
ladang tetap sunyi, seketika diri menyadari, “di mana benih yang kutanam? ke mana mereka tumbuh?” sedangkan benih itu sendiri sibuk dengan kehidupannya, tak peduli pada tangan yang menanamnya, tak peduli pada harapan yang menyertainya
ada sesuatu yang pahit dan manis tentang harapan. Sejak kecil, kita percaya bahwa kebaikan akan selalu dibalas dengan kebaikan, bahwa orang yang kita temani dalam kesulitan akan tetap bersama kita disaat kita membutuhkannya. Bahwa ketika dunia terasa gelap, akan selalu ada seseorang yang datang membawa cahaya
namun, hidup tidak selalu berjalan seperti itu
pernahkah kau menunggu? Menunggu seseorang yang kau yakini akan datang. Menunggu kebaikan yang kau berikan dibalas dengan ketulusan yang sama, layaknya menunggu benih yang kau tanam sendiri dengan harapan benih itu akan tumbuh menjadi bunga yang indah dan cantik. Menunggu tangan yang akan menggenggam erat saat kau merasa jatuh
tetapi semakin lama kau menunggu, semakin jelas kenyataan itu—tidak ada yang benar-benar datang. Tidak ada yang benar-benar tinggal. Semua orang terlalu sibuk dengan hidup dan perjuangan mereka sendiri. Hasil dari benih yang kau tanam dan kau tunggu tidak sesuai dengan ekspektasimu. Benih itu sibuk dengan hidupnya sendiri, tak peduli pada tangan yang menanamnya. Seolah berkata, "aku tidak bertanggung jawab atasmu karena dengan kemauanmu sendirilah kau menanamku." Begitupula dengan manusia—mereka tak memiliki kewajiban untuk selalu ada hanya karena kau pernah menolong mereka. Kau menolong atas kehendakmu sendiri dan mereka pun hidup dengan kehendak mereka sendiri.
disanalah kau... berdiri, sendirian di persimpangan, menyadari betapa rapuhnya sebuah harapan layaknya berada ditengah-tengah ladang bunga dimana semuanya layu dan rusak
lalu perlahan, kau mulai mengerti... bergantung pada orang lain hanya akan berujung pada kekecewaan
bukan karena mereka kejam. Bukan karena kau tidak pantas mendapat perhatian. Tapi karena setiap orang memiliki beban masing-masing, terlalu berat untuk mereka pikul—apalagi menanggung bebanmu
jadi, perlahan kau belajar. Belajar bahwa menggantungkan kebahagiaan pada orang lain hanya akan membuatmu merasa hampa. Bahwa tidak akan selalu ada seseorang yang menangkapmu saat kau jatuh—kecuali dirimu sendiri. Tidak ada bahu yang selalu tersedia untukmu—kecuali milikmu sendiri. Luka yang kau bawa, harus kau sembuhkan sendiri. Langkah berat yang kau tempuh, harus kau jalani seorang diri.
dan akhirnya kau menyadari—kau tidak ditakdirkan untuk diselamatkan oleh orang lain. Kaulah penyelamat bagi dirimu sendiri.
bukan berarti kau harus berhenti percaya pada orang lain, tapi sebelum itu, kau harus belajar percaya pada dirimu sendiri. Karena pada akhirnya, hanya ada satu orang yang akan selalu bersamamu, melewati semua luka, rasa sakit, dan kesepian—dirimu sendiri
✨Jadilah rumah bagi dirimu sendiri
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
