
Yuk, ramaikan biar semangat up.. wkwk
PART 7 : Tidur berdua
***
Kinan tidak mood makan. Bayang-bayang tidur sekamar bersama Prabu masih terasa begitu mengerikan namun untuk lari dari kenyataan pun dia tidak bisa.
"Oh, Kinan mau nginap sini? Bagus kalau gitu. Soalnya Papa juga agak ngeri sama keamanan kos-kosan Kinan. Udah halal juga sama Prabu, jadi Papa nggak masalah kalau sekarang mereka mulai satu kamar."
Begitu lah kira-kira tanggapan ayah mertua saat Mama Yasmin membagi informasi mengenai Kinan yang malam ini terpaksa menginap di kediaman sang mertua.
Meski memiliki wajah yang tegas dan kadang tanpa ekspresi, tapi ayah mertua Kinan sama baiknya seperti ibu mertua.
"Makannya dikit banget sih, Kin?" Ruby bertanya dengan kedua alis terangkat ketika mendapati nasi di atas piring adik iparnya yang bahkan baru tersentuh satu atau dua sendok saja.
"Masih kenyang, Kak."
"Perasaan lo cuma makan bakso doang deh di kampus. Eh, gue lupa. Lo 'kan habisin dua ketupat."
Prabu kampret!
Kinan lapar.
LAPAR.
Tapi gara-gara Prabu yang membuat mereka tidur sekamar lah yang bikin Kinan tidak mood makan nasi.
"Cuma makan dua ketupat ya nggak bikin kenyang. Atau kamu nggak suka lauknya Kin? Nanti biar Mama suruh Prabu beli makanan dari luar."
"Nggak usah Ma, lauknya enak kok."
"Kenapa jadi Prabu yang disuruh, Ma? Orang Kinan yang nggak mau makan."
"Kan Kakak suaminya Kak Kinan. Gimana sih gitu aja nggak paham?!" Bella menyahuti cepat.
Prabu menoyor gemas kepala Bella yang kebetulan duduk di sebelahnya.
"Prabu! Nggak usah pukul-pukul adik kamu!" Omel Chandra yang segera digeleng sang putra.
"Nggak mukul loh, Pa. Nih, Papa lihat."
Setelahnya Prabu mengusap kasar rambut panjang Bella yang disambut teriakan gadis 16 tahun itu.
"KAK PRABUUUUUUU.."
"Nggak usah bikin gaduh di meja makan! Nggak baik!"
"Kak Prabu yang mulai, Pa." Rengek Bella sambil menyisir rambutnya. "Kapan sih Kak Prabu pindah dari sini, Pa?"
"Eh, maksudnya lo mau ngusir gue, Bel?"
"Iya. Soalnya Kakak rese!"
"Dasar Belek jelek!!" Ledek Prabu yang kembali mengacak-acak rambut adiknya.
"Papaaaaaaaaa.."
"Prabu! Nggak usah jahilin adiknya mulu kenapa sih?!"
"Iya Pa iya."
"Inget dong Kak, kamu tuh udah jadi suami sekarang." Yasmin mendesah pelan. "Jangan suka jahilin adik kamu terus. Bella ini termasuk investasi masa depan kamu sama Kinan loh,"
"Kok bisa sih Ma? Memangnya Bella laku ya kalau dijual?"
"Husstttt, kamu kalau ngomong suka ngaco!" Omel ibu tiga orang anak itu sambil geleng-geleng kepala.
"Investasi yang Mama maksud itu, nanti kalau kamu sama Kinan udah lulus kuliah dan memutuskan punya anak, Bella bisa bantu jagain. Kan biasanya para adik yang bakal disuruh jagain keponakan. Makanya Bella ini bisa dibilang investasi yang menjanjikan."
"Asal dibayar, Bella siap menjadi the next rich aunty setelah Fuji yang sampai sekarang masih jadi the best aunty-nya Gala."
Prabu mendengkus pelan sembari melirik adiknya yang kini menyengir lebar.
"Mana ada rich aunty minta bayaran, harusnya penuh keikhlasan. Masa momong ponakan minta dibayar, situ rich aunty atau misqueen aunty?"
"Dikira momong bocil nggak capek apa? Butuh energi yang banyak. Gimana dapet energi kalau nggak punya duit buat beli makanan coba?"
"Emangnya lo pernah momong bocil, Bel? Entar yang ada gue malah rugi. Udah bayar lo mahal, pulang kerja tahu-tahu kepala anak gue benjol. Bayar lo, bayar rumah sakit, belum lagi kalau habis periksa anak gue nangis minta sebarang ini itu."
Eh, tunggu. Tunggu. Kenapa Prabu jadi kejauhan begini?
"Ck! Ck! Ck! Kelihatan banget tipe bapak medit lo, Kak." Bella menggeleng geli. "Belum apa-apa udah kepikiran anak nangis minta jajan ini itu, astaga.." lalu tertawa sambil mengusap sudut mata yang berair. Begitu juga dengan Yasmin dan Ruby yang menahan senyum gelinya.
"Bukan medit lah, Bel! Masalahnya gue juga perlu mikirin uang skincare mamaknya anak-anak. Eh btw, Kin. Lo pakai cream dokter apa cream abal-abal?"
Ya ampun, Kinan ingin dihempaskan angin saja kalau begini.
Dia baru tahu kalau mulut Prabu ternyata super aktif.
Ya Tuhan, semoga saja nanti Kinan kuat menjalani hidup bersama lelaki itu. Aamiin..
"Cream abal-abal bahaya banget loh, Kin. Pokoknya nggak usah coba-coba. Dulu Faiz pernah tuh iseng-iseng pakai, eh ujungnya malah habis terang terbitlah gelap. Akhirnya ngeluarin duit banyak buat ke dokter kulit."
Kinan pikir pembahasan mengenai skincare sudah selesai ternyata masih saja dilanjutkan.
"Gue nggak pakai skincare."
Bola mata Prabu langsung berbinar mendengar jawaban Kinan.
"Alhamdulillah, meringankan beban pengeluaran." Prabu mengusap kedua tangannya ke wajah. "Lo emang beneran cewek idaman semua lelaki Kin. Emang paling bener cukup pake air wudhu ya, Kin? Makanya muka lo jadi secerah matahari di siang hari."
"Nggak juga sih, soalnya tiap hari gue suka pakai masker wajah."
Kampret!
"Rasain lo, Kak!"
Bella terbahak puas lalu mendorong pundak kakak laki-lakinya. Sementara Chandra hanya pasrah melihat kelakuan putra satu-satunya itu.
"Ma, Pa, kayaknya Prabu udah siap tuh jadi bapak banyak anak." Ruby tergelak yang dihadiahi lirikan sinis oleh Prabu.
"Aduh, aduh, Mama pusing deh kalau bayangin Prabu punya anak dalam waktu dekat. Nggak bisa bayangin akan sepusing apa Kinan punya dua bocah. Nggak bisa. Nggak bisa."
Prabu menghela malas lalu segera melirik sang ibu.
"Yang mau punya anak dalam waktu dekat juga siapa sih, Ma? Prabu juga belum ngapa-ngapain Kinan."
"Oh, jadi nanti mau diapa-apain?" Ledek Ruby lagi.
"Ya iyalah Kak, eh.."
Prabu cengengesan ketika mata saling memandang bersama Kinan yang duduk di meja sebrang bersama ibu dan kakaknya.
"Duhhhh, kok jadi nggak sabar Kinan selesai mens ya?"
Bugh.
Tawa Prabu terhenti ketika lelaki muda itu ditimpuk gulungan tisu oleh sang ayah.
"Mulutnya yang sopan, Prabu!"
"Letak tidak sopannya dimana sih? Pak Chandra mah suka aneh mikirnya." Prabu menggerutu lirih sambil mengusap-usap pipinya.
Sudahlah. Ayahnya memang tidak asik.
*
Akhirnya berhasil merampungkan tugas Pak Kaisar hampir di jam sepuluh malam, Kinan segera mengunci pintu balkon lalu melirik Prabu yang tertidur nyaman di sofa panjang yang berada di kamar lelaki itu.
Ya, dia mengerjakan tugas di kamar Prabu.
Tadinya Kinan sudah menempati ruang tamu untuk merampungkan laporan presentasi yang sudah sempat Prabu kerjakan kemarin, tapi teman sekelas sekaligus lelaki yang telah berstatus sebagai suaminya itu memaksa dirinya untuk pergi ke lantai atas. Tepatnya ke sebuah kamar bernuansa hitam khas anak laki-laki. Dan di kamar balkon itu lah Kinan berhasil menyelesaikan laporan yang membuat dirinya dan Prabu terjebak ke dalam pernikahan.
Alasan mengapa Prabu memilih membawanya ke kamar jelas karena lelaki itu ingin bermain game. Karena jika di lantai bawah sudah pasti Prabu kena omel kedua mertuanya jika tidak membantunya mengerjakan tugas.
Potongan buah mangga yang Mama Yasmin sediakan untuk menemani kerja kelompok mereka dihabiskan seorang diri oleh Kinan dan untungnya Prabu tidak melayangkan protes sama sekali. Lelaki itu cukup sadar diri ternyata.
Merasakan punggung yang mulai pegal, Kinan pun segera menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang milik Prabu.
Bugh.
Ah, rasanya nyaman sekali.
Sudah lama Kinan tidak tidur di kasur seempuk ini kecuali jika sedang pulang ke rumah orang tuanya di Semarang.
Baguslah Prabu tidur di sofa. Dengan begitu Kinan bisa menguasai ranjang seorang diri.
Jam yang telah menunjukkan pukul sepuluh malam berhasil membawa gadis itu terpejam dalam sekejap.
Status kamar asing seolah tidak mempengaruhi kenyamanan Kinan untuk memejamkan mata. Untungnya Kinan tipe yang mudah tidur dimanapun. Jadi tidak peduli dengan status kamar yang merupakan milik Prabu, gadis itu dengan mudahnya move on ke dunia mimpi dengan kedua tangan terlentang lebar.
Benar-benar menganggap kamar Prabu sebagai kamar sendiri.
Sayangnya si empunya kamar terbangun tak lama setelah Kinan berhasil terlelap.
Prabu yang sudah berdiri di samping ranjang lantas berdecak sambil berkacak pinggang.
"Wahhhh, nggak tahu diri banget si Kinan." Lelaki itu menyingkirkan kaki dan tangan Kinan supaya tidak menguasai ranjang miliknya seorang diri.
"Bukannya bangunin, malah sengaja banget biarin gue tidur di sofa."
Melihat cara Kinan tidur yang sangat jauh dari kata feminim buat Prabu kembali berdecak.
Posisi Kinan terlalu ke tengah. Walaupun sudah ia singkirkan tangan dan kaki gadis itu ke samping, tetap saja masih memakan tempat.
Prabu mana sudi tidur di sofa dan membiarkan Kinan menguasai ranjang kesayangannya.
"Kin! Bangun woyyyyy!!"
Sengaja ia guncang kaki Kinan tapi sialnya gadis itu terlalu kerbau untuk dirinya yang sapi.
Eh, gimana sih ini konsepnya?
"KINANNNNN!!"
Memiliki tingkat kesabaran setipis rambut Upin Ipin, Prabu semakin semangat mengguncang kaki Kinan hingga gadis itu terbangun dengan memasang wajah murka.
"APAAN SIH?! GANGGU ORANG TIDUR AJA!"
Sontak Prabu memutar bola mata.
"Ini kamar gue kalau lo lupa!"
"Ya terus?" Dumel Kinan sambil menggaruk rambutnya. "Udahlah, lo lanjut tidur di sofa aja sana. Lagian gue cuma nginap semalam."
"Enak aja lo! Yang ada badan gue remuk. Lo aja sono yang tidur di sofa. Berhubung ini kamar, jadi lo nggak berhak ngatur-ngatur."
Gantian Kinan yang memutar bola mata.
"Gue terpaksa tidur di kamar ini juga gara-gara lo! Jadi gue berhak ngasih aturan."
"Terserah. Gue ngantuk mau tidur."
Bruk.
Prabu menjatuhkan tubuh ke ranjang dengan posisi tengkurap dan sengaja merentangkan kedua tangannya yang membuat Kinan mendesis kesal.
"Apa-apaan sih lo!"
"Gue ngantuk Kinan." Desah Prabu yang kembali memejamkan mata.
"Lo pikir gue nggak ngantuk setelah begadang ngelarin tugas hah?!"
"Ya udah sini tidur,"
Prabu membalikkan tubuh lalu segera menggesernya ke samping.
"Tidur berdua sebagai pengantin baru." Laki-laki itu mengerling bersama senyum tipisnya.
"Ogah!!!"
Kinan memilih turun dari ranjang setelah mengambil bantal dan segera membawanya ke sofa.
"Yakin mau tidur di sofa, Kin? Padahal tidur dipelukan gue jauh lebih nyaman loh. Mumpung gue lagi berbaik hati nih kasih penawaran menarik dan pastinya khusus buat lo seorang. Sini Kin, sini."
"Jijik!"
"Ya udah kalau nggak mau. Bye bye Kinan. Gue ngantuk banget nih, jadi nggak sabar buat tidur di kasur yang empuk." Ledek Prabu yang kemudian menyalakan lampu kamar dan segera memejamkan mata. Menyisahkan Kinan yang meradang di atas sofa.
PRABU SIALAN!!
Terpaksa merebahkan tubuhnya di sofa dengan hati dongkol dan sibuk memaki Prabu yang enak-enakan tidur di kasur sementara dirinya berakhir tragis di sofa, Kinan yang sudah terlampau lelah pun akhirnya berhasil memejamkan mata lagi dan bersiap menyambut alam mimpi yang kali ini terasa sangat mengerikan.
Sementara Prabu yang belum benar-benar tertidur justru terjaga di atas ranjang sambil memperhatikan Kinan yang tidur meringkuk persis seperti bayi. Bibir yang sedikit terbuka membuat Prabu gemas ingin menutupnya menggunakan lem.
Tiba-tiba kantuk menghilang tanpa bilang bak sebuah lagu, Prabu pun memilih bermain ponsel tanpa menyalakan lampu utama.
Membuka obrolan chat, bola mata Prabu langsung bergulir pada pesan yang dikirim oleh si mantan yang sepertinya sudah move on. Lelaki itu pun segera membuka pesan yang Maura kirim sekitar setengah jam yang lalu.
Dari : Mau Mau
Kamu nggak cemburu aku jalan sama cowok lain?
Dari : Mau Mau
Prabuuuuuu.. kamu nggak peka?!!!! Aku nggak suka ya kamu cuekin begini.
Loh, loh, bukannya Maura yang salama ini hobi minta putus nyambung ya?
Kenapa jadi Prabu yang tertuduh begini?
Dari : Mau Mau
Aku sengaja jalan sama cowok lain biar kamu cemburu. Tapi kamu malah masa bodoh. Jadi benar ya kalau kamu udah nggak sayang sama aku? Karena itu kamu nggak nolak waktu aku putusin?
Dari : Mau Mau
Prabuuuuu, kenapa nggak bales chat aku?
Aku kangen. Bintang juga kangen kamu katanya. Besok main ke rumah ya? Kita jalan-jalan bertiga.
Dari : Mau Mau
Prabu, aku minta maaf. Aku janji nggak bakalan minta putus-putus lagi. Kita balikan ya? Ya? Ya? Aku masih cinta sama kamu, Prabu.
Tidak memberi balasan apapun, Prabu memutuskan untuk keluar dari obrolan dibarengi dengan hela napas.
Dia tidak menampik jika masih ada rasa untuk Maura. Tapi disisi lain juga muak dengan sikap Maura yang maunya mereka terus bersama-sama sepanjang hari.
Demi apapun, Prabu bekerja bukan pergi berkencan dengan banyak gadis. Keputusannya untuk mengurus kedai pun jelas. Dia memiliki cita-cita untuk menikahi Maura tak lama setelah mereka lulus kuliah. Untuk itu ia perlu mengumpulkan banyak uang supaya bisa menikahi gadis itu dengan layak. Tapi Maura enggan mengerti dan terus menutut waktu miliknya.
Mengiyakan kemauan Maura yang seminggu lalu lagi-lagi mengakhiri hubungan mereka dengan alasan yang konyol, Prabu yang bermaksud mengambil waktu untuk sendiri justru terjebak ke dalam pernikahan bersama teman sekelas yang sebelumnya tidak pernah menerima perhatian darinya.
Lalu kini, Kinandari Adya Rumaisya justru berada di kamarnya sedang meringkuk nyaman di atas sofa dengan status mereka yang telah resmi menjadi suami istri.
Meski mereka menikah tanpa cinta, tapi Prabu sadar betul bahwa pernikahan bukanlah permainan yang bisa diakhiri kapanpun. Jadi dia pun berusaha menerima statusnya saat ini kendati hati masih terisi oleh Maura.
Entah bagaimana kehidupan pernikahan dirinya dan Kinan nanti, tapi yang pasti Prabu tidak akan menceraikan Kinan. Setidaknya untuk saat ini.
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
