Noda Masa Lalu Bab 46-48

8
0
Terkunci
Deskripsi

Elang sudah meninggalkan rumahnya beberapa menit lalu. Meninggalkan banyak kabar yang cukup mengejutkan bagi Jenita. Dari perceraian lelaki itu dengan sang istri. Dan kabar kembali menurunnya kesehatan Papa Saiful dan juga Eyang Wigati. Meski kenangan pedih tentang keluarga Hirawan melekat di ingatan, Jenita tak menampik jika hati kecilnya turut merasakan sedih mendengar kabar duka itu.

“Apa perlu kita ke sana, Bang?” tanya Jenita yang kepikiran akan kesehatan Papa Saiful.

“Saya siap mengantar ke...

3,495 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
100
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Noda Masa Lalu
Selanjutnya I Love You, Uncle! Bab 38,39
3
0
Jika biasanya Anjani menjadi si pasif kepada Dimas, semenjak perdebatan kecil dengan Arjuna malam itu, Anjani tak sungkan memberikan perhatiannya pada Dimas. Seperti mengunjungi kantor Dimas ketika jam makan siang, mengantarkan langsung Adinda ke rumah orang tua Dimas atau ke apartemen pria itu. Semua Anjani lakukan demi untuk menumbuhkan perasaan cintanya pada Dimas. Tidak memungkiri, Anjani memang sudah memiliki ketertarikan pada Dimas, hanya saja, ia memang belum merasakan debaran seperti yang ia rasakan pada Arjuna. Sudah kali ketiga Anjani mengunjungi kantor Dimas yang berjarak satu jam dari Love Daycare. Membawa nasi bebek yang dimasak khusus oleh ibundanya, Anjani bergegas menemui Dimas. Memang belum ada status jelas di antara mereka. Namun sebagai perempuan dewasa, Anjani jelas paham ke mana arah hubungannya dengan Dimas saat ini. Tentu bukan sekadar dekat untuk membuang-buang waktu saja.Anjani mengetuk pintu ruangan Dimas, setelah dipersilakan masuk gadis itu perlahan membuka pintu kaca di hadapannya.“Selamat siang, bisa bertemu dengan Mas Dimas?” Anjani memasuki ruangan sembari bercanda. Senyumnya mengembang menghiasi wajah ayunya.“Hei, kamu datang. Saya pikir tadi Salsa.” Dimas menyebut sekretarisnya. Pria itu berdiri dari duduknya, melangkah menyambut kedatangan Anjani. “Kan sudah saya bilang, biar saya saja ke tempat kerja kamu, jadi kamu nggak perlu jauh-jauh ke sini.” Dimas meraih wadah makanan yang dibawa Anjani dan meletakkannya di meja tepat di depan sofa yang mereka duduki sekarang.“Jadi saya nggak boleh ke tempat kerja Mas Dimas?” Anjani berpura merajuk, memajukan bibir.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan