BINAL BAB 6

4
0
Deskripsi

Hari ini tidak seperti biasanya Ayu sudah terbangun sedari pagi. Dia berinisiatif memasak bersama bik Mumun, mereka berencana untuk memasak menu spesial kesukaan Devan. Ditengah kesibukannya Ayu bahkan tidak sadar bahwa suaminya telah berada di dapur sudah dengan penampilan yang rapi. Pria itu berjalan menghampiri Ayu yang sibuk berkutat di dapur.

"Pantas saja mas bangun kamu sudah tidak ada, ternyata sedang masak" ujar Devan pada Ayu yang masih sibuk dengan pisau dan sayur di tangannya.

"Pagi sayang"...

Hari ini tidak seperti biasanya Ayu sudah terbangun sedari pagi. Dia berinisiatif memasak bersama bik Mumun, mereka berencana untuk memasak menu spesial kesukaan Devan. Ditengah kesibukannya Ayu bahkan tidak sadar bahwa suaminya telah berada di dapur sudah dengan penampilan yang rapi. Pria itu berjalan menghampiri Ayu yang sibuk berkutat di dapur.

"Pantas saja mas bangun kamu sudah tidak ada, ternyata sedang masak" ujar Devan pada Ayu yang masih sibuk dengan pisau dan sayur di tangannya.

"Pagi sayang" kecup Devan di pipi Ayu begitu sudah berdiri di samping Ayu.

"Pagi mas. Iya nih, tadi bangun kepagian. Jadinya kepikiran buat  masakin makanan kesukaan mas saja" jawab Ayu sambil terus melanjutkan kegiatannya mengiris sayuran yang sebentar lagi selesai. Ayu segera mencuci tangannya begitu pekerjaannya beres.

"Ayo mas kita ke meja saja. Makanan mas sudah matang dari tadi. Yang ini biar bik Mumun yang lanjutkan" Ujar Ayu. Setelah mencuci tangannya Ayu menggandeng Devan menuju ke ruang makan.

Diatas meja telah tersaji beberapa macam menu makanan yang merupakan makanan kesukaan devan. Semuanya dihidangkan dengan sempurna dan begitu menggugah selera pria itu.

"Tampak lezat sekali. Tapii.." Devan menggantung kalimatnya sambil mengamati banyaknya makanan yang tersaji diatas meja makan mereka.

"Kamu masak terlalu banyak, sayang. Kita tidak akan sanggup habiskan semua ini" Devan menatap  pada banyaknya menu di atas meja. Padahal yang makan hanya dirinya dan Ayu. Devan sangsi mereka akan sanggup menghabiskan semua itu.

"Tidak apa-apa. Sisanya bisa untuk makan siang dan makan malam kita. Jadi nanti tinggal dihangatkan." Ujar Ayu santai sambil menarik bangku untuk duduk. Mereka menyantap sarapan diatas meja dengan lahap. Terutama Devan karena menu hari ini adalah menu kesukaannya.

"Nanti siang akan kuantarkan ke kantor" usul Ayu. Sudah lama Ayu tidak berkunjung ke kantor Devan. Devan yang saat itu sedang menelan makanannya tiba-tiba tersedak dan terbatuk-batuk, Ayu segera mengisi sebuah gelas dengan air minum untuk suaminya.

"Ini, diminum mas. Makan pelan-pelan saja mas, jangan buru-buru." tegur Ayu sambil menyodorkan gelas itu pada Devan. Pria itu segera meraih gelas itu dan langsung meneguk air di gelas hingga tandas.

"Aku bawa sekarang saja bekalnya. Kamu lebih baik di rumah saja" ujar Devan kemudian setelah tenggorakannya sudah terasa lebih lega.

"Kenapa? Kalau dibawa sekarang lauknya sudah dingin. Mas kan ga suka makan nasi yang sudah dingin" heran Ayu, biasanya Devan akan langsung senang begitu dia akan mengunjunginya dikantor tapi sekarang suaminya seolah selalu menghalangi niatnya setiap Ayu mengatakan niatnya hendak mengunjunginya di kantor. Akhir-akhir ini Devan selalu saja melarang Ayu untuk datang ke kantor dengan berbagai alasan dan larangan.

"Kan dikantor ada microwave, Sayang.  Makanannya bisa dihangatkan di kantor. Aku tidak mau kamu ke kantor. Hari ini ada pertemuan bisnis di perusahaan, rekan bisnis mas orangnya genit dan mata keranjang. Mas takut orang itu akan  tertarik sama kamu." Ujar Devan memberukan alasan kenapa dia melarang Ayu datang ke kantor hari ini.

‘Alasan yang tidak masuk akal’ pikir Ayu. Tapi Ayu hanya diam saja agar tidak terjadi perdebatan diantara mereka. Sebisa mungkin Ayu menghindari percecokan dengan Devan. Memang sejak Devan dinyatakan disfungsi ereksi, dia menjadi lebih posesif. Devan takut Ayu akan berpaling darinya. Ayu sebisa mungkin dilarang keluar rumah jika tidak bersama Devan.

Ayu tidak menolak sikap Posesif  Devan. Selama ini juga dia memang tidak suka bepergian jalan-jalan keluar. Ayu adalah tipe wanita rumahan yang lebih nyaman menghabiskan waktu di rumah saja di bandingkan jalan-jalan atau berkumpul bersama teman-temannya.

Ayu semakin mengurung diri dirumah sejak sifat posesif Devan semakin mengekangnya.  Sehingga sekarang satu per satu temannya menjauh darinya, dan hilang kontak, tidak pernah saling menyapa lagi. Ayu tidak lagi mempunyai teman untuk mengobrol ataupun berbagi cerita. Kini hidup Ayu hanya berpusat pada Devan. 

"Baiklah kalau begitu nanti aku siapkan bekal untuk Mas bawa sehabis ini. Kita selesaikan makan dulu" ujar Ayu sambil melanjutkan makannya begitu juga dengan Devan yang Kembali menyantap hidangan diatas piringnya dengan lahap.

"Oh iya!.” Seru Devan tiba-tiba. 

"Minggu depan ada undangan penggalangan dana yayasan yang didirikan oleh keluarga rekan bisnis mas. Kebetulan kita diundang, ini kesempatan mas kenal dengan pebisnis-pebisnis lain." ujar Devan dengan penuh semangat.

"Kita harus tampil dengan sempurna di pest aitu” ujar Devan. Akhir-akhir ini Devan sedang mengembangkan bisnisnya tapi dia butuh dana yang tidak sedikit. Jadi dia perlu menarik perhatian beberapa pebisnis kawakan untuk memuluskan bisnisnya.

"Baiklah. Kalau begitu aku harus  pergi mencari gaun" angguk Ayu mengerti bahwa itu artinya dia harus membeli gaun baru untuk tampil di pesta itu. Biasanya disaat begini Ayu diperbolehkan keluar rumah sendiri.

"Mau aku temani berbelanja?" Tawar Devan mengajukan diri untuk menemani Ayu mencari gaun. Dia tidak rela membiarkan Ayu pergi keluar sendirian, lagi pula sudah lama mereka tidak pernah lagi berjalan-jalan sekedar menghabiskan waktu berduaan dengan berbelanja.

"Mas akhir-akhir ini kan sibuk. Aku tidak mau merepotkan Mas. Aku bisa pergi sendiri kok" ujar Ayu menolak tawaran Devan. Dia tidak ingin Devan jadi repot dan kecapean karena menemaninya berbelanja.

"Tidak apa-apa. Hari ini pekerjaan dikantor tidak banyak. Mas bisa luangkan waktu untuk menemani kamu. Kita kan sudah lama tidak pergi jalan-jalan berdua"

"Baiklah kalau Mas bersikeras. Nanti Mas yang jemput, atau Aku yang mampir ke kantor?" tanya Ayu memberikan penawaran untuk dating ke kantor.

"Mas jemput saja." Jawab Devan dengan cepat.

" Ok"

Pembicaraan pun selesai. Devan sudah menyelesaikan sarapannya. Ayu bergegas menyiapkan makanan  ke dalam kotak makan untuk dibawa oleh suami tercintanya sebagai bekal makan siang nanti.

Setelah menerima bekalnya Devan pun berpamitan untuk berangkat kerja sambil mengecup kening Ayu dengan lembut. "Mas pergi dulu ya" ujar pria itu sambil melambai pada istrinya.

"Hati-hati dijalan ya Mas. Jangan ngebut" peringat Ayu sambil membalas lambaikan suaminya. Tanpa lelah Ayu selalu mengingatkan devan untuk berhati-hati menyetir. Karena Ayu menjadi trauma pada kecelakaan yang dialami suaminya 2 tahun yang lalu.

"Iya sayang." Jawab Devan sambil memberikan senyum menenangkan. Kemudian pria itu memasuki mobil dan menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah. Ayu terus berdiri di teras hingga mobil suaminya semakin menjauh dan hilang dari pandangannya.

