1. Pinokio Gembul (Serial Mamat, Udin dan Adul) (Cerita Anak)

0
5
Deskripsi

“Whuaaaaa....Adek jadi Pinokio..whuuuaa”..

"Besok kalo ketemu aku tendang lagi dia. Kakak ga mau maen lagi sama dia" ujar Mamat dengan sedikit marah”

Lhooo..kenapa jadi Pinokio? 

Apa yang membuat Adul, jadi nangis histeris? 

Trus, apa yang membuat Mamat marah-marah?

Silahkan temukan jawabannya di serial Mamat, Udin, dan Adul.

Pinokio Gembul...

Adul keliatan gelisah. Dari tadi bolak balik ke cermin. Ngaca, trus duduk lagi.

Begitu terus...

5 kali.

Ya sudah lima kali Adul melakukan itu dihitung Papa dari ia sampai rumah.

Raut muka Adul terlihat ga nyaman. 

"Adul kenapa Ma?" Tanya Papa saat akan menyendok nasi, makan malam.

"Ga tau" jawab Mama "Dari tadi siang pulang sekolah, bolak balik ngaca"

Mama menuang air minum ke gelas mereka berdua.

"Ditanya cuma jawab ga apa-apa" ujar mama.

"Mulai maen rahasia bocil kita"

Papa dan Mama tersenyum bareng.

"Bismillahi rahmanir rahim"

Papa menyuap makannya ke mulut. Menu malam ini lezat..ikan bakar sama sambel terasi...yummmy..

"Adek ga makan?" tanya Papa ke Adul. Tangannya menyisihkan duri ikan ke piring kecil didepannya.

"Adek udah makan" jawab Adul. Ia rebahan menonton tipi. Biasa..kartun Upin Ipin.

"Adek minta sesuap aja" pinta Adul tiba-tiba, sambil berdiri menuju meja makan. 

Ia duduk disebelah Papa dan segera disuap. 

"Katanya dah makan. Masih laper ya?"goda Papa.

"Mau nemenin Papa makan aja" jawab Adul. Alasan seperti biasanya..hehe.

Memang Adul selalu minta satu dua suapan kalo Papa makan. 

"Kakak mau disuap juga? "kali ini Mama tanya ke Mamat, si kakak.

"Ga. Udah kenyang" jawab Mamat yang asyik main lego.

"Jatah kakak disumbangin ke adek aja pa. Biar ga kelaperan" 

Mereka tertawa bareng.

Makan malam mereka diisi dengan obrolan ringan, dengan sesekali diganggu oleh Bonbon..kucing mereka yang mondar mandir disela-sela kaki. Minta jatah juga

Tak berapa lama, selesai membereskan  meja makan dan piring yang habis dipakai, terdengar azan Isya dari masjid belakang rumah.

Mamat, Adul dan Papa bergegas wudhu dan menuju masjid buat sholat berjamaah.

------

 

"Pa, memang kalo kita boong, hidungnya panjang kayak Pinokio ya?" tanya Adul. 

"Siapa yang bilang?" tanya papa.

"Iya pa, Pinokio kalo boong idungnya jadi panjang" jawab Mamat tiba-tiba.

"Iya kan dek" tanya Mamat ke Adul, minta bantuan.

Papa merapihkan posisi bantalnya. Mereka rebahan di kamar belakang. Kamar mereka berdua. 

Aktifitas sebelum tidur memang saling cerita sampai Mamat dan Adul tertidur.

Mama di kamar depan, kecapekan abis beberesan rumah siang tadi.

"Abis nonton Pinokio ya?" tanya Papa.

"Iya" jawab mereka berbarengan.

Lalu meluncur dengan lancar cerita Pinokio, tokoh boneka kayu rekaan Carlo Collodi. Yang dibuat oleh Geppetto. Yang kalo berbohong hidungnya akan bertambah panjang.

"Pinokio itu hanya cerita fiksi. Tau ga fiksi itu apa?" Papa menerangkan dan bertanya ke mereka.

"Ga..." jawab Adul.

"Aku tau...cerita tidak nyata" jawab Mamat. "Itu ada di pelajaranku" 

"Iya, arti fiksi adalah tidak nyata. Jadi cerita itu dibuat untuk hiburan. Tapi bukan berarti ga ada pelajaran di dalamnya" Papa menjelaskan.

"Dari cerita Pinokio, ada pesan yang bisa diambil adalah tidak boleh berbohong. Harus selalu jujur.."

Adul menggeser badannya merapat ke tubuh Papa.

"Klo kita ga jujur, maka akan ada hukuman atau balasan yang akan kita dapat.." Papa melanjutkan

"Apa aja balasannya Pa? Tanya mamat

"Ya klo Pinokio hidungnya jadi panjang, klo kita kan, Allah SWTmemang melarang kita berbuat boong. Karena itu salah satu perbuatan dosa yang harus kita jauhi."

Papa melirik Adul yang merubah posisi tidurnya, tengkurap.

