
"Masukin Jen,"pinta Karina.
Jeno menelan ludah, "serius Kar?"
Jeno tahu Karina tidak pernah berhubungan badan dengan siapapun. Itulah yang menghentikannya. Karina juga merupakan sosok yang belakangan ini Jeno kagumi akan ketenangan sekaligus keceriannya selama di lokasi. Seorang gadis pendiam yang mudah tertawa dan tawanya mencerahkan hari-hari.
"Jangan Kar, kamu masih perawan,"ujar Jeno, rasa malu mulai menjalar di tubuhnya.
Jeno hendak mengalihkan tubuhnya dari atas Karina ketika gadis itu memegang...
Can You Be Mine Because I Love You
(Bisakah Kau Menjadi Milikku Karena Aku Mencintaimu)
O6.
How Sex Can Save Someone
(Bagaimana Sex Dapat Menyelamatkan Seseorang)
###
DISCLAIMER
Tulisan ini hanyalah fiksi belaka.
Penggunaan nama idol merupakan bagian dari penulisan fiksi penggemar.
Cerita dan watak dalam tulisan ini tidak ada kaitannya dengan idol di dunia nyata.
Hal-hal menyimpang yang dilakukan para tokoh tidak bermaksud untuk melukai citra idola,
hal tersebut hanyalah bagian dari fiksi yang saya tulis.
###
PERINGATAN
Hati-hati bagian ini mengandung trigger bunuh diri.
Tulisan ini ditujukan untuk pembaca yang berusia 18 tahun ke atas.
Harap bijak dalam memilih bacaan. Karangan fiksi ini mengandung unsur merokok, hubungan seksual secara implisit (tidak frontal), perselingkuhan, dan minuman keras.
###
Flashback 9 month ago.
Jeno mengambil tisu dan membersihkan tetesan air di atas bantal, "kalau aku nggak sayang sama kamu, aku nggak disini sekarang Karina,"
Karina memejamkan mata sambil tertawa. Sembari menjatuhkan kepala di pangkuan Jeno, rasanya dia ingin sekali percaya bahwa Jeno benar-benar memiliki perasaan yang sama. Dan itulah yang Karina lakukan setelah menolak sekian lama. Dia percaya.
"Aku insecure,"kata Karina tiba-tiba.
Jeno menunduk memandang Karina yang berbaring di pangkaunnya. Sambil mengusap pipi Karina, Jeno bertanya, "insecure kenapa? Fisik? Biasanya cewek ngeributin soal fisik nih,"
"Soal fisik... aku udah berdamai sih,"sahut Karina, "tapi, aku terakhir pacaran tuh 4 tahun yang lalu, diputusin karena fisik. Dia mutusin karena aku terlalu kurus... katanya aku kayak torso,"
"Dia bilang gitu?"tanya Jeno, tidak percaya, "atau cuma perkiraanmu aja?"
"Awalnya dia bilang nyuruh aku gemukan, kalau engga dia mau selingkuh,"kenang Karina, "setelah itu dia beneran selingkuh... terus kita putus,"
"Brengsek, maksudnya apa coba,"gerutu Jeno.
"Iya kan, brengsek banget emang,"tutur Karina, lalu merengek, "mau minum lagi,"
"Kalau mau minum duduk dong, jangan tiduran,"Jeno membantu Karina untuk bangkit duduk.
Karina sambil dibantu duduk oleh Jeno berkata, "padahal dulu aku lebih berisi tahu daripada sekarang... gimana dia liat aku sekarang ya, udah kayak nggak menggairahkan banget pasti,"
"Kamu kenapa makin kurus, banyak pikiran ya?"tanya Jeno, memberikan Karina minuman yang diminta gadis itu.
Karina menerima mug berisi vodka dan meminumnya perlahan. Jeno menunggu Karina selesai meneguk minuman yang membuat makin sempoyongan. Dengan cekatan Jeno mengambil gelas dari tangan Karina sebelum dia menumpahkan isinya lagi.
"Gatau lah kenapa nambah kurus,"jawab Karina, "emang perawakan kali,"
"Udah jangan dipikirin, mantanmu itu alasan aja. Padahal dia yang brengsek pengin selingkuh tapi cari-cari alasan pembenaran dengan menyalahkan kamu,"ujar Jeno, menarik Karina dalam pelukannya dan menepuk-nepuk punggung gadis itu, "kamu tetep cantik mau kurus ataupun berisi,"
Karina membalas pelukan dan menyandarkan kepalanya ke dada Jeno, "iya kan... aku cantik..."
"Iya kamu memang cantik... tadi juga katanya udah berdamai sama fisikmu kan?"tanya Jeno.
Karina mengangguk.
"Terus sekarang lagi insecure kenapa?"tanya Jeno lagi.
"Oh... ituuu,"Karina mengangkat tubuhnya dari tubuh Jeno, melonggarkan pelukan mereka, "aku insecure karena di syutingan kemarin aku jadi sadar kalau aku nggak cocok disana, beda dari kamu, Jaemin, Haechan,"
"Aku? Kenapa aku?"Jeno menuang vodka untuk dirinya sendiri.
"Kalian bertiga tuh kayak emang ditakdirkan di dunia film, bisa gampang banget cocok sama orang-orang disana,"sahut Karina, "sedangkan aku kayak orang ilang... aku tuh nggak bisa berbaur sama orang-orang dan aku ngerasa industri film bukan duniaku,"
"Aku sedih banget... padahal aku suka film tapi aku nggak bisa membaur sama orang-orangnya..."keluh Karina sambil bersandar di bahu Jeno.
Jeno mengusap rambut Karina, "ini kan syuting industri pertamamu Karina... wajarlah kamu masih kagok,"
"Kamu pikir aku pertama kali syuting gimana? Ya sama aja kayak kamu,"tambah Jeno.
"Tapi kamu lihat sendiri kan kemarin di lokasi syuting aku diemnya kayak apa? Pasti kamu ngebatin kan kalau aku nggak guna?"tanya Karina, mengangkat wajahnya dari bahu Jeno, "terus kamu juga lihat kan aku nggak bisa apa-apa. Ih... sumpah aku bingung banget tahu di syutingan kemarin, aku tuh nggak ngerti apa-apa,"
"Aku ngebatin sih, kok kamu pendiem banget. Kenapa nggak banyak nanya padahal anak magang,"sahut Jeno, memegang kedua bahu Karina, "tapi ternyata kamu tipe observatif, kamu belajarnya dengan memperhatikan, iya kan? Buktinya chiefmu aja muji kamu yang tiap hari ada progress, bisa setting monitor, bisa gulung kabel, bisa bedain sender sama receiver,"
Karina mengernyit sambil tertawa, "kok kamu tahu?"
"Aku nguping pas chiefmu lagi muji kamu,"jawa Jeno, terkekeh, "ikut seneng juga tiap kamu ada kemajuan,"
Karina yang tertawa mendengar perkataan Jeno, menerima mug berisi vodka yang ditawarkan oleh Jeno. Satu gelas vodka lagi dihabiskan oleh Karina dan efeknya terasa lebih kuat dari sebelumnya. Karina meletakkan mug di atas paha Jeno sambil menundukkan kepala dan menangis. Jeno mengambil mug dari tangan Karina dan mengamankannya di meja, lalu menarik Karina yang menangis ke dalam pelukannya.
"Aku nggak pengin pulang,"isak Karina dalam pelukan Jeno, "rumahku nggak terasa seperti rumah... mereka nggak bisa menerima siapa aku sebenarnya,"
Jeno mengusap-usap punggung Karina yang menangis makin hebat.
"Segala hal diatur. Aku nggak bisa punya pilihanku sendiri Jen. Bahkan sesederhana pakaian aja harus sesuai sama standar mereka,"tutur Karina, "aku ngerasa sesek banget di rumah... aku nggak tahan harus selalu dipaksa dan memaksakan diri,"
"Pasti semua ada alasannya kan Karina... mereka cuma pengin yang terbaik untuk kamu,"hibur Jeno, "tapi kalau memang rumah bukan tempatmu, aku yakin kamu akan menemukan 'jalan pulang' yang sesungguhnya,"
Karina memeluk Jeno perlahan, "bagiku pulangku adalah kamu, tempat ternyamanku itu kamu,"
Jeno mengeratkan pelukannya dan tidak bisa berkata apa-apa untuk pernyataan Karina yang barusan. Karina melanjutkan dengan mentertawakan masalahnya. Namun dalam beberapa detik kembali menangisinya. Jeno tidak melepaskan tangan Karina barang sedetikpun. Bahkan saat gadis itu tiba-tiba mengamuk, Jeno tetap menempatkannya dalam pelukan. Ada ketakutan dalam diri Jeno, kalau saja Karina melompat dari balkon karena mereka saat ini ada di lantai 5. Pikiran itu muncul di benak Jeno setelah Karina menceritakan tentang kecenderungannya untuk mengakhiri hidup.
Kelelahan, Karina mengeluh ingin ke kamar mandi dan kondisinya yang sudah sempoyongan membuat Jeno harus mengantar gadis itu. Kemudian mereka bersiap untuk tidur. Jeno menukar bantal yang basah karena ketumpahan vodka oleh Karian agar dipakai olehnya, sedangkan Karina memakai bantal yang kering.
Jeno membiarkan Karina berbaring diatas tempat tidur sementara dirinya menutup pintu balkon dan tirai jendela. Setelah itu Jeno menyusul Karina untuk berbaring diatas tempat tidur. Mereka saling berhadapan. Jeno memandang Karina yang juga sedang memandangnya.
"Aku nyesel di wrap party kemarin nggak nyium kamu,"bisik Karina lirih, tapi suaranya terdengar jelas oleh Jeno dengan jelas karena suasana kamar yang sepi. Perkataan Karina terdengar seperti permintaan yang ingin Jeno kabulkan. Jeno mendekat dan mengecup bibir Karina lembut yang ciumannya kemudian dituntut oleh Karina.
Bibir yang saling berpagut tentu tak dapat mengucapkan kalimat karena sibuk. Namun, diantara keduanya seperti ada komunikasi tentang rasa ingin saling memiliki. Jeno tidak sadar tangannya menelanjangi dirinya sendiri dan Karina, hingga dia tiba-tiba ada diatas Karina dan dia berhenti.
"Masukin Jen,"pinta Karina.
Jeno menelan ludah, "serius Kar?"
Jeno tahu Karina tidak pernah berhubungan badan dengan siapapun. Itulah yang menghentikannya. Karina juga merupakan sosok yang belakangan ini Jeno kagumi akan ketenangan sekaligus keceriannya selama di lokasi. Seorang gadis pendiam yang mudah tertawa dan tawanya mencerahkan hari-hari.
"Jangan Kar, kamu masih perawan,"ujar Jeno, rasa malu mulai menjalar di tubuhnya.
Jeno hendak mengalihkan tubuhnya dari atas Karina ketika gadis itu memegang kedua tangan Jeno yang menumpu di kanan kiri tubuh Karina.
"Masukin Jen,"pinta Karina lagi, kali ini dengan suara yang bergetar menahan tangis.
Jeno jadi bingung, kenapa Karina menangis?
"Ngelihat aku telanjang dan kamu ngelihat aku kurus kering jadi kamu berubah pikiran kan?"tanya Karina sambil menangis, "aku jelek kan makanya kamu nggak mau?"
Jeno membelalak kaget, "Nggak gitu Kar... aku cuma nggak pengin merawanin kamu,"
"Bohong! Kamu pasti mikir aku jelek makanya kamu udah nggak pengin lagi,"tangisan Karina semakin pecah.
Jeno jadi serba salah. Dia kini berbaring menyamping disisi Karina, bingung dengan situasinya dan tidak tahu harus berkata apa.
"A-aku... pengin banget Kar,"ujar Jeno jujur, "kamu cantik banget dimataku, tapi kamu masih perawan... aku ga tega ke kamunya Karina,"
"Aku udah mikirin ini Jen, aku mau nggak perawan malem ini,"racau Karina di tengah tangisannya, "tapi kamunya nggak mau karena aku jelek... aku jelek kan Jen?"
Jeno berusaha meyakinkan Karina sambil mengusap rambut dan menghapus air mata di pipi gadis itu. Tapi, Karina terus menerus memotong perkataan Jeno dengan semua kecurigaannya. Karina menyebutkan semua kekurangan fisik yang dia pikir menjadi alasan Jeno tidak mau berhubungan seksual.
Jeno tidak tahan lagi. Selagi dirinya mati-matian menahan diri agar tidak menyetubuhi gadis itu untuk menjaga keperawanannya, Karina justru berpikir negatif. Jeno akhirnya beranjak ke atas tubuh Karina dan menopang tubuhnya sendiri dengan tangan. Dimulai dengan melumat bibir Karina untuk menghentikan gadis itu meracau, Jeno lalu berusaha memasukkan miliknya ke Karina.
~o
Karina berbaring di kamarnya dengan memakai tank top hitam dan celana pendek untuk melewati siang yang panas di Mokpo. Dia berusaha menghibur diri sekaligus membunuh waktu yang membosankan menggunakan video-video lucu di tiktok. Saat itu ibunya lewat dan melihat Karina dengan pandangan menghakimi.
Karina tidak bisa mengabaikan pandangan yang tak menyenangkan itu meskipun sudah berkali-kali diterimanya. Dan dia ingin mengajukan pertanyaan meskipun jawabannya kemungkinan besar akan menyakitkan, "kenapa bu?"
"Ada bau rokok di kamar mandi, kamu ngerokok lagi ya?"selidik Ibu.
"Iya,"sahut Karina singkat.
"Cewek kok ngerokok sih, jelek tahu,"omel Ibu, "udah gitu jadi cewek gemukan dikit dong, badan kurus kering begitu mana ada cowok yang mau,"
Sebuah omelan yang secara mengejutkan kali ini tidak menyakiti Karina. Karena Karina tahu bahwa di dunia ini ada laki-laki yang mau dengannya walaupun dia merokok dan kurus. Ada sepasang mata yang melihatnya indah. Ada sosok tubuh yang gagah pernah memeluknya untuk merengkuh dan menerima lukanya. Laki-laki itu ada di dunia ini dan dia bernama Lee Jeno. Seorang penyelamat.
Flashback End.
~o
Flashback 2 month ago.
Malam itu saat Karina dan Haechan terlibat pertengkaran akibat keegoisan Karina yang mengakibatkan presentasi pitching mereka berantakan, Jeno seolah mengerti Karina lebih daripada Karina mengerti dirinya sendiri. Selain perasaan dimengerti itu, muncul perasaan nostalgik yang mengusik. Karina teringat moment ketika dirinya jatuh cinta pada Jeno. Bukan karena apa yang sudah mereka lakukan, melainkan karena apa yang Jeno katakan. Persis seperti malam itu, Jeno tiba-tia menjadi orang yang paling mengerti Karina.
"Tuh kan kamu sedih,"kata Jeno sambil mendaratkan telapak tangannya di dada Karina dan memberinya tepukan lembut. Karina berdesir. Saat itu dia mengenakan pakaian tipis dan telah menanggalkan pakaian dalamnya karena akan tidur sebelum Jeno datang. Sentuhan Jeno membuat Karina menegang bersamaan dengan pikiran kotor berkeliaran di benaknya, menginginkan sentuhan itu turun lebih kebawah.
"Keluarin semuanya... jangan ditahan lagi,"ujar Jeno, tangannya berpindah untuk menangkup pipi Karina yang basah. Mengusap air matanya dengan ibu jari sembari mengunci pandangan diantara keduanya.
Karina tahu yang Jeno maksud adalah agar dirinya mengeluarkan perasaan sedihnya tentang apa yang terjadi antara dia dan Haechan. Tapi, alih-alih hal itu, Karina justru mengeluarkan yang lain. Yaitu kerinduannya kepada Jeno.
Karina tidak yakin siapa duluan yang mendekat, tiba-tiba saja bibir mereka saling berpagut. Karina tidak mungkin tahu isi hati Jeno, tapi dia yakin kerinduannya berbalas. Dan gadis itu menginginkan apa yang pernah terjadi, terjadi lagi malam ini. Maka walaupun tidak mabuk, dia mengesampingkan rasa malu untuk memegang pergelangan tangan Jeno dan memindahkannya dari pipi ke payudara.
Jeno terkejut dengan yang Karina lakukan. Sedetik dia berpikir untuk memindahkan tangannya ke bahu Karina agar lebih mudah untuk menahan diri. Tapi, dia teringat saat 6 bulan lalu di hotel. Karina akan menganggap penolakannya sebagai bentuk ketidaksukaan. Jadi, daripada berusaha menahan diri dan malah membuat Karina tersinggung, Jeno memutuskan untuk mengikuti apa yang juga diinginkannya dalam hati untuk meremas payudara Karina.
Desahan demi desahan mulai terdengar. Jeno dengan tangannya yang satu lagi membimbing Karina masuk ke dalam kamar untuk masuk ke dalam kamar, melanjutkan berciuman diatas tempat tidur. Mereka lalu mulai melucuti pakaian masing-masing dan selanjutnya mereka berbahasa dengan bercinta.
Malam itu sekali lagi Jeno menghilangkan pikiran Karina tentang dirinya yang tidak diinginkan siapapun. Sentuhan Jeno di tiap inci tubuh Karina membuat perasaan gadis itu yang hancur karena merasa ditinggalkan oleh Haechan, dalam sekejap kembali merasa begitu diinginkan. Pujian-pujian terhadap tubuh dan desahan nafas Karina dilontarkan oleh Jeno seperti pujangga yang menghamba pada keindahan maha karya. Dan sekali lagi Jeno menjadi seorang penyelamat bagi Karina.
Dan diatas segalanya Karina tahu bahwa semuanya akan bermuara sama seperti 6 bulan lalu. Tapi, Saat itu, Jeno datang karena Karina akan pulang ke Mokpo dan pertemuan itu mereka pikir menjadi yang terakhir. Malam ini, Jeno juga datang dengan sebuah alasan yaitu untuk menghibur Karina yang adalah bagian dari tim produksi film mereka. Bagaimana jika suatu hari tidak ada lagi alasan untuk bertemu? Karina berpikir, bisakah Jeno tetap berada disisinya hanya karena dirinya menginginkan itu?
Bisakah Jeno menjadi milik Karina hanya karena Karina mencintainya?
###
to be continued.
bersambung.
###
Author Note
Catatan Penulis
Halo, bertemu lagi di karyaku CYBM-BILY.
Kamu boleh panggil aku kak, thor, atau Trisa yaa.
Aku harap kalian semua terhibur dengan cerita yang aku tulis dengan penuh perasaan ini ya hehe.
Sampai ketemu di bagian cerita yang selanjutnya, seperti biasa akan update di hari Sabtu, jam 7 malam.
Terima Kasih ^o^
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
