
Sialan memang kedua sahabatku ini!
Pesona Mantan Wanita Penghibur 3
Suatu sore, aku kembali bertemu dengan Jemima. Meski gadis itu mengenakan masker, namun aku masih bisa mengenalinya dengan baik. Dia baru saja menyelesaikan shift siang yang dilanjut dengan lembur.
Dia menganggukkan kepala yang kubalas dengan anggukan pula. Lalu gadis itu pulang atau mungkin bersiap untuk lanjut bekerja di tempat hiburan malam.
Aku hanya mengecek sebentar resto Steak warisan dari ayah tiriku ini, sebelum kembali ke kantor periklanan. Aku masih memiliki jadwal pertemuan dengan salah seorang klien untuk membahas proyek iklan brand kosmetik tekenal, sebelum bisa pulang dengan tenang.
Sayangnya, aku tidak bisa tidur cepat malam ini, karena ternyata klienku ini justru mengajakku ke klub sebagai bentuk perayaan atas kerja sama kami. Aku pun turut mengundang ketiga sahabatku, agar perayaan ini semakin meriah.
Kami menyewa meja VIP dan memesan berbagai jenis minuman juga camilan. Klien dan juga ketiga teman gilaku mengundang perempuan-perempuan panggilan. Dan dalam sekejap, meja ini sudah dipenuhi suara menggelikan yang membuatku ingin meninggalkan tempat ini saja.
“Lo nggak berminat, Bro?” David bertanya di antara kegiatan panasnya. Seorang gadis berambut sebahu sedang mencumbu David dengan liarnya.
Aku menggeleng tanpa ragu. Jujur saja, aku sedang tak ingin menghabiskan malam dengan perempuan-perempuan penjaja kenikmatan itu, entah apa alasannya.
“Gue lagi nggak mood,” jawabku.
David hanya mengangguk dan kembali melanjutkan aksinya dengan si perempuan. Aku sendiri hanya menikmati musik sembari menyantap camilan dan minumanku. Mengabaikan kegiatan teman di klienku bersama perempuan sewaan yang semakin meresahkan saja.
Pengunjung klub cukup penuh malam ini. Meja-meja terisi oleh para tamu, begitu pun dengan lantai dansa yang dipenuhi tamu-tamu yang sedang meliukkan tubuhnya mengikuti area musik.
Aku tersenyum setiap kali netraku melihat para pengunjung yang sedang menikmati kemesraan mereka bersama gadis-gadis panggilan. Mereka terlihat nyaman dan masa bodo bermesraan di tempat umum seperti ini. Aku tidak ingin menghakimi tindakan mereka, karena kelakuanku selama ini juga tak lebih baik dari mereka. Hanya saja, aku lebih menyukai ruang pribadi untuk melakukan kegiatan panas seperti yang mereka lakukan sekarang.
Kemudian netraku tiba-tiba terpusat pada satu sosok. Sosok yang beberapa waktu terakhir ini memenuhi isi kepalaku. Padahal tidak ada yang spesial dari sosok itu.
Jemima, ada di arah jam empat sedang mengantar minuman untuk pengunjung klub. Pakaiannya cukup longgar dan tertutup untuk pekerja di tempat seperti ini.
Aku masih mengawasi gerak-gerik gadis itu. Jemima terlihat sibuk, mondar-mandir mengantarkan pesanan tamu dan membereskan gelas-gelas juga botol yang telah kosong. Lantas Jemima terlibat perbincangan dengan salah seorang laki-laki muda. Sepertinya sedikit terjadi ketegangan di sana, karena Jemima tiba-tiba didorong oleh laki-laki itu. Aku tak menyukai tindakan laki-laki itu pada Jemima, entah mengapa. Aku sudah bersiap untuk menghampiri mereka, namun urung kulakukan setelah beberapa pengunjung dan rekan kerja Jemima menolong gadis itu. Laki-laki muda itu kemudian diseret keluar oleh sekuriti klub.
Jangan ikut campur Semeru! Itu bukan urusanmu! Jemima hanya gadis murahan, sama seperti gadis-gadis lainnya. Otakku mengingatkan perasaanku yang berlebihan ini.
Aku pamit ke toilet pada Jonathan yang masih betah di meja, sementara yang lain sudah mencari tempat baru untuk melanjutkan kegiatan panas mereka. Berjalan menuju toilet, entah mengapa netraku justru mencari-cari sosok Jemima. Tetapi hingga aku tiba di toilet, tak kutemukan sosok gadis itu.
Keluar dari salah satu bilik toilet, aku dibuat heran dengan kelakuan salah satu pengunjung di klub ini yang entah mengapa justru memilih salah satu bilik toilet untuk melanjutkan kegiatan panas mereka. Tak berselang lama begitu mereka menutup pintu, desahan dari si perempuan terdengar ketika aku masih mencuci tangan. Lagi-lagi aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Heran saja.