Seperginya Devan. Ayu kembali membantu bik Mumun membersihkan meja makan."Jangan Non, Biar saya saja yang membereskan meja" ujar bik Mumun melarang Ayu untuk membantunya. Karena hal itu adalah pekerjaannya.

"Tidak apa-apa bik. Aku juga tidak ada kegiatan" Balas Ayu mengacuhkan penolakan bik Mumun.

"Non itu seharusnya kayak ibu-ibu yang lain. Jalan-jalan sama teman. Ke mall shopping, han ot..apa tuh namanya non yg ngumpul-ngumpul sambil nonkrong" ujar Bik mumun sambil menumpuk piring kotor.

"Namanya Hang out bik " ujar Ayu membenarkan sambil tersenyum geli melihat bahasa bik Mumun yang belepotan.

"Nah iya. Sesekali Hang ot, Non" Ujar Bik Mumun membenarkan ucapan Ayu. Ayu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tersenyum geli tanpa ada niat membenarkan kata-kata yang salah diucapkan oleh bik Mumun.

"Mau hang out sama siapa Bik. Aku kan ga punya teman. Lagian Mas Devan orangnya cemburuan. Aku keluar sebentar ketemuan sama teman saja dimarahi." ujar Ayu sambil tersenyum kecut. Bik Mumun tahu betapa posesifnya Devan terhadap dirinya.

"Yang sabar ya Non, semoga suatu saat Pak Devan akan berubah" hibur Bik Mumun.

"Bik, aku ke kamar dulu ya." pamit Ayu setelah semua piring kotor sudah diangkat dari meja makan ke wastafel untuk dicuci bik Mumun.

"Baik Non" jawab bik Mumun. Mulai melakukan kegiatannya untuk mencuci tumpukan piring kotor di wastafel.

Ayu beranjak meninggalkan dapur, membiarkan bik Mumun sendirian membersihkan dapur. Wanita itu berjalan menuju ke kamarnya yang terletak di lantai atas. Di kamar, Ayu berguling-guling sebentar sambil memainkan gawainya membaca berbagai berita dan gossip seputar dunia selebriti untuk menghabiskan waktu senggangnya sambil menunggu kedatangan Devan yang berjanji akan menjemputnya untuk mencari gaun.

Sebenarnya Ayu mencemaskan kodisi Devan akhir-akhir ini, sepertinya suaminya menjadi sangat sibuk. Ayu takut Devan akan jatuh sakit karena terlalu lelah bekerja. Ayu tahu devan begitu ambisus. Kesuksesannya saat ini tidak membuatnya berpuas diri, dia selalu ingin mendapat lebih dan lebih. Devan beberapa hari lalu bercerita bahwa dia  membutuhkan investor untuk mendanai bisnis baru yang akan didirikannya nanti. Dia sudah mengajukan proposal ke beberapa perusahaan tapi belum ada yang menanggapi proposalnya.

Ayu berpikir bahwa acara amal ini akan menjadi kesempatan bagi Devan untuk mencoba mendekati investor agar mau menanamkan dananya di perusahaannya nanti.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya BINAL BAB 7
3
0
Devan tidak mendengarkan rengekan  Ayu. Tangannya terus menggosok seluruh bagian tubuh ayu dengan kuat. Terutama pada pangkal paha Ayu.  Digosoknya selangkangan Ayu dengan kuat berkali-kali.Aww..sakit mas. Rintih Ayu berkali-tali tapi tidak dihiraukan Devan.Buka yang lebar paha kamu perintah Devan masih terus ingin menyiksa Ayu.Dengan terpaksa Ayu melebarkan kedua pahanya. Devan memasukkan jarinya ke dalam liang vagina Ayu. Menyodok- nyodok lubang itu dengan kuat. Awalnya memasukkan satu jari, kemudian bertambah menjadi dua. Hingga kini tiga jarinya masuk ke dalam liang itu hingga liang Ayu terasa penuh.Aku tahu kamu menginginkan ini. Makanya kamu mencari laki-laki diluar sana kan. Dengus Devan di telingà Ayu dengan nafas memburu. Menjilati telinga Ayu. Dengan penuh nafsu.  Biarpun dia bernafsu. Tapi batang penisnya tidak bisa mengeras.Devan begitu frustrasi tidak bisa menggauli istrinya sendiri. Rasa frustasinya dia salurkan dengan menyodokkan tangannya dengan kasar di dalam lubang vagina Ayu.Oughhh...akkhh... erang ayu diantara rasa nikmatnya dan juga rasa sakit karena gerakan Devan begitu kasar membuat pangkal pahanya nyeri.Oughh...sakit mas desah ayu sambil merintih.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan