TENTANG KITA | 6 : Menginap

9
9
Deskripsi

Yuk, ramaikan biar makin semangat update.. wkwk

PART 6 : Menginap

***

Ckrek.

Kepada : Mama Yayangku

<picture>

Ma, lihat nih kelakuan mantu Mama. Masa Kinan nyuruh Prabu nunggu di luar. Mana pintunya dikunci dari dalam lagi.

Tidak menunggu lama setelah mengirim foto selfie dirinya, Prabu segera menerima pesan balasan dari kontak sang ibu yang lelaki itu beri nama 'Mama Yayangku' yang merupakan singkatan dari Mama Yasmin tersayangku.

Dari : Mama Yayangku

Bagus dong.

Eh, kok malah jadi begini? Kan niat Prabu memberi laporan supaya dibela.

Kembali melihat pesan masuk dari sang ibu, dengan semangat Prabu membacanya.

Barangkali pembelaan ada diakhir.

Dari : Mama Yayangku

Nggak usah bawa Kinan main kemana-mana. Langsung ke rumah. Pokoknya nggak usah macem-macem dulu sebelum pernikahan kalian sah di mata negara.

Kepada : Mama Yayangku

Loh, bukannya Mama udah nggak sabar punya cucu ya? Mau Prabu bikinin adonannya nih mumpung udah nikah kemarin.. hahaha

Dari : Mama Yayangku

Eh, awas kamu Prabu kalau buru-buru kasih cucu. Kuliah dulu yang bener!!"

Kepada : Mama Yayangku

Iya-iya Ma. Tapi kalau kebobolan gimana?

Dari : Mama Yayangku

Mama tendang kamu ke luar angkasa

Kepada : Mama Yayangku

Sip.

Prabu tertawa setelah membaca ulang pesan yang dikirimkan ibunya. Dia tebak saat ini Mama Yasmin tersayang sedang over-thinking.

Duh, kok Prabu malah jadi nggak sabar kasih orang tuanya cucu ya?

Mending satu atau dua sih? Atau program bayi kembar saja ya?

Sepertinya Prabu sedang gila sampai-sampai menertawakan jalan otaknya yang sedang tidak waras ini.

Memiliki anak bersama Kinan?

Astaga, Prabu belum kepikiran sama sekali.

Mereka saja masih kuliah. Masa iya bocah punya bocah. Mana uang gajinya cuma di atas UMR sedikit. Ck! Pokoknya nanti Prabu akan meminta kenaikan gaji setelah para orang tua lepas tangan mengenai uang jajan dia dan Kinan. Titik.

Eh, tapi kalau nyoba-nyoba bikin anak tidak masalah 'kan?

Sip. Prabu akan mencoba merayu Kinan nanti.

Klek.

"Eh, pelan-pelan dong Kin! Lo mau mendadak gue roll belakang?!" Omel Prabu yang nyaris terjungkal saat Kinan membuka pintu yang menjadi senderan punggungnya.

"Ya lagian siapa yang suruh nyender ke pintu sih?!"

"Soalnya kalau nyendernya ke bahu kamu jelas nggak mungkin." Prabu menyengir lebar.

"Jijik banget!"

Kinan sengaja memutar bola mata.

"Ngeselin lo, Kin! Awas aja kalau nanti malah nyaman nyender ke dada gue."

Prabu menepuk-nepuk dadanya penuh rasa bangga.

"Empuk banget nih, Kin. Yang pasti bikin nyaman dan aman. Nanti mau nyoba nyender disini nggak?"

"Ogah! Makanya olahraga biar isinya bukan lemak belaka!" Sahut Kinan sewot sambil bergerak mengunci pintu.

"Lama-lama gue cipok juga tuh bibir." Dumel Prabu yang kemudian berlari menyusul Kinan yang sudah melangkah lebih dulu.

Sudah ditunggu, eh dia juga yang ditinggalin.

Dasar cewek!

"Lo habis ngapain aja sih di dalem? Ganti pembalut kayak lagi pergi mudik. Lama."

"Mandi."

Kinan sengaja menjawab singkat supaya Prabu tidak bertanya apapun lagi. Tapi sayangnya yang sedang Kinan hadapi adalah sesosok manusia yang tidak tahu diri. Jadi alih-alih segera naik ke atas motor, Prabu masih saja membahas hal-hal tidak penting.

"Ck! Pantesan lama. Mana gue disuruh ngemper di teras persis kayak gembel. Ya kalau terasnya bersih, masalahnya teras kos-kosan lo tuh kucel, Kin."

"Kita jadi pergi nggak sih? Kuping gue panas dengerin lo ngomel mulu dari tadi." Akhirnya Kinan mengeluarkan asap juga.

"Nyari makan dulu nggak sih, Kin? Tiba-tiba gue laper."

Kinan meniup poninya kencang.

"Makan nanti malam sekalian aja lah. Lagian sekarang udah sore juga. Lo cuma perlu nunggu beberapa jam buat bisa menelan nasi bersama kawan-kawannya."

"Tapi gue 'kan lapernya sekarang,"

"Jadi pergi ke rumah orang tua lo nggak sih? Makan disana 'kan bisa!"

"Kok lo marah-marah sih, Kin? Harusnya tuh gue. Gue laper gini juga ada sangkut pautnya gara-gara nungguin lo kelar mandi."

Kinan menghela napas lelah. "Jadinya sekarang gimana? Mau gue balik ke kos-kosan apa ikut ke rumah orang tua lo?"

"Ck! Lo tuh kayaknya bakal jadi istri terkejam di muka bumi deh, Kin. Gue jadi ngeri kalau kita seatap nanti. Bayang-bayang gue mati kelaperan jadi momok paling mengerikan di hidup gue saat ini."

"Nggak usah bawel deh, Prab! Buruan kita berangkat sebelum gue nggak mood lagi buat bonceng lo."

Prabu berdecak pelan sebelum bergerak naik ke atas motor tanpa mengenakan helm karena sekarang dipakai Kinan.

"Pegangan yang bener! Nanti lo mau jatuh lagi yang ada gue yang kena toyor!"

Jadi saat di perjalanan menuju kos-kosan Kinan yang katanya hanya ingin mengganti baju tapi ternyata sekalian mandi, gadis itu nyaris saja terjatuh dari motor karena menolak perintah Prabu untuk pegangan.

Lalu siapa yang disalahkan?

Oh, jelas Prabu.

Padahal salah Kinan sendiri yang duduk terlalu ke belakang.

"Cepetan pegangan dulu! Gue nggak mau dituduh sengaja bunuh lo biar bisa nyari bini muda."

"Apasih!" Kinan berujar sewot sambil memegang pinggiran jaket milik Prabu. "Udah cepetan jalan."

"Lo jatuh gue nggak bakalan tanggung jawab ya Kin?"

Dan detik setelahnya Kinan langsung memeluk erat tubuh Prabu bersama pekikan nyaring gadis itu saat motor yang ia naiki tiba-tiba melaju sangat cepat.

"PRABUUUUUUUU!! LO MAU MATI HAH?!"

Yang dimaki justru tertawa puas dan sengaja ngebut hingga seruan Kinan berubah menjadi pelukan kencang tanpa suara.

Asik. Prabu dapat pelukan gratis.

*

Tiba di kediaman orang tua Prabu yang juga telah merangkap sebagai mertuanya ketika sore menyapa, Kinan yang belum genap sehari menjadi menantu dan baru dua kali ini melakukan pertemuan dengan keluarga inti Prabu, tentu saja merasa kecanggungan yang luar biasa.

Mama Yasmin dan Papa Chandra baik. Begitu pula dengan Kak Ruby dan Bella. Semua anggota keluarga Prabu tidak ada satupun yang mengucilkan dirinya terlepas dari alasan mengapa ia dan Prabu dinikahkan. Hanya saja Kinan masih merasa tak enak hati.

"Prabu tadi ngirim foto ke Mama lagi nunggu kamu di teras. Katanya pintunya dikunci sama kamu ya, Kin?"

Kinan meringis pelan.

Prabu kenapa harus melapor segala sih. Kalau sudah begini rasa tak enak hati Kinan jadi semakin besar.

"I--iya Ma. Soalnya takut Prabu ngapa-ngapain, eh maksud Kinan--"

Tawa Yasmin membuat Kinan kembali meringis.

"Prabu suka seenaknya ya Kin? Tapi bagus deh kalau dia suruh nunggu di luar."

"Enggak kok, Ma. Cuma Kinan masih ngerasa trauma aja sama kejadian kemarin makanya Prabu nggak boleh masuk."

Yasmin manggut-manggut mengerti.

"Yuk duduk dulu di sofa, Mama masih mau ngobrol nih sama kamu sekalian nunggu Papa sama Kak Ruby pulang."

"Iya Ma."

Usai membantu sang mertua menata makan malam, Kinan pun mengikuti langkah kaki ibu mertuanya yang masih terlihat cantik kendati telah melahirkan tiga orang anak yang sekarang sudah besar-besar.

Duduk berdua di sofa yang berhadapan langsung dengan layar tv berukuran cukup besar, tiba-tiba saja Kinan merasa deg-degan menanti obrolan apa yang ingin dibahas ibu mertua. Dalam hati ia berharap Prabu atau Bella segera turun ke lantai bawah untuk membantu mengusir canggung antara dirinya dan Mama Yasmin.

