Dengan nama Allah yang Maha Rahman,
Maha Penyayang di setiap zaman,
Kami mulai segala urusan,
Dengan harap berkah penuh limpahan.
Segala pujian hanya bagi-Mu,
Rabb semesta, tiada banding-Mu,
Langit dan bumi tunduk kepada-Mu,
Maha Agung dalam ciptaan-Mu.
Engkau Rahman, kasih tak terhingga,
Rahim yang setia menjaga hamba,
Cahaya cinta dalam gelap dunia,
Menyinari hati menuju surga.
Pemilik Hari Penghakiman nan agung,
Keadilan-Mu tak pernah murung,
Setiap jiwa menanti giliran,
Dihadap-Mu tak ada kebohongan....
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Anak Anak shalih
1
0
Pagi itu, suasana cerah di TPA Al-Furqan. Anak-anak TK terlihat berlarian di halaman sambil tertawa riang. Di salah satu ruangan, Ustadzah Ifa sedang menyiapkan alat peraga untuk pelajaran hari itu.Anak-anak, ayo masuk kelas! Hari ini kita belajar tentang Allah dan surat Al-Ikhlas, panggil Ustadzah Ifa dengan lembut.Satu per satu, anak-anak masuk ke ruangan. Nashwa, yang ceria, langsung duduk di dekat meja Ustadzah. Ibrahim mengikuti, membawa mainan kecilnya. Hanun menggandeng Faris, sementara Abdullah sibuk memungut kertas yang terjatuh. Arkansas, Hafiz, dan Sofiyah sibuk bercanda di sudut ruangan. Fahmi, Zayd, dan Dzakiya duduk berbaris rapi, menunggu dimulainya pelajaran.Anak-anak, siapa yang tahu siapa yang menciptakan langit dan bumi? tanya Ustadzah Ifa sambil memegang gambar langit biru dan gunung.Allah! jawab Nashwa cepat.Betul sekali, Nashwa. Allah yang menciptakan segalanya. Kita harus selalu ingat bahwa hanya Allah yang kita sembah, jelas Ustadzah Ifa.Faris mengangkat tangan. “Ustadzah, kenapa Allah tidak kelihatan?”“Itu pertanyaan bagus, Faris. Allah itu Maha Besar dan tidak seperti apa pun yang bisa kita lihat. Tapi kita bisa merasakan kasih sayang-Nya melalui semua nikmat yang kita dapat, seperti udara yang kita hirup dan makanan yang kita makan.”Hanun mengangguk sambil memegang apel dari bekalnya. “Jadi, ini juga dari Allah ya, Ustadzah?”Betul sekali, Hanun. Allah memberi kita segalanya, jawab Ustadzah Ifa dengan senyum lembut.Setelah itu, Ustadzah Ifa mulai mengajarkan surat Al-Ikhlas. Ia membaca ayat pertama dengan pelan, “Qul huwa Allahu ahad.”Anak-anak menirukan dengan suara polos mereka. “Qul huwa Allahu ahad.”Bagus sekali! Artinya adalah, ‘Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,’ jelas Ustadzah Ifa.Pelajaran dilanjutkan dengan menghafal ayat demi ayat. Saat sampai di ayat terakhir, Zayd tiba-tiba berdiri. Ustadzah, aku hafal semua! katanya bangga.Ustadzah Ifa tertawa kecil. “Masya Allah, hebat sekali, Zayd. Yuk, coba baca.”Zayd melafalkan surat Al-Ikhlas dengan lancar, meski ada satu kata yang salah. Anak-anak lain bersorak memberi semangat.Hebat, Zayd! Tapi jangan lupa, kita harus terus belajar supaya lebih baik lagi, ujar Ustadzah Ifa.Di akhir pelajaran, Ustadzah Ifa mengajak anak-anak berdoa. “Kita berdoa ya, anak-anak, semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat.”Mereka menengadahkan tangan, mengulang doa dengan khusyuk, meski sesekali terdengar suara kecil yang lucu.Hari itu berakhir dengan kebahagiaan di wajah anak-anak. Ustadzah Ifa merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka mengenal Allah dan Al-Quran. Dengan kepolosan mereka, belajar tauhid dan surat Al-Ikhlas menjadi pengalaman yang menyenangkan dan penuh keberkahan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan