
TEMA: SANTRI
Ning Shofi baru saja menyelesaikan mondoknya di pesantren terkenal daerah jawa timur. Setelah mengabdi setahun, Abahnya meminta pulang untuk membantu mengajar di Pondoknya sendiri. Kebetulan Abahnya Ning Shofi mengasuh kurang lebih dua ribuan santri.
Sebelum diijinkan mengajar, Abah Ning Shofi meminta agar mondok dulu di pondok thasawuf:
"Nduk, karena selama ini ngajinya Al Quran sama Ilmu Fiqih saja, Abah kirim ke pondok thasawuf ya agar seimbang" Kata Abahnya, Ning Shofi tidak berani...
Ning Shofi baru saja menyelesaikan mondoknya di pesantren terkenal daerah jawa timur. Setelah mengabdi setahun, Abahnya meminta pulang untuk membantu mengajar di Pondoknya sendiri. Kebetulan Abahnya Ning Shofi mengasuh kurang lebih dua ribuan santri.
Sebelum diijinkan mengajar, Abah Ning Shofi meminta agar mondok dulu di pondok thasawuf:
"Nduk, karena selama ini ngajinya Al Quran sama Ilmu Fiqih saja, Abah kirim ke pondok thasawuf ya agar seimbang" Kata Abahnya, Ning Shofi tidak berani membantah. Lalu beliau mengirimkan Ning Shofi ke daerah dataran tinggi di jawa tengah, namanya desa lereng. Pondoknya pun terkenal dengan pondok lereng karena terletak di lereng gunung Sindoro, walau sebetulnya nama asli pondoknya adalah Al Anwar. Berangkatlah Ning Shofi tanpa di antar.
Setelah sampai di Pondok, Ning Shofi mudah bergaul. Karena dunia pondok sudah menjadi makanan sehari-hari, Ning Shofi tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi, bahkan hampir semua santri tau bahwa Ning Shofi adalah putri Kyai tersohor daerah Jawa Timur. Maklum, di Pondok lereng semua santrinya tidak lebih dari 50 orang.
Ning Shofi mulai ikut rutinitas mengaji seperti yang lainnya. Namun Ning Shofi kaget melihat semua kitab yang di ajarkan sudah khatam di pondoknya yang dulu, bahkan beberapa kitab pernah di ampunya. Apalagi Ning Shofi terkenal cerdas sekali tidak seperti santri pada umumnya. Sudah tidak asing dikalangan santri bahwa kecerdasan Ning Shofi katanya turunan dan barokah tirakat Abahnya. Masyarakat mengenal Abahnya Ning Shofi adalh sosok yang selalu puasa sudah hampir 17 tahun berjalan. Ning Shofi pun mengiyakan akan hal itu karena memang entah kenapa dia bisa lebih mudah hafalannya dibanding santri pada umumnya.
Semakin lama semakin membosankan. Ning Shofi hanya masuk ketika Bu Nyai yang ngajar, bahkan Bu Nyai satu-satunya alasan Ning Shofi masih bertahan disitu karena mengaguminya. Konon Bu Nyai adalah seorang artis yang dipersunting Mbah Yai dengan selisih umur yang jauh karena Bu Nyai dipersunting setelah Istri pertama Abah Yai meninggal. Yang menakjubkan Bu Nyai hafal Al Quran hanya dalam waktu 4 bulan dan fasih baca kitab kuning yang langsung di ajar oleh Mbah Yai, sehingga belum sampai 1 tahun menikah sudah bisa mengusai banyak sekali kitab.
Suatu ketika, habis Ashar jadwal ngaji di serambi, namun karena memang Ning Shofi malas dan sering absen, dia memilih tidur. Setelah matahari mulai terbenam, Ning Shofi bangun merasa pusing dan lesu sekali, akhirnya untuk mencari ketenangan dia pergi ke belakang pondok. Kebetulan belakangnya sawah-sawah dan sungai bebatuan. Sembari meratapi nasib, tiba-tiba dari belakang Bu Nyai datang dan menyapa:
"Nduk, sedang apa disini?" suara terdengar dengan lembut dan wajah penuh wibawa.
"Saya sedang menikmati sore Bu Nyai" jawab Ning Shofi, karena tidak mungkin bilang bahwa dia baru bangun tidur.
Lalu Bu nyai duduk di samping Ning Shofi dan berkata pelan "Kamu bolos lagi ya nduk?"
Deg! Mendengar pernyataan Bu Nyai, Ning Shofi kaget sekali. Berarti selama ini Bu Nyai tahu kalau aku sering bolos, pikirnya.
"Mohon maaf Bu Nyai..." Kata Ning Shofi terdiam tak berkutik. Dia hanya menunduk malu dan tak bisa berkata-kata lagi. Bu nyai dengan lembut menanggapi
"Jangan diteruskan perasan sombongmu karena karunia kecerdasan itu ya Nduk, karena itu akan memperburuk daya ingatmu terhadap ilmu-ilmu yang sudah kamu hafal, bagaimanapun secerdas apapun kamu, intinya pada tirakatmu bukan tirakat orang tuamu". Ning Shofi hanya menunduk terdiam dan mengeluarkan air mata.
Lalu Bu Nyai melanjutkan "Nduk, kamu tahu alasanku bisa menghafal dan menguasai kitab-kitab dalam waktu singkat? Itu bukan semata karena tirakat Mbah Yai, namun tirakatku sendiri, dimana dulu aku artis rela melepas nafsuku untuk dipersunting laki-laki setengah baya, dan memilih beliau karena keshalehannya padahal aku sedang di puncak kejayaannya, lalu setelah itu merasa penyesalan yang luar biasa sehingga tidak bisa tidur, siang malam aku hanya menghafal dan belajar untuk mengganti umurku yang sudah kusia-siakan. Tirakatku dengan mengkosongkan nafsuku."
Mendengar kisah tersebut, Ning Shofi mengangis tsrsensu-sendu lalu meminta maaf, dan Bu Nyai pun memeluknya. Tiba-tiba suara tadarus menjelang magrib pun terdengar, mereka berdua pun bergegas kembali ke pondok.
Peristiwa itu mebuat Ning Shofi menyadari apa yang dimaksudkan Abah dulu ketika mengirim Ning Shofi ke pondok tashawuf dan kini Ning Shofi sudah menemukan makna dan pelajaran yang belum didapatkan di pondok sebelumnya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