"Kalo dosa bertambah, Allah jadi ga sayang kita gimana? Takut ga?"tanya papa.

"Masuk newrraka ya pa?" tanya Adul lirih. ‘R’ nya masih cadel.

Papa tersenyum, tak menjawab. Ia mengusap punggung Adul.

Mamat menguap sebentar, mulai terpejam.

"Udah pada ngantuk..ayo baca doa tidurnya, trus bobo"

Mamat dan Adul membaca doa sebelum tidur, lalu mulai terpejam.

Sekilas mata Papa melirik ke wajah Adul, matanya belum terpejam, meski sudah ngantuk....

Masih gelisah..

---

"Pa, hidung Adek nambah panjang ga?" tanya Adul.

Ia berdiri di depan cermin. Entah kenapa bocil satu ini masih sibuk dengan wajahnya.

Pagi masih lumayan dingin, setelah jalan pagi keliling kampung, Adul bergegas lari masuk ke rumah. 

Langsung menuju ke cermin.

"Panjang ga pa?" tanya Adul lagi. Minta jawaban.

"Bentar kita ukur dulu ya..."jawab Papa. Papa mengambil dan mengukur hidung Adul.

"Wah nambah satu senti dek" goda Papa "Nambah mancung idung adek"

Adul diam. Ekspresi wajahnya tegang.

"Kayak pinokio ya Pa?" sambung Mamat "Pinokio gembul..hahaha.."

Mamat tertawa terkekeh. Papa hanya senyum.

Adul terdiam.

Raut muka Adul semakin tegang, tidak senang.

Dan...

"Whuaaaaa....Adek jadi Pinokio..whuuuaa”.

Lho kok malah nangis…

"Eh kenapa..kok nangis "tanya Papa. Kaget. 

Papa langsung memeluk Adul, malah nambah kencang nangisnya.

Whuuuaaaaaa.......

"Kenapa ini..kenapa pa?" tanya Mama panik. Tangannya masih belepotan sisa sabun, meninggalkan cucian piring yang belum selesai dibilas karena mendengar Adul menangis.

"Yok sama papa yok..tenang..tenang " bujuk Papa menenangkan Adul.

Papa mengajak Adul ke teras belakang, menikmati udara pagi yang segar.

"Sekarang cerita sama Papa, Adek kenapa menangis?" tanya Papa membujuk Adul. 

Adul masih sesegukan dengan tangisnya.

"Adek..Adek..udah boong, idung adek jadi panjang. Adek..Adek..takut Pa....huaaaa..."

"Ya ..tenang...tenang. sekarang ceritain dulu semua pelan-pelan.

Mama datang memberikan segelas air hangat ke Adul. Adul meminumnya dengan perlahan.

Setelah itu mengalirlah cerita kejadian kemarin siang disekolah. Adul tidak mengerjakan tugas menggambar. Ia meminta Ibam membuatnya, setelah selesai dan diberi namanya, Adul mengumpulkan ke umi Shinta. Adul merasa bersalah karena itu bukan hasil karyanya.

Hmmm..rupanya itu yang membuat gelisah dari kemarin pulang sekolah.

"Jadi Adek takut karena sudah boong?" tanya Papa.

"Iya Adek takut jadi Pinokio. Nti idungnya panjang" jawab Adul, sudah tidak sesegukan lagi.

Papa dan Mama tersenyum mendengar jawaban Adul.

"Alhamdulillah kalo Adek tau bahwa bohong itu salah, berarti hati Adek masih dijaga Allah SWT” hibur Papa “Sekarang Adek Istighfar, mohon ampun sama Allah”.

Adul menyeka sisa-sisa air matanya. 

“Semua manusia pernah salah Dek..Papa juga pernah salah. Tapi pas kita tau itu salah, jangan kita ulangi lagi. Besok pas masuk sekolah Adek temui dan bilang jujur ke umi ya” nasihat papa. Adul mengangguk.

“Berani jujur itu hebat lho Dek” Papa memberikan dua jempolnya ke Adul. 

Adul tersenyum. Raut wajahnya sudah kembali bersinar. Tidak gelisah lagi

“Jadi idung adek ga panjang kayak Pinokio ya Pa?” tanya Adul.

Papa menggelengkan kepalanya “Ga..”

“Asyikkk…”teriak Adul gembira “Ma, mana nasi uduk tadi, adek lapewrr

“Hahaha…sudah kembali nafsu makannya ya Dek..” Mama tertawa. Ia menyiapkan nasi uduk yang diminta Adul.

“Tapi Dek..bagus juga kayaknya kalo idung adek jadi mancung…jadi Pinokio Gembul seperti yang kakak bilang” goda Mama. Disambut tertawa Papa.

“Miaaaauuww….” Bonbon bersuara seperti mengiyakan.

======

Lampung, 210622

Serial : Mamat, Udin dan Adul

By Treza

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 2 Tiga Kata Ajaib (Serial Mamat, Udin,dan Adul )(Cerita Anak)
0
2
Part 2 : Tiga Kata Ajaib
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan