Selanjutnya
Salam rindu dari ruang kelas
Pandemi memasuki bulan kedelapan. Diawali dengan kepanikan bagaimana membentengi diri dan orang sekitar dari wabah. Berlanjut, ternyata tidak hanya wabah yang menyerang kehidupan, tapi pikiran masing-masing mulai terserang virus kejenuhan, kebosanan, kebingungan.
Satu per satu aspek kehidupan terserang. Sampai kini, bukan lagi berjuang melawan wabah penyakit, tapi berjuang mempertahankan hidup.
Tapi, sadarkah? Kita tidak sendiri. Seluruh dunia merasakan. Bukan hanya satu bidang profesi yang menjadi tumpuan. Semua orang. Termasuk diri ini, yang dipaksa untuk bisa keluar dari zona nyaman kehidupan selama ini. Adakah yang bisa kita lakukan untuk melanjutkan episode hidup kita di masa yang baru ini?
***
Hari ini aku kembali berdiri di lorong kosong. Pemandangan yang awalnya ku rasa aneh. Pemandangan tak biasa yang ternyata selama delapan bulan ini menghiasi. Lorong yang biasa penuh teriakan canda tawa, suara bisik-bisik dan derap kaki mereka di balik pintu kelasnya masing-masing. Gedung ini hampa berbulan-bulan. Kursi-kursi tersusun terlalu rapi. Dan aku tetap merasa tak nyaman. Ternyata aku rindu.
***
Delapan bulan, kami guru, tetap masuk menjaga konsistensi pendidikan. Selain tetap berusaha hidup, kami tetap melangkahkan kaki mencari harapan dalam bayangan mereka akan tetap bisa belajar meskipun keadaan ini berubah. Ternyata, nyatanya bukan mereka saja yang harus berubah. Bagaimana mereka paham jika kami masih diam di tempat. Terlalu nyaman dan menyalahkan keadaan.
Berbulan-bulan berusaha keluar dari zona nyaman selama ini. Bukan tawa dan kejengahan menghadapi tingkah remaja mereka yang kami hadapi kali ini. Layar komputer kami adalah ruang pertemuan kami dengan mereka. Dan ternyata, kelas itu bukan sekedar ruang, ada rindu disana.
***
Hari demi hari berlalu begitu saja di masa ini. Nyaris terlalu lama aku tenggelam dalam bayangan ruang kelas yang kosong. Kapan kita berjumpa lagi disana? Melihat mereka yang sudah mulai jenuh dengan keadaan. Mungkin mereka jenuh dengan aku yang sejujurnya jenuh juga. Tapi aku bisa apa? Jika terus tenggelam dalam bayangan.
Ada cita-cita yang harus tetap tercapai meskipun dalam keadaan ini. Sejujurnya, jika kita bisa lolos dari masa ini, aku yakin kita akan lebih bersyukur lagi nantinya. Ada kalanya kita akan bangga bisa bertahan saat ini. Belajar dari sesuatu yang mungkin tidak akan ditemui nantinya. Memaksa diri belajar dan keluar dari zona nyaman, karena jika bukan karena ini, mungkin tidak akan pernah aku lakukan juga. Banyak pengalaman yang bisa diceritakan nanti.
***
Salam rindu dari ruang kelas.