
--SINOPSIS--
Apa jadinya jika dua orang yang sama-sama pernah mengalami patah hati sepakat menjadi pasangan suami istri karena merasa tidak akan pernah bisa jatuh cinta lagi?
Gila?
Tidak juga.
Sebab keduanya telah sepakat untuk menjalani pernikahan layaknya pasangan normal meski tidak akan pernah ada cinta di dalamnya.
Namun bagaimana jadinya jika salah satu diantara mereka akhirnya mengakui kalah dan memutuskan untuk mengakhiri ikatan yang ada?
Lantas, benarkah cinta itu tidak ada sejak awal, atau justru mereka hanya tidak menyadarinya saja?
***
PROLOG
***
Tak. Tak. Tak.
Sambil memainkan pena di atas meja, pria yang telah melepas jas kerjanya itu hingga menyisakan kemeja putih yang dua kancing teratas sengaja dilepas, menatap seksama ke arah sang sekretaris yang bekerja di dalam ruangan yang sama.
"Nja," panggilnya pada wanita yang dulunya merupakan teman sekelasnya sewaktu SMA. "Senja!" Serunya jengkel karena wanita itu tak kunjung menolehkan kepala.
Tak.
Wanita bernama Senja yang kerap ia panggil Nja, menoleh dengan ekspresi sadis setelah ia berhasil melempar pena dan jatuh ke samping kursi yang diduduki oleh Senja.
"Kenapa?!" Bentak sang sekretaris yang telah melepas earphone.
"Emang bawahan kurang ajar kamu ya, Nja! Bos sibuk kerja, kamu malah santai-santai dengerin musik."
Wanita bernama Senja itu merotasikan bola mata tanpa minat.
"Kalau nggak ada kepentingan, aku mau lanjut kerja lagi."
"Eh, aku yang harusnya ngomong gitu ya! Lama-lama makin ngelunjak kamu."
"Ya udah aku resign!" Ancam Senja kemudian.
Sontak bola mata Sagara Zandriya Alsaki pun melotot.
"Nggak, nggak, nggak. Tadi aku cuma bercanda kok. Jangan dimasukkan ke hati ya, Nja?" Pintanya dengan nada lemah lembut.
Masalahnya dia sudah cocok, tepatnya sangat cocok dengan kinerja Senja Harumi yang super gesit dan teliti. Meski menyebalkan, dia tidak akan menggantikan posisi Senja dengan orang lain.
"Mau ngomong apa?"
Sagara--si sulung Alsaki, yang kini sudah berusia dua puluh sembilan tahun itu, tampak menghela napas.
Pasalnya dihadapan Senja Harumi, dia hanya mendapat status atasan namun tidak dengan perannya. Sejujurnya, Senja Harumi lebih galak dibanding dirinya.
"Nikah yuk."
Senja mengambil pena milik atasannya yang jatuh di samping kursi kerjanya. Lalu tanpa berpikir panjang, wanita itu melempar balik hingga nyaris mengenai wajah sang atasan.
"Gila kamu!" Makinya.
"Aku serius, Nja. Emangnya kamu nggak mau nikah?"
"Enggak."
"Kita udah tua loh, Nja. Mau sampai kapan jadi tamu undangan terus."
"Nggak peduli tuh."
"Emang sakit sih Nja, ditinggal nikah sama orang yang kita cinta. Tapi mau sampai kapan sendiri terus? Mending kita nikah aja, yuk? Biar nggak ditanyain terus sama orang-orang."
Singkat ceritanya, wanita yang Sagara cintai sekaligus menjadi cinta pertamanya, telah menikah dengan pria lain di usia muda dimana waktu itu dia masih duduk di bangku kuliah. Efek patah hati berkepanjangan itulah yang membuat seorang Sagara Zandriya Alsaki tidak tertarik untuk mengencani wanita manapun.
Tapi dibanding dirinya, kisah cinta Senja Harumi jauh lebih sadis lagi. Satu bulan menjelang hari pernikahan, tiba-tiba kekasih Senja memutuskan hubungan mereka. Parahnya lagi, mantan kekasih Senja justru menikahi adik tiri Senja dan gilanya mendapat restu dari seluruh anggota keluarga termasuk para orang tua.
Gila, bukan?
"Aku serius, Nja. Kita nikah aja, yuk? Aku udah bosen ditanya kapan nikah nih,"
"Situ yang punya masalah, kenapa saya yang ribet?"
"Senja!"
"Berisik. Aku mau lanjut kerja."
Senja sudah bersiap untuk memakai earphonenya ketika Sagara memberikan tawaran menarik padanya.
"Kamu mau minta apa aja aku jabanin. Yang penting kita nikah. Gimana?"
Bangkit dari kursi, Sagara berjalan menghampiri Senja kemudian duduk di atas meja kerja sekretarisnya itu.
"Enak loh Nja nikah sama aku. Kamu masih bisa kerja, terus bisa lihat wajah ganteng aku tiap hari."
Refleks Senja memutar bola mata.
"Enak dari mana? Yang ada bikin enek."
"Eh, sialan kamu."
Senja mengaduh saat Sagara menyentil dahinya. Dan sebagai pembalasan, dia pun memukul kencang paha atasannya sendiri.
"Senja!"
Wanita itu tertawa puas.
"Pokoknya aku mau kita nikah. Titik."
"Kasih aku rumah dan harus atas nama aku."
Senja memundurkan kursinya supaya bisa melihat wajah Sagara.
"Pokoknya aku mau rumah gedong. Ada kolam renang, ada taman bunga, terus walk in closet-nya harus lebih gede dari punya Prilly Latuconsina. Gimana?"
"Itu aja?"
"Nantang nih?" Senja tersenyum miring. "Kasih aku saham juga. Sanggup nggak?"
Sagara pura-pura berpikir. Lalu beberapa detik kemudian, pria itu menganggukkan kepala.
"Boleh, tapi ada syaratnya kalau kamu minta saham."
"Apa?"
"Cium aku sekarang juga."
"NAJIS!!"
Sagara tertawa renyah mendengar makian Senja Harumi.
***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