Tak kusangka, begitu keluar dari area toilet khusus pria, aku bertemu dengan Jemima yang terlihat terkejut melihat sosokku.
“Selamat malam, Pak Semeru.” Jemima mengangguk dan tersenyum padaku.
“Malam,” sahutku singkat. “Kamu bukannya waktu itu bekerja di tempat karaoke? Pindah?” tanyaku basa-basi.
“Saya minta pindah ke sini, Pak. Saya sudah tidak sanggup bekerja di sana.”
“Kenapa memangnya?” tanyaku menaikkan sebelah alis.
“Saya tidak mau disentuh-sentuh,” jawabnya sembari menundukkan wajah.
Aku terkekeh pelan mendengar alasannya. “Apa bedanya dengan di sini? Sama saja. Namanya juga kerja di dunia malam, ya harus menerima segala risikonya. Salah satunya dengan disentuh-sentuh oleh lawan jenis.”
“Tapi di sini tugas saya hanya sebagai waitress, Pak. Setidaknya job desk saya jelas hanya untuk mengantar makanan dan minuman, tidak lebih dari itu.”
“Ya, semoga saja. Jaga diri kamu baik-baik. Kalau bisa, coba cari pekerjaan lain supaya kamu tidak bekerja di tempat seperti ini,” saranku seraya mengamati wajahnya yang hanya dipoles dengan riasan tipis. Mungkin karena efek lampu yang temaram yang membuat Jemima terlihat cukup cantik malam ini.
“Baik, Pak, terima kasih sarannya.”
Kami berpisah setelahnya. Jemima melanjutkan pekerjaannya dan aku kembali ke meja yang kini dihuni Jonathan dan David. Mereka tersenyum lebar begitu melihatku.
“Gue kira lo bakal main sama si Claudia itu, tadi gue lihat lo ngobrol sama dia di toilet,” kata Jonathan begitu aku duduk di antara dia dan David.
“Namanya Jemima,” koreksiku.
“Oh, ternyata sudah hapal namanya sekarang.” Giliran David yang bicara, meledekku.
“Gue tahu rencana busuk lo, Ru.” Jonathan mengedipkan sebelah matanya. “Lo pasti lagi nyusun rencana bikin si Claudia ini jatuh cinta ke lo, kan? Terus nanti lo pacarin. Nah, setelah doi jatuh cinta dan berhasil lo pacarin, lo bisa pakai dia kapan aja. Gitu kan rencana lo?” ucap Jonathan sok tahu.
Sedangkan David tertawa kencang mendengar ucapan penuh sok tahu Jonathan itu.
“Gue nggak seberengsek itu, B4ngs4t!” kukalungkan lenganku pada leher mereka. Dan sedikit menekannya ke arah depan yang membuat keduanya mengaduh. “Gue bukan kalian ya, B4ngs4t, yang macarin cewek supaya bisa bobo enak gratis doang!”
“Enak aja, gue nggak pernah minta gratisan ke cewek!” sergah Jonathan tak terima.
“Barusan aja gue kasih sejuta padahal cuma main awalan doang, nggak sampai ke menu utama,” jujur David.
“Emang kenapa nggak lo lanjutin?” tanya Jonathan.
“Iya, kenapa emang? Perasaan cewek lo tadi lumayan menarik. She has big boobs, right?”
“Gede sih gede, tapi mulutnya bau septic tank,” sahut David dengan ekspresi jijik yang membuatku dan Jonathan tertawa terbahak-bahak.
“Tapi mending lo lah, Vid, cuma rugi sejuta. Dari pada Semeru, udah bayar 20 juta malah nggak dapet apa-apa,” lagi, Jonathan meledekku yang kini membuat David tertawa terbahak-bahak.
Sialan memang kedua sahabatku ini!
….
Entah pukul berapa pastinya, kami keluar dari klub. Aku yang harus mampir ke toilet dulu, harus pulang paling akhir di antara Jonathan dan David. Sementata Dimas, sudah sejak berjam-jam lalu tak terlihat batang hidungnya.
Aku sudah mengendarai mobilku di jalanan yang masih saja ramai di malam yang sudah sangat larut ini. Sembari bersenandung lirih mengikuti lagu dari audio car, kukemudikan Hyundai Ionic 5 dengan kecepatan sedang. Hingga tiba di sebuah jalan persimpangan, aku melihat sosok yang tak asing sedang dihadang dua orang pria.
Jemima. Ya, Jemima di sana, sedang berusaha mempertahankan rod duanya dari dua pria tak punya otak. Sempat ragu ingin menolong Jemima, karena kupikir dia bukan siapa-siapaku. Namun teringat dia adalah tulang punggung keluarganya, hatiku akhirnya tergerak untuk menolongnya
Bersambung
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