"Kin,"

"Iya Ma?"

"Ngomong-ngomong soal kemarin, kamu sama Prabu beneran nggak ngapa-ngapain 'kan?"

"Enggak Ma." Kinan menggeleng cepat. "Kami berdua nggak melakukan apapun selain Prabu yang ngerjain tugas sementara Kinan tidur karena lagi nggak enak badan." Jelasnya.

"Sebelumnya Kinan udah nyuruh Prabu buat pulang, tapi Prabu ngeyel Ma. Katanya dia nggak percaya kalau nyerahin seluruh tugas kelompok ke Kinan makanya Prabu maksa ngerjain di kos-kosan. Kinan nggak mau makin pusing kalau harus ribut-ribut sama Prabu karena itu Kinan biarin dia tetap di kos-kosan."

Yasmin manggut-manggut mengerti.

Sejak dulu putranya memang paling anti menunda tugas. Karena itu Yasmin langsung mempercayai penjelasan Kinan.

"Pasti kamu ngerasa kaget tiba-tiba disuruh nikah muda ya, Kin?"

"Iya Ma. Rasanya masih seperti mimpi."

Lagi, Yasmin mengeluarkan kekehan.

"Sebenarnya Mama juga agak berat biarin Prabu nikah di usia yang semuda itu, kemarin Mama terlalu terbawa suasana hingga tanpa pikir panjang menyetujui rencana untuk menikahkan kalian. Tapi Kin, Mama sama Papa nggak marah sama kamu kok. Kami juga menerima keberadaan kamu sebagai menantu di rumah ini." Yasmin meraih tangan Kinan ke atas pangkuan lalu memberikan usapan lembut.

"Walaupun terlihat masa bodoh dan suka ceplas-ceplos, tapi Prabu itu sangat bertanggungjawab loh, Kin. Dan kenapa kemarin Mama setuju kalian buat menikah, salah satunya ya karena Mama percaya penuh sama putra Mama itu." Ia mencoba menenangkan kekhawatiran sang menantu.

"Prabu sudah bisa mencari uang walaupun untuk saat ini cuma jaga kedai punya Papa-nya, tapi jangan salah Kin, saldo tabungan Prabu banyak loh soalnya hasil kerja di kedai selalu dia tabung. Prabu juga bukan tipe anak yang pelit, jadi Mama yakin dia bisa menghidupi kamu juga nantinya. Intinya Kin,"

Yasmin memandang hangat menantunya. "Apa yang terjadi antara kamu dan Prabu anggaplah sebagai takdir yang baik. Dengan adanya kejadian kemarin, kalian jadi bisa melakukan pacaran halal. Mau ngapa-ngapain juga nggak perlu takut dosa begitu juga dengan kami para orang tua yang nggak perlu ngerasa was-was. Tapi satu pesan Mama Kin, kamu sama Prabu jangan punya anak dulu ya? Setidaknya sampai lulus kuliah. Untuk saat ini, kalian nikmati saja masa-masa muda tanpa perlu pusing-pusing soal popok sama susu bayi yang sudah habis. Intinya, jangan anggap pernikahan yang terjadi kemarin sebagai momok mengerikan di hidup kamu. Nikmati saja jalan yang telah Tuhan gariskan. Lagi pula kamu sama Prabu masih boleh kok main kesana-kemari asal saling tahu batasannya saja."

"Ma, tapi gimana kalau di tengah-tengah jalan nanti Kinan sama Prabu nggak kuat buat jalanin pernikahan ini? Walau bagaimanapun juga kami sebelumnya hanya teman sekelas yang nggak pernah bertegur sapa. Lalu tahu-tahu saja ditunjuk sebagai partner tugas kelompok sebelum berganti partner hidup. Kami masih muda Ma, belum banyak pengalaman mengenai rumah tangga yang kami genggam. Kinan nggak yakin untuk ke depannya Ma."

Yasmin menggenggam erat kedua tangan sang menantu yang kini terlihat menghela napas.

"Kamu nggak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu akan terjadi, Kin. Cukup nikmati kehidupan baru kamu yang sekarang ini saja. Bisa jadi di tengah-tengah jalan kamu dan Prabu justru saling merasa nyaman sampai nggak mau terpisahkan. Kita semua nggak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi kita tahu apa yang harus dilakukan untuk saat ini."

"Iya Ma."

"Nanti kalau ada masalah apapun itu atau ada sesuatu yang mengganjal, kamu bisa kok cerita sama Mama atau Papa bahkan ke orang tua kamu. Kalian nggak melaluinya sendiri karena ada kami yang akan selalu siap menjadi garda terdepan. Dan soal kebutuhan sehari-hari kalian nanti, kami selaku para orang tua masih akan membantu kok. Kami nggak lepas tangan begitu saja."

Kinan mengangguk haru.

"Makasih ya, Ma? Terima kasih karena Mama sama Papa mau menerima Kinan."

"Sama-sama Kin."

"Kakak iparrrrrrrr.."

Suara cempreng Bella langsung menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Gadis 16 tahun itu berjalan penuh semangat menghampiri ibu dan kakak iparnya yang diikuti oleh kakak laki-lakinya.

"Nanti Kak Kinan mau nginap disini?"

Kinan menggeleng cepat. "Enggak Bel, Kakak cuma makan malam aja sekaligus ngelarin tugas kelompok."

"Yahhh, nggak asik. Masa Kak Prabu masih lajang sama udah nikah nggak ada bedanya. Tidur tetap aja ditemani guling."

Prabu memutar bola mata.

"Hushhh, nggak boleh ngomong gitu ah." Yasmin menegur sang putri yang segera duduk di sampingnya.

"Ya lagian kenapa Kak Prabu sama Kak Kinan nggak boleh tinggal bersama sih, Ma? Kan yang penting udah nikah."

"Nunggu pernikahannya disahkan dulu ke negera, Bel. Nanti juga tinggal bareng kok."

Bella manggut-manggut ngerti. "Biar nggak ribet ngurus akta anaknya ya Ma?"

"Ngomong apa sih, Bel? Berisik banget dari tadi. Kayak ngerti aja lo sama dunia orang dewasa."

"Iya-iya deh yang paling dewasa."

"Udah-udah nggak usah bertengkar."

Yasmin melerai pertengkaran keduanya yang sudah biasa terjadi.

"Eh, Kin. Lo bawa laptop 'kan? Gue nggak mau tahu ya, pokoknya tugas Pak Kaisar kudu kelar hari ini."

"Bawa kok."

"Bagus. Nanti lo yang ngerjain, gue yang mantau."

"Iya-iya, gue tahu."

Melihat interaksi antara anak dan menantunya membuat Yasmin geleng-geleng kepala.

"Mulai sekarang kalian harus belajar jangan manggil lo-gue, nggak enak di dengar. Masa suami istri manggilnya gitu. Pakainya aku-kamu, terus Kinan nyoba pelan-pelan manggil Prabu dengan sebutan Mas."

Kompak, Prabu dan Bella tertawa sedang Kinan hanya bisa menunduk malu dengan kedua pipi yang telah memerah.

"Geli banget Ma, nggak mau!" Tolak Prabu kemudian.

"Panggilan lain juga nggak apa-apa. Manggil sayang atau apa deh yang penting jangan nama. Pelan-pelan dulu biar terbiasa."

"I--iya Ma." Kinan menjawab kikuk.

"Kunci kos-kosan kamu bawa Kin?"

"Ada di tas Ma."

"Ya udah nanti kalau kemalaman tidur disini aja. Kamu bisa tidur bareng Bella dulu."

"Kenapa nggak sama Kak Prabu aja, Ma? Kan mereka udah suami istri kayak Mama sama Papa. Kalau cuma sekadar tidur nggak masalah dong, Ma?"

Bella bertanya penasaran.

"Betul Bel, tapi kalau udah nikah bisa berbeda. Kadang nggak bisa cuma sekadar tidur."

"Kinan lagi mens, Ma." Celetuk Prabu dengan cengiran lebarnya buat Kinan melotot ke arah lelaki itu.

"Betul Kin yang Prabu bilang?"

"I--iya Ma."

"Oh kalau gitu sih nggak apa-apa kalian tidur sekamar."

Kinan menggeleng cepat.

"Nanti Kinan pulang aja Ma ke kos-kosan naik ojek online. Lagian Kinan nggak bawa baju ganti."

"Kalau soal baju sih gampang. Bisa pinjem punya Bella atau Kak Ruby."

Kinan langsung menatap sinis ke arah Prabu yang cengengesan.

Andai tidak ada ibu mertua dan adik ipar, sudah Kinan tempeleng laki-laki itu.

"Prabu benar Kin, kayaknya bajunya Bella muat kok di kamu."

Astaga.. Kinan belum siap sekamar dengan Prabu. Setidaknya tidak malam ini. Tapi herannya Kinan justru menganggukkan kepala.

"I--iya Ma."

Siapapun tolong culik Kinan sekarang juga.

***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Tentang Kita
Selanjutnya TENTANG KITA | 7 : Tidur berdua
9
7
Yuk, ramaikan biar semangat up.. wkwk
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan