TENANG KITA | 3 : Tiba-tiba nikah

10
5
Deskripsi

Guys, berhubung aku punya 2 cerita yang udah terlanjur aku ketik. Jejak Lara sama ini, aku jadi bingung mau ngelarin yang mana dulu.. wkwk

Kira2 ada yang nungguin cerita ini nggak? Kalo sedikit peminatnya, aku bermaksud ngelarin habis Jejak Lara 🀭

Jangan lupa like & komen..

PART 3 | Tiba-tiba nikah

***

Kemarin Kinan ingat betul baru saja dibuat patah hati oleh Lee Donghyun yang dikabarkan tengah berkencan dengan lawan mainnya di drama The Glory yang menjadi sumber kehebohan dirinya dan kedua temannya yang lain saat awal-awal di release oleh awak media. Walaupun dibuat patah hati karena baru saja menunjuk Lee Donghyun sebagai pacar halu tapi sudah ditinggal demi cewek lain, namun Kinan tetap berharap pujaan hatinya itu bahagia dan segera menikah kalau bisa. Karena ternyata Lee Donghyun dan Lim Jiyeon cukup serasi meski Lee Donghyun lebih muda beberapa tahun.

Sedang bersiap membuka hati untuk oppa-oppa yang lain, tiba-tiba saja semesta membawa kejutan tak terduga di hidup Kinan. Dari yang sebelumnya hanya berkutat pada deretan oppa, hari ini Kinan justru akan terikat dengan lelaki lain untuk seumur hidup.

Ya, Kinan akan menikah.

Tentu saja si kampret Prabu yang akan menjadi suaminya. Sikap keras kepala lelaki itu pada akhirnya memberikan kerugian yang teramat besar untuk hidupnya.

Saat ini Kinan dan kedua orang tua gadis itu sudah berada di kediaman Chandra. Rencananya ijab kabul akan diadakan di kediaman orang tua Prabu selepas 'isya. Untuk sementara Kinan dan Prabu akan menikah secara siri dulu. Tapi secepatnya para orang tua akan meresmikan pernikahan mereka ke negara.

Pernikahan dadakan ini terasa bagai mimpi bagi Kinan. Gadis itu tampak pasrah ketika wajahnya dirias oleh calon kakak ipar alias Kakak Prabu. Namanya Ruby dan saat ini baru berusia 25 tahun.

Beberapa waktu lalu Ruby baru saja pulang shopping bersama adik perempuannya. Lalu tiba-tiba saja perempuan 25 tahun itu diminta pergi ke lantai atas oleh sang ibu untuk membantu merias calon istri Prabu.

Calon istri, bukan pacar. Yang artinya Ruby akan dilangkahi sang adik.

"Kin, kamu sama Prabu beneran bukan MBA 'kan? Sorry nih bukan bermaksud gimana-gimana, tapi rasanya aneh kalian tiba-tiba nikah dadakan gini."

Maksud Ruby bukan menikah karena hamil duluan.

"Bukan, Kak. Aku sama Prabu aja nggak pacaran."

Ruby meringis pelan.

Tapi sudahlah dia tidak ingin memperpanjang jawaban polos calon adik iparnya ini.

"Kok bisa sih kalian digrebek sama orang tua kamu?"

Sebenarnya Ruby sudah diberitahu ibunya mengenai garis besar mengapa adik laki-lakinya harus dinikahkan malam ini. Hanya saja lebih puas jika bertanya langsung pada salah satu pelaku utamanya. Dan berhubung Prabu masih menangisi nasib di kamarnya hingga tak seorang pun boleh masuk, jadi ia pun bertanya saja pada Kinan yang juga terlihat lemas menerima keputusan para orang tua.

"Gara-gara adik Kak Ruby yang terlalu keras kepala. Padahal aku udah bilang kerja kelompoknya biar besok aja. Aku juga udah nawarin pilihan lain loh Kak, biar aku yang ngerjain juga nggak apa-apa asal jangan hari ini soalnya aku masih pusing sama nyeri perut. Tapi Prabu malah ngeyel. Aku nggak tahu kalau Prabu mandi apalagi keluar nggak pakai baju soalnya waktu itu aku juga tidur gara-gara kepala masih pusing. Terus akhirnya jadi begini deh,"

Ruby menahan ketawa.

Konyol sekali jalan hidup adiknya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi keponakannya di masa depan andai suatu saat tahu alasan dibalik pernikahan kedua orang tuanya.

"Aku sih nggak masalah kalau memang Prabu mau nikah duluan, tapi kalau alasannya kayak gini lucu juga ya, Kin?"

"Kak Ruby bisa nggak ngomong ke Tante Yasmin buat membatalkan pernikahan aku sama Prabu?"

"Aduh sorry Kin, kalau itu agak sulit. Mama tuh paling nggak suka diremehkan orang perihal mendidik anak. Makanya Mama langsung setuju buat nikahin kamu sama Prabu karena nggak mau dikata sebagai orang tua yang membebaskan pergaulan anaknya. Membatalkan pernikahan sama saja Mama membiarkan anak-anaknya lepas tanggung jawab."

"Tapi aku sama Prabu nggak saling cinta Kak. Lebih dari itu, kami nggak ngapa-ngapain."

"Eh, eh, jangan nangis Kin. Ini nanti make up-nya luntur."

Kinan menahan laju air matanya sembari mendongak ke atas.

"Nasib kami nanti gimana dong Kak? Aku masih mau kuliah."

"Loh, siapa memangnya yang mau nyuruh kamu sama Prabu berhenti kuliah Kin? Kan masing-masing orang tua masih akan membiayai kuliah anak-anaknya sampai selesai. Kecuali keperluan pribadi, nanti mereka cuma bantu di tiga bulan pertama saja. Selebihnya Prabu yang akan bertanggungjawab atas diri kamu."

Kinan tahu orang tua mereka tidak akan lepas tanggung jawab begitu saja. Tapi rasanya pasti akan aneh.

Ya ampun, Kinan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya setelah tiga bulan pernikahan nanti.

"Memangnya Prabu punya uang ya Kak?"

Ini yang Kinan khawatirkan. Setelah meresmikan pernikahan mereka ke negara, dia dan Prabu akan mulai tinggal bersama.

Bukan di kos-kosan miliknya, juga bukan di rumah orang tua lelaki itu. Melainkan apartemen yang akan disediakan oleh calon mertuanya. Bagaimana dia dan Prabu akan menghidupi diri jika mereka saja masih kuliah begini?

Ya ampun. Berat sekali hidupnya akhir-akhir ini.

"Jangan salah Kin, Prabu banyak uang."

Punya orang tua paling.

"Dari SMA kelas dua, setiap libur sekolah Prabu selalu jaga kedai kopi milik Papa dan digaji walaupun nggak besar. Baru deh masuk kuliah, jadi makin rutin jaga kedai tiap malem. Bareng kok sama teman-temannya yang lain. Kamu pasti kenal Athar, Raka, sama Faiz 'kan? Empat sekawan itu yang rajin jaga kedai dan bikin rame. Maklum Kin, tampang mereka lumayan menjual lah apalagi dikalangan mahasiswi." Kekeh Ruby.

Well, meski Kinan baru mengenal sosok Ruby, tapi Kinan menyukai kepribadian calon kakak iparnya yang menyenangkan. Begitu juga gadis bernama Bella yang merupakan anak terakhir di keluarga Prabu sekaligus akan menjadi adik iparnya.

"Jangan salah Kin, tiap bulan Prabu dikasih gaji sama Papa. Lumayan lah, sekarang udah di atas UMR dikit." Ruby menatap puas hasil make up-nya. "Udah selesai."

"Sebelumnya aku memang pernah dengar kalau Prabu dan kawan-kawannya jaga kedai yang ada di deket kampus kami. Tapi aku kira sekarang udah berhenti, Kak."

"Nggak dong. Prabu tuh seneng kerja sedari dini, pokoknya kamu nggak usah khawatir lah soal nafkah. Minta aja sama Prabu, porotin aja deh kalau bisa." Ruby tertawa santai.

"Kak Ruby nggak marah aku sama Prabu nikah semuda ini dan semendadak gini?"

"Nggak lah, udah jalan takdir kalian juga. Buat apa aku marah? Lagian ya Kin, daripada pacaran cuma bikin dosa lebih baik ya nikah muda."

"Tapi kami nggak saling cinta, Kak."

"Pelan-pelan aja Kin, mula-mula saling menerima dulu. Soal cinta mah nanti belakangan. Kalau udah sama-sama nyaman juga nggak bakal mau kehilangan satu sama lain."

Kinan menghela panjang.

"Aku masih nggak yakin menikah semuda ini Kak. Kenapa sih harus menikah? Aku rela kok dihukum apapun selain nikah muda."

Ruby tahu kekhawatiran calon adik iparnya, tapi dia pun tidak bisa membantu banyak selain memberi semangat.

"Apa yang bikin kamu merasa berat selain karena kamu dan Prabu nggak saling cinta?"

"Kesiapan. Aku merasa belum siap Kak. Aku takut kehilangan masa muda. Aku masih ingin bermain sama teman-teman, masih ingin menghalu oppa-oppa Korea dan yang utama masih ingin mengejar mimpi."

Ruby tersenyum menenangkan.

"Kamu masih bisa melakukan semua itu kok, Kin. Anggap saja pernikahan kamu sama Prabu ini untuk menghindari fitnah dan zina. Kalian bebas melakukan apapun tanpa takut dosa. Bisa dibilang pacaran halal lah. Asal.."

"Asal apa Kak?"

"Jangan punya anak dulu."

Ruby terkekeh melihat ekspresi ngeri Kinan.

Lalu ketukan pintu menghentikan percakapan keduanya.

Klek.

"Ya ampun Kak Kinan cantik banget sih." Puji Bella yang sudah berdiri diambang pintu. "Kak Ruby disuruh Mama bawa Kak Kinan ke bawah."

"Memangnya udah mau dimulai, Bel?"

"Iya Kak. Penghulunya udah dateng."

"Oke. Kakak sama Kak Kinan turun ke bawah sekarang."

Perhatian Ruby beralih pada calon adik iparnya.

"Ayo Kin. Nggak apa-apa, semua bakal baik-baik aja."

Menarik napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, Kinan pun mengangguk sebelum menerima uluran Ruby.

*

Baru seminggu yang lalu Maura memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin nyaris empat tahun lamanya. Maura adalah atu-satunya cinta monyet yang Prabu harapkan suatu saat nanti kisah cinta mereka akan berakhir di pelaminan. Sayangnya Prabu terlalu percaya diri bahwa Maura akan memiliki harapan yang serupa.

Hanya berselang satu minggu usai kandasnya percintaan mereka, Maura sudah memasang foto bersama laki-laki lain di instagram story. Keduanya tampak begitu akrab sambil memamerkan es krim di depan kamera.

Jadi sebelum resmi menjadi suami orang, Prabu pun mengambil waktu sendiri untung merenungi kisah cintanya bersama Maura yang benar-benar telah berakhir.

Tak lagi meratapi nasib lantaran dipaksa oleh keadaan untuk menikahi Kinan, sekarang Prabu justru merubah cara pandangnya.

Apa yang terjadi diantara dirinya dan Kinan hari ini merupakan takdir yang telah digariskan oleh semesta.

Tuhan mungkin mengirim Kinan sebagai istrinya supaya dia bisa segera melupakan patah hatinya setelah cintanya bersama Maura kandas.

Ya, mungkin saja seperti itu.

Lalu kini dengan detak yang kian menggila, Prabu dengan gagah berani menjabat tangan Ayah Kinan yang menatapnya penuh penegasan.

"Kita mulai sekarang Pak." Ucap sang penghulu yang diangguki oleh Emran.

"Jangan membuat kesalahan." Ujar Ayah Kinan dengan nada berbisik yang membuat Prabu menggigil di tempat.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Prabu Dwi Ranjaya bin Chandra Hermawan dengan anak saya yang bernama Kinandari Adya Rumaisya dengan mas kawinnya berupa uang senilai lima juta rupiah, tunai."

Prabu menarik napas dalam sebelum kemudian memberi anggukan kepala dan berujar penuh ketegasan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kinandari Adya Rumaisya binti Emran Adnan Maulana dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sahhhh.."

"Alhamdulillah.."

Prabu langsung melesatkan bahu dengan ekspresi tak percaya.

Sekarang dia bukan lagi Prabu si mahasiswa jomblo, melainkan telah menjadi suami orang di usianya yang baru menginjak 20 tahun.

Ya ampun, Prabu tidak pernah sekalipun bermimpi untuk menikah muda. Tadi kedatangan Kinan ke hidupnya merubah segala angan yang ada.

Kini Kinan bukan lagi orang asing, melainkan istri sahnya. Gadis yang telah resmi ia nikahi secara mendadak.

Tidak lagi menyalahkan takdir, Prabu akan berusaha untuk menerima status baru diantara mereka.

Setelah ia dipercaya oleh Ayah Kinan untuk menjadi suami dari anak bungsunya, bagaimana mungkin ia terus menampik fakta yang tersaji di depan mata?

Ya, meskipun hubungannya dengan Kinan tidak bisa langsung membaik.

Menolehkan kepala ke arah Kinan yang sedang menangis di pelukan ibu mertuanya alias ibu kandung Kinan, Prabu lantas mencibir dalam hati.

Seperti nangis bisa merubah takdir saja.

"Nak Prabu, sekarang kamu dan Kinan sudah menikah. Itu artinya sekarang Kinan menjadi tanggung jawab kamu. Bapak sama Ibu titip putri kami, tolong jaga dia dengan baik selama kami tidak ada di sampingnya. Apapun yang melatarbelakangi pernikahan kalian malam ini, tolong jangan menjadikan hal itu sebagai alasan kamu mengabaikan putri kami."

Prabu mengangguk sungkan ketika mendapat wejangan dari sang ayah mertua.

"Besok Bapak sama Ibu harus balik ke Semarang untuk mulai mempersiapkan keperluan resepsi pernikahan sekaligus mengurus administrasi untuk mengesahkan pernikahan kalian ke negara."

"Iya Pak."

Well, berhubung Kinan anak kedua sekaligus anak perempuan satu-satunya di keluarga, jadi orang tua Kinan mengharapkan adanya resepsi pernikahan yang rencananya akan diadakan bulan depan setelah ujian semester berakhir.

Seolah tak cukup dengan drama panjang tadi sore dimana dia harus mencari cincin pernikahan secara mendadak, juga pergi mengambil uang di atm dengan jumlah lumayan besar sebagai mahar menikahi Kinan, Prabu pun harus pasrah mengikuti rangkaian acara yang nantinya hanya akan diadakan di kediaman orang tua Kinan.

"Kalau bisa jangan punya anak dulu ya, Nak Prabu? Usahakan kalian lulus kuliah dulu baru merencanakan memiliki momongan."

Ya ampun, bahkan Prabu tidak berniat untuk menyentuh Kinan sama sekali. Malah kalau bisa mereka tinggal terpisah saja.

"I--iya Pak. Saya juga belum ada pandangan untuk ke depannya."

Entah akan segila apa Prabu jika memiliki anak di usia semuda ini. Demi apapun, Prabu tidak mau mati muda. Cukup menikah muda saja.

***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Kategori
Tentang Kita
Selanjutnya TENTANG KITA | 4 : Hari pertama
9
5
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan