bulan !! TIGA BULAN AKU MEMIKIRKAN SEMUANYA DAN KAMU MENOLAK SEMUA IDE YANG AKU BERIKAN HANYA DALAM WAKTU TIGA DETIK !! TIGA DETIK ANGKASSA ! Nathea berkata keras seraya menekan dada Kassa dengan telunjuknya. Nathea benar-benar tak peduli jika Kassa marah lalu menenggelamkannya ke dalam kolam ikan koi kesayangan Papa. Untung saja Papa, Mama dan Nathan sedang ada di ruang tengah, hingga tak mungkin mendengar seberapa frustrasi anak perempuannya menghadapi calon menantu mereka.Kamu gak perlu meneriaki aku, Nathea !! Kamu tahu aku gak pernah menyukai itu??? JANGAN PERNAH BERKATA KERAS SAMA AKU !!! PAHAM??? Kassa yang tak ingin kalah, berteriak lebih kencang seraya mencengkram lengan Nathea. Nathea mencoba melepaskannya sekuat tenaga, namun gagal. Detik ini, Nathea mulai meneteskan air matanya karena bentakan Kassa yang sangat menyakiti hatinya.Sakit Kassa....lepas...Ketika melihat Nathea menangis dan memohon padanya, Kassa mulai melemah lalu melepaskan cengkraman tangannya. Nathea terduduk lemas sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Nathea masih menangis tersedu saat Kassa mendudukkan diri di sampingnya.Aku gak tahu kalau kamu akan semarah ini, Nat...Tapi...sejujurnya, Ibu gak suka dengan semua ide kamu...Ibu ingin kita menikah siang hari, indoor, dengan dekorasi berwarna merah maroon...Ibu juga...Siapa yang akan menikah dengan aku? Kamu atau Ibu? Nathea memotong Kassa dengan kesalnya, Kassa menahan diri untuk tidak berteriak karena Nathea berani memotongnya.Nat, pendapat Ibu itu sangat penting untuk aku. Segala sesuatu yang aku lakukan harus atas restu dan persetujuan Ibu, apalagi ini menentukan masa depan aku.Okay...okay...aku mengerti ! Mulai saat ini, aku gak peduli dengan urusan pernikahan kita. Aku serahkan semuanya pada kamu dan Ibu, aku lelah berdebat seperti ini dengan kamu, Sa. Kamu gak pernah menghargai usaha aku sementara yang kamu pikirkan hanya pendapat Ibu...Nat, seharusnya kamu gak bicara seperti itu ! Kenapa kamu terkesan gak menghormati Ibu?Aku cukup menghormati Ibu, tapi apa pernah Ibu menghargai aku?? Dihadapanku, Ibu selalu mengatakan semuanya terserah aku, tapi di belakangku Ibu mengatakan sama kamu kalau Ibu gak suka dengan konsep pernikahan kita...Is she kidding me? Nathea menyeringai setelah mengakhiri perkataannya, membuat Kassa kepanasan karena Nathea seolah sedang menyudutkan Ibunya.Watch your mouth Dhefanathea !!! Kamu keterlaluan !!!Listen carefully ! Aku sudah berusaha diskusi dengan Ibu, bahkan aku diskusikan semuanya dengan Ibu sebelum dengan Mama. Tapi apa yang aku terima?? IBU SAMA SEKALI GAK MENGHARGAI AKU ! Apa yang sebenarnya Ibu mau? Apa yang Ibu inginkan dari aku Sa??? Nathea berkata keras lagi, namun kali ini Kassa diam seraya mengacak rambutnya frustrasi. Kassa dan Nathea saling diam dalam beberapa menit ke depan, mencoba menenangkan diri mereka masing-masing. Nathea sekuat tenaga menelan tangisannya, sementara Kassa masih diam tanpa kata. Tidak ada solusi apapun yang keluar dari mulut Kassa, bahkan menenangkan Nathea atau membesarkan hati Nathea pun sama sekali tidak dilakukannya.Nat, honestly aku lelah dengan semua ini, beri aku ruang untuk memikirkan semuanya. Untuk sementara waktu, aku mau kita break...Break? What do you mean? Nathea hampir tersedak saat mendengar perkataan Kassa, Nathea benar-benar tak terima atas apa yang baru saja didengarnya. Nathea tak melepaskan pandangan dari Kassa, berusaha keras untuk bisa menangkap ekspresinya.Menurutku, kita harus pikirkan baik-baik hubungan ini...apakah bisa dipertahankan atau nggak...apakah kamu akan sanggup dan pantas menjadi istri aku atau nggak...So...aku beri kamu waktu untuk berpikir selama 3 bulan ini. Kassa baru menatap mata Nathea lekat-lekat, sementara air mata Nathea sudah berjatuhan enggan melewati pipinya. Detik ini Nathea merasa hatinya seperti diremas, hancur berkeping-keping, bahkan dirinya tak menyangka Kassa akan mengatakan hal ini. Nathea benar-benar kacau bahkan pikirannya sudah melayang entah kemana.A...apa...ini...berarti...kita pu...tus? Nathea berkata tersendat, seketika hatinya di selimuti rasa bersalah karena telah meneriaki Kassa bahkan berkata jujur tentang Ibunya. Oh God ! Aku sudah salah, aku sudah bertindak bodoh...apa dia benar-benar akan memutuskan hubungan ini begitu saja?? Teriak Nathea dalam hatinya.No sayang, kita hanya menunda rencana pernikahan kita beberapa bulan kedepan atau mungkin beberapa tahun? We never know...yang jelas aku menangkap kalau kamu belum siap menikah dengan aku dalam waktu dekat. Kassa berkata santai seraya mengusap kepala Nathea dengan penuh kasih sayang dan sentuhan Kassa kali ini malah melukai hatinya. Nathea bagai di sambar petir di siang bolong, bagaimana bisa Kassa berubah hanya dalam hitungan detik??Apa...ini karena kata-kata aku tentang Ibu?No, aku sudah pikirkan ini jauh-jauh hari, Nat...Sorry, sebenarnya Ibu lebih fleksible dibanding aku. Aku yang nggak setuju dengan semua konsep kamu dan Ibu mendukung apa yang aku katakan sehingga Ibu terkesan plinplan.Oh my God... Nathea bergumam pelan dan lagi-lagi tak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Kassa. Gila ! Ini terlalu Gila ! Teriak Nathea dalam hatinya.Ternyata...aku juga belum siap menghadapi kamu jika kelak menjadi istri aku, Nat. Ehm...aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya dan menurutku ini langkah yang tepat untuk menyelamatkan hubungan kita. Aku ingin kamu memperbaiki diri dan memantaskan diri kamu untuk menjadi pendampingku karena pernikahan itu hanya satu kali dalam hidup. Kamu harus banyak belajar bagaimana menjadi istri yang baik untuk aku dan ibu yang baik untuk anak-anak kita kelak sebelum kita menikah...Ha? Nathea tertegun mendengar perkataan panjang lebar Kassa padanya. MEMPERBAIKI DIRI? MEMANTASKAN DIRI? OH SHIT ! Apa dia pikir dia se istimewa itu?? Apa dia pikir selama ini dia sudah begitu sempurna untuk mendampingi aku?? Untuk menjadi Ayah dari anak-anakku kelak?? Geram Nathea dalam hatinya.Aku pulang, Nat...aku akan hubungi kamu nanti, sampaikan salam untuk Mama dan Papa. Kassa berkata pelan seraya mengecup kening Nathea dan menahannya beberapa detik dan kecupan Kassa kali ini terasa begitu dingin, tak sehangat biasanya.Kassa pun berlalu sementara Nathea masih diam meratapi nasibnya. Apa yang harus aku katakan pada Mama dan Papa? Ini sungguh bukan lelucon yang lucu !!Mama dan Papa pasti menolak mengerti bahwa calon menantu kesayangannya itu sudah memutuskan hubungan secara sepihak di H-30 pernikahan, bahkan membatalkan urusannya dengan WO, cathering, percetakan undangan dan pembuat souvenir...Oh my God !! What should I do????? Lebih baik aku tenggelam di Samudera Pasifik dan di telan paus biru ! Gumam Nathea dalam hatinya.Nathea merasakan kesedihan, kekecewaan dan kehampaan yang begitu mendalam...Membatalkan pernikahan pada H-30 sekalipun tidak pernah terlintas dibenaknya. Break dengan Kassa pun tidak pernah menjadi rencana dalam hidupnya. Meskipun Kassa menyebalkan dan mengesalkan, tetapi demi Tuhan Nathea begitu mencintai dan menyayanginya...Sejak kejadian itu, Kassa pun menghilang bagai di telan bumi. Janjinya untuk menghubungi Nathea bahkan tidak pernah di lakukannya. Mungkin Kassa yang kini sudah tenggelam di Samudera Pasifik dan di telan paus biru karena dirinya benar-benar menghilang. Apa aku harus melepaskan Kassa??? Tanya hati Nathea yang tak kunjung mendapatkan jawaban.***Chapter 7 Nathea termenung salah satu sudut Vènice Cafe, pikirannya begitu kacau dan berantakan. Mama dan Papa mulai mempertanyaan sudah sejauh mana persiapan pernikahannya, Nathan juga sudah mulai mencurigai apa yang terjadi antara Nathea dan Kassa.Sesungguhnya, Nathea benar-benar sudah merasa pissed off dengan semua yang terjadi pada hidupnya belakangan ini. Entah siapa orang yang bisa menariknya bahkan menyelamatkannya dari keadaan yang sungguh menyiksa batinnya. Rasanya ingin menghilang, meninggalkan semuanya dan jika bisa Nathea ingin hilang ingatan. Bahkan keinginan Nathea untuk menenggelamkan diri di Samudera Pasifik atau di telan paus biru semakin nyata ditengah keputus asaannya selama 2 minggu ini.Pada awalnya, Nathea masih begitu gigih mengembalikan hubungannya dengan Kassa, namun Kassa dengan sigap menghindarinya. Kassa selalu mengatakan masih butuh waktu untuk sendiri, sementara Nathea semakin tidak mengerti arah hubungannya dengan Kassa akan di bawa kemana.Nathea menghela nafasnya berat sambil memutar-mutar cangkir hot chocolate nya. Apa aku harus menelan ego dengan mendatangi kantor Kassa dan memintanya memperjelas kapan pernikahan kami akan benar-benar dilaksanakan? Apa perlu aku mengejar Kassa dan memintanya untuk kembali? Oh God, kenapa tugasku seberat ini...keluh Nathea dalam hatinya.Sorry...Lamunan Nathea buyar saat seseorang menabrak sikut Nathea dari belakang. Heran, padahal Nathea sedang duduk dengan tenang...bagaimana bisa seseorang menabrak sikutnya??Nathea enggan mempedulikan kata-kata maaf orang itu dan memilih diam, karena saat ini dirinya tak memiliki energi untuk menegur apa lagi marah.Nat?Nathea masih diam karena pikirannya belum 100% kembali pada kenyataan, apa orang tadi memanggil namaku?Dhefanathea?Orang itu masih meyakinkan Nathea bahwa dia mengenalnya. Nathea baru mengalihkan pandangannya pada orang itu. Tampak seorang pria dengan kemeja hitam dan celana abu-abu nya. Nathea menengadahkan kepalanya untuk menangkap lebih jelas wajahnya dan OH MY GODNESS ! PRASTHA DANISHWARA?? IS THAT YOU??? HE'S STOOD IN FRONT OF ME?? teriak Nathea dalam hatinya.Pras...tha? Nathea bergumam pelan karena tenggorokannya seperti tercekat akibat keterkejutan yang baru saja dialaminya. Tanpa ragu, Prastha mendudukkan diri di hadapan Nathea, sementara Nathea masih tertegun menatap Prastha tak percaya.Prastha Danishwara... Tak banyak yang berubah dari dirinya... Senyuman Prastha bahkan masih sama selepas 6 tahun yang lalu mereka tak bertemu... Lesung pipinya yang selalu membuat Nathea terpesona masih dengan jelas menghiasi wajah tampannya... Hanya potongan rambutnya saat ini lebih rapi dan tampak lebih fresh dari sebelumnya. Prastha terlihat begitu mature, penampilannya begitu necis dan Nathea harus menerima kenyataan bahwa PRASTHA JAUH LEBIH HOT DARI 6 TAHUN YANG LALU !!! OH SIAL ! Umpat Nathea dalam hatinya.Long time no see Nat, kamu apa kabar? tanya Prastha santai dengan suara beratnya yang begitu khas. Suara yang selalu terdengar bagai nyanyian surga di telinga Nathea. Nathea menelan ludahnya karena detik ini, jantungnya benar-benar copot dan sudah tidak pada tempatnya lagi. Nathea bahkan menghela nafasnya berat sebelum menjawab pertanyaan Prastha.Hai...b...bbbaik..kamu apa kabar?Baik Nat...By the way apa gak masalah aku duduk disini? Apa kamu sedang menunggu seseorang? Prastha bertanya canggung karena khawatir mengganggu Nathea yang sedang menunggu seseorang.Sesungguhnya, Prastha masih takjub melihat wanita yang duduk dihadapannya. Nathea bahkan masih Nathea yang dulu, Nathea yang begitu cantik, lembut dan senyumnya membuat Prastha begitu candu. Seketika jantung Prastha berdebar tak karuan dan merasa cukup tegang mengingat masa lalunya bersama Nathea... Oh my God ! Semudah inikah pertemuan ku dengan wanita yang aku cari selama 6 tahun terakhir?? Tanyanya dalam hati.No...Aku sedang menunggu di jemput karena kebetulan driver aku sedang mengantar Mama berbelanja bulanan ke supermarket.Ternyata kamu masih malas menemani Mama kamu belanja? Prastha menilik Nathea seraya Nathea begitu terkejut, oh my gosh !! Manusia ini bahkan masih mengingat hal kecil yang selalu aku keluhkan padanya?? Gumam Nathea dalam hati. Seketika Nathea salah tingkah mendengar pertanyaan Prastha.I...ya...Mama, Papa dan Nathan apa kabar?Baik Tha. Nathea menjawab pelan karena masih dalam proses menenangkan diri. Nathea menggigit lidahnya, menahan diri untuk tidak dulu menanyakan tentang Indira apalagi Meika.Kegiatan kamu sekarang apa, Tha?Hanya bekerja, Nat...aku dibantu sepupuku membangun bisnis property...Hmmm...sounds good. Akhirnya keinginan kamu berbisnis di bidang property terkabul, Tha... Nathea menggigit bibir bawahnya senewen dan berusaha menahan diri untuk tidak menepuk keningnya. Apa yang baru aku katakan pada Prastha???? Kenapa aku terlalu mengesankan bahwa aku sama sekali belum melupakan hal kecil tentang dia??? Teriaknya dalam hati.Ya...ternyata kamu masih ingat, lalu apa kegiatan kamu sekarang?Ehm?Nathea agak terlambat sepersekian detik menarik diri dari lamunannya, sehingga koneksi pembicaraannya bersama Prastha agak lambat untuk disambungkan kembali. Oh damn it !!Kegiatan kamu sekarang...Oh...aku sekarang mengelola sekolah Mama, The Royal Brilliant School. Nathea memperjelas kalimat terakhirnya seraya mencoba menangkap ekspresi Prastha. Apa Prastha akan terkejut karena Nathea mengucapkan nama sekolah anaknya?Tapi ternyata Prastha hanya tersenyum sambil mengangguk pada Nathea. Apa... Prastha tidak tahu Meika sekolah dimana?So, kamu sering bertemu anak-anak kecil?Ya, rata-rata berusia 3 hingga 17 tahun.Kamu sangat menyukai itu, kan?Hmmmm, Iya Tha..Kedua kalinya Nathea terkejut karena Prastha masih mengetahui kecintaan Nathea pada anak-anak. Memang, dulu Nathea dan Prastha seringkali bercerita tentang keinginan mereka di masa depan. Prastha yang begitu ingin memiliki perusahaan property dan Nathea yang ingin menjadi Child Psychologist.Nathea tiba-tiba dikejutkan oleh deringan ponselnya, nama Mama tertulis di layar.Sorry, aku jawab telepon dulu, Tha.Go ahead... Prastha tersenyum seraya memandangi Nathea. Nathea buru-buru menggeser layar ponselnya, menjawab telepon Mama.Ya Ma?Thea...Mama kena macet, jadi Mama langsung menuju pulang. Kamu pulang pakai taksi ya !Taksi??Ya...jangan marah begitu sayang, Mama benar-benar terkena macet. Mama akan terlambat menghadiri arisan, teman-teman Mama bahkan sudah sampai dirumah. Lagi pula kenapa tadi kamu menolak ikut Mama belanja?Okay, fine Ma ! Nathea berkata penuh penekanan seraya memberengut kesal, sementara Mama bernafas lega di ujung telepon karena Nathea tak memaksa minta dijemput.Okay sayang, take care. Cepat pulang, teman-teman Mama pasti ingin bertemu kamu.Ya..sure.. Nathea menutup teleponnya dengan wajah kesal. Kebiasaan Mama memang meninggalkannya seperti ini jika terkena macet !!Ada apa? Kelihatannya kamu kesal? Prastha bertanya pelan sementara Nathea hampir melupakan keberadaan Prastha di hadapannya. Nathea langsung tersenyum malu karena tidak bisa mengontrol emosinya di hadapan Prastha.Ini...Mama katakan pulang lebih dulu karena terjebak macet.Aku bisa antar kamu pulang.Ehm? No, aku gak mau merepotkan kamu, Tha. Lagi pula didepan cafe ini banyak taksi.Kamu sama sekali gak pernah merepotkan aku, Nat. Prastha berkata penuh pengertian sementara Nathea tersipu malu, merasakan tubuhnya melayang beberapa centimeter dari kursinya. Oh Prastha...so sweet !!!!Apa kamu mau pulang sekarang?Ya... Nathea mengangguk setuju seraya mereka beranjak dari meja. Prastha membukakan pintu cafe dan membiarkan Nathea berjalan lebih dulu.Prastha membuang jauh-jauh keinginannya untuk merangkul Nathea seperti dulu. Prastha memutuskan untuk diam dan berjalan tenang di samping Nathea menuju area parkir.Prastha membukakan pintu mobilnya untuk Nathea, membuat Nathea merasa sangat dihargai. Oh...Prastha tidak pernah berubah dengan tingkahnya yang selalu menghargai wanita sejak dulu. Ini salah satu hal yang selalu membuat Nathea terpesona padanya.Thank you. Nathea bergumam pelan sebelum Prastha menutup pintu disisi Nathea. Tak lama Prastha sudah duduk di balik kemudi dan melajukan SUV nya dengan santai.Kenapa kamu terlihat emmmm awkward bertemu dengan aku? Prastha membagi pandangannya antara Nathea dan jalanan yang memang agak padat sore itu.Ya, mungkin karena kita sudah lama gak bertemu.Oh ya, 6 atau hampir 7 tahun?Ya kurang lebih hampir 7 tahun.Selanjutnya, Nathea dan Prastha saling diam karena Prastha tampak berkonsentrasi pada jalanan. Nathea terus mencari bahan pembicaraan karena dirinya begitu tak enak hati jika mendiamkan Prastha. Apa dirinya harus meminta maaf karena absen di acara pernikahan Prastha dengan Indira? Nathea menghitung dengan jarinya sambil mengatakan yes..no..yes..no..yes...no...yes...Tha...maaf aku absen di acara penikahan kamu karena aku sebenarnya sudah terbang ke Amerika. Hari pernikahan kamu bertepatan dengan hari pertama aku harus menjalani matriculation. Well, sorry... Nathea berkata pelan seraya meringis mengatakan ini. Nathea sebenarnya cukup gemetaran menunggu reaksi Prastha dan ternyata Prastha hanya tersenyum tipis menanggapinya.No problem Nat, aku mengerti. Tapi entah kenapa, aku sangat marah saat itu karena kamu menghilang tanpa kabar.I knew, tapi bukan karena aku menganggap acara itu gak penting Tha, tapi aku kehilangan nomor kamu. Sim card ku rusak dan gak bisa di gunakan saat di Amerika. Officially, aku benar-benar kehilangan nomor kontak kamu. Nathea kembali meringis saat harus menyampaikan kebohongannya. Sesungguhnya, Nathea tidak mau menghubungi Prastha saat itu karena dirinya sangat ingin melupakan Prastha. Seandainya sim card Nathea rusak, Nathea sebenarnya hafal benar nomor kontak Prastha.Iya Nat, kamu gak perlu merasa bersalah seperti itu. Semuanya sudah lewat... Prastha tersenyum memamerkan lesung pipinya seraya menenangkan Nathea. Oh my God ! Ini yang Nathea rindukan dari Prastha, senyuman menenangkan dari pria yang pernah membuat hatinya hancur tak berbentuk lagi.Well, kamu dengan siapa sekarang?Maksud nya? Nathea berpura-pura tidak mengerti pertanyaan Prastha yang senyatanya pertanyaan itu mengarah pada 'sedang menjalin hubungan dengan siapa?'Iya, apa kamu punya pacar atau sudah punya suami, maybe? Prastha meringis saat mengatakan pertanyaannya. SEMOGA NATHEA BELUM MENIKAH ! PLEASE GOD !!!Aku... akuuu kebetulan sedang mempersiapkan pernikahan, Tha. Jika tidak ada aral melintang, mungkin akan di gelar akhir tahun ini. Nathea mencoba tersenyum bahagia mengatakan kabar ini pada Prastha.Akhir tahun??? Jangan mengarang Nat !! Akhir tahun itu tinggal 4 bulan lagi, apa kamu yakin Kassa akan memaafkan kamu dan berminat menikahi kamu dalam kurun waktu kurang dari setengah tahun itu? Nathea membatin mengingat nasibnya yang begitu malang.Siapa pria beruntung itu?Teman saat kuliah di Amerika. Nathea menjawab datar dan detik ini putus sudah harapan Prastha pada Nathea. Entah harapan apa, tapi...apa sebenarnya Prastha diam-diam menginginkan Nathea bahkan sejak dulu???I wish, persiapannya akan lancar.Thanks... Nathea tersenyum tipis seraya melirik Prastha yang memakukan pandangannya ke jalanan. Sebenarnya, membicarakan ini membuat Nathea ingin menangis meraung-raung mengingat hubungannya dengan Kassa yang semakin memburuk. Jika dalam penyakit kronis, ini sudah stadium akhir.By the way, Indira apa kabar? Apa kalian sudah memiliki anak?Akhirnya pertanyaan ini meluncur dari mulut Nathea begitu saja, karena Prastha yang menyinggung lebih dulu kehidupan personal Nathea. Nathea memasang wajah innocent nya, berpura tidak tahu apa yang terjadi pada kehidupan Prastha.Prastha terdiam sejenak, detik ini Nathea merasa bersalah saat melihat air muka Prastha yang berubah muram. Oh Nathea sesaat menyesali dirinya yang tidak bisa menahan pertanyaan ini...Aku...widower sekarang Nat. Prastha berkata pelan seraya mengetuk-ngetukkan jemarinya pada stir mobil, mengikuti irama lagu Sugar dari Maroon 5 yang diputar dengan volume rendah.Divorce?She passed away.Passed away? Nathea memperlihatkan ekspresi terkejut bercampur shock dan prihatinnya pada Prastha. Okay, besok aku akan mengikuti casting untuk menjadi bintang film, karena akting terkejutku sepertinya cukup meyakinkan Prastha.Saat baru 1 tahun kami menikah.Apa penyebabnya?Indira sakit...leukemia.Oh...I'm so sorry for your loss Tha, maaf ini sangat terlambat tapi...aku benar-benar gak mendengar kabar ini. Nathea berkata pelan dengan nada yang penuh simpati pada Prastha. Prastha hanya tersenyum tipis sambil melirik Nathea sekilas.Thanks, Nat.So, apa kalian memiliki anak? Nathea semakin tertarik dengan arah pembicaraan mereka. Nathea ingin mengorek informasi apakah benar yang Alyssa katakan bahwa Prastha membenci Meika.No, aku dan Indira gak memiliki anak. Kami hanya menikah 1 tahun, kami belum berencana memiliki anak saat itu karena kondisi kesehatan Indira yang menurun.Glek.... Nathea menelan ludahnya saat mendengar perkataan Prastha. Nathea menghela nafasnya berat seraya memejamkan matanya sesaat...Oh my God...WHY?? KENAPA PRASTHA BEGITU JAHAT?? Bahkan dia tidak mengakui Meika sebagai anaknya, anak yang wajahnya amat sangat mirip dengan dia??? DAMN YOU PRASTHA !!! Geram Nathea dalam hatinya...Di depan belok kanan Tha.Aku belum pikun Nat, aku masih bisa mengingat jelas jalan menuju rumah kamu. Except, kamu dan keluarga move dari rumah yang dulu. Prastha berkata lembut dan mengakhirinya dengan seulas senyuman manis. Senyuman yang bahkan membuat Nathea tidak percaya bahwa detik sebelumnya Prastha telah menjadi pria paling jahat, karena tidak mengakui darah dagingnya sendiri.Selang beberapa menit, akhirnya Prastha memarkirkan SUV nya di gerbang depan rumah Nathea.Thanks ya, Tha.Nat, emmmmm apa di rumah kamu sedang banyak tamu?Ya, maybe. Hanya teman-teman arisan Mama, mungkin sekitar 10 sampai 15 orang, kenapa?Apa masih mungkin aku bisa...meminjam toilet untuk buang air kecil?Sure Tha, kita bisa lewat gerbang belakang. Biasanya teman-teman Mama berkumpul di living room. Nathea berkata pelan sambil setengah tertawa melihat ekspresi 'menahan pipis' Prastha.Sorry ya, Nat.Tha, that's okay....lagi pula aku gak mau kamu tiba-tiba mengompol di mobil kamu sendiri.Ya... Prastha memutar bola matanya, seraya Nathea menertawai tingkah Prastha. Prastha segera turun dan membuka pintu disisi Nathea. Mereka berjalan memutari taman, menuju pintu belakang yang menembus dapur rumah Nathea. Saat Nathea berjalan didepan, Prastha dengan refleks nya memegang bahu Nathea. Nathea seketika seperti di setrum ribuan volt, meski Nathea yakin Prastha tidak menyadari sentuhannya ini.Silakan. Nathea membuka pintu toiletnya sebelum Prastha masuk. Nathea bahkan masih tertawa melihat Prastha yang berusaha menahan keinginan buang air kecilnya.Thank you, Nat.Prastha langsung masuk ke toilet sementara Nathea melengos ke dapur untuk membawa minum. Sesungguhnya, pembicaraannya dengan Prastha membuatnya haussssss, amat sangat haus. Ditambah Prastha yang sekarang super duper awesome dengan penampilannya yang semakin hot. Mengingatnya membuat tenggorokan Nathea benar-benar kering.Pertemuannya dengan Prastha membuat perasaan Nathea bercampur aduk. Banyak hal yang ingin Nathea ketahui tentang Prastha hingga misinya untuk membantu Meika seolah menemukan jalan terang. Apa mungkin aku mendekati Prastha dan perlahan membuatnya menerima Meika?Tak lama Nathea melihat pintu toilet nya terbuka. Nathea tersenyum seraya Prastha menatapnya lurus.Apa kamu mau minum?No thanks, aku gak bisa meminjam toilet lagi jika aku ingin buang air kecil di perjalanan pulang. Tapi...aku cukup haus... Prastha dan Nathea tertawa bersama mendengar celotehan Prastha. Prastha berjalan menghampiri Nathea yang meletakkan minum untuknya di kitchen bar. Nathea enggan melepaskan pandangannya hingga Prastha berdiri tepat di hadapannya. Prastha berdiri dengan tubuh tegap seraya memasukkan kedua tangan ke saku nuddie jeans nya. Nathea menengadahkan kepalanya menatap Prastha seraya memberikan segelas air untuknya.Thank you, Nat...Nathea....apa kabar?Nathea langsung memalingkan pandangannya kebelakang Prastha saat mendengar suara tante Ana yang seperti tikus kejepit.Hai Tante, baik.Tante Ana menghampiri Nathea seraya memeluknya. Prastha dengan sihap mengulurkan tangannya seraya mengangguk sopan dan tersenyum ramah pada Tante Ana. Tindakannya ini membuat Tante Ana dan Nathea takjub akan sikap sopan dan santun Prastha.Jadi kapan kalian menikah? Tante sudah gak sabar ingin melihat kalian di pelaminan.Nggak Tante...ini....Kalian sudah cocok, mapan, apa lagi yang kalian tunggu. Mega lihat ini...mereka sudah sangat cocok kan untuk menikah?Nathea seketika limbung mendengar perkataan Tante Ana. Tante Mega, Tante Astari dan Tante Linda yang merasa terpanggil langsung menghampiri Nathea dan Prastha. Prastha dengan jiwa sopan dan santunnya menjabat tangan satu persatu Tante yang menghampiri mereka. Oh my God, ini memalukan !! Nathea rasanya ingin di telan paus biru detik ini juga !! Atau...tenggelam di Samudera Pasifik saja???Okay baik... Mereka memang belum pernah bertemu dengan Kassa...TAPI BUKAN BERARTI PRIA YANG BERSAMAKU ITU KASSA !!Iya, kami doakan persiapan pernikahan kalian lancar hingga hari H. Jangan menunda-nunda lagi ya Thea.Sudah sejauh apa persiapan nya? Jangan lupa gaun untuk kami ya Thea. Semua tertawa mendengar celotehan Tante Linda yang sebenarnya kurang masuk ke dalam kategori humor bagi Nathea.Maaf, kami harus permisi Tante. Nathea langsung menarik pelan lengan Prastha, menggeretnya untuk keluar melalui pintu belakang.Saya permisi ya Tante, selamat malam. Prastha sempat-sempatnya berpamitan dan menebarkan senyumnya. Senyum yang membuat semua Tante yang merupakan sahabat-sahabat Mama Nathea itu seraya leleh dan mengatakan 'uuuuhhhh'Oh my God !! Masalah baru !Tha maaf, maaf atas kejadian tadi. Aku sangat gak menyangka teman-teman Mama akan mengatakan seperti tadi dan mengira kamu calon suami aku. Maaf kalau kamu merasa gak nyaman dengan tingkah mereka. Maaf kalau.....No problem Nat, aku sama sekali gak masalah mereka mengatakan itu. Kamu gak perlu meminta maaf seperti ini, aku bisa memaklumi... Prastha berkata pelan seraya memotong Nathea yang terus meminta maaf padanya karena tak enak hati.O....kay. Nathea langsung mengangguk pelan saat Prastha tersenyum menenangkannya. Jantungnya masih berdebar karena mata Nathea di tatap Prastha begitu dalam.Well, apa aku boleh meminta kontak kamu? Aku ingin mengajak kamu hangout kapan-kapan.Ss...ssure. Prastha merogoh ponsel dari sakunya dan memberikan pada Nathea untuk menyimpan nomor ponselnya. Oh God ! Bahkan ponsel kami memiliki tipe yang sama?? Bagaimana bisa...ujar Nathea dalam hatinya.Thank you Nat, sepertinya kamu sudah harus masuk. Senang bisa bertemu kamu lagi hari ini.Aku juga, Tha...setelah sekian lama...Bye, see you...See you.. Nathea memalingkan pandangannya pada mobil yang baru saja memberikan klakson, meminta di bukakan gerbang. Seketika Nathea menggertakkan rahangnya, Oh my God !! NATHAN !! KENAPA NATHAN PULANG SEKARANG??Nathan terlihat membuka kaca jendela SUV nya lalu tersenyum ramah pada Prastha.Kenapa tamu nya gak diajak masuk Thea?Saya baru masuk dan akan pulang, thanks Nathan. Prastha bicara seraya tersenyum ramah pada adik Nathea ini. Seketika Nathan menaikkan alisnya, dirinya terkejut karena pria ini mengingat namanya. Sementara Nathan lupa-lupa ingat pada teman Nathea yang satu ini...Nathan segera memarkirkan mobilnya ke garasi lalu turun dan menghampiri Nathea yang masih berbincang dengan Prastha.Apa kabar Mas? Nathan yang merasa senang karena namanya diingat oleh teman kakak nya ini bertanya lebih dulu pada Prastha. Prastha menyambut jabatan tangan Nathan dengan tak kalah ramah.Baik Nathan, kamu apa kabar?Baik, Mas.Dari mana?Baru selesai bimbingan dengan dosen lalu hangout menghilangkan penat, Mas.Oh...sedang tugas akhir?Ya Mas, menyelesaikan tugas akhir yang sangat menyita waktu dan pikiran.Actually, itu bagian termalas saat menjalani proses kuliah. Prastha terkekeh seraya menepuk bahu Nathan, Nathan langsung menganggukkan kepalanya setuju.Right ! Nathan tampak sumringah ada orang yang satu pikiran dengannya. Selama ini Mama, Papa dan Nathea selalu menganggap Nathan terlalu spoiled dan drama dalam menyelesaikan tugas akhir nya. By the way, Kassa tidak pernah menanyakan ini pada Nathan.Well, sukses untuk tugas akhir kamu, Nathan.Thanks, Mas..Aku pamit ya, Nat. Salam untuk Mama dan Papa. Mari Nathan...Take care, Tha. Prastha masuk ke dalam SUV seraya membuka kaca jendelanya lalu melambaikan tangannya pada Nathea dan Nathan yang berdiri di depan gerbang.Nathea langsung melengos saat mobil Prastha sudah hilang dari pandangan. Hatinya begitu bahagia malam itu, entah kenapa Nathea bisa sebahagia ini dapat dipertemukan kembali dengan pria yang sudah melukainya begitu dalam. Seolah tak puas dengan luka dan kecewa yang sudah Prastha pahat di hatinya hampir 7 tahun yang lalu.Kehadiran Prastha seolah menjadi oksigen bagi Nathea ditengah kesesakan hatinya karena Kassa...Oh...ada apa dengan otak dan hatiku?? Kenapa mereka begitu kompak merasa bahagia karena pertemuanku dengan Prastha??***Chapter 8 Aku akan laporkan ini pada Kassa. Nathan bicara dengan nada mengancam seraya memicingkan matanya penuh curiga pada Nathea. Nathea yang tak terima langsung mendelik tajam pada adiknya.Laporkan apa??Kamu dekat dengan mantan pacar kamu....oh sorry bukan mantan pacar, tapi mantan...mantan apa ya? Mantan...teman tapi mesra. Nathan tertawa terbahak-bahak seraya berlari ke dalam rumah. Nathea sangat kesal karena Nathan sudah berani menginjak egonya. Nathea yang tidak terima langsung mengejar Nathan dan mencoba memiting lehernya, namun gagal karena tinggi badan Nathan yang lebih menjulang.Hidup kamu gak akan baik-baik saja jika kamu laporkan ini pada Kassa !!!Hmmmm, kamu pikir aku akan benar-benar melakukan itu? Bicara dengan dia pun aku benar-benar malas. Hiy...dia itu cringe ! Nathan bergidik seraya mengangkat bahunya saat mengingat Kassa. Kassa memang jenis pria yang kaku, sangat formal dan jarang bercanda, sedangkan Nathan orang yang sangat fleksible, senang bercanda, cuek dan humoris. Dapat dikatakan, karakteristik Nathan dan Kassa sangat bertolak belakang.Kenapa kamu gak mau mencoba mengenal Kassa? Dia gak seburuk yang kamu pikir Nat.Aku malas Thea, kamu tahu kalau dia mengenal aku, aku takut dia mengurungkan niat untuk menikahi kamu.Ya, dia sudah melakukan itu.Ha?? What do you mean? Nathan berbisik namun bisikannya terdengar begitu tegas di telinga Nathea. Nathea menarik Nathan menuju kamarnya mengantisipasi Mama dan Papa mendengar pembicaraan mereka.What's the matter, Thea?Nathan semakin penasaran saat melihat Nathea yang terdiam sambil menundukkan kepalanya. Nathea sudah tak bisa lagi menahan diri untuk tidak menceritakan ini pada Nathan. Nathea tiba-tiba terisak lalu mendekap Nathan dengan begitu eratnya. Nathan sudah menangkap ada yang tak beres dengan kakaknya. Nathan membalas dekapan Nathea dan menunggu Nathea menyelesaikan tangisannya. Setelah lenih tenang, Nathea melepaskan dekapannya dari Nathan sambil menghapus sisa air mata dipipinya. Nathea mendorong Nathan untuk menjauhinya setelah puas menangis di dekapannya.Dasar aneh ! Nathan bergumam kesal seraya menarik rambut Nathea, karena tak terima Nathea mendorongnya setelah tadi mendekapnya begitu erat. Nathan berbaring di ranjang Nathea lalu melemparkan bantal pada Nathea yang duduk di tepian ranjang.What's the matter? Why are you crying? Nathan mengulang pertanyaannya yang belum sempat Nathea jawab.Kassa ingin break.Break??? Putus maksud kamu?Break ! Bukan putus Nat.Jangan bodoh...break itu kata lain dari putus...Aku gak putus dengan Kassa, Kassa hanya minta waktu untuk memikirkan semuanya.Calon suami kamu itu memang asshole !! Nathan langsung mengumpat Kassa dengan kesalnya, sementara Nathea tidak mau terlalu mempedulikan umpatan Nathan pada Kassa.What should I do, Nat? Nathea menutup wajah dengan kedua tangannya sambil menjatuhkan diri berbaring di ranjang. Nathan ikut berbaring di samping Nathea seraya menatap langit-langit kamar. Nathan mengeluarkan ponsel dari saku jeans nya karena ada chat masuk dari Marsha, kekasihnya.Nat ! Gimana?Leave him ! Jangan biarkan ego kamu diinjak-injak oleh pengecut semacam dia !! Nathan berkata cuek seraya membalas chat Marsha, Nathea mendengus kesal mendengar solusi dari Nathan.Please jangan katakan dia pengecut, hormati dia untuk aku, Nat !!Well, okay ! Nathan mengangkat bahunya tak peduli karena sudah berkali-kali Nathea meminta Nathan untuk menghormati Kassa. Sementara Nathan sudah terlanjur benci pada calon kakak iparnya itu. Nathan menopang kepala dengan lengannya seraya memandangi Nathea.Thea...kamu baik, cantik, cerdas, have a good personality, kamu pantas bahagia, kamu pantas mendapatkan seseorang yang bisa mengerti kamu, mendengarkan pendapat kamu, mempertimbangkan ide kamu, menghargai dan menghormati kamu sebagai perempuan. Bukan merendahkan kamu, menolak segala ide kamu, mendominasi kamu, membentak, memaki, memarahi dan menganggap kamu wanita yang gak bisa melakukan apapun. Nathan berkata serius seraya menatap mata kakaknya lekat-lekat. Perkataan Nathan sangat menyentuh relung hati Nathea hingga membuat air mata Nathea menetes lagi. Nathea tidak pernah mengira Nathan akan begitu memperhatikan hubungannya dengan Kassa.Aku hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Thea. Aku, Mama dan Papa sangat menyayangi dan mencintai kamu. Aku amat sangat gak bisa menerima jika kamu mendapat perlakuan buruk dari pria yang seharusnya menyayangi dan mencintai kamu lebih dari aku. At least, kamu meninggalkan dia demi aku, Mama dan Papa... Nathan berkata pelan dan semakin membuat Nathea menangis. Nathan memaklumi kakaknya yang super drama hingga dalam satu momen, Nathea dapat menangis berkali-kali.Apa kamu pikir Kassa gak bisa melakukan itu?So far, no ! Jangan bodoh lagi dengan berpikir dia bisa melakukan itu. Tunggu seiring berjalannya waktu? Bullshit ! Nathan menggelengkan kepalanya lalu melirik Nathea yang masih tersedu disampingnya.Sorry Thea, aku gak bermaksud menyalahi pilihan kamu. Tapi.....ini hanya observasi aku yang berujung pada sebuah hipotesa. Nathan berkata pelan karena tidak mau terlalu menyinggung Nathea. Nathea yang memberengut hanya mengangguk pelan sambil meredakan tangisannya.That's okay, Nat...kamu tahu aku orang yang demokratis. Aku terbuka untuk menerima kritik apapun dari orang lain, apa lagi kamu, orang terpenting dalam hidup aku...So, apa dia masih menghubungi kamu?Sometimes, tetapi sudah 1 minggu ini dia menghilang.Jangan pernah menelan ego kamu untuk menghubungi dia, biarkan dia yang menghubungi kamu lebih dulu !! Nathan bicara penuh dengan peringatan seraya menunjuk wajah Nathea, Nathea hanya mengangguk pelan.Of course Nat, aku masih memiliki harga diri untuk itu.Good, lalu bagaimana dengan Mas Prastha?Prastha?Kenapa dia bisa bersama kamu tadi?Kami gak sengaja bertemu di cafe saat aku menunggu Mama belanja, karena Mama terjebak macet dan gak bisa menjemput aku lagi, akhirnya Prastha mengantar aku pulang.Aku pikir, dia cocok dengan kamu tapi sayang sekali dia sudah beristri. Jangan mengganggu rumah tangga orang lain, Thea. Aku gak mau kamu sakit hati lagi. Nathan berbisik pada Nathea, namun Nathea terkekeh mendengar peringatan Nathan padanya.Well, thanks Nat, kamu selalu menjadi pendengar setia aku.Pertimbangkan kata-kata aku tadi Thea. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Kalau Mama dan Papa tahu sikap Kassa sama kamu seperti apa, mereka akan melakukan hal yang lebih dari aku. Ingat Thea, Papa treat you like a princess. Papa memanjakan kamu dan sama sekali gak pernah berkata keras apalagi membentak kamu. So, entah apa yang akan Papa lakukan kalau tahu semua perlakuan Kassa sama kamu.Of course, aku akan pertimbangkan kata-kata kamu. Aku sudah merasa lengket dan harus mandi. Cepat keluar dari kamarku... Nathea mendorong Nathan dari ranjangnya, namun Nathan tak juga bergerak. Nathea menarik tangan Nathan untuk segera keluar dari kamarnya. Nathan pun segera beranjak dan mengecup pipi Nathea sebelum berjalan menuju pintu.By the way, Prastha itu widower, Nat. Nathea bergumam pelan namun Nathan langsung menghentikan langkah, mengurungkan niat untuk keluar.Really? Apa dia divorce dengan istrinya?No, his wife passed away.Oh...it means...you have a chance.What do you mean?I mean, masih ada kemungkinan kamu bisa bersama dia seandainya kamu wanita yang gak mempermasalahkan status widower pada seorang pria.Oh damn it ! Nathea memutar bola matanya kesal lalu mendorong Nathan untuk keluar seraya menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Nathea mendengar Nathan tertawa terbahak-bahak setelah melihat ekspresi Nathea yang tampak kesal dengan perkataannya.Gak apa-apa Thea...jika kamu masih berminat dekati dia saja ! Nathan setengah berteriak dari balik pintu, Nathea langsung membuka pintu kamarnya karena khawatir Mama dan Papa mendengar ini.JUST SHUT UP NATHAAAAAN !!!*** Aku ingin anak itu pindah sekolah.What??????Alyssa hampir mengeluarkan bola matanya saat mendengar perkataan Prastha pagi itu. Prastha berkata datar tanpa menatap wajah Alyssa sedikitpun, karena terus memakukan pandangan pada laptopnya.Pras, kamu sudah mengeluarkan lebih dari seratus juta rupiah untuk sekolah Meika selama 2 tahun ke depan. Are you insane??Aku ingin dia pindah sekolah.Prastha kembali mengatakan kalimat yang sama, tidak mempedulikan Alyssa yang berteriak frustrasi mendengar kalimatnya.Apa karena biaya sekolahnya yang mahal??Aku gak pernah mempermasalahkan itu, you know it !So what??? Alyssa beranjak dari kursi dan berteriak hingga suaranya hampir memekakan telinga Prastha, seketika Prastha meliriknya dengan tajam.Alyssa ! Teriakan kamu itu selalu membuat aku malas bicara dengan kamu, paham?Okay...okay...okay...sorry Pras ! Alyssa memelankan suaranya dan kembali mendudukkan diri dengan tenang dihadapan Prastha. Melihat Alyssa sudah tenang, Prastha kembali melanjutkan pembicaraannya.Pindahkan dia ke sekolah yang fasilitas, kurikulum dan kualitasnya sama seperti sekolah yang sekarang atau jika kamu bisa menemukan yang lebih baik...itu bagus ! Aku gak peduli jika memang harus membayar lebih mahal dari sekolahnya saat ini. Prastha berkata dengan nada memerintahnya pada Alyssa, Alyssa siap melayangkan protesnya pada Prastha.Pras, The Royal Brilliant School itu sekolah terbaik untuk Meika. So far, Meika sangat senang sekolah disana. Meika dapat mengembangkan potensi dia disana, tenaga pengajar disana kompeten dan sekolah memiliki fasilitas yang terbaik. Satu yang terpenting, sekolah itu dekat dengan rumah dan kantor kita, Prastha Danishwara !I don't care Alyssa !! Aku ingin kamu pindahkan dia kesekolah lain ! Jangan The Royal...The Royal apa?Brilliant School.Ya, itu !Tapi kenapa???Atau jika kamu bingung, lebih baik Meika home schooling.Home Schooling? kamu katakan apa tadi?Ya Home Schooling...Meika masih duduk di kelas Pre Kindie, Bapak Prastha !! Yang artinya sebagian besar kegiatan sekolahnya hanya bermain, bersosialisasi, bernyanyi, menari dan mungkin mewarnai tau menggambar. Mana ada Home Schooling untuk tingkat kindergarten? Kamu mengambil kuliah Master hingga ke Jerman tapi gak bisa berpikir tentang hal se simple ini !I don't care !!! Prastha menutup laptopnya seraya menatap Alyssa tajam hingga dapat melubangi kepalanya. Alyssa hanya bisa menghela nafasnya berat sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jika sudah semarah ini, keinginan seorang Prastha Daniswara sudah tidak bisa dibantah lagi. At least kamu bisa beri aku alasan kuat, kenapa kita harus memindahkan Meika agar aku bisa menjawab pertanyaan saat exit interview. Meika baru sekolah selama 2 term, Pras...apa kata pihak sekolah jika aku tiba-tiba memindahkan dia?Wait, exit interview???Ya, di sekolah itu ada exit interview jika muridnya akan move atau keluar karena ada Psychologist yang akan melakukan interview dan memberikan student development report. Tujuannya agar sekolah yang baru bisa melanjutkan treatment yang sudah The Royal Brilliant berikan pada anak yang bersangkutan.Alyssa menjelaskan panjang lebar pada Prastha dan Prastha mulai berpikir bahwa sekolah ini sangat bagus untuk Meika. Tetapi Prastha tidak memiliki pilihan lain...Meika harus pindah sebelum Nathea tahu bahwa Meika adalah anaknya bersama Indira. Prastha tidak mau Nathea tahu tentang Meika apalagi tahu tentang kebencian Prastha pada Meika. Prastha, you okay??Ya, pokoknya aku ingin Meika pindah !Prastha give me a reason !Aku hanya gak mau seseorang tahu bahwa dia anak aku...Prastha !!! MEIKA MEMANG ANAK KAMU !! Alyssa kembali berteriak frustrasi dan Prastha sudah mengantisipasi dengan menutup telinganya.Fine !! Prastha membentak Alyssa dengan begitu keras seraya memukul meja dihadapannya. Seketika Alyssa diam karena terkejut dengan sikap Prastha.Besok kamu katakan pada pihak sekolah bahwa kamu akan memindahkan Meika. Jangan melakukan negosiasi jenis apapun lagi dengan aku !! PINDAHKAN DIA APAPUN ALASANNYA ! Prastha melengos menuju pintu, hendak meninggalkan Alyssa karena baru beberapa menit bicara, rasanya kepala Prastha hampir pecah.Meika akan di pindahkan kemana, Pras? Alyssa bertanya dengan nada yang begitu putus asa, Prastha langsung menghentikan langkah dan memutar tubuhnya menghadap Alyssa.Kemanapun, kamu carikan sekolah untuk Meika ! Jangan tanyakan ini lagi, okay?Kamu hanya menambah beban pikiran dan pekerjaan aku !!Kamu boleh meminta apapun jika misi ini selesai. Carikan sekolah dan alasan untuk Meika bisa keluar dari sana ! Brakkk...Prastha membanting pintu ruangannya dengan begitu kencang, seketika Alyssa tersenyum penuh kemenangan.Yes...Yes...Yes...Okay, deal Mr.Prastha Danishwara. Siap laksanakan !!*** Chapter 9Nathea termenung.... Dipikirannya masih tentang Kassa....Apa yang sedang Kassa lakukan? Apa dia masih sibuk dengan kliennya? Kapan Kassa menghubungiku? Apa Kassa tidak merindukanku sedikitpun? Apa Kassa sudah tidak mempedulikanku lagi? Apa Kassa sudah melupakanku? Apa jangan-jangan Kassa sudah memiliki wanita lain? Nathea benar-benar sudah merasa burnout memikirkan ini.Tak ada yang Nathea lakukan sejak 4 jam yang lalu sampai di ruangannya. Nathea mengurut pelipisnya, air matanya meleleh lagi siang itu menangisi nasibnya. Nathea masih belum siap jika harus melepaskan Kassa. Bagaimana bisa kami putus setelah mereka merancang masa depan bersama bahkan pernikahan sudah didepan mata??? Nathea sangat tertekan dan tidak tahu mau melakukan apa lagi sekarang. Nathea mengingat kata-kata Nathan semalam untuk tidak menelan harga dirinya dengan menghubungi Kassa lebih dulu. Oh my God !! Tapi hatinya tak bisa lagi...Hatinya tak kuat lagi harus menahan rindu untuk tidak bicara dengan Kassa.Nathea menangis tersedu seraya mengistirahatkan kepala di meja kerjanya. I miss you Kassa, maaf untuk semuanya, tolong hubungi aku, bisik Nathea dalam hati. Tiba-tiba saja ponsel Nathea berdering, dilayar tertulis nomor kontak yang belum Nathea simpan. Nathea memutuskan untuk segera menjawabnya karena khawatir vendor pernikahan yang masih berusaha menghubunginya.Halo...Nathea menjawab dengan sisa suaranya, khas orang yang baru saja menangis. Bahkan air mata Nathea masih menetes saat berusaha menelan tangisannya.Halo.... Nathea merasa agak jengkel karena orang di ujung telepon terdiam, tidak merespon apapun. Why are you crying, Nat? Terdengar suara seseorang dengan nada yang begitu khawatir di ujung telepon. Detik ini, Nathea mencoba mencerna siapa yang sedang menghubunginya di telepon. Setelah melalui proses berpikir, Nathea akhirnya menyadari siapa yang orang diujung telepon.Nat? You okay?Hmmm...Ya..I'm fine. Nathea menjawab lirih sambil menghapus sisa air mata di pipinya... kenapa Prastha menghubungiku disaat yang tidak tepat??? Prastha pasti tahu aku habis menangis, gumamnya dalam hati.Where are you?Kantor Tha, kenapa?Aku ingin mengajak kamu lunch, bisa?Sure, dimana?Aku akan jemput kamu 10 menit lagi, bye.Klik...Prastha langsung memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendenga lagi perkataan Nathea. Nathea yang keheranan langsung mengernyitkan keningnya...10 menit lagi? Oh my God !!! Nathea langsung berlari ke toilet, memastikan matanya tak begitu sembab dan hidungnya tak memerah, tapi apa daya mata Nathea kini benar-benar sembab dan hidungnya merah. Nathea menyerah karena tidak akan bisa menghilangkan mata sembabnya dalam waktu kurang dari 10 menit. Nathea akhirnya memutuskan merapikan rambutnya, merapikan make up tipisnya dan menyapukan liptint di bibirnya.Nathea memandangi cermin, entah kenapa dirinya begitu nervous akan berjumpa dengan Prastha...Tepat 10 menit, tiba-tiba ada suara ketukan dipintu, Nathea langsung keluar dari toilet dan kembali duduk di kursi kekuasannya.Masuk.Permisi Miss Nathea, ada Pak Prastha Pratistha ingin bertemu... Mira berkata dari pintu, Nathea menggigit bibir bawahnya agar tidak tertawa terbahak-bahak. Prastha Prastistha??? Dasar aneh ! gerutu Nathea dalam hatinya.Okay.Tak lama, Mira langsung mempersilakan Prastha untuk masuk. Prastha lalu mendudukkan diri dihadapan Nathea yang sedang menertawainya.Prastha Pratistha? I don't believe it...Sejak kapan kamu memakai nama belakang aku sebagai nama belakang kamu?Sejak beberapa detik yang lalu dan sepertinya sekertaris kamu terkejut saat aku menyebutkan nama belakang aku. Next time kamu juga bisa gunakan Dhefanathea Danishwara. Prastha berkata seraya mengulum senyumnya sambil memandangi Nathea yang masih tertawa. Detik ini Prastha menyadari Nathea yang tetap tertawa meski matanya sembab dan hidungnya merah.Ya, mungkin nanti jika aku mengunjungi kantor kamu.Okay, berangkat sekarang?Let's go ! ***Kamu belum menjawab pertanyaan aku.Pertanyaan yang mana?Kenapa tadi kamu menangis? Prastha bertanya hati-hati seraya menatap Nathea yang duduk dihadapannya. Nathea dan Prastha baru saja menyelesaikan sesi lunch dan memutuskan untuk menikmati ice cream di tempat favorit mereka dulu.Siapa yang menangis?Jangan bohongi aku Nat, 10 tahun aku mengenal kamu, meskipun terputus selama 6 tahun tapi aku yakin suara kamu saat habis menangis gak akan berubah. Prastha memicingkan matanya pada Nathea, Prastha terlihat sangat ingin tahu sementara Nathea terkekeh menanggapinya.Lagipula asumsi saya diperkuat saat melihat mata kamu sembab dan hidung kamu merah.Apa kamu sangat ingin tahu?Sure.Why?Karena...aku sahabat kamu.Memangnya kita masih bersahabat? Nathea memicingkan matanya penuh curiga pada Prastha. Prastha langsung memasang ekspresi sok tersinggungnya pada Nathea.Okay, fine. Aku akan pulang ! Prastha memberengut seraya beranjak dari kursinya, sementara Nathea dengan refleks meraih tangan Prastha untuk menahannya pergi. Nathea bahkan terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya karena sentuhannya pada Prastha sungguh membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Prastha seketika kembali mendudukkan diri seraya mata mereka saling bertemu. Waktu seakan terhenti sepersekian detik hingga Nathea langsung melepaskan tangan Prastha dengan canggung. Nathea langsung melarikan pandangannya dari Prastha karena benar-benar tak enak hati.Ss...sssorry Tha.Sorry? For what?Menarik tangan kamu, aku....No problem Nat. Prastha tersenyum seraya mengusap lengan atas Nathea, Nathea langsung menatap Prastha dan membalas senyumannya. Senyum Prastha seketika menenangkan Nathea, mencairkan suasana yang sempat membeku diantara mereka.Well, apa kamu gak mau menceritakan penyebab kamu menangis? Prastha menopang dagunya seraya memandangi Nathea. Nathea menggeleng pelan karena dirinya merasa aneh jika harus menceritakan masalah personalnya pada Prastha, orang yang baru saja datang setelah hampir 7 tahun menghilang. Lagipula, sepertinya Prastha tidak perlu tahu apa yang terjadi diantara aku dan Kassa, gumamnya dalam hati.Apa ada masalah antara kamu dan calon suami kamu? Prastha bertanya hati-hati, mengntisipasi Nathea akan tersinggung karena perkataannya. Tetapi pada kenyataannya, Nathea bukan tersinggung melainkan terkejut mendengar pertanyaan Prastha.Nnn...no....emmm maybe.No or maybe?I don't know.That's okay jika kamu gak mau ceritakan ini. Tapi jika kamu butuh teman bicara, aku akan selalu available untuk kamu, Nat. Jangan merasa canggung, ya? Prastha berkata lembut dengan penuh pengertian pada Nathea. Seketika hati Nathea berdesir, kenapa Prastha bisa mengatakan bahwa dirinya akan selalu available untuk Nathea sedangkan Kassa mengatakan sebaliknya?? Oh my God, Nathea semakin mempertanyakan hubungannya dengan Kassa, namun seketika Nathea menyalahkan dirinya sendiri karena telah bertindak bodoh, membandingkan Kassa dengan Prastha.Thanks.Aku akan antar kamu untuk kembali ke kantor.Okay...Prastha membuka tangannya untuk digenggam Nathea, tanpa berpikir lagi Nathea meletakkan tangannya diatas tangan Prastha dan mereka beranjak bersamaan. Prastha tak melepaskan genggaman tangannya saat mereka berjalan menuju area parkir. Entah kenapa Nathea merasa begitu nyaman dan menikmati ini. Nathea melirik Prastha yang berdiri tegap disampingnya, hati Nathea begitu hangat mendapati laci memorinya yang sudah tertutup rapat kini terbuka lagi.Nathea pernah begitu mengenal Prastha...Nathea tahu Prastha orang yang begitu tulus dan baik hingga pernah membuat Nathea merasa selalu nyaman berada disisinya. Prastha orang yang begitu hangat, ramah dan Prastha adalah seorang pendengar yang baik bagi Nathea. Nathea belum pernah lagi menemukan orang yang memiliki kesabaran seperti Prastha saat mendengar dirinya berkeluh kesah.Nathea selalu bermimpi bisa berdampingan dengan Prastha namun Nathea segera meralat pemikirannya, karena Prastha tetaplah Prastha...Nathea cukup sadar bahwa Prastha tidak pernah menginginkannya sebagai pasangan, tetapi Prastha menginginkan Nathea hanya sebatas teman atau sahabatnya. Sementara Nathea pernah salah mengartikan keinginan Prastha hingga membuatnya jatuh terluka.Prastha adalah pria sempurna yang tidak mungkin bisa dimiliki Nathea...***Kemarin siang aku melihat mobil kamu di lobby sekolah Meika, what are you doing? Alyssa bertanya heran seraya memicingkan matanya penuh curiga pada Prastha. Meski cukup terkejut karena dirinya hampir ketahuan Alyssa, namun Prastha berusaha tetap santai menanggapinya.Aku? Impossible.Prastha Danishwara, aku tahu benar mobil kamu.Di dunia ini, yang memiliki mobil yang sama dengan aku itu banyak, paham?Aku tahu benar plat nomor mobil kamu !! Dan kamu gak perlu meragukan penglihatan seorang wanita berusia 25 tahun.Okay.... Prastha menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Alyssa, karena Prastha tidak ingin urusannya menjadi panjang dengan Alyssa. Alyssa masih memandangi Prastha yang masih memakukan pandangannya pada laptop dengan penuh curiga. Prastha yang menyadari itu benar-benar merasa sangat tidak nyaman.Jangan menatap aku seperti itu, Alyssa !!Apa ini ada hubungannya dengan permintaan kamu untuk memindahkan Meika dari sekolah??Alyssa, aku sibuk...aku gak ada waktu untuk menjawab pertanyaan kamu.Just answer Pras !Apa kamu sudah menemukan sekolah baru untuk Meika?Prastha, jawab !!Alyssa, don't push me, okay?Okay, aku tidak akan mencarikan sekolah baru untuk Meika.Alyssa... Prastha baru mengalihkan pandangannya pada Alyssa yang sedari tadi melipat kedua tangannya didada. Alyssa sungguh kesal harus terus menerus menjawab teka-teki yang ada dikepala Prastha. Pras, aku bingung dengan isi otak kamu !! Aku ini lelah harus terus menerus menjawab teka teki dipikiran kamu ! Jangan coba sembunyikan apapun dari aku tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Meika, okay?So, what do you want??? Prastha berkata keras seraya menggeram kesal menatap Alyssa tajam, seolah siap melubangi kepalanya.Apa yang kamu lakukan di sekolah Meika? Apa ada hubungannya dengan permintaan kamu untuk memindahkan Meika dari sekolah itu? Terakhir, kamu pernah mengatakan bahwa, kamu gak mau seseorang mengetahui bahwa Meika adalah anak kamu, lantas siapa orang itu?? Jawab !!! Alyssa bertanya dengan nada yang begitu serius, kini berganti Alyssa yang memandangi Prastha dengan tajam seraya menunggu jawabannya. Prastha menyeringai sambil melarikan pandangannya dari Alyssa.Itu urusan personalku, Sa.Jawab sebelum stiletto aku melayang ke kepala kamu Prastha Danishwara !Aku menjemput seseorang...Nathea.What??????? Alyssa berteriak seraya tercengang saat mendengar Prastha menyebut nama Nathea. Nathea? Miss Nathea maksud kamu??? Ada hubungan apa antara kamu dengan miss Nathea???Aku gak mau menjawab itu, silahkan kamu keluar dari ruangan aku, aku sibuk.Demi Tuhan Prastha !! Apa kamu menggoda Miss Nathea??Go away !!Prastha !!! Ada hubungan apa antara kamu dengan Miss Nathea?? Prastha !! Prastha jawab !!! Alyssa mulai berteriak tak karuan, lagi-lagi membuat kepala Prastha pusing dan kupingnya mendengung.Janji untuk keluar dari sini setelah aku menjawab pertanyaan kamu !!Oke, fine !! Alyssa menghela nafasnya panjang, duduk dengan tenang dan menatap Prastha dalam-dalam. Sesungguhnya, Alyssa benar-benar tegang menunggu jawaban Prastha. ADA APA ANTARA PRASTHA DAN MISS NATHEAAAA??? teriak Alyssa dalam hatinya.Nathea adalah…wanita yang aku cari hampir 7 tahun yang lalu. SEKARANG KAMU KELUAR DARI RUANGANKU !!Prastha menggeram kesal setelah menjawab pertanyaan Alyssa. Alyssa tercenung dan kembali ternganga seraya menatap Prastha tak percaya. Alyssa lalu segera beranjak meninggalkan ruangan Prastha secepat kilat, mengantisipasi sebelum kakak sepupunya meledak. Alyssa bersandar dibalik pintu ruangan Prastha, pikirannya melayang-layang setelah mendengar pengakuan Prastha tentang Nathea.Oh my God...jadi apa hubungan Prastha dengan Miss Nathea? Apa...Miss Nathea mantan pacar Prastha? Atau Miss Nathea pernah menjadi crush Prastha? Alyssa bolak balik memikirkan ini, namun bukan Alyssa namanya jika tidak memiliki ide cemerlang disaat-saat genting.Great ! Ini akan menjadi sebuah rencana baik untuk membuat Prastha bisa menerima Meika. Miss Nathea akan menjadi kunci sekaligus penyelamat Meika...gumam Alyssa dalam hatinya.***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan